Anda di halaman 1dari 6

Tugas Ringkasan

Gabriela da Cunha

1824090030

Psikologi Pembelajaran

Ibu Dini

BAB 4 Edward Lee Thorndike

 Hukum Efek : Jika suatu respons diikuti dengan satisfying state of affairs (keadaan yang
memuaskan), kekuatan koneksi itu akan bertambah. Jika respons diikuti dengan annoying
state of affairs (keadaan yang menjengkelkan), kekuatan koneksi itu menurun.
 Pergeseran Asosiatif : Associative shifting (pergeseran asosiatif) terkait erat dengan teori
Thorndike tentang elemen identik dalam training transfer.
 Belongingness : Ada sesuatu yang beroperasi selain kontiguitas, dan sesuatu itu oleh
Thorndike dinamakan belongingness; artinya sifat-sifat suatu item, yang dalam kasus ini
subjek dan kata kerja, yang erat hubungannya dengan, atau menjadi bagian integral dari,
item yang lain.
 Menurut Thorndike bentuk paling dasar dari proses belajar adalah trial-and-error learning
(belajar dengan uji coba), atau yang disebutnya sebagai selecting and connecting (pemilihan
dan pengaitan).
 Confirming reaction Sebuah reaksi neurofisiologis yang muncul ketika sebuah respons
menghasilkan keadaan yang memuaskan. Reaksi pengonfirmasi oleh Thorndike dianggap
sebagai penguat sesungguhnya dari ikatan neural.
 Connectionism Istilah yang sering digunakan untuk mendeskripsikan penjelasan belajar
Thorndike, karena dia mengasumsikan bahwa proses belajar melibatkan penguatan ikatan
(koneksi) neural antara kondisi yang menstimulasi dengan responsnya.
 Identical elements theory of transfer Teori bahwa kemungkinan sesuatu yang dipelajari dalam
satu situasi bisa diaplikasikan ke situasi yang berbeda akan ditentukan oleh jumlah elemen yang
sama dalam dua situasi itu. Semakin banyak kesamaan elemen, jumlah transfer antar dua situasi
itu akan bertambah. Elemen itu bisa berupa stimuli atau prosedur.
 Law of disuse Bagian dari hukum pelaksanaan yang menyatakan bahwa kekuatan koneksi akan
hilang apabila koneksi itu tidak dipakai. Hukum ini ditinggalkan oleh Thorndike setelah 1930.
 Law of effect Hukum yang menyatakan bahwa kekuatan koneksi dipengaruhi oleh konsekuensi
dari respons. Sebelum 1930 Thorndike percaya bahwa konsekuensi yang menyenangkan akan
menguatkan koneksi dan konsekuensi yang menjengkelkan akan melemahkan koneksi. Tetapi,
setelah 1930 dia percaya bahwa hanya konsekuensi yang menyenangkanlah yang memberi efek
pada kekuatan koneksi.
 Law of exercise Hukum yang menyatakan bahwa kekuatan suatu koneksi ditentukan oleh
seberapa seringkah koneksi itu dipakai. Hukum pelaksanaan ini memiliki dua komponen ; hukum
penggunaan dan hukum ketidakgunaan.
 Law of readiness Hukum yang menyatakan bahwa ketika satu organisme sudah siap untuk
bertindak maka melakukan tindakan itu akan menyenangkan sedangkan tidak melakukannya
akan menimbulkan kejengkelan. Juga, ketika suatu organisme belum siap, memaksanya
melakukannya akan menimbulkan kejengkelan.
 Law of use Bagian dari hukum penggunaan yang menyatakan kekuatan koneksi meningkat
seiring dengan penggunaannya. Hukum penggunaan ditinggalkan oleh Thorndike setelah 1930.
 Multiple response Merujuk pada fakta bahwa jika satu respons tidak memecahkan problem,
organisme akan terus mencoba respons berikutnya sampai mendapatkan pemecahan problem
secara efektif; merupakan prasyarat dalam proses belajar trial-and-error.
 Prepotency of elements Merujuk pada fakta bahwa aspek-aspek lingkungan yang berbeda akan
menimbulkan respons yang berbeda; sama dengan apa yang kita sebut sebagai persepsi selektif.
 Principle of polarity Observasi bahwa materi yang dipelajari paling mudah dilakukan dengan
arah yang sama seperti pada waktu ia dipelajari.
 Response by analogy Mengacu pada fakta bahwa respons kita terhadap situasi yang asing
ditentukan oleh tingkat kesamaan pada situasi yang kita kenali. Sepanjang dua situasi itu sama,
mereka cenderung akan direspons dengan cara yang sama. Thorndike mendeskripsikan
kemiripan ini dalam term jumlah elemen yang sama-sama dimiliki kedua situasi. Observasi ini
dikaitkan dengan teori transfer training elemen identic.
 Satisfying state of affairs Kondisi yang dicari organisme dan ingin dipertahankan organisme.
Setelah kondisi itu eksis, organisme tidak akan menghindarinya.
 Jumlah transfer of training (transfer training) antara situasi yang kita kenal dan yang tak kita
kenal ditentukan dengan jumlah elemen yang sama di dalam kedua situasi itu. Inilah identical
elements theory transfer of training (teori elemen identik dari transfer training) dari Thorndike
yang terkenal itu.
BAB 5 BURRHUS FREDERIC SKINNER

 Instruksi Berbasis Komputer : Ketika komputer dipakai untuk menyajikan pengajaran


terprogram atau jenis materi pelajaran lainnya, proses ini dinamakan computer-based
instruction (CBI) (pengajaran berbasis komputer, yang jug aterkadang dinamakan instruksi
berbantuan komputer).
 Concurrent Chain Reinforcement Schedule : Jadwal penguatan bersama dipakai untuk
meneliti perilaku pilihan-sederhana, sedangkan concurrent chain reinforcement schedule (jadwal
penguatan rantai secara bersamaan) dipakai untuk meneliti perilaku pilihan-kompleks.
 Kontrak Kontingensi : adalah perluasan pemikiran Skinnerian. Ringkasnya, ini berarti
menyusun semacam tata-situasi di mana seseorang mendapat sesuatu yang diinginkannya
apabila orang itu bertindak dalam cara tertentu.
 Dengan menggunakan continuous reinforcement schedule (CRF) (jadwal penguatan
berkelanjutan), setiap respons yang tepat selama akuisisi akan diperkuat.
 Pencatatan Kumulatif : Skinner menggunakan cumulative recording (pencatatan kumulatif)
untuk mencatat perilaku hewan dalam kotak Skinner. Catatan kumulatif ini berbeda dengan cara
penyusunan grafik data dalam eksperimen belajar.
 Pembentukan terdiri dari dua komponen : differential reinforcement (penguatan
diferensial) yang berarti sebagian respons diperkuat dan sebagian lainnya tidak, dan successive
approximation (kedekatan suksesif), yakni fakta bahwa hanya respons-respons yang semakin
sama dengan yang diinginkan oleh eksperimenterlah yang akan diperkuat.
 Kita bisa mengatur situasi sedemikian rupa sehingga hewan akan menerima secuil makanan
apabila cahaya lampu di kotak Skinner menyala tetapi ia tidak mendapat makanan jika cahaya
padam. Dalam kondisi ini, cahaya kita sebut sebagai SD, atau discriminative stimulus (stimulus
diskriminatif).
 Dalam kasus operan diskriminatif, cahaya menjadi sinyal atau pertanda yang diasosiasikan
dengan respons tertentu yang telah dipelajari organisme yang akan diikuti dengan penguatan.
Jadi, operan diskriminatif melibatkan suatu sinyal yang menimbulkan respons yang pada
gilirannya menimbulkan penguatan.
 Timberlake membedakan antara hipotesis probabilitas-diferensial, pendapat yang dianut oleh
Premack, dengan disequilibrium hypothesis (hipotesis ekuilibrium), pendapat yang berasal dari
studi Premack (1962) yang dideskripsikan di atas.
 Suatu echoic behavior adalah perilaku verbal yang diperkuat saat perilaku verbal orang lain
diulang secara verbatim (persis kata demi kata). Echoic behavior sering merupakan prasyarat
untuk perilaku verbal yang lebih kompleks; misalnya, seorang anak pertama-tama harus
menirukan suatu kata sebelum anak itu bisa belajar cara menghubungkan kata itu dengan kata
lain atau dengan suatu kejadian.
 Skinner membedakan dua jenis perilaku : respondent behavior (perilaku responden), yang
ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, dan operant behavior (perilaku operan), yang
tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organisme.
 Pengkondisian Tipe S juga dinamakan respondent conditioning (pengkondisian responden) dan
identic dengan pengkondisian klasik). Ia disebut pengkondisian Tipe S karena menekankan arti
penting stimulus dalam menimbulkan respons yang diinginkan. Tipe kondisi yang menyangkut
perilaku operan dinamakan Tipe R karena penekannya adalah pada respons. Pengkondisian Tipe
R juga dinamakan operant conditioning (pengkondisian operan).
 Pelenyapan : Tingkat dasar ini, yang dinamakan operant level (level operan), adalah
frekuensi yang terjadi secara alamiah di dalam kehidupan hewan itu sebelum dia diperkenalkan
dengan penguatan.
 Penguat positif dan negative : Sebuah penguat positif, entah itu primer atau sekunder,
adalah sesuatu yang, apabila ditambahkan ke situasi oleh suatu respons tertentu, akan
meningkatkan probabilitas terulangnya respons tersebut.
 Penguat positif dan negative : Sebuah penguat negatif, entah itu primer atau sekunder,
adalah sesuatu yang, jika dihilangkan dari situasi oleh respons tertentu, akan meningkatkan
probabilitas terulangnya respons tersebut.
 Skinner mengusulkan alternatif teknik pengajaran, yang dinamakan programmed learning
(belajar terprogram), yang mencakup ketiga prinsip tersebut. Alat yang diciptakan untuk
menyajikan materi yang terprogram dinamakan teaching machine (mesin pengajaran).
 Hukuman : Punishment (hukuman) terjadi ketika suatu respons menghilangkan sesuatu
yang positif dari situasi atau menambahkan sesuatu yang negatif.
 Behaviourisme Radikal : Skinner mengadopsi dan mengembangkan filsafat ilmiah yang dikenal
sebagai radical behaviorism (behaviorisme radikal). Orientasi ilmiah ini menolak bahasa ilmiah
dan interpretasi ilmiah yang mengacu pada mentalistic event (kejadian mental).
 Kotak Skinner : Kotak Skinner biasanya menggunakan lantai berkisi-kisi, cahaya,
tuas/pengungkit, dan cangkir makanan. Ketika hewan menekan tuas, mekanisme pemberi
makan akan aktif, dan secuil makanan akan jatuh ke cangkir makanan.
BAB 6 CLARK LEONARD HULL

 Pengkondisian penghindaran dapat dengan mudah dijelaskan oleh teori Hull dengan
mengasumsikan bahwa respons itu dipelajari karena ia diikuti oleh reduksi dorongan (rasa
sakit). Akan tetapi, avoidance conditioning (pengkondisian penghindaran) tidak mudah
dijelaskan dengan teori Hullian.
 Yang disebut belakangan ini dinamakan decremental reinforcers (penguat dekremental)
karena mengurangi suatu dorongan, yang dalam contoh ini adalah rasa lapar. Yang disebut
pertama dinamakan incremental reinforcer (penguat inkremental) karena menghasilkan
atau menambah dorongan.
 Perubahan Reduksi Dorongan ke Reduksi Stimulus Dorongan : Pada mulanya Hull
menganut teori reduksi belajar, namun kemudian dia merevisinya menjadi teori drive
stimulus reduction (reduksi stimulus dorongan) dalam belajar.
 Pada mulanya Hull menganut teori reduksi belajar, namun kemudian dia merevisinya
menjadi teori drive stimulus reduction (reduksi stimulus dorongan) dalam belajar.
 Escape conditioning : Pengkondisian penghindaran dapat dengan mudah dijelaskan
oleh teori Hull dengan mengasumsikan bahwa respons itu dipelajari karena ia diikuti oleh
reduksi dorongan (rasa sakit). Akan tetapi, avoidance conditioning (pengkondisian
penghindaran) tidak mudah dijelaskan dengan teori Hullian.
 Pada mulanya Hull menganut teori reduksi belajar, namun kemudian dia merevisinya
menjadi teori drive stimulus reduction (reduksi stimulus dorongan) dalam belajar. Salah satu
alasan perubahan ini adalah kesadaran bahwa jika hewan yang haus diberi air sebagai
penguat agar melakukan beberapa tindakan, akan dibutuhkan banyak waktu untuk
memuaskan dorongan haus ini.
 Ia menjadi penguat sekunder. Konsep penguatan sekunder ini sangat penting untuk
memahami operasi fractional antedating goal response (respons tujuan pendahulu
fraksional [rG]), yang merupakan salah satu konsep terpenting dari Hull.
 Incremental reinforcer Menurut Mowrer, stimulus yang tak dikondisikan yang
menyebabkan peningkatan dorongan, seperti setrum listrik.
 Latent learning : Belajar yang tampaknya terjadi secara independen dari penguatan dan
tetap tak aktif sampai organisme itu diberi insentif untuk menerjemahkan apa-apa yang
telah dipelajarinya ke dalam perilaku.
 Law of contiguity (hukum kontiguitas), yang dinyatakannya sebagai berikut: “Kombinasi
stimuli yang mengiringi suatu gerakan akan cenderung diikuti oleh gerakan itu jika
kejadiannya berulang. Perhatikan bahwa di sini tidak dikatakan tentang “gelombang
konfirmasi” atau penguatan atau efek menyenangkan”.
 Prinsip Kebaruan : Prinsip kontiguitas dan belajar satu percobaan membutuhkan recency
principle (prinsip kebaruan), yang menyatakan bahwa respons yang dilakukan terakhir kali di
hadapan seperangkat stimuli adalah respons yang akan dilakukan ketika kombinasi stimulus
itu terjadi lagi di waktu lain.
 Dukungan lain untuk gagasan Hull mengenai IR berasal dari riset tentang perbedaan
antara massed practice dan distributed practice. Ditemukan bahwa ketika jeda percobaan
praktik relatif cukup lama (praktik yang dibagi-bagi), kinerjanya akan lebih tinggi ketimbang
ketika praktik itu dikumpulkan (praktik yang dikumpulkan).
 Secara lebih teknis, pengaktifan reseptor kinestetik ini menimbulkan proprioceptive
stimuli (stimuli proprioseptif). Seperti respons lainnya, rG diasosiasikan dengan stimuli.
Stimuli proprioseptif yang disebabkan oleh rG disimbolkan dengan sG. rG dan sG tidak dapat
dipisahkan sebab setiap kali rG terjadi, terjadi pula sG. Mungkin aspek terpenting dari rG
adalah fakta bahwa ia menghasilkan sG.
 Reminiscence effect Peningkatan performa pada suatu keterampilan setelah penghentian
praktik.
 Ketika cahaya menyala, organisme itu merasa takut. Jadi faktor pertama dalam two-factor
theory (teori dua faktor) Mowrer adalah pengkondisian klasik atau Pavlovian. Mowrer
menyebut pengkondisian ini sebagai sign learning (belajar tanda atau isyarat).
 Mowrer menyebut faktor kedua dalam teori dua-faktor ini sebagai solution learning (belajar
solusi), dan ini oleh Hull dan Thorndike dinamakan pengkondisian instrumental atau oleh
Skinner dinamakan pengkondisian operan.

Anda mungkin juga menyukai