Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

EFUSI PLEURA

DISUSUN

NAMA CANTIK : ALFEOLI

NAMA JELK : FRANS LODO

PROGRAM STUDI : S1 KEPERAWATAN

KELOMPOK : SISTEM RESPIRASI

NAMA PEMBIMBING : ARIANTO LEONG

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga saya dapat menyelesaiakan makalah
efusi pleura. Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, dan bimbingan
serta Doa dari berbagai pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada
penulis. Untuk itu saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
orang yang ada di sekitar yang telah membatu. penulisan menyadari bahwa masih ada
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini

Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai
pedoman di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
dan saya pelaku penulis

Kupang, 8 september 2021

FRANS LODO
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ..............................................................................................


B. Tujuan umum ..............................................................................................
C. Tujuan khusus................................................................................................
BAB II PEMBAHAS
A. pengertian ...............................................................................................
B. anatomi fisiologi...........................................................................................
C. etoilogi ...........................................................................................
D. klafikasi .....................................................................
E. manofentasi klinik .........................................................................................
F. patofisiologi ..........................................................................................
G. pemeriksaan penunjung ............................................................................
H. pemeriksaan penunjang ............................................................................
I. komplikasi ................................................................................................
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Saran ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pleura adalah membran serosa yang melingkupi parenkim paru,


mediastinum, diafragma serta tulang iga yang terdiri akan pleura parietal dan
pleura viseral (Djojodibroto, 2014). Pleura parietal dan visceral bergabung pada
hilus paru-paru, memisahkan toraks menjadi dua ruang yang tidak bersebelahan
(Kopman & Light, 2019). Rongga pleura terisi sejumlah tertentu cairan yang
memisahkan kedua pleura tersebut sehingga memungkinkan pergerakan kedua
pleura tanpa hambatan selama proses respirasi (Ermayanti & Mizarti, 2019).
Lapisan tipis cairan mukoid yang terletak di antara pleura visceral dan pleura
parietal memudahkan pergerakan paru-paru untuk mengembang serta
berkontraksi selama bernapas normal, dimana cairan ini membawa protein
jaringan yang memberi sifat mukoid pada cairan pleura, sehingga memungkinkan
pergerakan paru berlangsung dengan sangat mudah. Efusi pleura adalah keadaan
patofisiologis dari pleura. cairan berlebih di dalam rongga pleura, yang terjadi
akibat tingkat pembentukan cairan pleura melebihi kemampuan eliminasi cairan
pleura (Pratomo & Yunus, 2014). Efusi pleura terjadi ketika akumulasi cairan
pleura berlebihan dalam rongga pleura sebagai akibat transudasi dan eksudasi
(Salmah & Culla, 2018). Cairan yang terbentuk kemudian menggantikan jaringan
paru-paru, dapat mendorong paru-paru ke pertengahan dada (DiGiulio, et al.
2014). Kelebihan cairan tersebut dapat disebabkan oleh hambatan drainase
limfatik dari rongga pleura, tekanan perifer dan 2 tekanan kapiler paru yang sangat
tinggi menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura hal
ini disebabkan oleh gagal jantung, tekanan osmotic koloid plasma yang sangat
menurun sehingga memungkinkan transudasi cairan, dan infeksi paru atau setiap
penyebab peradangan lainnya pada permukaan rongga pleura (Guyton & Hall,
2016).
Efusi pleura merupakan keadaan dimana adanya penumpukan cairan yang
berada di dalam rongga pleura yang melebihi batas normal. Hal tersebut di
sebabkan karena adanya ketidak seimbangan antara pembentuk cairan dan
pengeluaran cairan dalam pleura. Dengan demikian gejala yang di timbulkan adala
pasien mengeluh sesak napas yang berlangsung terus menerus, sesak napas
dirasakan berat saat bernapas dan nyeri dibagian Dada sehingga pasien kesulitan
untuk melakukan aktifitas.
Hal ini di sebabkan karena adanya penimbuhan cairan di rongga pleura sehingga
menimbulkan gangguan dalam keefektifan pola pernapasannya. Efusi pleura
termasuk salah satu penyakit yang mengancam jiwa, karena secara geografis
efusi pleura terbesar di seluruh dunia, bahkan bisa menjadi masalah utamah di
Negara Negara berkembang salah satunya adalah Indonesia. ( FIrdaus & Deni,
2012).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum.
Agar mahasiswa mampu mengembangkan asuhan keperawatan pada
pasien efusi pleura dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus.
Mahasiswa mampu :

1) Menjelaskan pengertian dari efusi pleura


2) Mengetahui etiologi dari efusi pleura
3) Mengetahui manifestasi klinis
4) Menjelaskan patofisiologi
5) Mengetahui tentang Komplikasi
6) Mengetahui tentang Manofentasi klinis
7) Menyusun rencana tindakan untuk mengatasi masalah.
8) Mengimplementasikan tindakan sesuai rencana yang ditetapkan.
9) Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit
lain. efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat
atau dapat berupa darah atau puss (Baughman, D, 2000 dalam Padila, 2012).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. secara normal,
ruang pleular mengandung sejumlah kecil cairan (5-15ml), berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi
(smeltzer c suzanne 2002).
Penumpukan cairan di Rongga pleura, yaitu Rongga pleura yang membungkus
paru-paru dengan lapisah pleura yang menempel pada dinding dalam rongga
dada. Kondisi ini umumnya merupakan komplikasi dari penyakit lain

B. Anatomi fisiologi
Merupakan suatu keadaan yang di tandai dengan adanya penumpukan
cairan pada rongga pleura yang berada di permukaan pleura visceral dan pleura
pariental. Efusi Pleura adalah penyakit primer yang termasuk jarang terjadi,
akan tetapi terhadap penyakit lain Efusi Pleura merupakan penyakit sekunder.
a. Trakea Trakea juga dikenal sebagai tenggorokan. Trakea adalah tulang
tabung yang menghubungkan hidung dan mulut ke paru-paru. Ini adalah
tabung berotot kaku terletak di depan kerongkongan yang sekitar 4,5 inci
panjang dan lebar 1 inci.
b. Bronkus Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian
kirakira veterbrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Trakea bercabang menjadi
bronkus utama (primer) kiri dan kanan. Bronkus kanan lebih pendek lebih
lebar dan lebih vertikal dari pada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri
disebut lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari
yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum dibelah
menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
c. Bronkioli Bronkioli membentuk percabangan menjadi bronkioli terminalis
yang tidak mempunyai kelenjar lender dan silia. Bronkioli terminalis ini
kemudian menjadi bronkioli respiratori, yang dianggap menjadi saluran
transisional antara udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Sampai
titik ini, jalan udara konduksi mengandung sekitar 150 ml udara dalam
percabangan trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam pertukaran gas.
C. Etiologi
Penumpukan cairan di antara jaringan yang melapisi paru-paru dan dada.
Cairan dapat menumpuk di sekitar paru-paru karena pemompaan jantung yang
kurang baik atau Karena peradangan. Efusi pleura adalah akumulasi cairan
pleura akibat peningkatan kecepatan produksi cairan, penurunan kecepatan
pengeluaran cairan atau keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima
mekanisme berikut (Morton 2012) :
- Peningkatan tekanan pada kapiler sub pleura atau limfatik
- Peningkatan permeabilitas kapiler
- Penurunan tekanan osmotic koloid darah
- Peningkatan tekakanan negative intrapleura
- Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
1) Penyebab efusi pleura seperti Infeksi, Tuberkulosis, Pneumonitis,
Abses paru, Perforasi esophagus, Abses sufrenik
2) Non infeksi seperti Karsinoma paru, Karsinoma pleura: primer,
sekunder, Karsinoma mediastinum, Tumor ovariu, dan Bendungan
3) jantung: gagal jantung,

D. klasifikasi
Secara garir besar, Efusi Plaura dapat di klasifikasikan menjadi dua,
yaitu:
1. Transudat
Disebabkan oleh bocornya pembulu darah
2. Eksudat
Cairan yang berasal dari peradangan plaura dan paru-paru
Kondis ini pun bisa terjadi pada salah satu paru-paru
(unilateral) dan kedua sisi paru- paru (bilateral)
E. Manofentasi klinis
Membutuhkan diagonisis medis gejalanya meliputi batuk, nyeri dada
yang tajam, atau sesak napas. Adapun manifestasi klinik dari efusi pleura yaitu :
a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita
akan sesak nafas.
b. Adanya gejala penyakita seperti demam, menggigil,dan nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberculosis), banyak keringat,
batuk, banyak riak.
c. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan berkurang
bergerak dalam pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi
didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk
garis melengkung (garis ellis damoiseu).
e. Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis ellis damoiseu. Segitiga grocco-rochfusz, yaitu dareah
pekak kkarena cairan mendorong mediastinum kesisi lain,pada auskulasi
daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura

F. Patofisiologo
Penumpukan cairan di rongga pleura, di antara lapisan plaura yang
membungkus paru paru dengan lapisan pleura yang menempel pada dinding
dalam ronnga dada. Kondisi ini umumnya merupakan komplikasi dari penyakit
lain.
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan
pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 10 cc - 20
cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur. Cairan yang
sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut
mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura
parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya
tekanan hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura
viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian
kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan
cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar
sel-sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap karena adanya
keseimbangan antara produksi dan absorbsi.
G. Pemeriksaan penunjang
Dokter akan mendiagnosis efusi plaura dengan melakukan wawancara
medis, pemeriksaan fisik , serta pemeriksaan penunjang seperti:
a. Rontgen dada, biasanya dilakukan untuk memastikan adanya efusi pleura,
dimana hasil pemeriksaan akan menunjukkan adanya cairan.
b. CT scan dada. CT scan bisa memperlihatkan paru-paru dan cairanefusi
dengan lebih jelas, serta bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru
atau tumor.
c. USG dada, bisa membantu mengidentifikasi adanya akumulasi cairan dalam
jumlah kecil.
d. Torakosentesis, yaitu tindakan untuk mengambil contoh cairan untuk diperiksa
menggunakan jarum. Pemeriksaan analisa cairan pleura bisa membantu untuk
menentukan penyebabnya.
e. Biopsi. Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa.
f. Bronkoskopi, pemeriksaan untuk melihat jalan nafas secara langsung untuk
membantu menemukan penyebab efusi pleura.
g. Torakotomi, biasanya dilakukan untuk membantu menemukan penyebab efusi
pleura, yaitu dengan pembedahan untuk membuka rongga dada. Namun, pada
sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,
penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
H. Pemeriksaan Penunjang.

❖ Kultur sputum : dapat ditemukan positif mikrobakterium tuberculosis.


❖ Asupan darah asam Zehl - Neelsen : positif BTA.
❖ Skin test : positif bereaksi (area indurasi 10 mm) lebih besar terjadi selama 48
- 72 jam setelah infeksi.
❖ Foto thoraks : pada tuberculosis ditemukan infiltrasi listrik pada lapang atas
paru, deposit kalium pada lesi primer dan adanya patah frenikus kostalis yang
menghilang, serta gambaran batas cairan yang melengkung.
❖ Biakan kultur : positif mycobacterium tuberculosis.
❖ Biopsy paru : adanya giant cells berindikasi nekrosis (tuberculosis).
❖ Elektrolit : tergantung tempat dan derajat penyakit, hiponatremia disebabkan
oleh retensi air yang abnormal pada tuberculosis lanjut yang kronis.
❖ ABGs : abnormal tergantung lokasi dan resiko residu paru - paru.
❖ Pungsi paru : penurunan vital kapasiti, peningkatan dead space, peningkatan
resio residual udara ke total lung capacity dan penyakit pleura pada
tuberculosis kronis tahap lanjut.
I. Komplikasi
Kerusakan pada paru akibat alveolus tidak terisi udara. Empima, yaitu
kumpulan nama di rongga pleura. Pneumothorax, yaitu penumpukan udara pada
rongga pleura. Penebalan pleura dan munculnya jaringan parut di lapisan paru-
paru.
a. Fibrotoraks Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan
drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan
pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks
meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan -
jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi)
perlu dilakukan untuk memisahkan membran - membran pleura tersebut.
b. Atalektasis lektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis paru Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat
jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara
perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang
menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang
berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang
terserang dengan jaringan fibrosis.
d. Kolaps Paru Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh
tekanan ektrinsik pada sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara
keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
e. Empiema Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang
mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi yang
menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah dalam rongga
pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau lebih, yang
menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas dan rasa sakit (Morton,
2012).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terjadi penumpukan cairan
dirongga pleura yang disebabkan oleh kelainan intra abdominal, penyakit
kolagen, gangguan sirkulasi dan neoplasma yang semuanya ini melewati
sistem limpatik dan vaskuler. Untuk mencegah komplikasi lebih lanjut maka
perawata sebagai salah satu petugas kesehatan harus mampu memberikan
asuhan keperawatan yang bermutu terhadap masalah pasien yang
berhubungan efusi pleura. Pengkajian harus dilakukan secara holistic yang
meliputi aspek bio psiko, sosial dan spiritual sebelum menetapkan diagnosa
keperawatan perawat perlu melakukan analisa masalah yang ditemukan saat
pengkajian dengan menggunkan pendekatan proses keperawatan maka
tindakan keperawatan dapat dilakukan secara sistematis untuk setiap masalah
keperawatan yang timbul.
B. Saran
peran perawat dalam mengatasi masalah pada pola nafas tidak efektif
adalah memberi posisi semi fowler, mengobservasi perubahan RR dan
kedalamannya serta memberikan pengobatan analgesic. Peran perawat ini
tidak kalah pentingnya adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang
proses penyakit serta penanganan efusi pleura
DAFTAR PUSTAKA

Baughman C Diane(2000), Keperawatan medical bedah,Jakrta,EGC,

Doenges E Mailyn (2000), Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan


dan pendokumentasian perawatan pasien.Ed3. jakarta, EGC

Hudak,Carolyn M.(1997),Keperawatan kritis:Pendekatan holistic. Vol.1,Jakarta.EGC

Nanda (2013), Asuhan keperawatan: AminNuda Hurarif: dkk.jakarta:EGC

Price,Sylvia A,(2000), Patofisiologi:konsep klinis proses penyakit.jakarta.EGC

Purnawan J. dkk(1982).Kapita salekta kedokteran,Ed 2 media aesculapius.FKUI

Smeltzer C Suzanne,(2002) Buku ajar keperawatan medical bedah,Brunner and suddarth


Ed 8 .vol. 1,jakarta, EGC

Somantri, I (2001) Asuhan keperawatan sistem pernafasan.jakarta:EGC.

Susan martin tucker,(2001)Standar perawatan pasien:proses


keperawatan,diagnosis,dan evaluasi.jakarta EGC

Syamsuhidayat,wim de jong(2000), Buku ajar ilmu bedah,edisi revisi,jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai