Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMOK MEMBUAT PAPER

MATA KULIAH TEKNIK SUNGAI


BENDUNG DAN BENDUNGAN

Andreas A.S. Nepa, Boas Mambrasar, Christian Andreas Rupang, Stenly Salasa,
Thobias Tito Ohoiwutun, Ubet Setyadi

IV. BENDUNG
1. PENGERTIAN
Bendung(weir) adalah sebuah bangunan ambang yang ditempatkan melintang
diatas palung sungai, dengan tujuan untuk meninggikan muka air sedemikian rupa,
sehingga memungkinkan untuk penyadapan (pengambilan air = intake) guna di
menfaatkan untuk berbagai macam tujuan.
Adapaun air yang ditampung tersebut dapat digunakan untuk keperluan melayani
beban puncak harian bagi pembangkit tenaga listrik. Manfaat lainya dapat untuk
digunakan untuk pelayaran sungai.
2. KLASIFIKASI BENDUNG
Bendung dapat di klasifikasi berdarsakan pertimbangan untuk keperluan
perencanaan keperluan perencanaan teknis (engineering desingen) sebagai berikut:
Namun demikian dalam naskah ini akan diuraikan dalam garis besarnya saja:
a. Bendung sementara
Sesuai dengan istilahnya yaitu bendung sementara, maka bahan dari badan
bendung dibuat dari tumpukan batu, bronjong (gabion),bronjong dilapis beton
tumbuk (matras),kayu,konstruksi kayu diisi batuan,bamboo dan sebagainya.
b. Bendung tetap (permanen)
Bendung tetap sesuai dengan istilahnya dibuat dari pasangan batu atau dari
beton,berarti strukturnya permanen.
3. BACKWATER
Dengan adanya pembendungandipalung sungai, mengakibatkan muka air sungai
menjadi naik. Kenaikan muka air sungai, apabila terjadi banjir-banjir.
Kemungkinan air sungai akan meluap kesamping kiri dan kanan sungai dan dapat
menggenangi sekitarnya. Kenaikan air di hulu bendung dengan jarak tertentu
disebutbackwater.

1
4. BENDUNG GERAK
Sesuai dengan istilah yaitu “bendung gerak” berarti struktur badan bendungyang
menahan air dapat digerakan naik dan turun sesuai dengan fungsi bendung tersebut.
Dengan kata lain bendung gerakdibangun karena untuk membangun bendung tetap
mengandung resiko yang besar terhadap kemungkinan banjir.
V. BENDUNGAN (DAM)
1. PENGERTIAN.
Bendungan (dam) adalah sebuah ambang besar yang melintang di palung
sungai dan berfungsi untuk menyimpan air pada masa – masa surpus air, kemudian
tampungan air tersebut pengeluaranny di atur untuk berbagai macam tujuan.
Seperti tujuan eka guna (single purpose) yang berarti satu tujuan saja, misalnya
untuk keperluan irigasi saja, atau untuk keperluan tenaga air saja. Serba guna
(multipurpose) berarti lebih dari satu tujuan yaitu untuk keperluan pengendalian
banjir, pengendalian sendimen, irigasi, tenaga air, air minum, air untuk industry
dll. Sesuai dengan kesepakatan dari Internasional Congress on Large Dams
(ICLD).

2. KLASIFIKASI BENDUNGAN.
Bendungan dapat di klasifikasi dalam berbagqai jenis kategori tergantung
daripada tujuan dan sudut manakah klasifikasi itu di pandang.
Tiga klasifikasi dipandang dari sudut :
a. Menurut kegunaannya.s
b. Menurut perancangan hidraulis.
c. Menurut material (bahan) yang dipakai.
a. Klasifikasi Menurut kegunaanya.
Bendungan dapat diklasifikasi menurut luasnya fungsi yang direncanakan,
seperti : penampung air, pengelak atau pelimpah air dan sebagai penahan air.
Penyempurnaan klasifikasi itu dapat juga di laksanakan dengan
menentukan/memecahkan fungsi-fungsi yang bersifat khusus.
1) Bendungan Penampung Air.
Dipergunakan pada masa- masa surplus yang nantinya akan di pergunakan dalam
masa-masa kekurangan air. Selanjutnya bendungan – bendungan penampung air
itu juga dapat juga di klasifir menuirut tujuan., misqalnya : sebagai penampung air

2
(persediaan air), sebagai tempat rekreasi, perikanan, perburuaan (wildlife) dan
sebagainya.
Tujuan khusus dan tujuan lainya sering sangat mempengaruhi terhadap rencana
pembangunan bendungannya.
2) Bendungan Pembelokan (Diversion Dam).
Untuk meninggikan muka air, maka dibangun sebuah bendungan. Untuk
keperluan mengaliri air melalalui saluran – saluran, kanal – kanal ataupun dengan
sistim – sistim aliran lain menuju ke tempat tempat yang memerlukanya.
Bendungan – bendungan ini dipergunakan sebagai pengembangan irigasi, dan
sebagai pembelokan dari arus sungai melalui terusan terusan kemudian disebar
untuk memenuhi kebutuhan air minum, untuk industry, ataupun kombinasi dari
kedua maksud tadi.
3) Bendungan Penahan (Detension Dam).
Dibuat untuk memperlambat serta mengusahakan seminimal mungkin terhadap
efek aliran banjir yang mendadak.
b. Klasifikasi Perencanaan Hidrolis
Bendungan-bendungan dapat diklasifikasi sebagai bendungan-bendungan over-
flow dan non over- flow. Bendungan-bendungan over-flow (pelimpah)
dimaksudkan untuk mengalirkan air melalui puncak (crest)-nya. Bendungan-
bendungan yang semacam ini haruslah dibuat dari bahan-bahan yang tak dapat
terkikis oleh pelimpahan air, seperti beton, masonry (pasangan batu), baja.
c. Klasifikasi Material
Klasifikasi ini biasanya dipakai untuk tujuan-tujuan diskusi prosedur-prosedur
perencanaan, selain berdasarkan atas bahan yang diperlukan, tetapi juga meliputi
konstruksinya. Selain itu klasifikasi ini biasanya juga mengakui terhadap
perencanaan type basis semacam itu, misalnya bendungan lengkung beton
(concrete gravity-dam) maupun bendungan lengkung beton (concrete arch-dam).
1. Bendungan Urugan Tanah
Bendungan tanah ini adalah model bendungan yang paling umum, terutama
disebabkan karena konstruksinya, termasuk juga pemakaian material yang
biasa serta tidak banyak memerlukan pengolahan.
2. Bendungan Urugan Batu (Rock-Fill Dam)
Bendungan rockfill ini selain mempergunakan batu dari segala macam
bentuk/ukuran memberikan stabilitas, tapi juga memakai sebuah membrane

3
(selaput semacam kulit) atau inti kedap air (core) yang tak akan dapat
dipengaruhi oleh rembesan air. Membrane ini hendaklah sebuah dan
menghadap up-stream serta yang tidak terpengaruh oleh lempung atau tanah :
a.l. beton, atau concrete slab,trotoir, beton aspal, plat-plat baja maupun usaha-
usaha lain yang sejenis.
3. Bendungan Gaya Berat Beton (Concrete Gravity Dam).
Gaya berat beton bendungan harus disesuaikan dengan lapangannya, dimana
tempat itu terdapat pondasi batuna yang cukup baik, meskipun bangunan-
bangunan rendah dapat didirakan di atas pondasi alluvial, namun haruslah
dilengkapi dengan cut-off yang memadai.
4. Bendungan Lengkung Beton (Concrete Arch Dam)
Bendungan lengkung beton dapat disesuaikan dengan lapangannya, dimana
dengan lebar yang tepat diantara batas ketinggian adalah tidak besar; serta
batas-batas pondasinya terdiri dari batu keras dan batu keras ini akan mampu
menahan dorongan dari lengkungnya, karena tekanan air di waduk.
5. Bendungan Galangan Beton (Concrete Butterss Dam)
Bendungan yang terdiri dari galangan beton meliputi deck yang datar serta
struktur-struktur lengkung ganda. Bendungan-bendungan ini memerlukan
beton kira-kira kurang dari 60% dari pada beton yang dipakai untuk
bendungan-bendungan gravit, tetpai bila diperhitungkan dengan
meningkatnya biaya untuk membentuk serta mengecor baja, akan memadailah
biaya seperti halnya bila dibangun dengan memakai gravity type.
6. Tipe yang lain
Selain dari pada type-type yang telah disebutkan di atas, masih banyak juga
dibuat type-type lain, tetapi didalam banyak hal type ini mempunyai
kebutuhan local yang tidak sama, atau karena berdasarkan percobaan-
percobaan sesuai dengan alamnya. Dalam beberapa contoh, struktur baja telah
dipergunakan baik untuk deck ataupun untuk kerangka pembantu pada
bendungan ini.

3. DESAIN KRITERIA BENDUNGAN TIPE URUGAN.


Berikut disajikan garis – garis besar desain kriteria (design criteria) bagi
perencanaan teknis bendungan tipe urugan (fill type embankment dam)
sebagai berikut :

4
a. Klasifikasi Tipe Bendunga.
Telah di uraikan di muka bahwa klasifikasi bendungan tipe urugan terdiri
atas : Bendungan urugan tanah (earthfill dam) dan Bendungan urugan batu
(rockfill dam)
b. Pemilihan Tipe Bendungan.
Pemiliha tipe bendungan urugan harus ditinjau dari beberapa factor, yaitu:
tinggi bendungan, kualitas dan kuantitas bahan yang tersedia dilokasi,
kondisi topografi dan geologi, calon lokasi dam berikut calon genangan
(waduk), meteorology, hidrologi, exploitasi waduk, metode pelaksanaan
dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
c. Bahan (Material) Tanah.
Bahan tanah untuk dam yang akan digunakan memenuhui persyaratan
yaitu kedap air. Karena itu koefisien permeabilitas (coefficient of
permeability) dan kekuatan = tegangan geser (shear strength) setelah
ditekan harus kecil, mudah dipadatkan dan tidak mengandung bahan-
bahan organik.
d. Bahan Batuan.
Bahan batuan harus baik (sound), dan awet dan harus memiliki tegangan
geser yang tinggi. Menurut pengalaman pembangunan dam di dunia bahan
batuan yang baik adalah: granit, basalt, andesit, batu pasir dari
premesozoic, batu kapur (lime stone) yang tua, batuan quartzise.
e. Bahan Kedap Air
Bahan kedap air untuk lapisan (selimut) permukaan dinding bendungan
umumnya digunakan aspal beton (asphalt concrete) dan plat beton
bertulang (reinforced concrete slabs. Untuk lapisan permukaan dinding
bendungan yang menggunakan aspal beton, bahan aspal merujuk pada JIS
K2207-1960, dan ternyata hingga saat ini dapat diandalkan kualitasnya.
Untuk material beton seyogyanya menggunakan manual dan Bereau of
Reclamation Cocrete Manual, atau merujuk pada spewsifikasi beton yang
dikeluarkan oleh the Japan Society of Civil Engineers.
f. Pondasi
Pondasi dari calon bendungan harus didesain setepat tepatnya
(appropriately designed) yang sangat erat hubungannya dengan; tinggi

5
bendungan gaya-gaya yang bekerja. Jenis tanah pondasi (batuan, tanah,
kerikil atau pasir).
g. Desain Badan Bendungan.
Desain badan bendungan akan mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Lereng bendungan
2) Lebar puncak
3) Chamber (Jagaan Puncak Dam)
4) Kemiringan sebelah hilir
5) Kemiringan Lereng Sebelah Hulu
6) Perlindungan Lereng
7) Kontak Dam dengan Struktur lain
A. BENDUNGAN TIPE HOMOGEN
Harus dilengkapi dengan konstruksi drainase yang dimaksudkan untuk melindungi
garis preatik agar tidak mencapai bagian hilir.
B. BENDUNGAN TIPE ZONE
Zone-zone urugan dapat dikategorikan sebagai berikut:
- Zone kedap air
- Zone semi kedap air
- Zone lolos air
- Zone random
C. BENDUNGAN TIPE SELIMUT KEDAP AIR
Konstruksi selimut kedap air didesain harus kedap air. Selimut tersebut hanya
dibuat apabila lokasi sama sekali tidak tersedia bahan tanah liat yang memenuhi
syarat teknis. Ketebalan selimut dari aspal beton antara 20 cm hingga 40 cm.
ketebalan selimut dari beton bertulang anatara 30 cm hingga 60 cm. hal ini
tergantung pada tinggi bendungan.
D. KEAMANAN BENDUNGAN (SAFETY OF DAM)
Badang bendungan dan pondasi harus aman terhadap kegagalan longsoran, uyang
meliputi kondisi-kondisi sebagai berikut:
a. Rembesan harus mantap dalam kondisi waduk terisi penuh
b. Pada akhir pelaksanaan pekerjaan bendungan dalam kondisi adanya sisa tekanan
pori
c. Kondisi muka air tinggi dan muka air rendah dalam waduk rembesan harus
mantap

6
d. Pada kondisi muka air waduk turun dengan cepat fluktuasi mukan air waduk
cukup besar masih ada sisa tekanan pori
e. Kondisi pada pengisian waduk maupun kondisi pada saat operasi waduk
E. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN
Menyiapkan perancangan pekerjaan pembangunan yang mantap agar kemajuan
pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan. Hal ini harus diperhatikan hal-hal
berikut :
- Kondisi lapangan
- Meterelogi
- Kondisi run-off hidrologi
- Besarnya volume proyek
- Tersedianya bahan
- Jenis pekerjaan yang sulit
- Kemampuan kontraktor
- Kemampuan supervise pekerjaan
- Syarat-syarat yang ditentukan dalam desain
F. PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan harus betul-betul siap untuk melaksanakan pembangunan
bendungan. Pekerjaan meliputi : Fasilitas konstruksi, Jalan untuk pelaksanaan
pekerjaan, Pembebasan tanah dan pemukiman kembali, Masalah lingkunagn
G. PERALATAN KONSTRUKSI
Peralatan konstruksi harus diseleksi agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam desain. Umumnya persyaratan tersebut meliputi: Tipe peralatan, Kemampuan
peralatan, Jumlah peralatan
H. PEKERJAAN PONDASI
Metode penggalian dan metode perbaikan pondasi harus dilaksanakan sesuai jadwal
pelaksanaan dimana harus diperhatikan tentang topografi dan kondisi geologi yang
semua itu harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam desain.
I. BAHAN-BAHAN DAN URUGAN
a. Bahan tanah
Bahan tanah yang diambil dari tempat pengambilan serta cara pengangkutannya
harus diperhatikan kondisi lapangan sehingga kualitas bahan sesuai serta
disesuaikan dengan schedule pelaksanaan urugan dan pemadatan bendungan.
b. Urugan (timbunan)

7
Urugan tanah, batuan, pasir dan kerikil harus dikerjakan sesuai dengan metode
pelaksanaan yang cocok agar memenuhi persyaratan nilai desain
J. PEMERIKSAAN KUALITAS (QUALITY CONTROL)
Disinilah peranan konsultan supervise yang menjadi sangat penting, karena
tugasnya tidak hanya supervise, tetapi juga memonitor, mengevaluasi dan peloporan
hasil pemeriksaan.
K. FASILITAS KONTROL (CONTROL FASILITIES)
Berupa alat observasi dan instrument pengukuran dam dan pondasi harus dipasang
selama pelaksanaan pekerjaan guna keperluan monitoring dan pemeliharaan dam.
L. BANGUNAN JALAN KELUAR (OUTLET WORKS)
Bending tipe lapisan selimut haruas dilengkapi dengan jalan ke luar masuk untuk
keperluan inspeksi dari dalam tubuh bendungan maupun keperluan pemeliharaan
membrane.
4. DESAIN KRITERIA BENDUNGAN TIPE BETON (BENDUNGAN GAYA BERAT
BETON DAN GALANGAN BETON).

Pada naskah ini disajikan dasar-dasar criteria desain (design dams) untuk bendungan gaya
berat beton (concrete gravity dams) dan bendungan galangan beton (butters dam).Desain
kriteria ini juga berlaku untuk bendungan gaya berat beton berongga (hollow gravity dams).

a. Persyaratan Dasar untuk Desain.

b. Perhitungan Desain dan Model Test Tubuh Bendungan.

c. Perbaikan Pondasi dan Kontrol Suhu pada Beton

d. Sambungan Pengerutan dan Penahan Air

e. Fasilitas dan Saluran Pengeluaran.

5. DESAIN KRITERIA BENDUNGAN BUSUR (ARCH DAMS)

Berikut disajikan desain kriteria untuk bendungan tipe busur (arch dams)

a. Konstanta fisik dari beton


Konstanta fisik (physical constants) dari beton harus ditetapkan dari hasil uji
percobaan laboratorium bahan dan uji coba perbandingan campuran yang akan
digunakan untuk pembetonan.konstanta
b. Kokoh beton (strength of concrete)
Kokoh beton dan umurnya harus mengikuti standar yang berlaku secara
internasional. Persyaratan kokoh beton sama seperti untuk bendungan tipe gaya
berat beton. Pada bendungan busur nilai uji kokoh beton sangat tergantung pada
keadaan (state) dari kombinasi gaya-gaya yang bekerja.

8
c. Modulus elastisitas dan kekuatan batuan dasar.
Modulus elastisitas atau modulus deformasi dan kekuatan batuan dasar dibawa
bendungan harus ditentukan oleh hasil uji coba kekuatan batu di lapangan (in-
situ-tests).
d. Factor keamanan dasar batuan
Faktor keamanan untuk bendungan tipe busur sama dengan yang digunakan pada
bendungan tipegaya berat beton.demikian pula metode analisa tentang
pertahanan geser (the shear friction restitance) antara tubuh bendungan dengan
dasar batuan (baik atau lemah sama dengan bendungan type gravity.
e. Gaya-gaya yang harus diperhitungkan
Gaya-gaya yang bekerja pada bendungan busur untuk keperluan desain yang
harus diperhitungkanadalah sebagai berikut : Tekanan hidrostatis, Gaya akibat
temperature, Berat tubuh bendungan tekanan ke atas, Tekanan sedimentasi, Gaya
seismik terhadap tubuh bendungan, Gaya hidrodinamik akibat gempa bumi,
Gaya pengaruh es (kalua ada), Gaya kecepatan angina.
f. Raut muka bendungan
1) Konfigurasi bendungan
Konfigurasi raut muka bendungan ditentukan sedemikian rupa. Sehingga
stabilitas tubuh bendungan dan pondasi terjamin terhadap bentuk jurang
(canyon), terhadap alamiah batuan dasar dan melimpasnya banjir-banjir
melalui peluap.
2) Perbaikan dasar batuan pondasi.
Demi terjaminya keamanan tubuh bendungan dengan segala perlengkapanya,
apabila dianggap perlu harus diadakan perbaikan dasar batuan pondasi.
g. Struktur tambahan pada abutmen
Guna melindungi kerusakan pada abutment demi keamanan kadang-kadang
diperlukan struktur tambahan pada abutment.
h. Sambungan (Joint)
Guna melindungi terhadap bahaya retak-retak pada struktur massa beton, maka
harus dilengkapi dengan struktur sambungan pengerutan (conctractin joints).
i. Analisa tegangan
Analisa tegangan tubuh huljgt7ftydtrgfvuyhjiugvytghvyuuhubi diperhitungkan
dengan suatu metode, sehingga memudahkan untuk mengadakan evaluasi
terhadap kondisi aktual tegangan yang terjadi pada bendungan.
j. Tegangan akibat berat mati tubuh bendungan
Perhitungan tegangan akibat berat mati (dead weight) tubuh bendungan
tergantung daripada pertimbangan sebagai berikut : raut muka bendungan dan
urut-urutan pelaksanaan pekerjaan. Asumsi pelaksanaan pekerjaan dapat ditinjau
dari seluruh tubuh bendungan, dilaksanakan silmutan berdasarkan metode
cantilever atau dengan asumsi pelaksanaan pekerjaan tiap-tiap cantilever dari
bagian tubuh bendungan yang dimungkinkan terjadi pemindahan.
k. Analisa tegangan dan perhitungan struktur bangunan tambahan pada
abutment.

9
Analisa tegangan dan perhitungan struktur bangunan tambahan pada abutment
harus dikrerjakan..
Apabiala pekerjan desain kurang meyakinkan maka harus ditunjang melalui test.
l. Analisa tegangan pada bendungan sebagai spill viay, outlet dan serambi.
Analisa tegangan pada bendungan sebagaispillway outlet dan serambi harus di
Analisa melalui model test. Hal ini sangat penting apabila spillway tersebut
harus dilengkapi dengan kolam pemecah energy (energy dissipatorbasin) atau
tidak.
m. Model test.
Model test hanya dilaksanakan apabila designer merasa ragu-ragu atas hasil
perhitungan, atau juga untuk meyakinkan pekerjaan desain apabila struktur
bendunganya cukup besar dan kondisi geologinya kurang dapat dipercepat daya
dukungnya.
n. Fasilitas inspeksi dan pengukuran
- Fasilitas inspeksi dan pengukuran harus diadakan seperti pada bendungan
tipe grafiti.
- Instrument pengukuran juga harus diadakan seperti pada tipe bendungan
graffiti

6. PELUAP (SPILLWAY)

a. Fungsi Peluap

Bendungan tipe apapun harus dilengkapi dengan fasilitas peluap (spillway) yang
berfungsi melepaskan debit banjir. Peluap pada umunya terdiri dari bangunan
pengatur debit banjir, saluran pengangkut aliran banjir dan bangunan pemecah
energy ( Energy dissipator).

b. Struktur pengatur peluap

1. Bentuk dan kedalaman jalan masuk saluran.

Jalan masuk saluran harus didesain agar kecepatan aliran lambat dan seragam
serta kedalaman yang cukup. Kecepatan aliran tidak boleh mengganggu pengaliran
debit yang pada saat-saat tertentu naik mendadak yang dapat menimbulkan hantaman
gelombang besar pusaran dan lain-lain yang dapat mengakibatkan berkurangnya
kapasitas peluap atau kerusakan struktur.

2. Bentuk Luapan (Shape of Overflow)

Bentuk luapan dan koefisien pengaliran harus ditentukan melalui uji coba
melalui uji coba melalui model test di laboratorium. Dikecualikan apabila
karakteristiknya sam dengan sejumlah spillway yang sudah dibangun lama dan
terbukti aman.

10
c. Tekanan Negatif pada Bnetuk Luapan.

Bentuk luapan harus didesain sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan


terjadinya tekanan negative yang menyebabkan kavitasi (cavitation) maupun bahaya
getaran (dangerous vibration).

d. Bnetuk dan Koefisien Debit pada Peluap Tipe Mulut (orifice type)

Bnetuk dan koefisien debit pada peluap harus didesain melalui uji coba model test
di laboratorium. Dikecualikan apabila karakteristiknya sama dengan sejunlah struktur
yang sudah dibangun lam adan terbukti aman. Hal yang serupa bagi bentuk dan
koefisien debit bagi si tipe sifon (syphon).

e. Jagaan diatas Mercu Peluap.

Mercu peluap harus diberikan jagaan (vertical clearance) minimal 1,5 m diatas
muka air tinggi di waduk. Dalam kriteria ini guna menentukan dimensi corong,
apabila ratio diameter aksial (sumbu) dengan bagian yang sempit sekitar 1,5 kalinya.

f. Lengkungan Mulut dan Saluran Pembawa.

1) Lengkungan Mulut.

Lengkungan mulut (curvature of orifice) harus didesain sedemikian rupa


agar tidak menimbulkan terjadinya hantaman oleh gelombang air (shock
wahes), demikian pula lengkungan pada corong harus didesain untuk tidaak
menimbulkan cerai berainya (separation of flow) pengaliran pada dasar corong.

2) Kondisi Pengaliran pada Terowongan.

Kondisi pengaliran pada terowongan pada dasarnya menampung pengaliran


bebas. Pada bagian-bagian terowongan yang kemungkinan terjadinya bahaya
kavitasi maka pada bagian tersebut harus diberi perkuatan khusus. Bentuk
terowongan harus berupa lingkaran.

3) Bangunan Pengeluaran.

Bangunan pengeluaran harus didesain berdasarkan pertimbangan-pertimbangan


sebagai berikut : Kondisi topografi, Tipe bendungan, Tekanan air, Peralatan
pengaturan debit, Debit luar biasa dan, Masalah pemeliharaan dan inspeksi.

4) Bangunan Pemecah Energy

Tipe Bangunan pemecah energy harus diseleksi berdasarkan : kondisi topografi,


kondisi geologi, kondisi hidrologi, kondisi meterologi dan pengaruh lingkungan.
Bangunan pemecah energy (the energy dissipator) dapat diklifasikan dalam tiga
tipe yaitu : Tipe loncatan,Tipe loncatan ski dan Tipe terjun bebas.

11
g. Pintu Air Di Puncak Bendungan (Crest Gate).

1) Seleksi Tipe Pintu Air

2) Tenaga Listrik yang Handal.

h. Pintu tekanan dan Katup (Valve)

1) Pemilihan Tipe Pintu Tekanan dan Katup.

Pemilhan tipe pintu tekanan dan katup untuk saluran pipa pembuangan harus
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut : debit, tekanan, tipe bendungan, raut
saluran pipa dan cara pemeliharaan serta pengawasan.

2) Serep Pintu dan Katup

Apabila bendungan dilengkapi dengan pintu dan katup, maka serep-serep tersebut
harus diadakan.

h. Studi Model (Model Study)

1) Aplikasi, Studi Model.

Apabila metode perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus hidraulik kurang


meyakinkan, maka cara mendesain peluap (spillway) harus diuji melalui aplikasi
(percobaan) studi model di laboratorium. Dari hasil laporan studi model tersebut
digunakan untuk menyempurnakan pekerjaan desain.

2) Motode test Model (Model Test)

Terkaitnya dengan pekerjaan desain, maka harus dibuat suatu prototip (prototype)
sebagai standard model test. Model test tersebut harus secara lengkap mencakup
bagian hulu dan hilir struktur serta peralatan pengukuran yang benar-benar akurat
(teliti).

Hal-hal yang penting kecuali diteliti tentang pengaliran hidraulik juga mendapatkan
nilai Freude serta model geometriknya.

3) Penyesuaian dengan Hasil Test

Hasil test yang telah dilakukan melalui model tersebut dijadikan acuan untuk
menyelesaikan pekerjaan desain sekaligus menyempurkan terutama yang
menyangkut sifat-sifat fisik, kemungkinan adanya perbedaan antara kondisi
lapangan dengan model serta ketelitian pengamatan. Terutama pengamatan yang
menyangkut perubahan pada sungai, sedimental, penggerusan dan pengaliran
sehingga dikatakan sebelum dan sesudahnya dibangunannya suatu struktur peluap.

12

Anda mungkin juga menyukai