Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGANTAR MANAJEMEN
“KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI DAN FUNGSI PENGENDALIAN DALAM
ORGANISASI”

DOSEN : HAREFAM ARIEF, SE, MM


DISUSUN OLEH
MAULINA DWI YULIA NASTUTI
43120010485

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah memberikan pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………….………….………..i


Daftar isi……………………………………………………….……….........……ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang……………………………………….........................………..1
1.2.Perumusan Masalah……………………………………...............................…1
1.3.Tujuan Penulisan………………………………………............................……2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Konsep Dasar Komunikasi……………………………………………………2
2.2. Pengertian Konseptual Komunikasi dalam Organisasi……………………….4
2.3. Proses Komunikasi dalam Organisasi………………………………………...6
2.4. Jaringan Komunikasi dalam Organisasi………………………………………8
2.5. Komunikasi sebagai Kebutuhan Organisasi………………………………….10
2.6. Pengertian Pengendalian……………..............................……………….……12
2.7. Elemen Pengendalian……………………………...........................……….…13
2.8. Jenis-jenis Pengendalian…………………………..............................……….14
2.9. Rancangan Proses Pengendalian……………………............................……...17
3.0. Karakteristik Pngendalian Yang Efektif…………...........................................18
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan………………………………………...............………….……..20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….........22
BAB 1
PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang


Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang
laindan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini
merupakansuatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari
hasil integrasi sosialdengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam
kelompok ataupun organisasiselalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan
masalah penting untuk kelangsunganhidup kelompok yang terdiri dari atasan dan
bawahannya.Komunikasi tidak hanya penting untuk manusia tetapi juga
penting untuk sistempengendalian manajemen yang merupakan alat untuk
mengarahkan, memotivasi, memonitora t a u m e n g a m a t i s e r t a e v a l u a s i
p e l a k s a n a a n m a n a j e m e n p e r u s a h a a n y a n g m e n c o b a mengarahkan pada
tujuan organisasi dalam perusahaan agar kinerja yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan dapat berjalan lebih efesien dan lancar, yang dimonitor
atauyang diatur dalam sistem pengendalian manajemen adalah kinerja dari
perilaku manajer didalam mengelola perusahaan. Merchant (1998) mengatakan bahwa
orientasi perilaku berhubungan dalam lingkunganp e n g e n d a l i a n m a n a j e m e n .
P e r i l a k u b e r p e n g a r u h d a l a m d e s a i n s is t e m p e n g e n d a l i a n manajemen
untuk membantu mengendalikan, memotivasi manajemen dalam
mengambilkeputusan dan memonitor perilaku yang dapat mengendalikan aktivitas-
aktivitas yang terjadidalam sebuah organisasi. S istem pengendalian
manajemen adalah sejumlah struktur komunikasi yang saling berhubungan
yang mengklasifikasikan proses informasi yang dapatmembantu manajer dalam
mengkoordinasi bagiannya untuk mengubah perilaku dalam p e n c a p a i a n
tujuan organisasi yang diharapkan pada dasar yang
b e r k e s i n a m b u n g a n (Maciarriello dan Kirby, 1994). Untuk membentuk suatu
kerja sama yang baik jelas perluadanya komunikasi yang baik antara unsur-
unsur yang ada di dalam organisasi tersebut. Komunikasi yang baik akan
menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam bekerja.
Di antara beberapa fungsi manajemen, perencanaan (planning) dan pengendalian
(controlling) memiliki pern yang sangat penting. Hubungan antara perencanaan dan
pengendalian adalah sangat erat. Dalam perencanaan, aktivitas organisasi, tujuan utama dan
sasaran, serta metode untuk mencapainya ditetapkan dengan jelas. Dalam pengendalian,
mengukur kemajuan ke arah tujuan tersebut dan memungkinkan manajer mendeteksi
penyimpangan dari perencanaan tersebut tepat pada waktunya untuk melakukan tindakan
perbaikan sebelum penyimpangan menjadi jauh.

Robert J. Mokler (1972: 2) memberikan batasan pengendalian yang meekankan elemen


esensial proses pengendalian dalam beberapa langkah, meliputi hal berikut :
  Management control is a systematic effort to set performance standards with planning
objectives, to design information feedback systems to compare actual performance with
these predetermened standards, to determine whether there are any deviations and to take
any action required to assure that all corporate resources are being used in the most
effective and efficient way possible in achieving corporate objectives.

1.2 Perumusan Masalah


 Dari latar belakang yang telah dipaparkan tadi tentu akan timbul rumusan masalah yang
akan dibahas pada makalah ini, antara lain :
Apa pengertian komuniikasi dalam organisasi?
Apa saja elemen pengendalian?
Apa saja proses organisasi?
Apa saja rancangan proses pengendalian?
Apa saja jaringan komunikasi?

1.3 Tujuan Penulisan


Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
Untuk mengetahui pengertin komunikasi dalam organisasi
Untuk mengetahui apa saja elemen dalam pengendalian
Untuk mengetahui proses organisasi
Untuk mengetahui rancangan proses pengendalian
Untuk mengetahui jaringan komunikasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Dasar Komunikasi
Pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia sebagaimana yang dikemukakan pada
bagian terdahulu tidaklah dapat dipungkiri demikian pula halnya dalam suatu organisasi.
Dengan adanya komunikasi yang baik akan membantu kelancaran organisasi, demikian pula
sebaliknya Komunikasi yang efektif adalah merupakan bagian yang penting bagi semua
organisasi. Berikut ini beberapa pandanga mengenai definisi komunikasi. Rubben (dalam
Muhammad. 2001:3) memberikan definisi mengenai komunikasi manusia yang lebih
komprehensif sebagai berikut: Komu-nikasi manusia adalah suatu proses melalui mana
individu dalam hubungannya. dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat
menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi
lingkungannya dan orang lain. Dari pandangan di atas dapat dilihat bahwa dalam proses
komunikasi mempunyai hubungan yang sangat erat antara satu bagian dengan bagian yang
lainnya dan mempunyai beberapa tahap untuk tetap saling melakukan hubungan. Dalam
kenyataan yang ada komunikasi akan muncul dalam setiap proses organisasi. Bahkan dapat
diilustrasikan bahwa organisasi yang tanpa komunikasi diibaratkan manusia yang kekurangan
aliran darahnya, apabila kurang darahnya manusia yang menjadi lemah, demikian pula
sebaliknya. Maka untuk itu komunikasi yang baik harus selalu dijaga agar tetap stabil
sehingga tidak menimbulkan apa yang disebut miss comunication. Barry Cushway
menggambarkan fungsi komunikasi dalam organisasi sebagai pembentuk organisasi climate
yakni iklim organisasi yang menggambarkan suasana kerja organisasi atau sejumlah
keseluruhan perasaan dan sikap orangorang yang bekerja dalam organisasi (Panuju, 2001:2).
Rubben (1988), mengemukakan bahwa komunikasi manusia yang lebih komprehensif
sebagai berikut: Komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam
hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan,
mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang
lain. Pada definisi inipun komunikasi dikatakan sebagai suatu proses yang mempunyai
beberapa taliapan yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan.

2.2. Pengertian Konseptual Komunikasi dalam Organisasi


Secara sederhana disebut, jika ada dua orang atau lebih dalam organisasi dengan sendirinya
akan berlangsung komunikasi. Organisasi merupakan “wadah kegiatan” orang- orang yang
melakukan berbagai tugas untuk mencapai tujuan bersama (common goals). Mereka bekerja
dalam struktur hubungan yang dibatasi oleh peran tugasnya. Dinamika perilaku yang
ditampilkannya diisi oleh posisi “tawar menawar” antara “needed accomplishment" dan “lask
accomplishment” yang mewarnai produktivitas kelompok maupun perorangan (Satoro, 2002-
2003:1). Sedangkan Daryanto (1996:3), mengungkapkan bahwa: “Organisasi adalah sistem
kerjasama antara dua orang atau lebih yang secara sadar dimaksudkan untuk mencapai
tujuan”. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa setiap kelompok orang yang bekerja-
sama akan terjadi suatu komunikasi atau hubungan sesuai dengan tugas yang diembannya,
sehingga menampilkan perilaku yang mendorong timbulnya kesadaran dalam berkomunikasi
untuk mencapai tujuan organi-sasi yang telah ditentukan. Myers & Myers (1987: 21)
menekankan bahwa komunikasi itu penting dan merupakan sentral dari kehidupan organisasi,
tetapi menganggapnya hanya sebagai salah satu dari sejumlah proses yang berlangsung dalam
organisasi. Berbagai pandangan kaum ilmuwan dalam bidang komunikasi menganggap
komunikasi sebagai kekuatan dominan dalam kehidupan organisasi. Karena itu komunikasi
merupakan inti organisasi, tanpa komunikasi tidak akan terdapat akativitas organisasi.
Berdasarkan uraian di atas, untuk memberikan batasan terhadap apa yang dimaksud dengan
komunikasi, berikut dipaparkan beberapa definisi untuk melihat keanekaragaman
pernyatanpernyataan yang dilihat dari sudut pandang yang bebeda. Hal ini berguna untuk
menarik pengertian yang umum dari komunikasi. 1. Sutisna (1989:226), “Komunikasi ialah
proses menyalurkan informasi, ide, penjelasan, perasaan, pertanyaan dari orang ke orang atau
dari kelompok ke kelompok”. 2. Handoko (1997:272), “Komunikasi adalah proses
pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain.
Pemindahan pengertian tersebut tidak sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan
tetapi juga ekspresi wajah, intonasi dan sebagainya”. 3. Hellrigel dan Slocum (dalam
Djatmiko. 2002:56), “Komunikasi adalah proses di mana fungsi-fungsi manajemen,
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan dilaksanakan”. 4. Lewis
dalam Hoy & Miskel (1987), “Communication meand starring messages, ideas, or attitudes
that produce a degree of understanding between a sender and receiver. (Komunikasi diartikan
pemberian pesan, ide atau sikap yang dihasilkan adanya suatu persetujuan atau saling
pengertian antara si pengirim dan si penerima). 5. Rogers (1976), “We define communication
as the process by which an idea is transferredfrom a source to a receiver with the intention of
changing his or her behavior". (Komunikasi didefinisikan sebagai proses yang di dalamnya
suatu gagasan yang disampaikan dari sumber ke penerima dengan tujuan merubah
perilakunya). 6. Keith Davis (1979:372), “Communication is defined as the process of
passing information and understanding from one person to another". (Komunikasi adalah
sebagai proses penyampaian informasi dan pengertian dari orang yang satu kepada orang
lain). Berdasarkan pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas, maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa komunikasi merupakan pertukaran pesan antara si pengirim dengan si
penerima pesan untuk merubah perilaku individu. Si pengirim pesan dapat berupa seorang
individu, kelompok, atau organisasi. Begitu juga halnya dengan si penerima pesan dapat
berupa seorang anggota organisasi, seorang kepala bagian, pimpinan, kelompok orang dalam
organisasi, atau secara keseluruhan.

2.3. Proses Komunikasi dalam Organisasi


istilah proses dalam komunikasi pada dasarnya menjelaskan tentang bagaimana komunikasi
itu berlangsung melalui berbagai tahapan yang dilakukan secara terus menerus, berubah-
ubah, dan tidak ada henti-hentinya dalam rangka penyampaian pesan. Proses komunikasi
merupakan proses yang timbal balik karena antara si pengirim dan si penerima pesan saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Dengan demikian akan terjadinya perubahan tingkah laku
di dalam diri individu, baik pada aspek kognitif, afektif, atau psikomotor. Melalui proses
komunikasi akan dapat ditentukan keputusan apa yang akan dilakukan oleh setiap individu
atau kelompok tentang bagaimana menentukan langkah atau hasil yang akan diperoleh ke
depan, karena dengan komunikasi akan dapat dijadikan pedoman dalam menentukan apakah
kerjasama dapat dilanjutkan atau tidak dapat dilanjutkan. Komunikasi sangat berperan dalam
menjaga kebutuhan manusia, karena komunikasi dibangun sebagai sebuah mekanisme
penyesuaian diri untuk manusia. Mekanisme penyesuaian diri adalah alat bagi manusia yang
digunakan untuk menolong mereka mengenali dan merespon yang mengancam eksistensinya.
Komunikasi menolong orang tetap selamat karena mereka diberikan informasi tentang
ancaman yang akan datang dan menolong mereka menghindari atau mengatasi ancaman-
ancaman ini (Kreps 1986:170). Apa yang dikemu- kakan di atas menjelas-kan bahwa
komunikasi memang sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan manusia sebaaai mahluk
sosial yang satu sama lainnya akan berinteraksi agar mereka tetap eksis baik sebagai individu
maupun sebagai anggota kelompok dalam suatu masyarakat yang lebih luas. Sementara itu
seorang ahli komunikasi. Ross (1997: 110) mengatakan bahwa komunikasi sebagai “Proses di
dalamnya mencakup pengertian, pemilihan dan pengiriman simbol-simbol dalam suatu cara
untuk membantu seorang pendengar untuk merasa dan melukiskan kembali pikirannya yang
berisikan pemahaman dari pemikiran si pengirim pesan”. Penjelasan ini menunjukkan bahwa
komunikasi merupakan simbol aktivitas yang menggunakan orang dalam menolong mereka
menginterpretasikan suatu pesan. Melalui proses tersebut diupayakan agar adanya data
menjadikan informasi yang disampaikan akan menghasilkan penafsiran dan akan membantu
untuk menolong predikat ke depan terhadap suatu rencana, dengan demikian komunikasi
tersebut dapat merespon pesan dengan pemahaman yang kreatif.

2.4. Jaringan Komunikasi dalam Organisasi


Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu organisasi, ia merupakan
proses penyampaian dan menafsirkan ide-ide, pesan dan perintah yang terjadi di dalam
totalitas unit suatu organisasi, dengan menggunakan komunikasi yang relevan untuk
mencapai pertumbuhan, perkembangan dan konsistensi kehidupan organisasi. Komunikasi
menjadi instrumen dalam menyebarkan berbagai informasi untuk dikerjakan oleh semua
orang yang terlibat dalam organisasi, sehingga ia mampu menciptakan sinerji. Mencip- takan
sinerji merupakan bagian penting dalam organisasi, sebab sinerji itu ‘‘the coperative actian of
two or more persons working together to accomplish more than they could working
separately” (Mondy & Premeaux, 1995:420). Terciptanya sinerja merupakan kontribusi yang
diberikan oleh komunikasi, dan dengan terciptanya sinerji tersebut akan tercipta kinerja yang
baik. Oleh karena itu menciptakan sinerji melalui komunikasi yang benar dan tepat akan
mengefektifkan pen-capaian tujuan organisasi. Seorang pemimpin dapat diukur kualitas atau
kualifikasi kepemimpinannya dari proses komunikasi yang dilakukannya. “Komunikasi
organisasi menyampaikan dan menafsirkan pesanpesan di antara unit-unit komunikasi yang
merupakan bagian dari fakta atau keteranganketerangan organisasi” (Pace & Faules,
1989:17). Dengan demikian yang dituntut adalah bagaimana seseorang baik pimpinan, staf
maupun bawahan mampu untuk mengungkapkan dan mengekspresikan ide-idenya kepada
semua pihak dalam organisasi tersebut. Kalau diperhatikan dengan seksama bahwa
komunikasi organisasi tersebut memiliki karakter sebagai pengiriman atau pengerahan pesan,
penafsiran pesan dan penanganan atau menindaklanjuti pesan agar kegiatan organisasi dapat
dijalankan sesuai dengan pesan tersebut. Wofford (1977:349) mengemukakan bahwa
pengiriman pesan biasanya datang dari level atasan, yatig sifatnya: a. Memberi perintah tugas
b. Memberi perintah untuk menghasilkan pengertian tentang tugas dan hubungannya dengan
tugas keorganisasian. c. Memberi informasi tentang prosedur dan tugas keorga- nisasian. d.
Menemukan balikan atau respon dari bawahan. e. Menemukan informasi tentang idiologi
sebagai indoktrinasi terhadap bawa-han mengenai misi organisasi. Lebih tegas lagi seperti
yang dikemukakan Kreps (1986:197), bahwa pesan atasan ke bawahan dalam komunikasi
(downward communication) berfungsi sebagai: a. Mengirim pesan secara hierarki kepada
bawahan. b. Memberi informasi sehubungan dengan tugas. c. Melaksanakan tinjauan tentang
pelaksanaan tugas. d. Mengindoktrin agar bawahan menyadari dan mampu
menginternasasikan tujuan organisasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pesan
yang disampaikan oleh atasan pada bawahan adalah untuk menyampaikan perintah,
pengarahan, bimbingan dan kebijaksanaan (keputusan) yang diber-lakukan oleh organisasi
dalam hubungannya dengan pelaksanaan tugas, disiplin hak dan tanggung jawab para
bawahan dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu komunikasi merupakan
sarana untuk penyebaran informasi dalam organisasi. Jika perannya adalah sebagai sarana,
maka peran tersebut harus diperkuat untuk dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya agar
organisasi berjalan secara efektif. Dengan berjalan secara efektif setiap perencanaan dalam
organisasi, maka dapat dikatakan bahwa organisasi telah menggunakan komunikasi dengan
benar, berdasarkan hal tersebut secara aksiomatik dapat dikatakan bahwa organisasi akan
berhasil dengan baik jika menggunakan komunikasi dengan baik, dan organisasi tidak akan
berjalan dengan baik jika ia tidak menggunakan komunikasi dengan benar. Oleh karena
organisasi merupakan komposisi sejumlah orang yang memiliki posisi atau peranan yang
berbeda, maka akan terjadi pertukaran pesan yang membutuhkan jalan atau jaringan
komunikasi tertentu. Untuk itu setiap komunikator harus mampu memahami berbagai
peranan dalam suatu organisasi. Menurut Muhammad (1989:104-105), ada enam pera-nan
jaringan komunikasi yaitu: 1. Opinion leader, adalah pimpinan informal dalam organisasi.
Mereka tidaklah selalu orang-orang yang mempunyai otoritas formal dalam organisasi tetapi
membimbing tingkah laku organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka. 2. Gate keepers,
adalah individu yang mengontrol arus informasi di antara anggota organisasi. Mereka berada
di tengah suatu jaringan dan menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain atau
tidak memberikan informasi. “Gate keepers ” dapat menolong anggota penting dari organisasi
seperti pimpinan, menghindarkan informasi yang terlampau banyak dengan jalan hanya
memberikan informasi yang penting-penting saja terhadap mereka. Dalam hal ini “gate
keepers” mempunyai “powers ” dalam memutuskan apakah suatu informasi penting atau
tidak. Jika “gate keepers” memutuskan bahwa informasi tertentu tidak penting, kemudian
seorang harus mendapatkan informasi tersebut, maka mungkin informasi tersebut tidak
diberikan. 3. Cosmopolities, adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan
lingkungannya. Mereka mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang ada dalam
lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orang-orang tertentu
pada lingkungannya. 4. Bridge, adalah anggota kelompok atau klik dalam satu organisasi
yang menghubungkan kelompok dengan kelompok lainnya. Individu ini membantu saling
memberi informasi di antara kelompok-kelompok dan mengkoordinir kelompok. 5. Laison,
adalah sama perannya dengan “bridge ” tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu
kelompok, tetapi merupakan penghubung di antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Individu ini juga membantu dalam membagi informasi yang relevan di antara kelompok-
kelompok dalam organisasi. 6. Isolate, adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak
minimal dengan orang lain dalam organisasi. Orang-orang ini menyembunyikan diri dalam
organisasi atau diasingkan oleh teman-temannya. Secara lebih jelas jaringan komunikasi pada
suatu organisasi dapat dilihat pada gambar berikut ini: Secara umum, jaringan komunikasi
dalam organisasi dapat dibedakan atas jaringan komunikasi formal dan jaringan komunika

2.5. Komunikasi sebagai Kebutuhan Organisasi


Setiap pesan yang disampaikan dalam komunikasi organisasi mempunyai alasan tertentu
mengapa dikirimkan dan diterima oleh orang-orang tertentu dalam komunitas organisasi
tersebut. Menurut Muhammad (1995:99), ada beberapa fungsi pesan yang disampaikan dalam
komunikasi organisasi, yang berhubungan dengan tugas-tugas kemanusiaan, dan
pembaharuan dalam organisasi, yaitu: 1. Pesan tugas, yaitu pesan-pesan yang berkenaan
dengan pelaksanaan tugastugas organisasi oleh anggota organisasi. Pesan tersebut mencakup
pemberian informasi kepada bawahan untuk melakukan tugas secara efisien, seperti
pemberian latihan, orientasi, penentuan tujuan, produktivitas dan lainlain. 2. Pesan
pemeliharaan, yaitu pesan yang berkenaan dengan kebijaksanaan dan pengaturan organisasi,
pesan ini mencakup perintah, ketentuan, prosedur, aturan dan kontrol yang diperlukan untuk
mempermudah gerakan organisasi untu mencapai output sistem. 3. Pesan kemanusiaan, yaitu
diarahkan kepada orang-orang dalam organisasi dengan mempertimbangkan sikap mereka,
pesan ini berkenaan dengan hubungan interpersonal, konsep diri perasaan dan moral. Yang
termasuk dalam kategori pesan ini adalah penghargaan terhadap hasil yang dicapai,
penyelesaian konflik antara individu atau kelompok aktivitas informal dan bimbingan. 4.
Pesan pembaharuan, yaitu suatu pesan yang menjadikan organisasi dapat menyesuaikan diri
dengan perubahanperubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Untuk itu suatu organisasi
membuat rencana-rencana baru, aktivitasaktivitas baru, program-program baru, proyek-
proyek baru dan saran-saran baru pula. Dalam suatu organisasi hal-hal seperti ini harus
dipahami oleh pimpinan agar komunikasi berjalan dengan baik, tanpa memperhatikan
kebutuhankebutuhan setiap anggota yang ada dalam organisasi akan diragukan loyalitas dan
kinerja setiap anggota organisasi tersebut, yang akhirnya membawa dampak kepada tujuan
yang harus dicapai organisasi sesuai dengan rencana-rencana yang telah ditetapkan. Oleh
karena itu perlu dipahami bahwa ada suatu kebutuhan yang sulit diidentifikasi, misalnya
keinginan mencapai rasa aman/jaminan. Sebagian itu kebutuhan fisiologis yang dibawa sejak
lahir untuk pemeliharaan diri seperti menghindari penyakit, penderitaan dan berusaha untuk
hidup. Di sisi lain bisa pula menjadi kebutuhan sekunder vang ada kaitannya dalam konteks
sosial. Contoh, apabila seseorang merasa dirinya disukai orang lain, dihargai, dan dibutuhkan
oleh organisasi, maka gejala ini akan mempei- besar perasaan amannya (Beach. 1995:263).
Karena komunikasi merupakan kebutuhan dalam organisasi. maka jajaran organisasi harus
menjadikan komunikasi sebagai sesuatu yang krusial sifatnya. "Dalam organisasi perlu
ditumbuhkan komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya, menerima, empati, dan
kejujuran” (Rakhmat, 1996:131). “Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang
lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang melihat
orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai” (Taylor, 1977: 193).
Menurut Freud dalam Rakhmat (1996:131), “Empati dianggap sebagai memahami orang lain
yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita” dan “Kejujuran adalah faktor ketiga yang
menumbuhkan sikap percaya”. Jika memperhatikan dengan adanya penggunaan komunikasi
dalam upaya menciptakan sikap menerima, empati dan kejujuran dalam organisasi adalah
dalam rangka menciptakan terjadinya kohesi kelompok dalam organisasi tersebut. Yang
dimaksud dengan kohesi kelompok ini adalah kekuatan yang mendorong anggota kelompok
untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok, dan kohesi
tersebut diukur dari: (1) keterkaitan anggota secara interpersonal pada satu samalain, (2)
ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan (3) sejauhmana anggota tertarik
pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya. (Collins & Raven
dalam Rakhmat, 1996: 164). Komunikasi pada dasarnya dilakukan dengan memperhatikan
berbagai kepen-tingan dan kebutuhan orang yang ada dalam organisasi. Kohesi kelompok
yang dikemukakan di atas merupakan bagian dari upaya untuk mengetahui keinginan
kelompok tersebut. Hubungan yang harmonis antara anggota dengan organisasi secara
signifikan akan mempengaruhi kinerja organi-sasi, dan jika kinerja ini berhasil sesuai dengan
rencana, maka produktivitas organisasi juga akan meningkat. Produktivitas yang meningkat
merupakan indikator bahwa suatu organisasi mampu meng- komunikasikan rencananya
kepada seluruh jajaran organisasi, sekaligus mampu mengko- munikasikan peran organisasi
tersebut di lingkungannya. 5. Memahami kebutuhan-kebutuhan dari semua anggota dalam
organisasi maka kinerja anggota akan maksimal dan hasilnya dalam mencapai tujuan
organisasi akan baik, sehingga optima-lisasi dalam semua lini organisasi berhasil dengan
memuaskan. Sekali lagi dapat dikatakan secara aksiomatik bahwa keberhasilan organisasi
sangat ditentukan oleh komunikasi sebagai salah satu faktor determinan dalam pencapaian
tujuan setiap organisasi.

2.1 Pengertian Pengendalian


Pengendalian Manajemen adalah suatu sistematik untuk menetapkan standar kinerja dengan
sasaran perencanaa, mendesain system umpan balik informasi, membandingkan kinerja
actual dengan standar yang telah ditetapkan, menentukan apakah terdapat penyimpangan, dan
mengukur signifikansi penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang di
perlukan.
 Menurut suadi (1999:8-9) system pengendalian manajemen adalah sebuah system
yang terdiri beberapa subsistem yang saling berkaitan, yaitu : Pemrograman,
penganggaran, akuntansi, pelaporan, dan pertanggung jawaban untuk membantu
manajemen mempengaruhi orang lain dalam sebuah perusahaan, agar mau mencapai
tujuan perusahaan melalui strategi tertentu secara efektif dan efisien.

 Menurut horgren, dkk (2006) mendifinisikan system pengendalian manajemen


sebagai berikut : “ Management control system is means of gathering data to id and
coordinate the process of making decisions throughout the organization”.

 Menurut Earl P Strong pengendalian adalah proses pengaturan berbagai factor dalam
suatu perusahaannya  sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana.

 Menurut Harold Koonz pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap


pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah di buat untuk mencapai
tujuan perusahaan.

 Menurut R. Terry pengendalian dapat definisikan sebagai proses penentuan, apa yang
sedang di lakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu
melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu
selaras dengan standar.
Berdasarkan batasan di atas, terdapat empat langkah dalam pengendalian, yaitu sebagai
berikut :
1. Menetapkan standar dan metode untuk pengukuran kinerja (estabilish standard and
methods for measuring performance)
2. Mengukur kinerja  (measure the performance)
3. Langkah mengukur kinerja merupakan proses yang berlanjut dan repetitif dengan
frekuensi actual bergantung pada jenis aktivitasnya yang sedang di ukur.
4. Membandingkan kinerja sesuai dengan standar (compare the performance match with
the standar)
5. Mengambil tindakan perbaikan (take corrective action)
2.2 Elemen Pengendalian
Dalam setiap system pengendalian, terdapat empat elemen pokok yang satu sama lain
berlangsung dalam urutan yang kronologis dan kontinu serta di antara keempat elemen pokok
tersebut berhubungan. Keempat elemen pokok pengendalian yang dimaksud adalah :
1. Kondisi atau karakteristik yang dikendalikan;
2. Intrumen atau metode sensor untuk mengukur kondisi atau karakteristik yang
dikendalikan
3. Kelompok, unit, atau instrumental kendali yang akan membandingkan data yang
diukur dengan pekerjaan yang direncanakan dan mengarahkan mekanisme perbaikan
untuk memenuhi kebutuhan;
4. Kelompok atau mekanisme yang bergerak dan mampu mengadakan inovasi dalam
system opersi.
Elemen pertama adalah kondisi dan karakteristik aktivitas yang akan dilakukan pengendalian.
Elemen yang kedua, intrumen atau metode sensor untuk mengukur kondisi atau karakteristik
yang dikendalikan sehingga hal-hal yang kurang mendukung tercapainya tujuan dan aktivitas
yang telah di tetapkan dapat diadakan penyaringan seperlunya. Elemen ketiga meliputi
penentuan kebutuhan untuk mengambil tindakan perbaikan dan penyampaian informasi yang
benar. Elemen keempat yaitu implementasi tindakan perbaikan.
faktor yang menentukan pentingnya pengendalian :
 Perubahan dalam lingkungan organisasi
 Kompleksitas organisasi
 Kesalahan yang sering terjadi

Dampak delegasi wewenang


 Elemen pengendalian
 Kondisi dan karakteristik aktivitas yang akan dikendalikan
 Instrumen atau metode sensor untuk mengukur kondisi atau karakteristik yang
dikendalikan
 Penentusn kebutuhan untuk mengambil tindakan perbaikan dan penyampian informasi
yang benar
 Implentasi tindakan perbaikan.

2.3 Jenis-jenis Pengendalian


Ditinjau dari system pelaksanaanya, pengendalian dapat diklasifikasikan menjadi system
pengendalian umpan balik, pengendalian umpan maju, pengendalian pencegahan.

1. Sistem pengendalian umpan balik


System pengendalia umpan balik beroperasi dengan pengukuran yang beberapa aspek proses
yang sedang dikendalikan dan perbaikan proses apabila ukuran menunjukkkan bahwa proses
menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Pengendalian ini memantau operasi proses
maupun masukan dalam suatu usaha untuk menerka penyimpangan yang potensial.
Pada umumnya dalam organisasi, proses pegendalian yang di tempuh oleh manajer meliputi
penetaapn hasil yang diinginkan, penentuan prediktor hasil, penentuan standar atas prediktor
dan hasil, penentuan jaringan informasi dan umpan baik, serta penilaian informasi dan
pengendalian tindakan perbaikan ( stoner dan wankel, 1956 : 580-582 )
Sistem pengendalian umpan balik biasanya terdiri atas 5 komponen berikut :
1. Proses operasi yang mengolah masukan menjadi keluaran.
2. Karakteristik proses yang merupakan subjek pengendalian.
3. Sistem pengukuran yang menentukan kondisi dan karakteristik.
4. Serangkaian standar atau kriteria dimana kondisi proses yang di ukur dengan standar
atau kriteria yang selanjutnya diadakan evaluasi.
5. Pengatur yang fungsinya untuk membandingkan standar karakteristik proses dengan
standar yang mengambil tindakan untuk adaptasi proses apabila perbandingan
tersebut menunjukkan terjadinya penyimpangan proses dari rencana yang telah
ditetapkan.

2. Sistem Pengendalian Umpan Maju


Salah satu kelemahan utama system pengendalian umpan balik adalah bahwa system tersebut
tidak memberikan peringatan suatu penyimpangan sebelum hal tersebut nenjadi cukup
berarti. Dampaknya, penyimpangan yang memakan biaya besar dapat berlangsung terus atau
semakin buruk sebelum tindakan perbaikan yang efektif dilaksanakan. Hadirnya system
pengendalian umpan maju dengan maksud untuk bertindak secara langsung pada
permasalahan tersebut mencoba mencegah sebelum penyimpangan ini  terjadi lagi.
   
3. Sistem Pengendalian Pencegahan
     Dua system pengendalian yang telah dideskripsikan di atas, baik system pengendalian
umpan balik maupun system pengendalian umpan maju, berfungsi secara ekstern terhadap
proses yang sedang dikendalikan, memantau operasi, dan terlihat dalam mengambil tindakan
perbaikan apabila terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan. Sebaliknya,
system pengendalian pencegahan adalah kebijakan dan prosedur yang sebenarnya merupakan
bagian dari proses tersebut. Pengendalian pencegahan merupakan pengendalian intern
organisasi.
      Ditinjau dari waktu pelaksanaannya, pengendalian dapat dibedakan menjadi empat jenis
pokok, yaitu pengendalian sebelum tindakan, kemudi, penyaringan atau pengendalian ya atau
tidak, dan sesudah tindakan (Newman, 1975: 69) dan (stoter dan Wankel, 1986 : 578-579)

a. Pengendalian Sebelum Tindakan (Preaction Controls)


     Pengendalian sebelum tindakan sering disebut sebagai pengendaliann pendahuluan
(Precontrol). Pengendalian memastikan bahwa sebelum tindakan dimulai maka sumber daya
manusia, bahan, dan finansial yang diperlukan telah dianggarkan. Dengan demikian, apabila
kegiatan dilakukan, sumber daya tersebut tersedia, baik jenis, kualitas, kuantitas, maupun
tempat sesuai dengan kebutuhan. Anggaran biasanya digunakan untuk kepentingan
ketenagakerjaan maupun sebagai penunjang sarana produksi tertentu.

b. Pengendalian kemudi (Steering Controls)


      Istilah pengendalian ini berasal dari system kemudi sebuah mobil. Di mana sopir
mengemudikan mobilnya untuk mencegah agar tidak keluar dari jalur yang telah ditetapkan.
Pengendalian ini dirancang untuk mendeteksi penyimpangan dari standar atau tujuan tertentu
dan memungkinkan pengambilan tindakan perbaikan sebelum suatu urutan kegiatan tertentu
diselesaikan.

c. Penyaringan  atau Pengendalian  Ya/Tidak (Screening or Yes/No Controls)


      Karena pengendalian kemudi merupakan sarana untuk mengambil tindakan perbaikan,
sementara suatu program masih berjalan maka pengendalian penyaringan berguna sebagai
alat kendali ganda sekaligus menyempurnakan pengendalian kemudi.

d. Pengendalian setelah tindakan (Post Action Controls)


      Pengendalian ini berusaha untuk mengukur hasil atas suatu kegiatan telah diselesaikan.
Penyebab penyimpangan dari rencana atau standar yang telah ditentukan dan temuan tersebut
diaplikasikan pada aktivitas yang sama dimasa yang akan datang.

2.4 RANCANGAN PROSES PENGENDALIAN.


            Untuk merealisasikan tujuan, manajer organisasi bisnis maupun organisasi umum
perlu melalui tahapan tertentu meliputi aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pemotivasian, dan pengendalian. Pada umumnya dalam organisasi, proses pengendalian yang
ditempuh oleh manajer meliputi penetapan hasil yang diinginkan, penentuan prediktor hasil,
penentuan standar atas prediktor dan hasil, penentuan jaringan informasi dan umpan balik,
serta penilaian informasi dan pengendalian tindakan perbaikan. (Stoner dan Winkel, 1986 :
580-582)
 Menentapkan hasil yang diinginkan
Manajer harus menetapkan hasil yang ingin dicapai spesifik mungkin. Karena
tujuan yang dirumuskan terlalu umum akan menimbulkan kekeburan. Penerapan
tujuan seperti meningkatkan produktivitas, menaikan harga produk, dan
meningkatkan pelayanan terlihat kabur.
 Menentukan prediktor hasil
   Hadirnya pengendalian kemudi dimaksudkan agar manajer dapat memperbaiki
penyimpangan sebelum serangkaian aktivitas diselesaikan. Oleh karena itu
penyimpangan yang dideteksi oleh pengendalian kemudi haruslah merupakan
prediktor hasil. Indikator peringatan awal yang dapat membantu manajer dalam
mengestimasi apakah tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud atau tidak menurut
Newman meliputi hal-hal berikut :
a. Pengukuran masukan
Suatu perubahan dalam memasukan kunci akan memberikan isyarat kepada manajer
bahwa ia perlu mengadakan perubahan terhadap rencananya, atau mengambil
beberapa tindakan perbaikan.
b. Hasil tetap awal
Apabila hasil tahap awal ternyata lebih baik dari pada yang diharapkan atau
sebaliknya, mungkin perlu dilakukan penilaian kembali dan tindakan yang tepat dapat
diambil.
c. Gejala
Gejala adalah kondisi yang tampaknya berhubungan dengan hasil akhir tetapi tidak
langsung mempengaruhi hasil tersebut.

d. Perubahan dalam kondisi yang diasumsikan


Estimasi awal yang didasarkan atas anggapan bahwa kondisi yang normal akan
berlaku.

 Menentukan standar atas prediktor dan hasil.


Suatu standar memiliki dua tujuan pokok yaitu :
1. Untuk memotivasi agar karyawan dapat berprestasi tinggi, dan
2. Berfungsi sebagai patokan atas kinerja aktual yang akan dibandingkan.

 Menentukan jaringan informasi dan umpan balik


Tahap ini adalah menentukan sarana untuk mengumpulkan informasi mengenai
prediktor dan sarana untuk sarana untuk membandingkan prediktor dan standar.Untuk
mencegah agar manajer tidak tenggelam dalam komunikasi mengenai permasalahan,
seringkali komunikasi pengendalian ini didasarkan atas prinsip manajemen
berdasarkan pengecualian.

 Menilai informasi dan pengembalian tindakan perbaikan.


Tahap ini menyangkut pembandingan prediktor dengan standar, penetapan mengenai
tindakan apa yang perlu diambil, dan kemudian pengambilan tindakan tersebut.

2.5 KARAKTERISTIK PENGENDALIAN YANG EFEKTIF


            Pengendalian sebagai suatu system, seperti halnya sistem-sistem yang lain memiliki
karakteristik tertentu. Namun demikian, arti penting karakteristik tersebut berlaku relatif,
artinya pada kondisi yang berbeda, karakteristik itupun berbeda pula. Secara umum
pengendalian efektif mempunyai karakteristik sebagai berikut.
 Akurat
Informasi atas kinerja harus akurat. Ketidakakuratan dari suatu system pengendalian
dapat mengakibatkan organisasi mengambil tindakan yang akan menemui kegagalan
untuk memperbaiki suatu permasalahan atau menciptakan permasalahan baru.

 Tepat Waktu
Informasi harus dihimpun, diarahkan, dan segera dievaluasi jika akan diambil
tindakan tepat pada waktunya guna menghasilkan perbaikan.

 Objektif Dan Komperhensif


Informasi dalam suatu pengendalian harus muda dipahami yang dianggap objektif
oleh individu Objektif dan Komprehensif (Objective and Comprehensible) dalam
suatu sistem pengendalian harus mudah dipahami dan dianggap objektif oleh Individu
yang mcnggunnkannya. Maka objektif sistem pengendalian, makin besar
kemungkinan bahwa individu dengan sadar dan efektif akan merasa puas informasi
yang diterima, demikian pula sebaliknya. sistem informasi yang sulitdipahami akan
mengakibatkan bias yang tidak perlu dan kebingungan atau frustrasi di antara 
karyawan.

 Dipusatkan pada Tempat Pengendalian Strategi (Focused on Strategic Control Points)


sistem  pengendalian strategis sebaiknya dipusatkan pada bidang yang paling banyak
kemungkinan akan terjadi penyimpangan dan standar atau yang akan menimbulkan
kerugian yang paling besar. Selain itu, sistem  pengendalian strategi sebaiknya
diputuskan pada tempat di mana tindakan perbaikan dapat dilaksanakan secara
selektif mungkin
BAB III

KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
Komunikasi merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia karena komunikasi
memiliki kemampuan menjembatani seluruh kepentingan manusia, baik sebagai individu
maupun sebagai bagian dari komunitasnya. Seluruh interaksi manusia dengan lingkungannya
meng-gunakan jasa komunikasi. Komunikasi sebagai bagian dari sistem kehidupan manusia,
dapat dijadikan sarana untuk mengemukakan berbagai ide atau gagasan agar personil dapat
memahami melaksanakan berbagai kegiatan organisasi, sehingga akan mampu menciptakan
dan mengembangkan kerjasama yang dapat meningkatkan kinerja organisasi. Proses
komunikasi akan berlangsung secara efektif, jika komunikasi dilakukan dua arah, sehingga
akan terjadi interaksi timbal balik antara komunikator dan komunikasi dalam proses
penyampaian suatu pesan, dengan menggunakan alat atau media yang sesuai dengan pesan
yang disampaikan. Komponen- komponen yang harus ada dalam komunikasi adalah
komunikator, komunikan, pesan, media, dan umpan balik. Dalam proses pertukaran pesan
dapat dilakukan melalui jaringan komunikasi, baik sifatnya formal maupun informal.
Jaringan formal merupakan penyampaian pesan-pesan yang sifatnya resmi, dan desain
terdapat hubungan yang vertikal dan horizontal dalam struktur organisasi. Jaringan informal
merupakan saluran tidak resmi, dan merupakan eksistensi hubungan individu yang sekerja.
Jaringan komunikasi dalam organisasi dapat terjadi dari atasan ke bawah, dari bawah ke atas,
dan horizontal. Komunikasi yang datangnya dari atasan ke bawah misalnya perintah,
penjelasan mengenai tugas, prosedur, dan langkah-langkah mengenai perintah yang harus
dilaksanakan. Komunikasi dari bawah ke atas misalnya berupa usulan, laporan pelaksanaan
tugas, dan sebagainya. Secara horizontal yang terjadi antara orang-orang yang berada pada
tingkat hierarki yang sama di departemen yang berbeda.

Pangendalian dapat didefinisikan sebagai sumber proses yang sistematis untuk


mengevaluasi apakah aktivitas-aktivitas organisasi telah dilaksanakann sesuai dengan yang
telah ditetapkan dan apa bila belum dilaksankan diagnosa faktor penyebabnya, untuk
selanjutnya diambil tindakan perbaikan, Dalam  setiap sistem pengendalian terdapat empat
elemen pokok sebagai  berikut :
 Kondisi atau karakteristik yang dikendalikan,
 Instrumen atau metode sensor,
 Unit atau instrument pengendalian, dan 
 Kelompok atau mekanisme penggerak.

Ditinjau dari sistem pelaksanaanya, pengendalian dapat diklasifikasikan menjadi :


 Sistem pengendalian umpan balik
 Sistem pengendalian umpan maju, dan
 Sistem pengendalian pencegahan

Sedangkan klarifikasi menurut waktu pelaksanaan dibagi menjadi :


 Pengendalian sebelum tindakan,
 Pengendalian kemudian,
 Pengendalian atau penyaringan ya/tidak, dan
 Pengendalian sesudah tindakan.

Proses pengendalian meliputi aktivitas:


 Menentukan hasil yang diinginkan
 Menentukan prediktor hasil,
 Menentukan standar atas prediktor dan hasil,
 Menentukan jaringan informasi dan umpan balik
 Menilai informasi dan pengembalian tindakan perbaikan,

Karakteristik pengendalian yang efektif  meliputi:


 Akurat;
 Tepat waktu;
 Objektif dan komprehensif;
 Dipusatkan pada tempat pengendalian strategis;
 Secara ekonomi realistik;
 Fleksibel;
Video Presentasi Manajemen
https://youtu.be/UV_7CeFqLCQ

DAFTAR PUSTAKA

Albrecht, Kari. 1985. Pengembangan Organisasi. Angkasa. Bandung.

Muhammad, Ami. 1989. Komunikasi Organisasi.

Muhyadi. 1989. Organisasi, Teori, Struktur dan Proses. Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.

Myers & Myers. 1987. Teori- Teori Manajemen Ko-munikasi. Bahana Aksara Jakarta..

Myers & Myers. 1987. Teori- Teori Manajemen Ko-munikasi. Bahana Aksara Jakarta..

Yayat, Hayati, Djatmiko. 2002. Perilaku Organisasi. Alfabeta. Bandung.

Koeler, Jerry W, et.al. 1976. Organizational Communication. Holt, Rinehart and Winston.
New York. Mondy, R. Wayne & Premeaux, Shane R. 1995. Management. Prentice. New
Jersey.
Siswanto. 2018. Pengantar Manajemen. (Edisi ke-15). Jakarta : PT Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai