MEMBUAT CERPEN
DISUSUN OLEH:
NAMA:M.SYAIFIL AZAM
NO ABSEN: 19
KELAS: IX-C
Tiba-tiba dia mengajakku pergi ke sawah bapakku. Dia bilang dia mau
membajak di sawah bapakku tapi dia tidak tahu jalan untuk ke sana.
Aku bingung, aku ikut atau tidak, karena aku disuruh bapak dan ibuku
yang pergi lebih dulu ke sawah untuk memongmong adikku. Aku diajak
berkali-kali dan aku memberi arah tentang jalan menuju sawah yang
jauh di alas itu. Tapi mereka memaksaku untuk ikut sebagai navigasi
jalan. Akhirnya aku berpikir, okelah aku ikut sembari liburan. Di sana
kan suasananya pegunungan, lumayanlah. Sambil mencari wanita juga
hahaha siapa tahu ada yang cantik. Akhirnya aku berangkat ke sawah
(alas) naik traktor.
Awal perjalanan aku senang senang aja. Karena aku tidak jenuh. Dihibur
oleh sikap jenaka dangdang dan panci. Tapi lama kelamaan aku mulai
bete alias sebel alias kesel. Karena jalan mulai berbatu dan perjalanan
yang sangat lama, perjalanan dari rumah sampai ke sawah bapakku
sekitar 3 jam. Akhirnya aku sampai juga di sawah. Mereka bilang sambil
tertawa kecil, “sudah sana pulang, sawahnya kan sudah diketemukan.”
Dan aku menyahut, “mmm enak saja, sawah sudah diketemukan terus
aku disuruh pulang.”
Jam setengah tiga dangdang dan panci pergi ke sawah lagi karena
sawah masih belum rampung dibajak. Aku di gubuk sendirian lagi.
Rasanya aku mau teriak, lalu mengambil golok untuk membacok diriku
sendiri. Aku sumpah aku bete banget. Apakah ini liburan. Bete ku
bertambah saat hp-ku mati kehabisan baterai. Jarum kecil jam
menunjuk ke arah 5, ayahku datang dan aku lagi salat ashar.
Aku menjawab, “traktor sajah ah pak” aku memilih naik traktor karena
traktor jalan lebih dulu dibanding bapak yang memilih balik ketika
gerimisnya selesai.
Malam di tengah alas (hutan), dan gerimis kita pulang. Jalan tidak
terlihat sepenuhnya karena di alas belum ada listrik, badanku semakin
membeku. Alhamdulilah gerimis reda. Ayahku menyalip traktor yang
aku naiki. Setelah lama tersiksa dingin, akhirnya aku sampai di rumah.
Sampai di rumah jam setengah 11. Malam. Aku berwudu lalu tidur dan
aku bangun di pagi hari dengan badan yang pada sakit. Lengkap banget
penderitaan, bukannya senang-senang, ehh malah berderita.
Semuanya cuma karena mereka tidak tahu jalan ke alasku dan aku
disuruh menjadi pemandu jalan. Masalah sesepele itu berefek banyak,
mending efeknya bagus, ini mah efek buruk untukku tidak stres, dan
untuk otakku tidak beku. Perjalanan di bak terbuka dan gerimis di
malam hari itu hanya membuatku masuk angin. Sebenarnya aku tidak
mau cerita, karena ini ceritanya tidak bagus, tapi aku pengen cerita.
Dari pada cerita cinta, yang ngawur.
Judul Cerpen Liburan Bersama Keluarga