Anda di halaman 1dari 5

TUGAS BAHASA INDONESIA

MEMBUAT CERPEN

DISUSUN OLEH:
NAMA:M.SYAIFIL AZAM

NO ABSEN: 19

KELAS: IX-C

TAHUN AJARAN 2016/2017


Liburan Panjang Sekolah
Minggu tanggal 20 juli adalah awal dari libur panjangku. Pagi itu aku
seneng banget bisa ketawa-tawa sambil nonton inbox di sctv. Acara
inbox iklan, aku pun ke luar rumah untuk menghirup udara liburan,
meskipun liburan aku hanya di rumah saja tapi aku senang karena bisa
bermain dengan adik-adikku. Saat aku sedang bermain dengan adikku,
tiba-tiba ada dua orang pemuda datang sambil membawa traktor sebut
saja namanya dangdang dan panci.

Tiba-tiba dia mengajakku pergi ke sawah bapakku. Dia bilang dia mau
membajak di sawah bapakku tapi dia tidak tahu jalan untuk ke sana.
Aku bingung, aku ikut atau tidak, karena aku disuruh bapak dan ibuku
yang pergi lebih dulu ke sawah untuk memongmong adikku. Aku diajak
berkali-kali dan aku memberi arah tentang jalan menuju sawah yang
jauh di alas itu. Tapi mereka memaksaku untuk ikut sebagai navigasi
jalan. Akhirnya aku berpikir, okelah aku ikut sembari liburan. Di sana
kan suasananya pegunungan, lumayanlah. Sambil mencari wanita juga
hahaha siapa tahu ada yang cantik. Akhirnya aku berangkat ke sawah
(alas) naik traktor.

Awal perjalanan aku senang senang aja. Karena aku tidak jenuh. Dihibur
oleh sikap jenaka dangdang dan panci. Tapi lama kelamaan aku mulai
bete alias sebel alias kesel. Karena jalan mulai berbatu dan perjalanan
yang sangat lama, perjalanan dari rumah sampai ke sawah bapakku
sekitar 3 jam. Akhirnya aku sampai juga di sawah. Mereka bilang sambil
tertawa kecil, “sudah sana pulang, sawahnya kan sudah diketemukan.”
Dan aku menyahut, “mmm enak saja, sawah sudah diketemukan terus
aku disuruh pulang.”

Aku langsung ke sawah membantu ibuku yang sedang mengored sawah


yang sudah di panjai. Dan ayahku menunjukkan dangdang dan panci
untuk membajak sawah yang belum dibajak. Aku semangat membantu
ibuku, meskipun itu jam 11 dan mulai panas. Aku merasa kepanasan.
Mukaku sudah mulai merah karena kepanasan dan kelelahan. Jam dua
belas tiba, hujan pun datang. Aku kedinginan, seluruh tubuhku terasa
beku. Aku pergi ke gubuk dari sawah.

Aku di gubuk sendirian, sedangkan bapak ibuku masih di tengah-tengah


sawah. Jam 1 hujan reda dan bapak ibuku pulang ke rumah, karena
takut anak kecilnya nangis. Bapakku bilang dia akan kembali lagi ke
sawah. Jam 2 dangdang dan panci ngaso dari polahannya
(pekerjaannya). Hujan mulai lebat lagi, aku mau berwudu di danau kecil
sana tapi hujan, mau tidak mau akhirnya aku berwudu di danau karena
waktu duhur juga tidak lama lagi habis. Sesudah semuanya salat aku
bilang sama dangdang, “kita pulang jam berapa?”

Mereka menjawab, “sore, tenang ajah lah slow.”

Jam setengah tiga dangdang dan panci pergi ke sawah lagi karena
sawah masih belum rampung dibajak. Aku di gubuk sendirian lagi.
Rasanya aku mau teriak, lalu mengambil golok untuk membacok diriku
sendiri. Aku sumpah aku bete banget. Apakah ini liburan. Bete ku
bertambah saat hp-ku mati kehabisan baterai. Jarum kecil jam
menunjuk ke arah 5, ayahku datang dan aku lagi salat ashar.

Setelah salat ashar aku menunggu lagi mereka selesai membajak,


karena traktor adalah satu-satunya kendaraan yang akan membawaku
pulang. Jam setengah 6 aku makin resah, kesal, bete argghhh. Hujan
juga terus menerus jatuh. Badan juga semakin menggigil. Jam 6 mereka
baru selesai membajak. Kita tidak langsung pulang, kita salat maghrib
dulu. Setelah salat dangdang mengganti roda bergerigi traktor dengan
roda biasa.

Mengganti roda ternyata lama, mungkin satu jam. Aku disuruh


menerangi pakai senter hp-nya. Azhan isya berkumandang kita telah
memasang semuanya dan siap untuk balik ke rumah. Aku tidak salat
isya di sana. Ayahku bilang, “kamu naik traktor atau balik bareng ayah
naik motor.”

Aku menjawab, “traktor sajah ah pak” aku memilih naik traktor karena
traktor jalan lebih dulu dibanding bapak yang memilih balik ketika
gerimisnya selesai.

Malam di tengah alas (hutan), dan gerimis kita pulang. Jalan tidak
terlihat sepenuhnya karena di alas belum ada listrik, badanku semakin
membeku. Alhamdulilah gerimis reda. Ayahku menyalip traktor yang
aku naiki. Setelah lama tersiksa dingin, akhirnya aku sampai di rumah.
Sampai di rumah jam setengah 11. Malam. Aku berwudu lalu tidur dan
aku bangun di pagi hari dengan badan yang pada sakit. Lengkap banget
penderitaan, bukannya senang-senang, ehh malah berderita.

Semuanya cuma karena mereka tidak tahu jalan ke alasku dan aku
disuruh menjadi pemandu jalan. Masalah sesepele itu berefek banyak,
mending efeknya bagus, ini mah efek buruk untukku tidak stres, dan
untuk otakku tidak beku. Perjalanan di bak terbuka dan gerimis di
malam hari itu hanya membuatku masuk angin. Sebenarnya aku tidak
mau cerita, karena ini ceritanya tidak bagus, tapi aku pengen cerita.
Dari pada cerita cinta, yang ngawur.
Judul Cerpen Liburan Bersama Keluarga

Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Liburan, Cerpen Pengalaman Pribadi

Dibuat pada tanggal: 29 agustus 2016

Anda mungkin juga menyukai