NIM : 1304620073
Resume Pertemuan 3
Protozoa
Protozoa berasal dari bahasa Yunani, yang berarti “hewan pertama”. Protozoa
merupakan mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum dari Kingdom
Protista.
Karakteristik:
Morfologi
Berukuran 3-100 micron, terdiri atas 1 sel, tidak memiliki dinding sel, berdinding
selaput plasma tipis, bentuk tubuh dapat berubah, dapat berbentuk bola atau bulat panjang
dengan atau tidak dengan silia, memiliki vakuola kontraktil, dan dapat berubah bentuk menjadi
kista.
Klasifikasi
Subkelas Infusoria
Terbagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas Ciliata dan Kelas Suctoria
a. Kelas Ciliata
Sebagian besar berukuran mikroskopis, tetapi spesies yang terbesar berukuran 3
mm. Anggota Ciliata ditandai dengan adanya organ silia (bulu getar) yang digunakan
untuk bergerak dan mencari makanan
b. Kelas Suctoria
Bentuk tubuhnya berbentuk bola panjang, bercabang dan diantaranya mempunyai
tangkai atau kaki untuk melekat pada suatu obyek. Bentuk tentakel seperti mantel
yang berbulu dan dikelilingi oleh sinyal yang dapat bergerak.
Subkelas Flagellata
Bentuk tetap tanpa adanya rangka luar, tubuhnya dilindungi oleh suatu selaput
fleksibel yang disebut pellicle, dan di bagian luar terdapat selaput plasma. memiliki alat
gerak berupa bulu cambuk (flagrum=mastix). Dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Fitoflagellata Flagellata yang bisa berfotosintesis
b) Zooflagellata Flagellata yang tidak berkloroplas dan menyerupai hewan
Subkelas Rhizopoda
Rhizopoda bergerak dengan menjadikan protoplasma sebagai kaki semu
(pseudopodia; pseudo=semu, pous=kaki) dan bergerak dengan gerakan amoeboid.
Subkelas Sporozoa
Tubuh sederhana berbentuk bulat panjang dengan sebuah nukleus. Tak
mempunyai alat gerak dan tak mempunyai vakuola kontraktil. Beberapa species bergerak
dengan mengubah bentuk sel. Ciri Sporozoa adalah hidup autotroph, dan
perkembangbiakan bakteri dan amoeba yang biasa dilakukan adalah dengan membelah
diri.
1. Sistem Ekskresi
Vakuola pada protozoa, terdiri dari:
a. Vakuola Kontraktil Berfungsi sebagai alat pembuangan hasil metabolisme
b. Vakuola Makanan Berfungsi sebagai alat pencernaan dan pengedaran makanan.
Vakuola makanan akan bergerak menuju membrane sel untuk membuang sisa
pencernaan ketika makanan sudah tercerna dengan baik.
2. Sistem Reproduksi
Reproduksi Protozoa terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Aseksual Dengan Cara Membelah diri, Pembelahan multiple atau sporulasi,
Plasmatomi, dan Pertunasan.
b. Seksual Dengan cara Persatuan dari sel, dan konjugasi.
3. Sistem Respirasi
Terjadi dengan cara respirasi aerob atau respirasi anaerob.
a. Respirasi Aerob Terjadi oksidasi dengan O2 yang masuk ke dalam tubuh dengan
cara difusi dan osmosis melalui seluruh permukaan tubuh.
b. Respirasi Anaerob Terjadi pembongkaran zat yang kompleks menjadi zat yang
lebih sederhana dengan menggunakan enzim-enzim tanpa menggunakan oksigen.
Hasil kedua peristiwa tersebut akan sama, yakni energy dan zat sisa-sisa yang akan
ditampung dalam vakuola kontraktil sebagai zat ekskresi.
1. Ekosistem
Produsen Primer dan perombak (dekomposer) dalam siatu rantai makanan.
Sumber makanan bagi banyak larva hewan avertebrata atau hewan renik lainnya.
Sumber makanan hewan avertebrata.
2. Kesehatan
Protozoa dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, terutama yang berkaitan
dengan penyakit. Beberapa penyakit seperti malaria, penyakit tidur, disentri, dan
beberapa penyakit ganas yang menyerang ternak, sayuran serta sumber-sumber makanan
manusia lainnya diketahui sebagai akibat protozoa parasit.
Sporozoa menyebabkan penyakit pada manusia, misalnya toksoplasma dan
malaria. Toksoplasma disebabkan oleh Toxoplasma gondi, gejala penyakit ini tergantung
dari tempat infeksi. Malaria disebabkan oleh Plasmodium yang menginfeksi hati dan sel-
sel darah merah. Inang Plasmodium ialah nyamuk Anopheles betina tempat
berlangsungnya reproduksi seksual.
Ada Empat Jenis Plasmodium, yaitu :
Plasmodium vivax menyebabkan malaria tersiana tak ganas (demam tiap 48 jam).
Plasmodium ovale menyebabkan malaria tersiana tak ganas dengan gejala seperti
disebabkan oleh Plasmodium vivax.
Plasmodium malarie menyebabkan malaria kuartana tak ganas (demam tiap 72
jam).
Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tersiana ganas (demam tak teratur,
jika
tidak segera ditangani dapat menjadi fatal).
Referensi:
Maya, Sri dan Nurhidayah. 2020. Zoologi Invertebrata. Bandung: Widina Bhakti Persada.