Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PRILAKU KEKERASAN

A. Definisi
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan
defisiensi ini maka perilaku kekerasan dapat di bagi dua menjadi perilaku
kekerasan secara verbal dan fisik. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat dibagi dua menjadi perilaku
kekerasan secara verbal dan fisik.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif.
B. Tanda dan Gejala
1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
6. Memukul jika tidak senang. (Budiana Keliat,1999).
C. Rentang Respon

Adaptif Maladptif

Assertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


1. Asertif : individu dapat mengungkapakan marah tanpa menyalahkan orang
lain dan memberikan ketenangan
2. Frustasi : individu gagal mencapai kepuasaan saat marah dan tidak
menemukan alternatif.
3. Pasif : individu tidak dapat engungkapkan perasaannya.
4. Agresif : perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut
tetapi masih terkontrol.
5. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuan yang kuat serta hilangnya kontrol.

Pasif Assetrif Agresif


Isi Pembicaraan Negatif dan Positif dan menawarkan Menyombangkan
merendahkan diri, diri, contohnya perkataan: diri,
contohnya perkataan: “saya dapat..” merendahkan
“ dapatkah saya ?” “saya akan” orang lain,
“ Dapatkah contohnya
Kamu?’’ perkataan:”kamu
selalu...”
“Kamu tidak
pernah..”
Tekanan Suara Cepat, Lambat, Sedang Keras dan ngotot
mengeluh
Posisi badan Menundukan Tegap, dan santai Kaku, condong
Kepala kedepan
Jarak Menjaga jarak dengan Memperthankan jarak Siap dengan
sikap acuh/mengabaikan yang nyaman jarak akan
menyerh orang
lain
Penampilan Loyo, tidak dapat tenang Sikap tenang Mengancam,
posisi
menyerang
Kontak mata Sedikit/ sama sekali Mempertahankan kontak Mata melotot
tidak mata sesuai dengan dan diperhatikan
hubungan

D. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika
faktor berikut dialami oleh individu :
1. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolk,dihina, dianiayaa atau saksi penganiayaan.
2. Perilaku
Reinforcerment yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial
yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasaan akan menciptakan seolah-olahh
perilaku kekerasaan diterima (permisive).
4. Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik,lobus frontal, lobus teproal
dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya
perilaku kekerasaan.
E. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik ( penyaki fisik), keputusaan,
ketidakberdayaan, peraya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
kekerasaan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat,kritikan
yang mengarah pada penghinaan,kehilangan orang yang dicintai/pekerjaaan dan
kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif
dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasaan.
F. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasukk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas
yang timbul karena adanya ancaman, beberapa mekanisme koping yang dipakai
klien marah untuk melindungi diri antara lain :
1. Sublimasi
Menerima suatu sasaran penganti yang mulia artinya masyaraat untuk suatu
dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain
seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya
adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3. Respirasi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang
tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya
sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hl yang tidak baik dan
dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia
dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya lebihkan
sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunkannya sebagai rintangan.
Misalnya seorang yang tertarik pada tean suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang
tidak begitu berbahaya seperti yang pada ulanya yang membangkitkan emosi
itu. Misalnya Timmy Berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan
ukuman dari ibunya karena menggambar di dindingkamarnya. Dia mulai
bermain perang-perangan dengan temannya.

G. Masalah Keperwatan dan Data Yang Sering Muncul Pada Saat Pengkajian
1. Pohon Masalah

Resiko mencederai
diri sendiri lingkungan
& orang ain

GPS : Halusinasi
Perilaku Kekerasan

Regiment
Terapeutik Inefektif
Harga Rendah Kronis

Isolasi Sosial :
Koping Keluarga tidak Berduka Disfungsional Menarik Diri
Efekktif

2. Masalah Keperawatan
a. Harga diri rendah
b. Perilaku kekerasan
c. Koping individu tidak efektif
d. Perubahan sensori persepsi; Halusinasi
e. Resiko mencederai diri sendiri lingkungan & orang lain.
3. Hal yang perlu dikaji
a. Faktor Predisposisi
b. Faktor Presipitasi
c. Mekanisme koping yang digunakan
d. Perilaku yang muncul (misal menyerang, memberontak perilaku
kekerasan)
H. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri sendiri, lingkungan, dan orang
2. Perilaku kekerasan
3. Perilaku kekerasan
4. Perilaku kekerasan

5. Rencana Tindakan
Tujuan
Pasien mampu :
Mengidentifikasikan penyebab dan tanda perilaku kekerasan
Menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
Mengontrol perilaku kekerasaannya dengan cara :
Fisik
Sosial / verbal
Spritual
Terapi psikofarmaka (patah obat)
Keluarga mampu :
Merawat pasien dirumah

Kriteria Hasil Intervensi


Setelah ...x pertemuan, pasien mampu SP 1
: - Identifikasi penyebab, tanda
- Menyebutkan penyebab, dan gejala serta akibat
tanda,, gejala dan akibat perilaku kekerasan
perilaku kekerasan - Latih cara fisik 1 : Tarik
- Memperagakan cara fisik 1 nafas dalam
untuk mengontrol perilaku - Masukan dalam jadwal
kekerasan harian pasien
Setelah ...x pertemuan, pasien mampu SP 2
: - Evaluasi kegiatan yang lalu
- Menyebutkan kegiatan yang (SP1 )
sudah dilakukan - Latihan cara fisik 2 : pukul
- Memeragakn cara fifik untuk kasur / bantal
mengontrol perilaku - Masukan dalam jadawal
kekerasan harian pasien
Setelah...x pertemuan pasien mampu : SP 3
- Menyebutkan kegiatan yang - Evaluasi kegiatan yang lalu
sudah dilakukan (SP1 dan 2 )
- Memperagakan cara - Latih secara sosial/ verbal
sosial/verbal untuk - Menlak dengan baik
mengontrol perilaku - Meminta dengan baik
kekerasan - Mengungkapkan dengan baik
- Masukan dlam jadwal harian
pasien.
Setelah ...x pertemuan, pasien mampu SP 4
: - Evaluasi kegiatan yang lalu
- Menyebutkan kegiatan yang (SP1,2&3)
sudah dilakukan - Latih secara spritual
- Memperagakan cara spritual - Berdoa
- Sholat
- Masukan dalam jadwal
harian pasien
Setelah..x pertemuan pasien mampu : SP 5
- Menyebutkan - Evaluasi kegiatan yang lalu
kegiatan yang sudah (SP 1,2,3 & 4)
dilakukan - Latih patuh obat :
- Mempergakan cara patuh obat - Minum obat secara teratur
dengan prinsip 5 B
- Susun jadwal minum obat
secara teratur
- Masukan dalam jadwal
harian pasien
Setelah...x pertemuan SP 1
Keluarga mampu - Identifikasi masalah yang
menjelaskan penyebab, tanda dan dirasakan keluarga dalam
gejala, akibat serta mampu merawat pasien
memperagakan cara merawat - Jelaskn tentang perilaku
kekerasan :
- Penyebab
- Akibat
- Cara merawat
- Latih 2 cara merawat
- RTL keluarga / jadwal untuk
merawat pasien
Setelah...x pertemuan keluarga mamu SP 2
menyebutkan kegiatan yang sudah - Evaluasi SP 1
dilakukan dan mampu merawat serta - Latih (simulasi) 2 cara lain
dapat membuat RTL untuk merawat pasien
- Latih langsung ke pasien
- RTL keluarga / jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
Setelah ...x pertemuan keluarga SP 3
mampu menyebutkan kegiatan yang - Evaluasi SP 1 dan 2
sudah dilakukan dan mampu merawat - Latih langsung ke pasien
serta dapat membuat RTL - RTL keluarga / jadwal
keluarga untuk merawat
klien
Setelah ...x pertemuan keluarga SP 4
mampu melaksanakan Follow Up dan - Evaluasi SP 1,2 & 3
rujukan serta mampu menyebutkan - Latih langsung ke pasien
kegiatan yang sudah dilakukan - RTL keluarga :
- Follow Up
- Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang, 2018. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa Bogor

Direja Surya Herman Ade 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa

Yogyakarta; Nuha Medika

Tim Direktorat Keswa, 2011. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi : 1

Bandung;RSJP

Ade Herman Surya, 2017. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Nuha Medika,

Yogyakarta
Budi Anna Keliat, 2012, Model Praktik Keerawatan Pprofesional Jiwa,EEG,

Jakarta

Budi Ana Keliat, 2012, Keperawatan Praktik Klinik Aplikasi praktik Klinik,

Graha Ilmu Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai