Andhy Aryanto Wal Ikram - Metodologipenelitian
Andhy Aryanto Wal Ikram - Metodologipenelitian
Efektifitas Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleivera Lam ) terhadap Kadar Kolesterol
Darah Pada Mencit ( Mus mucus )
Disusun oleh :
Andhy Aryanto Wal Ikram
PO713251171006
DIII / FARMASI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan
sumber daya alam yang dimiliki tersebut kemudian banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan
hidup sehari-hari diantaranya sebagai tumbuhan obat. Penggunaan bahan obat yang berasal dari tumbuhan
semakin meningkat karena aman dikonsumsi dan bila digunakan secara tepat, penggunaan tumbuhan obat relatif
memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat sintetik (Sari, 2006).
Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses
Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak dan berfungsi sebagai prekursor untuk hormon
steroid dan garam empedu serta merupakan komponen yang menstabilkan membran plasma ( Adam. J,
2009 )
Kolesterol ditemukan dalam sel darah merah, membran sel dan otot.Tujuh puluh persen kolesterol
diesterifikasikan (dikombinasikan dengan asam lemak) dan 30% dalam bentuk bebas. Kolesterol merupakan
lemak yang berwarna kekuningan dan seperti lilin yang diproduksi oleh tubuh terutama di dalam hati.
Kolesterol merupakan lemak yang penting, namun jika berlebihan dalam darah dapat membahayakan
menyebabkan aterosklerosis yang menjadi faktor resiko yang kuat terhadap penyakit kardiovaskular, seperti:
penyakit jantung koroner, gagal jantung, hipertensi, infark miokard akut dan stroke. Penyakit kardiovaskular
menjadi salah satu penyebab kematian terbesar pada usia produktif. Di Indonesia penyakit kardivaskular
terutama penyakit jantung kororner dan stroke menjadi perhatian karena kematian akibat kedua penyakit ini
diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta pada tahun 2030 menurut KEMENKES RI. 2014.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mencoba meneliti daun kelor sebagai tanaman untuk menurunkan
kolesterol. Melihat potensi daun kelor di indonesia tumbuh dengan baik, daun kelor juga adalah tanaman
yang tidak terlalu sulit untuk di dapatkan ,selain banyak ditanam di depan atau belakang rumah juga sering di
komsumsi oleh masyarakat. Di beberapa wilayah di Indonesia, utamanya Indonesia bagian timur kelor di
Dewasa ini, penulis seringkali mendapatkan informasi mengenai obat tradisional dengan manfaat
sebagai obat yang dapat menurunkan kolesterol. Daun kelor salah satunya. Daun kelor dipercaya oleh
masyarakat Pangkabinanga sebagai obat yang dapat menurunkan kolesterol yang tinggi. Kemudian penulis pun
berminat untuk melakukan sebuah studi literatur mengenai Daun kelor dan hubungannya dengan penyakit
kolesterol.
B. Rumusan Masalah
Apakah Ekstrak daun kelor dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada mencit
Apakah kandungan zat aktif dari ekstrak daun kelor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada mencit
Mengapa ekstrak daun kelor dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada mencit
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui efektifitas ekstrak daun kelor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada mencit
Menentukan kandungan zat aktif ekstrak daun kelor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada mencit
Mengetahui faktor penyebab ekstrak daun kelor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada mencit
D. Manfaat Penelitian
Mampu mengetahui aktivitas ekstrak daun kelor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada mencit
Mampu mengetahui kandungan zat aktif ekstrak daun kelor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada
mencit
Mampu mengetahui faktor penyebab ekstrak daun kelor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada
mencit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Umum
Tanaman kelor merupakan salah satu jenis tanaman tropis yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia.
Tanaman kelor adalah tanaman perdu dengan ketinggian 7-11 meter dan mulai tumbuh subur mulai dari dataran 0 sampai
700 meter diatas permukaan laut. Kelor dapat tumbuh di daerah tropis hingga sub-tropis pada semua jenis tanah dan tahan
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dillaniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Tanaman kelor mengandung 539 senyawa yang terkenal dalam pengobatan tradisional di Afrika dan India yang
berfungsi sebagai stimulan jantung dan peredaran darah, antitumor, antipiretik, antiepilepsi, antiinflamasi, diuretik,
antihipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, antidiabetik, antibakteri, dan antijamur ( Toripah et al,. 2014 ).
Menurut penelitian Ojiako (2014), Flavonoid yang terdapat pada daun kelor adalah, kuarsetin, kaemferol, apigenin, dan
isorhamnetin yang memiliki efek hipotensi dan diuretik. Daun kelor dapat digunakan sebagai antijamur, antimikroba,
Moringa oleifera Lam. (Tanaman kelor, pohon gunting, pohon lobak Kuda), merupakan familia Moringaceae.
Familia ini biasanya beranggotakan kayu lunak, pohon daun. Moringaceae memiliki genus tunggal Moringa, dengan 13
spesies, yang hanya 2 spesies telah tercatat di India, M. oleifera dan M. concanensis. Semua bagian tanaman, daun, bunga,
buah, biji, kulit kayu dan akarnya, mempunyai berbagai kegunaan (Dangi et al., 2002).
Tidak begitu banyak masyarakat yang tahu manfaat daun kelor secara spesifik. Sebuah hasil penelitian
menunjukkan kelor mengandung senyawa aktif yaitu alkaloid dan flavanoid. Kedua senyawa ini di duga
efektif menurunkan rasa nyeri akibat rematik, menghambat pembentukan asam urat dan bersifat anti
inflamasi serta analgetik. Selain itu, senyawa alkaloid dan flavanoid juga dapat menurunkan kadar kolesterol
Dengan adanya kandungan metabolit sekunder dari buah kelor, mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian mengenai efek ektrak buah kelor terhadap penurunan kadar kolesterol darah pada mencit.Daun
Kelor yang kaya akan nutrisi ini memiliki sifat fungsional karena tanaman ini mempunyai khasiat dan
manfaat untuk kesehatan manusia. Baik kandungan nutrisi maupun berbagai zat aktif yang terkandung dalam
tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan mahluk hidup dan lingkungan.
Seluruh bagian dari tanaman kelor telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun obatobatan.
Bagian tanaman ini yang sering digunakan sebagai obat adalah biji, daun, dan kulit kayu, dan berkhasiat
sebagai anti diabetes dan antioksidan (Jaiswal et al., 2009; Pari et al., 2007). Jus dari akar tanaman kelor
dapat digunakan untuk pengobatan iritasi eksternal. Suspensi dari biji kering diketahui sebagai koagulan.
Beberapa manfaat lain dari tanaman kelor (Moringa oleifera L.) diantaranya kulit dari pohon kelor sebagai
obat radang usus besar, daun kelor sebagai anti anemia (Oduro et al., 2008), daun dan batang kelor dapat
digunakan sebagai penurun tekanan darah tinggi dan obat diabetes (Giridhari et al., 2011).
Agar penggunaannya optimal, perlu diketahui informasi yang memadai tentang golongan senyawa
kimia yang terkandung dalam tanaman obat tersebut. Bagian dari tumbuhan ini yang sering digunakan
sebagai obat yaitu biji dan daunnya. Data mengenai kandungan senyawa aktif pada daun kelor masih sangat
jarang, beberapa literatur menyebutkan pada daun kelor terdapat kandungan flavonoid, saponin, alkaloid,
tanin, dan fenol (Pandey et al., 2012). Namun, untuk kandungan senyawa kimia tanaman kelor yang tumbuh
di daerah Denpasar belum pernah ada yang meneliti dan mengingat kondisi geografis masing-masing daerah
berbeda kemungkinan ada perbedaan dalam kandungan senyawa kimia yang terdapat pada tanaman kelor.
Oleh karena itu kelor mendapat julukan sebagai “miracle tree”. Berbagai penelitian tentang Moringa
oleifera Lam pada beberapa tahun terakhir terutama pada tikus. Berdasarkan hasil penelitian in vitro pada
hewan dan manusia membuktikan bahwa semua bagian dari Moringa oleifera Lam memiliki fungsi baik
Analisis kualitatif terhadap ekstrak hidroalkoholik Moringa oleifera Lam membuktikan adanya
kandungan sitosterol sebanyak 0,09%. Kandungan sitosterol ini yang menurunkan kadar kolesterol dengan
cara menurunkan konsentrasi LDL (Low Density Lipoprotein) dalam plasma dan menghambat reabsorbsi
kolesterol dari sumber endogen. Ekstrak Moringa oleifera Lam juga diketahui mengandung antioksidan
flavonoids dan polyphenols. Senyawa ini secara signifikan dapat meningkatkan SOD (Superoxide Dismutase)
dan katalase serta menurunkan kadar lipid peroksidase sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol terutama
LDL.6,7
Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan percobaan di laboratorium yang biasa disebut
tikus putih, hewan ini dapat berkembang biak secara cepat dan dalam jumlah yang cukup besar (Riskana, 1999).
Mencit termasuk hewan pengerat (Rodentia) yang cepat berbiak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak,
variasi genetiknya cukup besar serta anatomi dan fisiologisnya terkarakteristik dengan baik (Smith et al, 1987).
Mencit membutuhkan makanan setiap harinya sekitar 3-5 g, diantaranya faktor yang perlu diperhatikan
dalam memberikan makanan kepada mencit yaitu kualitas bahan pangan terutama daya cerna dan palatabilitas.
Hal ini dikarenakan kualitas makanan mencit akan berpengaruh terhadap kondisi mencit secara keseluruhan
diantaranya kemampuan untuk tumbuh, berbiak ataupun perlakuan terhadap pengobatan (Smith et al, 1987).
D. Kolesterol
Kolesterol adalah zat alamiah dengan sifat fi sik berupa lemak tetapi memiliki rumus steroida.
Kolesterol merupakan bahan pembangun esensial bagi tubuh untuk sintesis zat-zat penting seperti membran sel
dan bahan isolasi sekitar serat saraf, begitu pula hormon kelamin, dan anak ginjal, vitamin D, serta asam
empedu. Namun, apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebih dapat menyebabkan peningkatan kolesterol dalam
darah yang disebut hiperkolesterolemia, bahkan dalam jangka waktu yang panjang bisa menyebabkan
kematian. Kadar kolesterol darah cenderung meningkat pada orang-orang yang gemuk, kurang berolahraga, dan
merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh kita selain zat gizi lainnya, seperti karbohidrat,
protein, vitamin dan mineral.Lemakmerupakan salah satu sumber energy yang memberikan kalori paling tinggi.
Selain sebagai salah satu sumber energi, sebenarnya lemak atau khususnya kolesterol memang merupakan zat
yang paling dibutuhkan oleh tubuh kita dan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.
Kolesterol secara terus-menerus dibentuk atau disintesis di dalam hati (liver). Bahkan sekitar 70%
kolesterol dalam darah merupakan hasil sintesis di dalam hati, sedangkan sisanya berasal dari asupan makanan.
Kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid (Anies, 2015: 18)
Kolesterol secara normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang tepat. Tetapi ia bisa meningkat
jumlahnya karena asupan makanan yang berasal dari lemak hewani seperti daging ayam, usus ayam, telur ayam, burung
dara, telur puyuh, daging bebek, telur bebek, daging kambing, daging sapi, sosis daging, babat, ampela, paru, hati, bakso
sapi, gajih sapi, susu sapi, ikan air tawar, kepiting, udang, kerang, belut, cumi-cumi (Welborn, 2007; Wang, 2005).
Tingginya kadar kolesterol di dalam darah merupakan permasalahan yang serius karena merupakan salah satu
faktor risiko dari berbagai macam penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, dan diabetes mellitus. Bedasarkan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan risiko terjadi- nya ateroklerosis yang merupakan penyebab PJK akan
meningkat apabila kadar kolesterol total di dalam darah melebihi batas normal. 3
Kadar kolesterol yang berlebih dalam darah akan akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh
darah. LDL yang berlebih melalui proses oksidasi akan membentuk gumpalan yang jika gumpalan semakin membesar
akan membentuk benjolan yang akan mengakibatkan penyempitan saluran pembuluh darah. Proses ini biasanya disebut
dengan atheroklerosis.3
Seringnya mengkonsumsi makanan tinggi lemak menjadi penyebab utama meningkatnya kadar kolesterol total
di dalam darah. Hasil penelitian Sulastri menunjukkan kadar kolesterol akan berkurang seiring dengan rendahnya asupan
makanan berlemak.6 Kadar kolesterol yang melebihi batas normal akan memicu terjadinya proses ateros- klerosis.
Aterosklerosis merupakan proses terjadi- nya penyempitan pembuluh darah oleh lemak. Aterosklerosis merupakan
Berbagai penelitian epidemiologi, biokimia maupun eksperimental menyatakan bahwa yang memegang peranan
penting terhadap terbentuknya aterosklerosis adalah kolesterol. Telah dibuktikan bahwa konsentrasi LDL
Apabila sel-sel otot arteri tertimbun lemak maka elastisitasnya akan menghilang dan berkurang dalam
mengatur tekanan darah. Akibatnya akan terjadi berbagai penyakit seperti hipertensi, aritmia ,serangan jantung
E. Kerangka Konsep
Tanaman kelor
Hasil
Untuk menyeleksi sampel yang akan diteliti maka dilakukan pengukuran kadar kolesterol total darah
pada mencit. Pada saat mencit baru datang sehingga diperoleh kadar kolesterol total darah pada tiap mencit saat
adaptasi
Setelah diadaptasikan maka keempat kelompok itu diberikan pemberian pakan tinggi kolesterol, kadar
kolestrol total 4 kelompok mencit yang diberi pakan tinggi kolestrol menunjukkan hiperkolestrolemia (>82,4
Sampel kemudian diberi perlakuan berbeda. Kelompok 1 akan diberi Plasebo Aquades, sedangkan
kelompok 2 sebagai kelompok uji diberi ekstrak daun kelor dosis 20,8 mg/KgBB, Kelompok 3 sebagai
kelompok uji diberi ekstrak daun kelor dosis 41,6 mg/KgBB, dan kelompok 4 sebagai kelompok uji
Simvastatin. Perlakuan tersebut dilakukan mulai hari ke-7 hingga hari ke-14, kemudian dilakukan pengukuran
Terjadi penurunan kadar kolesterol total darah tertinggi pada kelompok 3 dibandingkan dengan 4
kelompok lainnya yakni dengan rerata 117,667 mg/dl dari pengukuran sebelumnya namun tidak sampai pada
Analisis data dilakukan dengan melakukan perbandingan dari pengukuran kadar kolesterol total darah
mencit sebelum pemberian pakan tinggi lemak terhadap kadar kolesterol total darah, setelah pemberian pakan
tinggi lemak hingga pemberian perlakuan terapi di ketiga kelompok dari hari ke-1 hingga hari ke-7 dengan
F. IDENTIFIKASI VARIABEL
a. Jenis penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pre
and post test control group design. Pretest dan Post-test Control Group Design terdapat dua kelas yang dipilih
secara langsung, kemudian diberi pre test untuk mengetahui keadaan awal, adakah perbedaan antara kelas
Penelitian dilaksanakan pada bulan september 2020 di Laboratorium famakologi Farmasi Poltekkes
Alat-alat yang digunakan adalah : Alat-alat gelas, blender, bejana maserasi, cawan porselin, kandang
hewan uji, lumpang dan alu, penangas air, rotary vaccum evaporator, sentrifuge, sonde oral , spoit1 dan 3 ml,
Adapun bahan yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu Bahan-bahan yang digunakan adalah : Air
suling, etanol 70%, asam klorida, Na. CMC 0,5%, daun kelor, pakan standar pellet, dan simvastatin.
Pengambilan saampel dilakukan dengan membeli daun kelor di salah satu pasar terdekat di daerah
Pangkabinanga
Daun kelor sebanyak 1,27 kg dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya dilakukan sortasi basah untuk
memisahkan daun kelor yang masih segar. Daun kelor kemudian ditiriskan dan disimpan dalam wadah tertutup.
Daun kelor dikeringkan di dalam oven pada suhu 50 0C sampai kering dan kemudian diukur kadar airnya dengan
alat moisture balance. Simplisia daun kelor kering diblender dan diayak menggunakan ayakan no 40 Mesh.
Serbuk yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk pembuatan EMDK dan EEDK.
Proses maserasi simplisia daun kelor dilakukan dengan merendam 300 gram serbuk daun kelor dengan
2.250 mL methanol untuk EMDK dan 2.250 mL etanol 70% untuk EEDK dalam bejana maserasi. Bejana
maserasi ditutup dan dibiarkan selama tiga hari serta diletakkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari
langsung. Selama proses perendaman, rendaman diaduk beberapa kali dengan tujuan untuk meningkatkan
efektifitas proses difusi senyawa terlarut ke dalam cairan penyari. Campuran simplisia dan cairan penyari
disaring dan diperas hingga diperoleh hasil maserat pertama. Ampas yang sudah diperas direndam kembali
dengan metanol dan etanol (masing-masing sebanyak 750 mL) selama tiga hari hingga diperoleh maserat kedua.
Maserat kedua kemudian digabungkan dengan maserat pertama. Maserat yang diperoleh didiamkan selama
semalam dan diendapkan. Maserat dipekatkan dengan menggunakan rotarry evaporator pada suhu 500C
Pengukuran kadar kolesterol mencit dilakukan setelah 2 minggu diadaptasikan di dalam ruangan
tempat penyimpanan mencit di laboratorium penelitian. Pengukuran kadar kolesterol total darah pada awal
perlakuan untuk mengetahui apakah setiap hewan uji mempunyai kadar kolesterol total normal. Namun hasil
tinggi lemak terjadi peningkatan kadar kolesterol pada mencit, dan pengukuran terakhir dilakukan setelah
pemberian diet terapi yaitu ekstrak daun kelor, dan Simvastatin pada tiap kelompok. Pada kelompok plasebo,
tidak mengalami penurunan kolesterol secara signifikan, hal ini dikarenakan aquades tidak mengandung
senyawa yang berpotensi sebagai anti kolesterol dan hanya sebagai kontrol negatif.
Eksperimental design (experimental) merupakan salah satu dari bentuk penelitian eksperimental. Ciri
utama dari true experimental adalah sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok
kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel
yang dipilih secara random. Subjek dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok 1 pemberian aquades sebagai
kontrol negatif, kelompok 2 ekstrak daun kelor dosis 20,8 mg/kgBB, kelompok 3 ekstrak daun kelor dosis
Adam J. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. In: 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009. p.1984–92.
Annies. Kolesterol dan Penyakit Jantung Koroner Jogjakarta: Ar-Ruzz Media; 2015.
Anies. 2015. Kolestrol dan Penyakit Jantung Koroner. Jokjakarta: ArRuzz Media.
Dangi, S. Y., Jolly, C. I., & Narayanan, S. 2002, Antihypertensive Activity of the Total Alkaloids from the
Leaves of Moringa oleifera. Pharmaceutical Biology, 40(2), 144–148.
Iman, S. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak & Kolesterol.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kumar, Hema S., Jafrin, Lourdu, 2016, Diuretic effect of chloroform seed extract of Moringa oleifera (Linn.) in
Wistar rats, International Journal of Basic and Clinical Pharmacolog y(IJBCP ), 5(6):2561-2565
Rajanandh MG, Satishkumar MN, Elango K, Suresh B. Moringa Oleifera Lam. A Herbal Medicine for
Hyperlipidemia : A Pre-clinical Report. India: J.S.S University; 2012; 12(1):790-795.
Sari, L., O. 2006. Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan manfaat dan keamanannya. Majalah Ilmu
Kefarmasian 3(1):1- 7.
Salam AA. Uji Efektifitas Daun Lere (Ipomea Pes-Caprae (L) Roth Br.) sebagai Alternatif untuk Menurunkan
Kadar Glukosa Darah Kelinci (Ocytologus Cuniculuus). Universitas Tadulako Palu; 2011. 5. Stohs SJ
and Hartman MJ. Review Of The Safety and Efficacy Of Moringa Oleifera. Phyther Res.
2015;29(6):796–804.
Smith, J.B. dan Soesanto. 1997. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Coba di Daerah Tropis.
UI Press. Jakarta
Sulastri, Delmi, Rahayuningsih S, Purwantyastuti. Pola Asupan Lemak, Antioksidan, serta Hubungannya
dengan profil Lipid pada Laki-laki Etnik Minangkabau. Majalah Kedokteran Indonesia. 2005; 55.
Sulistia Gan Gunawan. 2016. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: UI Tan Hoan.
Thomas, A.N.S., Tanaman Obat Tradisional. Kanisus, Yogyakarta.
Welborn, T.A. 2007. Preferred clinical measures of central obesity for predicting mortality. European Journal
of Clinical Nutrition, 61: 1373–1379
Wigati, A.M. 2007. Pengaruh Pemberian Sari Sedu Teh Hijau (Camellia sinensis) Terhadap Penebalan
Tunika Aorta Jantung Tikus (Rattus norvegicus) yang Diberi Diet Tinggi Lemak. Skrips itidak
diterbitkan. Malang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah
Malang.