Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

Efektifitas Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleivera Lam ) terhadap Kadar Kolesterol
Darah Pada Mencit ( Mus mucus )

Disusun oleh :
Andhy Aryanto Wal Ikram
PO713251171006
DIII / FARMASI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FARMASI

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan

sumber daya alam yang dimiliki tersebut kemudian banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan

hidup sehari-hari diantaranya sebagai tumbuhan obat. Penggunaan bahan obat yang berasal dari tumbuhan

semakin meningkat karena aman dikonsumsi dan bila digunakan secara tepat, penggunaan tumbuhan obat relatif

memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat sintetik (Sari, 2006).

Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses

kimia khususnya lewat reseptor (Sulistia Gan Gunawan. 2016).

Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak dan berfungsi sebagai prekursor untuk hormon

steroid dan garam empedu serta merupakan komponen yang menstabilkan membran plasma ( Adam. J,

2009 )

Kolesterol ditemukan dalam sel darah merah, membran sel dan otot.Tujuh puluh persen kolesterol

diesterifikasikan (dikombinasikan dengan asam lemak) dan 30% dalam bentuk bebas. Kolesterol merupakan

lemak yang berwarna kekuningan dan seperti lilin yang diproduksi oleh tubuh terutama di dalam hati.

Kolesterol merupakan lemak yang penting, namun jika berlebihan dalam darah dapat membahayakan

kesehatan ( Kee. J, 2017 )

Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya Hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia akan

menyebabkan aterosklerosis yang menjadi faktor resiko yang kuat terhadap penyakit kardiovaskular, seperti:

penyakit jantung koroner, gagal jantung, hipertensi, infark miokard akut dan stroke. Penyakit kardiovaskular

menjadi salah satu penyebab kematian terbesar pada usia produktif. Di Indonesia penyakit kardivaskular

terutama penyakit jantung kororner dan stroke menjadi perhatian karena kematian akibat kedua penyakit ini
diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta pada tahun 2030 menurut KEMENKES RI. 2014.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mencoba meneliti daun kelor sebagai tanaman untuk menurunkan

kolesterol. Melihat potensi daun kelor di indonesia tumbuh dengan baik, daun kelor juga adalah tanaman

yang tidak terlalu sulit untuk di dapatkan ,selain banyak ditanam di depan atau belakang rumah juga sering di

komsumsi oleh masyarakat. Di beberapa wilayah di Indonesia, utamanya Indonesia bagian timur kelor di

konsumsi sebagai salah satu menu sayuran ( Salam. AA, 2017 )

Dewasa ini, penulis seringkali mendapatkan informasi mengenai obat tradisional dengan manfaat

sebagai obat yang dapat menurunkan kolesterol. Daun kelor salah satunya. Daun kelor dipercaya oleh

masyarakat Pangkabinanga sebagai obat yang dapat menurunkan kolesterol yang tinggi. Kemudian penulis pun

berminat untuk melakukan sebuah studi literatur mengenai Daun kelor dan hubungannya dengan penyakit

kolesterol.

B. Rumusan Masalah
 Apakah Ekstrak daun kelor dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada mencit

 Apakah kandungan zat aktif dari ekstrak daun kelor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada mencit

 Mengapa ekstrak daun kelor dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada mencit

C. Tujuan Penelitian

 Mengetahui efektifitas ekstrak daun kelor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada mencit

 Menentukan kandungan zat aktif ekstrak daun kelor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada mencit

 Mengetahui faktor penyebab ekstrak daun kelor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada mencit

D. Manfaat Penelitian

 Mampu mengetahui aktivitas ekstrak daun kelor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada mencit

 Mampu mengetahui kandungan zat aktif ekstrak daun kelor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada

mencit

 Mampu mengetahui faktor penyebab ekstrak daun kelor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol pada

mencit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Teori Umum

A. Daun kelor ( Moringa oleivera Lam )

Morfologi dan klasifikasi daun kelor

Tanaman kelor merupakan salah satu jenis tanaman tropis yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia.

Tanaman kelor adalah tanaman perdu dengan ketinggian 7-11 meter dan mulai tumbuh subur mulai dari dataran 0 sampai

700 meter diatas permukaan laut. Kelor dapat tumbuh di daerah tropis hingga sub-tropis pada semua jenis tanah dan tahan

terhadap musim panas dengan toleransi hingga 6 bulan ( Thomas, 2007 ).

Klasifikasi daun kelor adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dillaniidae

Ordo : Capparales

Famili : Moringaceae

Spesies : Moringa oleivera Lam.

B. Kandungan dan Manfaat

Tanaman kelor mengandung 539 senyawa yang terkenal dalam pengobatan tradisional di Afrika dan India yang

berfungsi sebagai stimulan jantung dan peredaran darah, antitumor, antipiretik, antiepilepsi, antiinflamasi, diuretik,

antihipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, antidiabetik, antibakteri, dan antijamur ( Toripah et al,. 2014 ).

Menurut penelitian Ojiako (2014), Flavonoid yang terdapat pada daun kelor adalah, kuarsetin, kaemferol, apigenin, dan
isorhamnetin yang memiliki efek hipotensi dan diuretik. Daun kelor dapat digunakan sebagai antijamur, antimikroba,

antikanker, antitumor, rematik, antihipertensi, antiglikemik, antiinflamasi, dan antioksidan.

Moringa oleifera Lam. (Tanaman kelor, pohon gunting, pohon lobak Kuda), merupakan familia Moringaceae.

Familia ini biasanya beranggotakan kayu lunak, pohon daun. Moringaceae memiliki genus tunggal Moringa, dengan 13

spesies, yang hanya 2 spesies telah tercatat di India, M. oleifera dan M. concanensis. Semua bagian tanaman, daun, bunga,

buah, biji, kulit kayu dan akarnya, mempunyai berbagai kegunaan (Dangi et al., 2002).

Tidak begitu banyak masyarakat yang tahu manfaat daun kelor secara spesifik. Sebuah hasil penelitian

menunjukkan kelor mengandung senyawa aktif yaitu alkaloid dan flavanoid. Kedua senyawa ini di duga

efektif menurunkan rasa nyeri akibat rematik, menghambat pembentukan asam urat dan bersifat anti

inflamasi serta analgetik. Selain itu, senyawa alkaloid dan flavanoid juga dapat menurunkan kadar kolesterol

darah ( Ganong, 2008 )

Dengan adanya kandungan metabolit sekunder dari buah kelor, mendorong peneliti untuk melakukan

penelitian mengenai efek ektrak buah kelor terhadap penurunan kadar kolesterol darah pada mencit.Daun

Kelor yang kaya akan nutrisi ini memiliki sifat fungsional karena tanaman ini mempunyai khasiat dan

manfaat untuk kesehatan manusia. Baik kandungan nutrisi maupun berbagai zat aktif yang terkandung dalam

tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan mahluk hidup dan lingkungan.

Seluruh bagian dari tanaman kelor telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun obatobatan.

Bagian tanaman ini yang sering digunakan sebagai obat adalah biji, daun, dan kulit kayu, dan berkhasiat

sebagai anti diabetes dan antioksidan (Jaiswal et al., 2009; Pari et al., 2007). Jus dari akar tanaman kelor

dapat digunakan untuk pengobatan iritasi eksternal. Suspensi dari biji kering diketahui sebagai koagulan.

Beberapa manfaat lain dari tanaman kelor (Moringa oleifera L.) diantaranya kulit dari pohon kelor sebagai

obat radang usus besar, daun kelor sebagai anti anemia (Oduro et al., 2008), daun dan batang kelor dapat

digunakan sebagai penurun tekanan darah tinggi dan obat diabetes (Giridhari et al., 2011).
Agar penggunaannya optimal, perlu diketahui informasi yang memadai tentang golongan senyawa

kimia yang terkandung dalam tanaman obat tersebut. Bagian dari tumbuhan ini yang sering digunakan

sebagai obat yaitu biji dan daunnya. Data mengenai kandungan senyawa aktif pada daun kelor masih sangat

jarang, beberapa literatur menyebutkan pada daun kelor terdapat kandungan flavonoid, saponin, alkaloid,

tanin, dan fenol (Pandey et al., 2012). Namun, untuk kandungan senyawa kimia tanaman kelor yang tumbuh

di daerah Denpasar belum pernah ada yang meneliti dan mengingat kondisi geografis masing-masing daerah

berbeda kemungkinan ada perbedaan dalam kandungan senyawa kimia yang terdapat pada tanaman kelor.

Oleh karena itu kelor mendapat julukan sebagai “miracle tree”. Berbagai penelitian tentang Moringa

oleifera Lam pada beberapa tahun terakhir terutama pada tikus. Berdasarkan hasil penelitian in vitro pada

hewan dan manusia membuktikan bahwa semua bagian dari Moringa oleifera Lam memiliki fungsi baik

secara fisiologis maupun farmakologi ( Stohs SJ and Hartman MJ, 2015 ).

Analisis kualitatif terhadap ekstrak hidroalkoholik Moringa oleifera Lam membuktikan adanya

kandungan sitosterol sebanyak 0,09%. Kandungan sitosterol ini yang menurunkan kadar kolesterol dengan

cara menurunkan konsentrasi LDL (Low Density Lipoprotein) dalam plasma dan menghambat reabsorbsi

kolesterol dari sumber endogen. Ekstrak Moringa oleifera Lam juga diketahui mengandung antioksidan

flavonoids dan polyphenols. Senyawa ini secara signifikan dapat meningkatkan SOD (Superoxide Dismutase)

dan katalase serta menurunkan kadar lipid peroksidase sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol terutama

LDL.6,7

C. Mencit (Mus musculus)

Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan percobaan di laboratorium yang biasa disebut

tikus putih, hewan ini dapat berkembang biak secara cepat dan dalam jumlah yang cukup besar (Riskana, 1999).

Mencit termasuk hewan pengerat (Rodentia) yang cepat berbiak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak,
variasi genetiknya cukup besar serta anatomi dan fisiologisnya terkarakteristik dengan baik (Smith et al, 1987).

Gambar mencit ditunjukkan sebagai berikut:

Gambar 2.7 morfologi mencit (mus musculus)

Mencit membutuhkan makanan setiap harinya sekitar 3-5 g, diantaranya faktor yang perlu diperhatikan

dalam memberikan makanan kepada mencit yaitu kualitas bahan pangan terutama daya cerna dan palatabilitas.

Hal ini dikarenakan kualitas makanan mencit akan berpengaruh terhadap kondisi mencit secara keseluruhan

diantaranya kemampuan untuk tumbuh, berbiak ataupun perlakuan terhadap pengobatan (Smith et al, 1987).

D. Kolesterol

Kolesterol adalah zat alamiah dengan sifat fi sik berupa lemak tetapi memiliki rumus steroida.

Kolesterol merupakan bahan pembangun esensial bagi tubuh untuk sintesis zat-zat penting seperti membran sel

dan bahan isolasi sekitar serat saraf, begitu pula hormon kelamin, dan anak ginjal, vitamin D, serta asam

empedu. Namun, apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebih dapat menyebabkan peningkatan kolesterol dalam

darah yang disebut hiperkolesterolemia, bahkan dalam jangka waktu yang panjang bisa menyebabkan

kematian. Kadar kolesterol darah cenderung meningkat pada orang-orang yang gemuk, kurang berolahraga, dan

perokok (Iman, 2004; Beydaun, 2008).


Kolestrol merupakan salah satu komponen lemak atau zat lipid seperti yang kita ketahui, lemak

merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh kita selain zat gizi lainnya, seperti karbohidrat,

protein, vitamin dan mineral.Lemakmerupakan salah satu sumber energy yang memberikan kalori paling tinggi.

Selain sebagai salah satu sumber energi, sebenarnya lemak atau khususnya kolesterol memang merupakan zat

yang paling dibutuhkan oleh tubuh kita dan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.

Kolesterol secara terus-menerus dibentuk atau disintesis di dalam hati (liver). Bahkan sekitar 70%

kolesterol dalam darah merupakan hasil sintesis di dalam hati, sedangkan sisanya berasal dari asupan makanan.

Kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid (Anies, 2015: 18)

Kolesterol secara normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang tepat. Tetapi ia bisa meningkat

jumlahnya karena asupan makanan yang berasal dari lemak hewani seperti daging ayam, usus ayam, telur ayam, burung

dara, telur puyuh, daging bebek, telur bebek, daging kambing, daging sapi, sosis daging, babat, ampela, paru, hati, bakso

sapi, gajih sapi, susu sapi, ikan air tawar, kepiting, udang, kerang, belut, cumi-cumi (Welborn, 2007; Wang, 2005).

Tingginya kadar kolesterol di dalam darah merupakan permasalahan yang serius karena merupakan salah satu

faktor risiko dari berbagai macam penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, dan diabetes mellitus. Bedasarkan

penelitian-penelitian yang telah dilakukan risiko terjadi- nya ateroklerosis yang merupakan penyebab PJK akan

meningkat apabila kadar kolesterol total di dalam darah melebihi batas normal. 3

Kadar kolesterol yang berlebih dalam darah akan akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh

darah. LDL yang berlebih melalui proses oksidasi akan membentuk gumpalan yang jika gumpalan semakin membesar

akan membentuk benjolan yang akan mengakibatkan penyempitan saluran pembuluh darah. Proses ini biasanya disebut

dengan atheroklerosis.3

Seringnya mengkonsumsi makanan tinggi lemak menjadi penyebab utama meningkatnya kadar kolesterol total

di dalam darah. Hasil penelitian Sulastri menunjukkan kadar kolesterol akan berkurang seiring dengan rendahnya asupan

makanan berlemak.6 Kadar kolesterol yang melebihi batas normal akan memicu terjadinya proses ateros- klerosis.

Aterosklerosis merupakan proses terjadi- nya penyempitan pembuluh darah oleh lemak. Aterosklerosis merupakan

manifestasi klinis dari penyakit jantung.


Makin tinggi kadar kolesterol maka akan semakin tinggi pula proses aterosklerosis berlangsung.

Berbagai penelitian epidemiologi, biokimia maupun eksperimental menyatakan bahwa yang memegang peranan

penting terhadap terbentuknya aterosklerosis adalah kolesterol. Telah dibuktikan bahwa konsentrasi LDL

kolesterol yang tinggi dalam darah akan menyebabkan terbentuknya aterosklerosis.

Apabila sel-sel otot arteri tertimbun lemak maka elastisitasnya akan menghilang dan berkurang dalam

mengatur tekanan darah. Akibatnya akan terjadi berbagai penyakit seperti hipertensi, aritmia ,serangan jantung

dan stroke, dan lain-lain (Wigati, 2007).

E. Kerangka Konsep

Tanaman kelor

Daun kelor Kandungan daun kelor

 alkaloida, flavonoida, fenolat, triterpenoida/steroida,


dan tanin.

Ekstrak daun kelor


Simvastatin sebagai pengukur

Hasil

Ekstrak daun kelor


Hewan uji

Untuk menyeleksi sampel yang akan diteliti maka dilakukan pengukuran kadar kolesterol total darah

pada mencit. Pada saat mencit baru datang sehingga diperoleh kadar kolesterol total darah pada tiap mencit saat

adaptasi
Setelah diadaptasikan maka keempat kelompok itu diberikan pemberian pakan tinggi kolesterol, kadar

kolestrol total 4 kelompok mencit yang diberi pakan tinggi kolestrol menunjukkan hiperkolestrolemia (>82,4

mg/dL) dan ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini.

Sampel kemudian diberi perlakuan berbeda. Kelompok 1 akan diberi Plasebo Aquades, sedangkan

kelompok 2 sebagai kelompok uji diberi ekstrak daun kelor dosis 20,8 mg/KgBB, Kelompok 3 sebagai

kelompok uji diberi ekstrak daun kelor dosis 41,6 mg/KgBB, dan kelompok 4 sebagai kelompok uji

Simvastatin. Perlakuan tersebut dilakukan mulai hari ke-7 hingga hari ke-14, kemudian dilakukan pengukuran

kadar kolesterol darah

Terjadi penurunan kadar kolesterol total darah tertinggi pada kelompok 3 dibandingkan dengan 4

kelompok lainnya yakni dengan rerata 117,667 mg/dl dari pengukuran sebelumnya namun tidak sampai pada

kadar kolesterol normal.

Analisis data dilakukan dengan melakukan perbandingan dari pengukuran kadar kolesterol total darah

mencit sebelum pemberian pakan tinggi lemak terhadap kadar kolesterol total darah, setelah pemberian pakan

tinggi lemak hingga pemberian perlakuan terapi di ketiga kelompok dari hari ke-1 hingga hari ke-7 dengan

menggunakan Uji ANOVA

F. IDENTIFIKASI VARIABEL

 Variabel independen ( Ekstrak daun kelor yang akan digunakan )

 Variabel dependen ( kadar kolesterol pada mencit )

 Variabel moderator ( perlakuan pada hewan uji dan penyakit genetiknya )


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

a. Jenis penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pre

and post test control group design. Pretest dan Post-test Control Group Design terdapat dua kelas yang dipilih

secara langsung, kemudian diberi pre test untuk mengetahui keadaan awal, adakah perbedaan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol

b. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan september 2020 di Laboratorium famakologi Farmasi Poltekkes

Kemenkes Makassar Jurusan Farmasi.

c. Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan adalah : Alat-alat gelas, blender, bejana maserasi, cawan porselin, kandang

hewan uji, lumpang dan alu, penangas air, rotary vaccum evaporator, sentrifuge, sonde oral , spoit1 dan 3 ml,

tabung reaksi, timbangan analitik, dan timbangan hewan uji.

Adapun bahan yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu Bahan-bahan yang digunakan adalah : Air

suling, etanol 70%, asam klorida, Na. CMC 0,5%, daun kelor, pakan standar pellet, dan simvastatin.

d. Pengambilan sampel penelitian

Pengambilan saampel dilakukan dengan membeli daun kelor di salah satu pasar terdekat di daerah

Pangkabinanga

e. Pengolahan sampel penelitian

Daun kelor sebanyak 1,27 kg dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya dilakukan sortasi basah untuk

memisahkan daun kelor yang masih segar. Daun kelor kemudian ditiriskan dan disimpan dalam wadah tertutup.

Daun kelor dikeringkan di dalam oven pada suhu 50 0C sampai kering dan kemudian diukur kadar airnya dengan
alat moisture balance. Simplisia daun kelor kering diblender dan diayak menggunakan ayakan no 40 Mesh.

Serbuk yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk pembuatan EMDK dan EEDK.

Proses maserasi simplisia daun kelor dilakukan dengan merendam 300 gram serbuk daun kelor dengan

2.250 mL methanol untuk EMDK dan 2.250 mL etanol 70% untuk EEDK dalam bejana maserasi. Bejana

maserasi ditutup dan dibiarkan selama tiga hari serta diletakkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari

langsung. Selama proses perendaman, rendaman diaduk beberapa kali dengan tujuan untuk meningkatkan

efektifitas proses difusi senyawa terlarut ke dalam cairan penyari. Campuran simplisia dan cairan penyari

disaring dan diperas hingga diperoleh hasil maserat pertama. Ampas yang sudah diperas direndam kembali

dengan metanol dan etanol (masing-masing sebanyak 750 mL) selama tiga hari hingga diperoleh maserat kedua.

Maserat kedua kemudian digabungkan dengan maserat pertama. Maserat yang diperoleh didiamkan selama

semalam dan diendapkan. Maserat dipekatkan dengan menggunakan rotarry evaporator pada suhu 500C

sehingga diperoleh ekstrak kental daun kelor (EMDK dan EEDK).

f. Perlakuan hewan uji

Pengukuran kadar kolesterol mencit dilakukan setelah 2 minggu diadaptasikan di dalam ruangan

tempat penyimpanan mencit di laboratorium penelitian. Pengukuran kadar kolesterol total darah pada awal

perlakuan untuk mengetahui apakah setiap hewan uji mempunyai kadar kolesterol total normal. Namun hasil

yang didapatkan mencit mengalami hiperkolestrolemik.Pengukuran selanjutnya setelah pemberian pakan

tinggi lemak terjadi peningkatan kadar kolesterol pada mencit, dan pengukuran terakhir dilakukan setelah

pemberian diet terapi yaitu ekstrak daun kelor, dan Simvastatin pada tiap kelompok. Pada kelompok plasebo,

tidak mengalami penurunan kolesterol secara signifikan, hal ini dikarenakan aquades tidak mengandung

senyawa yang berpotensi sebagai anti kolesterol dan hanya sebagai kontrol negatif.

g. Pengumpulan dan pengolahan data penelitian

Eksperimental design (experimental) merupakan salah satu dari bentuk penelitian eksperimental. Ciri

utama dari true experimental adalah sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok

kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel

yang dipilih secara random. Subjek dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok 1 pemberian aquades sebagai
kontrol negatif, kelompok 2 ekstrak daun kelor dosis 20,8 mg/kgBB, kelompok 3 ekstrak daun kelor dosis

41,6 mg/kgBB, dan kelompok 4 pemberian simvastatin sebagai kontrol positif.


DAFTAR PUSTAKA

Adam J. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. In: 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009. p.1984–92.
Annies. Kolesterol dan Penyakit Jantung Koroner Jogjakarta: Ar-Ruzz Media; 2015.
Anies. 2015. Kolestrol dan Penyakit Jantung Koroner. Jokjakarta: ArRuzz Media.
Dangi, S. Y., Jolly, C. I., & Narayanan, S. 2002, Antihypertensive Activity of the Total Alkaloids from the
Leaves of Moringa oleifera. Pharmaceutical Biology, 40(2), 144–148.

Ganong W. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2008.

Iman, S. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak & Kolesterol.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kee J. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. EGC; 2017.

Kumar, Hema S., Jafrin, Lourdu, 2016, Diuretic effect of chloroform seed extract of Moringa oleifera (Linn.) in
Wistar rats, International Journal of Basic and Clinical Pharmacolog y(IJBCP ), 5(6):2561-2565

Rajanandh MG, Satishkumar MN, Elango K, Suresh B. Moringa Oleifera Lam. A Herbal Medicine for
Hyperlipidemia : A Pre-clinical Report. India: J.S.S University; 2012; 12(1):790-795.
Sari, L., O. 2006. Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan manfaat dan keamanannya. Majalah Ilmu
Kefarmasian 3(1):1- 7.
Salam AA. Uji Efektifitas Daun Lere (Ipomea Pes-Caprae (L) Roth Br.) sebagai Alternatif untuk Menurunkan
Kadar Glukosa Darah Kelinci (Ocytologus Cuniculuus). Universitas Tadulako Palu; 2011. 5. Stohs SJ
and Hartman MJ. Review Of The Safety and Efficacy Of Moringa Oleifera. Phyther Res.
2015;29(6):796–804.
Smith, J.B. dan Soesanto. 1997. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Coba di Daerah Tropis.
UI Press. Jakarta
Sulastri, Delmi, Rahayuningsih S, Purwantyastuti. Pola Asupan Lemak, Antioksidan, serta Hubungannya
dengan profil Lipid pada Laki-laki Etnik Minangkabau. Majalah Kedokteran Indonesia. 2005; 55.
Sulistia Gan Gunawan. 2016. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: UI Tan Hoan.
Thomas, A.N.S., Tanaman Obat Tradisional. Kanisus, Yogyakarta.

Welborn, T.A. 2007. Preferred clinical measures of central obesity for predicting mortality. European Journal
of Clinical Nutrition, 61: 1373–1379
Wigati, A.M. 2007. Pengaruh Pemberian Sari Sedu Teh Hijau (Camellia sinensis) Terhadap Penebalan
Tunika Aorta Jantung Tikus (Rattus norvegicus) yang Diberi Diet Tinggi Lemak. Skrips itidak
diterbitkan. Malang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah
Malang.

Anda mungkin juga menyukai