Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH STUDI KASUS

PRAKTIKUM FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK


“Kanker Mamae”

Dosen pengampu:
Dr. Wiwin Herdwiani, M.Sc., Apt

Disusun Oleh:
Kelas B2 / Kelompok 1
Pelangi Baidara R L 1820364054
Putu Widya Cahyani 1820364055

PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXXVI


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai
prevalensi cukup tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita,
hanya saja prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. Diperkirakan pada tahun 2006 di
Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara pada wanita dan 1.720 kasus
baru pada pria, dengan 40.970 kasus kematian pada wanita dan 460 kasus kematian
pada pria.
Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan ke dua setelah kanker leher
rahim. Kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian
kanker. Pada umumnya tumor pada payudara bermula dari sel epitelial, sehingga
kebanyakan kanker payudara dikelompokkan sebagai karsinoma (keganasan tumor
epitelial). Sedangkan sarkoma, yaitu keganasan yang berasal dari jaringan
penghubung, jarang dijumpai pada payudara.
Berdasarkan asal dan karakter histologinya kanker payudara dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar yaitu insitu karsinoma dan invasive karsinoma.
Karsinoma insitu dikarakterisasi oleh lokalisasi sel tumor baik di duktus maupun di
lobular, tanpa adanya invasi melalui membran basal menuju stroma di sekelilingnya.
Sebaliknya pada invasive karsinoma, membran basal akan rusak sebagian atau secara
keseluruhan dan sel kanker akan mampu menginvasi jaringan di sekitarnya menjadi
sel metastatik.
Kanker payudara pada umumnya berupa ductal breast cancer yang invasif
dengan pertumbuhan tidak terlalu cepat. Kanker payudara sebagian besar (sekitar
70%) ditandai dengan adanya gumpalan yang biasanya terasa sakit pada payudara,
juga adanya tanda lain yang lebih jarang yang berupa sakit pada bagian payudara,
erosi, retraksi, pembesaran dan rasa gatal pada bagian puting, juga secara keseluruhan
timbul kemerahan, pembesaran dan kemungkinan penyusutan payudara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kanker payudara adalah jenis lain dari kanker yang terjadi pada jaringan sel
payudara. Ketika sel abnormal membagi dan tidak terkontrol, mereka dapat menjadi
besar dengan membentuk jaringan ekstra, atau tumor, yang dapat menjadi jinak atau
ganas. Sel tumor jinak tidak menyebar ke jaringan tubuh yang lain, biasanya dapat
diangkat dan tidak akan timbul kembali.
Carsinoma mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel pada jaringan
mammae yang tidak normal serta tumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang
ketempat sekitar jaringan mammae yang banyak mengandung pembuluh limfe dan
meluas dengan cepat dan segera bermetastase.
Penyakit kanker payudara adalah penyakit keganasan yang berasal dari
struktur parenkim payudara. Paling banyak berasal dari epitel duktus laktiferus (70
%), epitel lobulus (10%) sisanya sebagian kecil mengenai jaringan otot dan kulit
payudara, kanker payudara tumbuh lokal ditempat semula, lalu selang beberapa waktu
menyebar melalui saluran limfe (penyebaran sistemik) ke organ vital lain seperti paru-
paru, tulang, hati, otak dan kulit.
B. Etiologi dan Faktor Risiko
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko
pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara yaitu :
1. usia > 30 tahun

2. Menarche dini.
Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
sebelum usia 12 tahun.

3. Nulipara dan usia maternal lanjut pada saat kelahiran anak pertama beresiko
terkena. Wanita yang mempunyai anak pertama
setelah usia 30 tahun mempuyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker
payudara dibanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada
usia sebelum 20 tahun.
4. Menopause pada usia lanjut.
Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker
payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani ooforektomi bilateral
sebelum usia 35 tahun mempunyai resiko sepertiganya.

5. Riwayat penyakit payudara jinak.


Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferatif
mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara. Wanita
dengan hiperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami
penyakit ini.

6. Obesitas, resiko rendah diantara wanita pascamenopause.


Wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih
tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.

7. Kontrasepsi oral.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral beresiko tinggi untuk mengalami
kanker payudara. Resiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah penghentian
medikasi.

8. Terapi pengganti hormone.


Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko kanker payudara pada
terapi penggantian hormon. Wanita yang berusia lebih tua yang menggunakan
estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka panjang (Lebih dari 10-15
tahun) dapat mengalami peningkatan risiko. Sementara penambahan progesteron
terhadap penggantian estrogen meningkatkan insiden kanker endometrium, hal ini
tidak menurunkan risiko kanker payudara.

9. Masukan alkohol.
Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang menkonsumsi alkohol
bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Resikonya dua kali lipat
diantara wanita yang minum alkohol tiga kali sehari. Di negara dimana minuman
anggur dikonsumsi secara teratur (misal: Prancis dan Italia), Angkanya sedikit
lebih tinggi. Beberapa temuan menunjukkan bahwa wanita muda yang minum
alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker payudara pada tahun-tahun
berikutnya.

C. Patofisiologi
Kejadian karsinoma payudara dihubungkan dengan terjadinya hiperplasia sel
dengan perkembangan sel-sel atipik, kemudian terjadi karsinoma intraepitelial
(karsinoma insitu), setelah terjadinya karsinoma in situ akan terjadi multiplikasi sel-
sel dengan cepat. Selanjutnya sel-sel tersebut akan menginvasi stroma jaringan ikat di
sekitarnya pada payudara.
Beberapa jenis kanker payudara sering menunjukkan disregulasi hormon HGF
dan onkogen Met, serta ekspresi berlebihan enzim PTK-6.
1. Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
2.  Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen.
3. Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan
terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan.
4.  Fase metastasi
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada
kanker payudara. Beberapa diantaranya disertai dengan komplikasi lain
(Anonim, 2012)
D. Manifestasi klinis
1. Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kuadran atas bagian dalam, dibawah ketiak
bentuknya tak beraturan dan terfiksasi
2. Nyeri di daerah massa.
3. Perubahan bentuk dan besar payudara, adanya lekukan ke dalam, tarikan dan
retraksi pada areola mammae.
4. Edema dengan “peau d’ orange (keriput seperti kulit jeruk)
5. Pengelupasan papilla mammae
6. Keluar cairan abnormal dari putting susu berupa nanah, darah, cairan encer
padahal ibu tidak sedang hamil / menyusui.
7. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi
E. Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Keluhan utama
1. Benjolan di payudara
2. Kecepatan tumbuh dengan/tanpa rasa sakit
3. Nipple discharge, retraksi puting susu, dan krusta
4. Kelainan kulit, dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi
5. Benjolan ketiak dan edema lengan
Keluhan Tambahan
1. Nyeri tulang (vertebra, femur)
2. Sesak dan lain sebagainya
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis, dan
sistemik.Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis (tanda
vital - pemeriksaan menyeluruh tubuh) untuk mencari kemungkinan adanya metastase
dan atau kelainan medis sekunder. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk menilai
status lokalis dan regionalis. Pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis, inspeksi dan
palpasi. Inspeksi dilakukan dengan pasien duduk, pakaian atas dan bra dilepas dan
posisi lengan di samping, di atas kepala dan bertolak pinggang.Inspeksi pada kedua
payudara, aksila dan sekitar klavikula yang bertujuan untuk mengidentifikasi tanda
tumor primer dan kemungkinan metastasis ke kelenjar getah bening.
Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang (supine),
lengan ipsilateral di atas kepala dan punggung diganjal bantal, kedua payudara
dipalpasi secara sistematis, dan menyeluruh baik secara sirkular ataupun radial.
Palpasi aksila dilakukan dilakukan dalam posisi pasien duduk dengan lengan
pemeriksa menopang lengan pasien. Palpasi juga dilakukan pada infra dan
supraklavikula.

F. Klasifikasi stadium
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American
Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk kanker payudara
Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor
T1 Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar
T1 a Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm pada dimensi
terbesar
T1 b Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm pada dimensi
terbesar
T1 c Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm pada dimensi
terbesar
T2 Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
T3 Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
T4 Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada/kulit
T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis
T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara atau
satellite skin nodules pada payudara yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma
Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)
Nx KGB regional tak dapat dinilai (mis.: sudah diangkat)
N0 Tak ada metastasis KGB regional
N1 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang masih dapat
digerakkan
pN1mi Mikrometastasis >0,2 mm < 2 mm
pN1a 1-3 KGB aksila
pN1b KGB mamaria interna dengan metastasis mikro melalui
sentinel node biopsy tetapi tidak terlihat secara klinis
pN1c T1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna dengan metastasis
mikro melalui sentinel node biopsy tetapi tidakterlihat secara
klinis
N2 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau KGB
mamaria interna yang terdekteksi secara klinis* jika tidak terdapat metastasis
KGB aksila secara klinis
N2a Metastatis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir satu sama
lain (matted) atau terfiksir pada struktur lain
pN2a 4-9 KGB aksila
N2b Metastasis hanya pada KGB mamaria interna yang terdekteksi
secara klinis* dan jika tidak terdapat metastasis KGB aksila
secara klinis.
pN2b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB aksila
N3 Metastatis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan
KGB aksila, atau pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis*
dan jika terdapat metastasis KGB aksila secara klinis; atau metastasis pada
KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila
atau mamaria interna
N3a Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
pN3a > 10 KGB aksila atau infraklavikula
N3b Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB
aksila
pN3b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis, dengan KGB
aksila atau >3 KGB aksila dan mamaria interna dengan
metastasis mikro melalui sentinel node biopsy namun tidak
terlihat secara klinis
N3c Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
pN3c KGB supraklavikula
Metastasis jauh (M)
Mx Metastasis jauh tak dapat dinilai
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Terdapat Metastasis jauh

Pengelompokan Stadium
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium IA T1 N0 M0
Stadium IB T0 N1mic M0
T1 N1mic M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
Stadium IIIB T4 N1-N2 M0
Stadium IIIC Semua T N3 M0
Stadium IV Semua T Semua N M1

G. TATALAKSANA TERAPI
Terapi pada kanker payudara harus didahului dengan diagnosa yang lengkap dan
akurat (termasuk penetapan stadium). Diagnosa dan terapi pada kanker payudara haruslah
dilakukan dengan pendekatan humanis dan komprehensif. Terapi pada kanker payudara
sangat ditentukan luasnya penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau
biomolekuler-signaling.Terapi pada kanker payudara selain mempunyai efek terapi yang
diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan (adverse effect),
sehingga sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan untung ruginya dan harus
dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan
mengenai faktor usia, co-morbid, evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan
seri pengobatan sistemik termasuk end of life isssues.
Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan kanker
payudara. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
 Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving surgery,
diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
 Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : ovariektomi, adrenalektomi, dsb.
 Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
 Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal/regional, dapat
dilakukan pada saat bersamaan atau setelah beberapa waktu
Jenis pembedahan pada kanker payudara:
 Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
 Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
 Mastektomi dengan teknik onkoplasti
 Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
 Breast Conserving Therapy (BCT)

TERAPI
Terapi non farmakologi
1. Perbanyak makan buah dan sayuran berwarna kuning atau hijau karena banyak
mengandung vitamin, seperti beta karoten, vitamin C, mineral, klorofil, dan
fitonutrien lainnya yang dapat melindungi tubuh dari kanker.
2. Kurangi makanan yang mengandung lemak tinggi. Telah banyak bukti yang
menunjukan adanya hubungan makanan tinggi lemak dengan beberapa jenis kanker,
dan yang terbanyak terjadi pada kanker payudara.
3. Konsumsilah makanan yang banyak mengandung serat. Serat akan menyerap zat-zat
yang bersifat karsinogen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar dengan
feses.
4. Makanlah produk kedelai seperti tahu dan tempe. Kedelai selain mengandung flonoid
yang berguna untuk mencegah kanker, juga mengandung genestein yang berfungsi
sebagai estrogen nabati (fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel pada
reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjar susu, sehingga akan menghalangi
estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya
sel kanker.
5. Kurangi makan makanan yang diasinkan, dibakar, diasap atau diawetkan dengan
nitrit. Makanan tersebut dapat menghasilkan senyawa kimia yang dapat berubah
menjadi karsinogen aktif.
6. Hindari alkohol dan rokok.
7. Pengontrolan berat badan dengan diet seimbang dan olahraga akan mengurangi
resiko terkena kanker payudara.
8. Upayakan pola hidup yang seimbang seperti menghindari gaya hidup yang sering
mengkonsumsi makanan tinggi lemak, makanan cepat saji dan usahakan olahraga
teratur.
9. Hindari stress.

TERAPI KANKER PAYUDARA INVASIF, BERDASARKAN STADIUM.


Tindakan bedah untuk mempertahankan payudara biasanya cocok untuk kanker
invasif stadium dini jika ukuran kanker relatif kecil, walaupun mastektomi juga
merupakan salah satu pilihan tindakan lain. Jika kanker terlalu besar, diperlukan tindakan
mastektomi kecuali jika kemoterapi neoajuvan sebelum tindakan bedah dapat
mengecilkan ukuran tumor sehingga cukup dilakukan tindakan radiasi yang
mempertahankan payudara. Pada kasus manapun, nodus limfe di bawah lengan atau
ketiak harus dicek apakah mengandung kanker. Radiasi dierlukan untuk hampir semua
pasien yang mendapat tindakan bedah yang mempertahankan payudara dan pada
beberapa pasien yang mendapat tindakan mastektomi. Terapi sistemik ajuvan setelah
tindakan bedah biasanya disarankan untuk semua kanker yang berukuran lebih besar dari
1 cm, juga kadang-kadang pada tumor yang lebih kecil.
Stadium I
Kanker ini relatif kecil dan mungkin belum menyebar ke nodus limfe (N0) atau ada
penyebaran sedikit ke nodus limfe sentinel (N1mi).
Terapi lokal : Kanker stadium I dapat diatasi dengan tindakan bedah yang
mempertahankan payudara (lumpectomy, partial mastectomy) atau mastektomi. Nodus
limfe juga harus dievaluasi, dengan biopsi nodul limfe sentinel atau dengan pengambilan
(dissection) nodus limfe axilla. Rekonstruksi payudara dapat dilakukan saat itu juga
bersamaan dengan tindakan bedah atau beberapa waktu kemudian.
Terapi radiasi biasanya diberikan setelah tindakan bedah yang mempertahankan
payudara. Pasien dapat mempertimbangkan tindakan bedah yang mempertahankan
payudara tanpa radiasi jika semua hal berikut benar :
 Usia lebih dari atau sama dengan 70 tahun.
 Ukuran tumor kurang dari atau sama dengan 2 cm dan telah benar-benar diambil
seluruhnya.
 Tumor mengandung reseptor hormon dan diberi terapi hormon.
 Tidak satupun nodus limfe yang telah diambil mengandung kanker.
Beberapa pasien yang tidak memenuhi kriteria tersebut mungkin dapat mencoba
menghindari radiasi, tetapi studi-studi menunjukkan pasien yang tidak mendapat radiasi
memiliki kemungkinan kankernya kembali muncul.
Terapi ajuvan sistemik : Kebanyakan klinisi akan mendiskusikan pro dan kontra
terapi ajuvan hormonal (tamoksifen, inhobitor aromatase, atau keduanya berurutan)
dengan semua pasien yang kankernya positive reseptor hormon (hormone receptor-
positive (estrogen atau progesterone)), seberapapun ukuran tumornya. Manfaat terapi
hormonal biasanya lebih mungkin dialami oleh pasien dengan ukuran tumor lebih besar
dari 0,5 cm.
Jika tumor lebih kecil dari 1 cm, kemoterapi ajuvan biasanya tidak diberikan.
Beberapa klinisi mungkin menyarankan kemoterapi jika kanker kurang dari 1 cm disetai
beberapa karakteristik kurang baik (misalnya derajat-tinggi, hormone receptor-negative,
HER2-positive, atau skor yang tinggi pada salah satu panel gen). Khemo ajuvan biasanya
disarankan untuk kanker yang berukuran lebih besar. Untuk kanker yang HER2-positive,
ajuvan trastuzumab (Herceptin) biasanya disarankan juga.

Stadium II
Kanker ini biasanya lebih besar dan/atau menyebar ke sekitar nodus limfe. Terapi
lokal : Tindakan bedah dan radiasi sama seperti pada tumor stadium I, kecuali pada
stadium II, terapi radiasi ke dada dapat dipertimbangkan bahkan setelah mastektomi jika
tumor berukuran besar (lebih dari 5 cm) atau sel kanker ditemukan I nodus limfe. Terapi
ajuvan sistemik : Terapi ajuvan sistemik disarankan untuk pasien dengan kanker stadium
II. Terapi yang diberikan mungkin melibatkan terapi hormon, kemoterapi, trastuzumab,
atau
kombinasi pilihan tersebut, dan tergantung pada usia pasien, status reseptor-estrogen, dan
status HER2.
Terapi neoajuvan : Salah satu pilihan bagi pasien yang menginginkan
mempertahankan payudara, tetapi ahli bedah menganggap tumor terlalu besar sehingga
outcome kurang baik, adalah terapi neoajuvan (sebelum tindakan bedah) dengan
kemoterapi, terapi hormon, dan/atau trastuzumab untuk mengecilkan tumor. Jika terapi
neoajuvan berhasil mengecilkan tumor, pasien dapat memilih tindakan bedah yang
mempertahankan payudara (misalnya lumpektomi) diikuti dengan tindakan radiasi.
Terapi ajuvan juga dapat diberikan setelah radiasi. Jika tumor tidak cukup mengecil,
maka diperlukan mastektomi. Terapi ajuvan juga dapat diberikan setelah tindakan bedah,
karena tumor tidak mengecil ketika diberikan neoajuvan. Terapi radiasi juga dapat
diberikan setelah tindakan bedah. Kemungkinan survival pasien dari kanker payudara
tidak dipengaruhi oleh apakah pasien mendapat kemoterapi sebelum atau setelah tindakan
bedah.
Stadium III
Kanker stadium III adalah jika tumor lebih besar dari 5 cm atau berkembang ke
dalam jaringan lain di sekitarnya (kulit di atas payudara atau jaringan otot di bawahnya),
atau kanker menyebar ke nodus limfe di sekitarnya. Terapi lokal untuk beberapa kanker
stadium III kuranglebih sama dengan stadium II. Tumor yang relatif kecil (dan belum
berkembang ke jaringan sekitarnya) dapat dihilangkan dengan tindakn bedah yang
mempertahankan payudara (lumpektomi) diikuti tindakan radiasi. Jika tidak demikian,
maka dilakukan tindakan mastektomi (baik dengan atau tanpa rekonstrukdi payudara).
Biopsi nodus limfe sentinel dapat menjadi pilhan pasien, namun kebanyakan memerlukan
pemeriksaan nodus limfe axilla. Tindakan bedah biasanya diikuti dengan kemoterapi
ajuvan sistemik, dan/atau terapi hormon, dan/atau trastuzumab. Radiasi setelah
mastektomi juga sering disarankan.
Seringkali, kanker stadium III ditangani dengan kemoterapi neoajuvan. Tindakan ini
mungkin akan mengecilkan tumor adekuat sehingga dapat dilakukan lumpektomi atau
tindakan bedah yang mempertahankan payudara. Jika tidak, maka harus dilakukan
mastektomi. Biasanya juga dilakukan pemeriksaan nodus limfe axilla. Rekonstruksi
segera mungkin merupakan pilihan bagi beberapa pasien, namun biasanya ditunda sampai
setelah terapi radiasi, yang diberikan juga bahkan untuk mastektomi. Kemoterapi ajuvan
juga dapat diberikan, dan terapi hormonal ditawarkan pada semua pasien yang kankernya
hormone receptor-positive.
Beberapa kanker payudara inflamasi termasuk stadium III. Bisanya diterapi dengan
kemoterapi neoajuvan, kadang-kadang dengan radiasi. Kemudian diikuti dengan
mastektomi dan pemeriksaan nodus limfe. Kemudian diberikan terapi ajuvan dengan
kemoterapi (dan trastuzumab jika kanker HER2+), terap radiasi (jika tidak diberikan
sebelum tindakan bedah), dan terapi hormon (jika kanker hormone receptor positive).
Obat-obat terapi ajuvan untuk kanker stadium I sampai III :
Terapi ajuvan dapat disarankan, berdasarkan ukuran tumor, penyebaran ke nodus
limfe, dan parameter prognosis lainnya. Biasanya dapat berupa kemoterapi, trastuzumab
(Herceptin), hormon, atau kombinasi obat-obat tersebut.
Terapi hormon : Terapi hormon kemungkinan tidak efektif untuk pasien dengan tumor
hormone receptor-negative. Terapi hormon seringkali ditawarkan untuk pasien dengan
kanker payudara invasif yang hormone receptor–positive berapapun ukuran tumor
maupun nodus limfe yang terlibat.
Pasien yang belum menopause dan tumornya hormone receptor-positive dapat
diterapi dengan tamoxifen, yang menghambat efek estrogen yang diproduksi ovarium.
Beberapa klinisi juga memberikan analog luteinizing hormone-releasing hormone
(LHRH) yang akan menghentikan fungsi ovarium sementara. Pilihan (permanen) lain
adalah pengambilan ovarium melalui tindakan bedah (oophorectomy). Namun, belum
jelas apakah pengambilan ovarium atau mengehntikan kerjanya akan membantu kerja
tamoksifen. Jika pasien mengalami menopause dalam 5 tahun sejak menggunakan
tamoksifen (baik secara alami maupun karena ovariumnya diangkat), pasien dapat
mengganti tamoksifen dengan obat lain inhibitor aromatase.
Terkadang pasien dapat mengalami berhentinya menstruasi setelah kemoterapi atau
ketika diterapi tamoksifen. Namun tidak berarti pasien ini mengalami menopause. Klinisi
dapat melakukan uji darah untuk mengetahui keadaan beberapa hormon untuk
mengetahui status menopausenya. Hal ini penting karena obat inhibitor aromatase hanya
bermanfaat untuk pasien setelah menopause.
Pasien yang tidak lagi menstruasi, atau yang memang telah menopause berapun
usianya, dan pasien yang tumornya hormone receptor-positive biasanya akan mendapat
terapi ajuvan baik dengan inhbitor aromatase (biasanya selama 5 tahun), atau dengan
tamoksifen selama 2-5 tahun diikuti dengan inhibitor aromatase selama 3-5 tahun lagi.
Pasien yang tidak dapat mengkonsumsi inhibior aromatase dapat menggunakan
tamoksifen sebagai alternatif selama 5 tahun.
Seperti telah disampaikan sebelumnya, masih banyak yang belum bisa dijawab
bagaiman cara menggunakan obat-obat ini yang sebaik-baiknya. Sebagai contoh, masih
belum jelas apakah memberikan terapi ajuvan dengan salah satu obat tersebut lebih baik
daripada dengan pemberian tamoksifen selama beberpa waktu kemudian dilanjutkan
inhibitor aromatase. Atau berapa lama waktu penggunaan inhibitor aromatase yang
optimal. Banyak studi yang sedang dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
demikian.
Jika kemoterapi juga harus diberikan, terapi hormon biasanya diberikan jika kemoterapi
telah sempurna selesai.
Kemoterapi : Kemoterapi biasanya disarankan untuk semua pasien dengan kanker
payudara invasif yang bersifat hormone receptor-negative, dan bagi pasien dengan tumor
hormone receptor positive yang mungkin akan mendapat manfaat tambahan dengan
penggunaan kemoterapi bersama terapi hormon, berdasarkan stadium dan karakteristik
tumornya. Kemoterapi ajuvan dapat menurunkan resiko kanker kembali/kambuh, tetapi
tidak menghilangkan resiko sama sekali. Sebelum memutuskan apakah pengobatan tepat,
penting untuk megetahui seberapa resiko kanker kambuh dan seberapa jauh terapi ajuvan
dapat mengurangi resiko tersebut. Regimen kemoterapi biasanya berkisar antara 4-6
bulan. Pada beberapa kasus mungkin diperlukan kemoterapi dengan interval dosis yang
lebih rapat (dose-dense).
Trastuzumab (Herceptin) : Pasien yang kankernya HER2-positive biasanya mendapat
trastuzumab bersama dengan kemoterapi. Salah satu regimen yang umum adalah
doxorubicin (Adriamycin) dan cyclophosphamide selama 3 bulan, diikuti dengan
paclitaxel (Taxol) dan trastuzumab. Paclitaxel diberikan selama 3 bulan, sedangkan
trastuzumab diberikan total selama 1 tahun. Salah satu kekhawatiran klinisi adalah jika
trastuzumab diberikan terlalu cepat setelah pemberian doxorubicin dapat mengakibatkan
masalah pada jantung, sehingga fungsi jantung harus dimonitor dengan ketat selama
terapi antara lain dengan echocardiograms atau pencitraan MUGA.
Untuk mengurangi efek samping pada jantung, klinisi juga mencoba kombinasi terapi
yang tidak mengandung doxorubicin. Salah satu regimen demikian adalah TCH, yaitu
docetaxel (Taxotere) dan carboplatin setiap 3 minggu bersama dengan trastuzumab
(Herceptin) selama 6 siklus. Kemudian diikuti dengan trastuzumab setiap 3 minggu
selama 1 tahun.
Uji pola gene (gene pattern test) : Beberapa klinisi mungkin menggunakan
uji/pemeriksaan pola gen untuk membantu menentukan apakah perlu terapi ajuvan pada
kanker payudara stadium I dan II. Contoh uji demikian antara lain Oncotype DX dan
MammaPrint, yang dijelaskan lebih detil pada bagian bagaimana kanker payudara
didiagnosis "How is breast cancer diagnosed?" Uji demikian dilakukan menggunakan
sampel jaringan kanker payudara. Yang dilihat adalah fungsi beberapa gen dalam kanker
untuk membantu memperkirakan resiko kambuhnya kenker setelah terapi. Uji ini tidak
akan membantu klinisi menetukan terapi hormon atau kemoteapi apa yang terbaik bagi
pasien. Uji ini membantu klinisi mengetahui seberapa manfaat terapi ajuvan bagi pasien.
Studi klinis besar masih dilakukan untuk mengetahui pakah uji gen demikian dapat
membantu klinisi ketika menghadapi pasien dengan tumor kecil dan nodus limfe yang
bersih.
Stadium IV

Kanker stadium IV telah menyebar di luar payudara dan nodus limfe ke bagian tubuh
lainnya. Kanker payudara bisanya menyebar ke tulang, hati dan paru-paru. Kanker
stadium IV juga dapat menyebar ke otak, atau organ lain, termasuk mata. Walaupun
tindakan bedah dan/atau radiasi dapat bermanfaat pada situasi tertentu, terapi sistemik
masih merupakan terapi yang utama. Tergantung pada banyak faktor, terapi dapat berupa
hormonal, kemoterapi, terapi yang ditargetkan (targeted therapy) seperti trastuzumab,
pertuzumab (Perjeta), dan lapatinib (Tykerb), atau kombinasi obat-obat tersebut. Terapi
dapat mengecilkan tumor, memperbaiki gejala, dan membantu pasien hidup lebih
panjang, namun tidak dapat mengusir kanker sepenuhnya dan seterusnya.
Trastuzumab dapat membantu pasien dengan kanker yang HER2-positive hidup lebih
lama jika diberikan bersama dengan kemoterapi pertama untuk kanker stadium IV.
Pemberian Trastuzumab dengan kemoterapi dan trastuzumab mungkin lebih baik lagi.
Pemberian Trastuzumab juga dapat membantu jika diberikan bersama dengan terapi
hormon letrozole. Masih belum jelas berapa lama terapi trastuzumab atau pertuzumab
harus dilanjutkan.
Semua terapi sistemik untuk kanker payudara-terapi hormon, kemoterapi dan terapi yang
ditargetkan mempunyai efek samping.
Terapi radiasi dan/atau tindakan bedah juga dapat diberikan pada situasi berikut :
- Ketika tumor payudara mengakibatkan luka terbuka pada payudara (atau dada)
- Untuk mengatasi sejumlah kecil metasatases pada area tertentu
- Untuk mencegah patah tulang
- Ketika area kanker menyebar menekan korda spinalis
- Untuk mengatasi blokade pada hati
- Untuk meringankan nyeri atau gejala lain
- Ketika kanker menyebar ke otak
Terapi lokal demikian harus jelas tujuannya (dijelaskan pada pasien), apakah untuk
menyembuhkan kanker, mencegah atau mengatasi gejala. Pada beberapa kasus terapi
regional
(obat diberikan langsung ke area tertentu, misalnya cairan sekitar otak atau ke dalam hati)
dapat juga bermanfaat.
Terapi untuk meringankan gejala tergantung pada daerah penyebaran kanker. Sebagai
contoh, nyeri akibat metastase tulang dapat diatasi dengan terapi radiasi sinar eksternal
dan/atau bifosfonat misalnya pamidronate (Aredia) atau asam zoledronat (zoledronic
acid/Zometa). Kebanyakan klinisi menganjurkan bisphosphonates atau denosumab
(Xgeva), bersama dengan calcium dan vitamin D, untuk semua pasien yang kanker
payudaranya telah menyebar ke tulang.
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Kasus

CATATAN PERAWAT/PARAMEDIS
Tanggal/jam Pengobatan dan diet Catatan Tanda
tangan
28/04/2018 Infus RL 20 tpm Pagi :
Carboplatin 9 AUC TD 120/80
Doxetaxel 500 mg Pasien merasa nyeri punggung, mual
Salvestrol 1x1 demam dan lemas
Tylenol 1x1
Selenium 200mg/.hari
Paracetamol
29/04/2018 Infus RL 20 tpm TD 140/100
Carboplatin 9 AUC Pasien merasa nyeri punggung, mual
Doxetaxel 500 mg demam dan lemas
Salvestrol 1x1
Tylenol 1x1
Selenium 200mg/hari

Keterangan : Suhu badan dan nadi terus meningkat.


Pernapasan Normal Normal
Tekanan drh 120/80 120/90
BB/TB 90/160 90/160
Defekasi +
Berkemih +
Lemas ++
Nyeri +++
Data Laboratorium
Parameter Nilai Normal Tanggal Pemeriksaan
16/10 17/10 18/10 19/10 20/10
Leukocytes 3500-10000 5550 8770
Hb 11.0-16.5% 4,7 5
Hematocrite 35.0-50.0% 26 26,3
Thombocytes 150000-390000 201.000 237.000
Glucose Random 60-110 mg/dl 86
Ureum/BUN 10-50 mg/dl 48 48
Creatinine 0.7-1.5 mg/dl 5,4 5,4
SGOT 11-41 U/I 140
SGPT 10-41 U/I 136
Albumin 3.5-5.0 g/dl 1,8
Na 135-145 mmol/l 132
Potassium/K 3.5-5.0 mmol/l 3,64
Chlorida/Cl 98-106 mmol/l 106
p.H 7.35-7.45 7.46
p.CO2 35-45 32.0
p.O2 80-100 118.4
HCO3 21-28 22.9
O2 saturate >95% 98,9
Base excess (-)3-(+)3 (-)1
FORM DATA BASE PASIEN
ANALISIS PENGGUNAAN OBAT
Identitas Pasien
Nama : Ny NL
Usia : 50 tahun
Alamat : Jln Puntodewa 8 Solo
Jenis Kelamin : Wanita
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
BB/TB : 90 kg/ 160 cm
Tanggal masuk RS :
RIWAYAT MASUK RS
Seorang wanita mendatangi Rumah Sakit mengeluhkan nyeri pada wilayah dada,
demam, letih serta lesu, terdapat benjolan di payudara kiri.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU : -
DAGNODA : Kanker Mamae dan Hipotiroidisme
RIWAYAT SOSIAL
Kegiatan Ya/Tidak
Pola makan/diet
Vegetarian Ya (makanan organik sayuran, buah-buahan, teh dan
agar2 rumput laut)
Merokok Tidak
Meminum Alkohol Tidak
Meminum Obat herbal Ada
RIWAYAT ALERGI : -
KELUHAN/TANDA UMUM :
Tanggal Subjektif Obyektif
Hari 1 Pasien merasa nyeri TD : 120/80 mmHg
punggung, mual demam dan Nadi : 90
lemas terdapat benjolan di
Suhu : 39 oC
payudara kiri.

Hari 2 Pasien merasa nyeri TD : 120/90 mmHg


punggung, mual demam dan
Suhu : 40 oC
lemas
Nadi : 100
HASIL LABORATORIUM
Parameter Nilai Normal Tanggal Pemeriksaan Keterangan
16/10 17/10 18/10
Leukocytes 3500-10000 5550 8770 Normal
Hb 11.0-16.5% 4,7 5 Rendah
Hematocrite 35.0-50.0% 26 26,3 Rendah
Thombocytes 150000-390000 201.000 237.000 Normal
Glucose Random 60-110 mg/dl 86 Normal
Ureum/BUN 10-50 mg/dl 48 48 Normal
Creatinine 0.7-1.5 mg/dl 5,4 5,4 Tinggi
SGOT 11-41 U/I 140 Tinggi
SGPT 10-41 U/I 136 Tinggi
Albumin 3.5-5.0 g/dl 1,8 Rendah
Na 135-145 mmol/l 132 Normal
Potassium/K 3.5-5.0 mmol/l 3,64 Normal
Chlorida/Cl 98-106 mmol/l 106 Normal
p.H 7.35-7.45 7.46 Normal
p.CO2 35-45 32.0 Normal
p.O2 80-100 118.4 Tinggi
HCO3 21-28 22.9 Normal
O2 saturate >95% 98,9 Normal
Base excess (-)3 - (+)3 (-)1 Normal

RIWAYAT PENGOBATAN
Tanggal/jam Pengobatan dan diet
28/04/2018 Infus RL 20 tpm
Carboplatin 9 AUC
Doxetaxel 500 mg
Salvestrol 1x1
Tylenol 1x1
Selenium 200mcg/hari
Paracetamol
29/04/2018 Infus RL 20 tpm
Carboplatin 9 AUC
Doxetaxel 500 mg
Salvestrol 1x1
Tylenol 1x1
Selenium 200mcg/hari
PROFIL PENGOBATAN PASIEN
1. Obat Yang Digunakan Saat Ini
Nama obat Indikasi Dosis Rut IO ESO Outcome
e
Infus RL Mengembalika 20 tpm iv - - Penambah
n keseimbangan an
cairan elektrolit elektrolit
Carboplatin Antineoplastik, 9 AUC Iv KI : Mielosupresi, Mengura
alkylating, Mielosupresi mual muntah, ngi massa
Kanker berat, gangguan tumor
ovarium, gangguan saluran cerna,
NSCLC & fungsi ginjal nefrotoksik,
SCLC, kanker berat, ototoksik,
kepala & leher hipersensitif, peningkatan
(sel tumor dengan kadar enzim
skuamous), perdarahan, hati, reaksi
kanker kehamilan & alergi
kandung kemih laktasi
(sel
transisional),
kanker serviks.
Doxetaxel Antineoplastik, 500 mg Iv - Anemia, Mengura
alkylating, mual-muntah, ngi massa
Kanker diare. tumor.
payudara,
NSCLC, kanker
ovarium.
Salvestrol 1x1 Anti oksidan 1x1 P - - Menangk
o al radikal
bebas
Tylenol 1x1 Nyeri ringan- 1x1 p Metoclopram hepatotoksik Nyeri
sedang, o id,domperido berkuran
demam ne, warfarin, g
kolesteramin
Selenium defisiensi 200mcg/ P - Diare, rambut Memenu
selenium, hari o rontok, jari hi
Hashimoto’s melemah, kebutuha
thyroiditis iritasi, mual, n
(kelainan muntah selenium
autoimun pada dalam
jaringan tiroid) tubuh
Paracetamol Nyeri ringan- 4-6 jam p Metoclopram hepatotoksik Nyeri
sedang, demam x 500mg o id,domperido berkuran
ne, warfarin, g
kolesteramin
2. Problem Medik : Kanker Payudara Stadium II
Subyek Obyek Terapi Analisis/assessment DRP Plan Monitoring
nyeri punggung, T : 400C Tylenol 1x1 Pasien mengalami demam yang terus - Under Dose Peningkatan dosis Suhu tubuh
demam meningkat, dan hanya diberikan Tylenol menjadi pasien
Tylenol (Paracetamol 500mg) 1 kali 500mg 3 kali tiap 8
sehari, obat yang digunakan tidak jam
adekuat sehingga perlu dilakukan
peningkatan dosis menjadi 500mg tiap
8 jam
terdapat benjolan Ukuran tumor : Carboplatin 9 Penggunaan Carboplatin lebih Pemilihan -Carboplatin Monitoring
di payudara kiri. 2,5 cm AUC diindikasikan untuk kanker ovarium, obat kurang dihentikan kadar AST ,
S Cr: 5,4 Doxetaxel menurut Dipiro, kemoterapi untuk tepat ALT dan
AST (SGOT) : 500mg kanker payudara dapat diberikan -Doxetacel iv ESO
140 kombinasi Doxetacel iv 75mg/m2 dan 75mg/m2 kombinasi
ALT (SGPT) : Cyclophosphamide iv 600mg/m2 Cyclophosphamide
136 sehingga penggunaan Carboplatin iv 600mg/m2
dihentikan.

Problem Medik : Hipotyroidisme dan anemia


Subyek Obyek Terapi Analisis/assessment DRP Plan Monitoring
letih dan lemas, T : 400C Infus RL Menyeimbangkan elektrolit - Tetap digunakan Suhu badan
Lemas pasien,
Suplemen untuk penyakit gangguan
Selenium - Selenium Kadar
pada kelenjar tiroid, sehubungan
(Suplemen) dihentikan Selenium
dengan akan dilakukan operasi
200mcg/hari sementara darah
pengangkatan tumor maka
suplemen selenium dihetikan
sementara karena dapat
mengakibatkan pendarahan
Hb : 5 mg/dL - Pasien mengalami anemia dan Indikasi Pack Red Cell Kadar Hb, HT
Ht : 26,3 belum mendapat terapi belum (PRC) dan Albumin
Albumin : 1,8 diobati Octalbumin 20%
40mL/Kg BB/hari

Monitoring :
o Lakukan pengukuran kembali ukuran dari massa tumor.
o Monitoring nilai AST, ALT, Creatinin, Hb, Ht dan Albumin pasien.
o Monitoring efek samping masing-masing obat yang diberikan.
o Monitoring suhu badan, tanda vital serta hasil laboratorium pendukung.
o Monitoring kepatuhan pasien.
o Tetap melaksanakan diet makanan organik sayuran, buah-buahan, teh dan agar2 rumput laut untuk menurunkan berat badan pasien
DAFTAR PUSTAKA

[KemenKes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Panduan Nasional


Penanganan Kanker (Kanker Payudara). Jakarta : [KemenKes RI]
[KemenKes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Interpretasi
Data Klinik. Jakarta : [KemenKes RI]
Pharmacotherapy: A Pathophysiological Approach. Joseph T. DiPiro, Robert L. Talbert, Gary
C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G. Wells, L. Michael Posey (Eds). 9th edition.
De Jong,.W., Sjamsuhidajat, R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta.

Anonim. 2009. Kanker  Payudara. (http://www.google.com/kanker-payudara.pdf)

ACR Practice Guideline for the Performance of Ultrasound-Guided Percutaneous Breast


Interventional Procedures Res. 29; American College of Radiology; 2009

NCCN, 2017, Clinical Practice Guideline in Oncology Cervical Cancer, Version 2.2013,
National Comprehensive Cancer Network, Inc

Dipiro JT, Dipiro CV, Wells BG, Schwinghammer TL, 2015. Phatmacotherapy
Handbook Ninth Edition. New York : MC Graw Hill Education
http://www.kalbemed.com/Products/Drugs/Generic/tabid/246/ID/18779/Carboplatin.aspx

http://www.kalbemed.com/Products/Drugs/Branded/tabid/245/ID/5809/Octalbin.aspx

Anda mungkin juga menyukai