LANDASAN TEORI
dalam mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, serta kebijakan yang ada
dan setiap ahli menjelaskannya secara berbeda sehingga dibawah ini penulis
7
8
kemampuan kerja seseorang untuk secara teratur, tekun secara terus-menerus dan
bahwa disiplin kerja adalah tindakan manajemen untuk mendorong agar para
1. Disiplin Preventif
mengikuti dan mematuhi pedoman dan aturan kerja yang ditetapkan oleh
2. Disiplin Korektif
sanksi yang bertujuan agar pegawai tersebut dapat memperbaiki diri dan
maksud dan sasaran dari disiplin kerja adalah terpenuhinya beberapa tujuan
seperti:
dengan motif organisasi bagi yang bersangkutan baik hari ini, maupun hari
esok.
berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, serta melaksanakan
perintah manajemen
diberikan kepadanya
c) Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana barang dan jasa
pada perusahaan
panjang.
merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya
Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, jika tidak
ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama.
dan situasi.
disebabkan para atasan langsung itulah yang paling tahu dan paling dekat
Pimpinan yang berhasil memberi perhatian yang besar kepada para karyawan
akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Seorang pemimpin tidak
hanya dekat dalam arti jarak fisik, tetapi juga mempunyai jarak dekat dalam
akan selalu dihormati dan dihargai oleh para karyawan sehingga akan
karyawan.
lain:
pegawai diharuskan menaati semua standar kerja yang telah ditetapkan sesuai
dengan aturan dan pedoman kerja agar kecelakaan kerja tidak terjadi atau
dapat dihindari.
4. Ketaatan pada peraturan kerja. Hal ini dimaksudkan untuk kenyamanan dan
5. Etika kerja. Etika kerja diperlukan oleh setiap pegawai dalam melaksanakan
pegawai.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal, serta cukup
2. Teladan pimpinan
Pimpinan harus memberi contoh yang baik, seperti berdisiplin, jujur, adil,
serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik,
kurang baik (kurang disiplin) maka para bawahan pun akan kurang disiplin.
3. Balas jasa
terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Balas jasa
4. Keadilan
sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan
Dengan keadilan yang baik, akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.
Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan agar
5. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, semangat kerja,
dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu hadir di
6. Sanksi hukuman
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat maka karyawan akan semakin
7. Ketegasan
sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas
8. Hubungan kemanusiaan
hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari direct
yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman.
Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi,
2.2. Kinerja
merupakan hasil kerja yang dicapai karyawan dalam mengemban tugas dan
“kinerja merupakan hasil yang diproduksi oleh fungsi pekerjaan tertentu atau
kegiatan pada pekerjaan tertentu selama periode waktu tertentu. Hasil kerja
kesimpulan bahwa kinerja karyawan adalah suatu tingkat pencapaian hasil kerja
seseorang dalam suatu perusahaan dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan
perusahaan.
telah dinyatakan oleh Werther dan Davis dalam Priansa (2017:62), yaitu:
Menentukan promosi, transfer, dan demosi yang berlaku bagi pegawai yang
Memadu perusahaan untuk menentukan jenis karier dan potensi karier yang
dalam perusahaan.
19
setiap pegawai memiliki kesempatan yang sama untuk jabatan tertentu sesuai
berikut:
Tabel II.1.
Kriteria – Kriteria Kinerja Karyawan
No Kriteria Penjelasan
1. Kemampuan individual
baik, jika kinerja pegawai tersebut memiliki tingkat keterampilan yang baik,
Usaha yang dicurahkan bagi pegawai adalah ketika kerja, kehadiran dan
pekerjaan, ia tidak akan bekerja dengan baik jika hanya sedikit upaya. Hal ini
3. Lingkungan organisasional
manajemen.
pada ide bahwa sebuah tim akan meningkat dengan cepat dan terus-menerus
keberhasilan.
4. Analisis tersebut tidak hanya dilakukan pada tingkat kelompok, tetapi juga
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
jenis instrument penelitian adalah angket, ceklis (check-list), atau daftar centang,
Tabel II.2.
Kisi-Kisi Instrumen Disiplin Kerja (Variabel X)
Tabel II.3.
Kisi-Kisi Instrumen Kinerja Karyawan (Variabel Y)
Butir
Variabel Indikator Dimensi
Pernyataan
Uji instrumen penelitian terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas, yang
1. Uji Validitas
untuk menguji apakah tiap item atau instrumen benar – benar mampu
mengungkap faktor yang akan diukur atau konsisten internal tiap item alat ukur
alat ukur dalam mengukur suatu faktor. Metode yang sering digunakan untuk
memberikan penilaian terhadap validitas kuesioner adalah korelasi antara skor tiap
butir pertanyaan dengan skor total, sehingga sering disebut dengan inter-item total
25
correlation. Nilai korelasi yang diperoleh lalu dibandingkan dengan tabel nilai
korelasi (r). Jika hitung > r tabel pada taraf kepercayaan tertentu, berarti instrumen
syarat adalah kalau r = 0,3. Jadi kalau relasi antar butir dengan skor total kurang
2. Uji Reliabilitas
Tabel II.4.
Skala Alpha Cronchbach’s
yaitu:
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”.
bahwa “sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
2. Skala Likert
sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya
menggunakan skala likert mempunyai gradiasi dari sangat positif sampai sangat
Tabel II.5.
Klasifikasi Jawaban dan Besarnya Skor
Alternatif Jawaban Skor Kode
Sangat Setuju 5 SS
Setuju 4 S
Ragu-ragu 3 RG
Tidak setuju 2 TS
Sangat Tidak setuju 1 STS
Sumber: Sugiyono(Yuliantari & Ulfa, 2016)
27
menyatakan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih atau juga dapat
menentukan arah dari kedua variabel”. Nilai korelasi: (r) = (-1 ≤ 0 ≤ 1).
Tabel II.6.
Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan
Nilai Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 0,599 Cukup
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 0,100 Sangat kuat
Sumber : Siregar (2013)
diberikan oleh sebuah variabel atau lebih X (bebas) terhadap variabel Y (terikat)”.
Keterangan:
KD : Koefisien Determinasi
r : Koefisien Korelasi
5. Persamaan Regresi
Keterangan:
X : Variabel bebas