Anda di halaman 1dari 11

II.

SISTEM DIGESTIVE
A. KASUS HERNIA
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Alamat : Jl. Baluwarti No.21 Surakarta
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 31

2. Manifestasi Klinis/ Anamnesa


Gejala klinis bervariasi dari asimtomatis hingga mengancam jiwa
seperti pada hernia inkarserata dan strangulata. Biasanya, pasien
mengatakan “turun berok”, burut, kelingsir, atau adanya benjolan di
selangkangan/kemaluan yang bisa mengecil/menghilang pada waktu
tidur dan keluar bila menangis pada bayi atau anak, mengejan,
mengakat beba berat, dan posisi berdiri. Nyeri dapat dirasakan
apabila terjadi komplikasi.

3. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi dan CT-scan
4. Diagnosa
Diagnosa Utama : Hernia Inguinalis Medialis (Direk)
Diagnosa Lain :-

5. Komplikasi
Infeksi, obstruksi, nekrosis usus, peritonitis, dan sepsis.

6. Penatalaksanaan
Tata laksana bedah
Tata laksana definitif adalah dengan dengan operasi sehingga perlu
dirujuk ke dokter spesialis bedah. Pada hernia inguinalis responibilis
dan iresponibilis dilakukan tindakan bedah elektif. Tindakan bedah
pada hernia adalah herniotomi dan herniorafi

1
Operasi terbuka biasanya berupa tension free technique
(Linchtenstein), bilayer suture technique, atau insersi mesh prostetik
yang dapat diserap. Perbaikan mesh dapat dilakukan dengan
endoskopi-laparoskopi transabdominal pre-peritoneal (TAPP) atau
totally extraperitoneal repair (TEP).. dengan prosedur TEP dapat
dihindari pembukaan rongga peritoneum sehingga mengurangi
resiko adhesi intraabdomen atau cedera usus.
 Perbaikan anterior
 Penutupan defek
 Teknik Shouldice
 Perbaikan traktus ileopubik
 Teknik Bassini
 Teknik McVay / ligamen Cooper
 Tension-free inguinal repair dengan menggunakan mesh
prostesis sintesis untuk menjembatani defek.
 Perbaikan preperitoneal.
Penggunaan laparoskopi : menggunakan teknik totally
extraperitoneal (TEP) dan transabdominal preperitoneal (TAPP)
hernia-repair.
7. Arti istilah-istilah penyakit, laboratorium, singkatan, tindakan
dan pengobatannya
a. Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang
normal melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeurotik
dinding perut, baik secara kongenital atau didapat.
b. Ultrasonografi : suatu teknik diagnostik pencintraan
menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan
organ internal dan otot.
c. CT-scan : computer tomography scan, prosedur pencitraan
medis yang menggunakan kombinasi pemrosesan komputer dari
banyak pengukuran sinar-X.
d. Obstruksi : suatu penyumbatan yang sama sekali menutup atau
mengganggu jalannya isi usus.

2
e. Nekrosis usus : kematian sel atau jaringan usus
f. Peritonitis : infeksi pada rongga perut
g. Sepsis : kondisi medis serius dimana terjadi peradangan di
seluruh tubuh yang disebabkan oleh infeksi
h. Herniotomi : tindakan membuka kantong hernia, memasukkan
kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat
dan memotong kantong hernia
i. Herniorafi : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah
plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di
belakang kanalis inguinalis.
8. Kode Penyakit dan Tindakan
a. Kode Penyakit
Cari Lead Term Hernia pada ICD 10 Vol 3
- inguinal (direct) (external) (funicular) (indirect) (internal)
(oblique) (scrotal) (sliding) K40.9
Rujuk Vol 1 Hernia inguinal (direct)
K40.9 Unilateral or unspecified inguinal hernia, without
obstruction or gangrene
Inguinal hernia (unilateral) NOS
b. Kode Tindakan
-

9. Referensi
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Keempat
Jilid Pertama. Jakarta: Media Aesculapius.

3
B. KASUS KARSINOMA KOLOREKTAL
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. H
Alamat : Jl. Jatiasih No 9 Bekasi
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 68

2. Manifestasi Klinis/ Anamnesa


Anamnesis dilakukan mencari manifestasi klinis yang bervariasi
bergantung pada lokasi, penyebaran, dan komplikasi (perforasi,
obstruksi, perdarahan). Gejala yang dijumpai biasanya berupa
hematoskezia.
a. Pada kolon asenden
Lumen besa, berdinding tipis, dan masa feses agar cair sehingga
sering asimtomatis. Gejala awal pasien tampak lesu karena
anemnia dan dapat dijumpai darah samar pada tinja. Apabilal
perdarahan lebih banyak, dapat timbul melena. Pasien mengeluh
rasa tidak nyaman di perut kanan terutama setelah makan.
b. Pada kolon desenden
Lumen relatif kecil dan masa feses semisolid sehingga timbul
gejala konstruktif berupa perunahan pola defekasi yakni
konstipasi. Dapat pula tejadi obstruksi parsial atau total yang
ditandai dengan rasa penuh di perut dan nyeri yang meningkat.
Pendaharahan biasanya tidak masif dan fses yang keluar
bercampur darah segar atau darah tua serta lendir.

3. Pemeriksaan Penunjang
 Labaratorium : HB dapat turun = ditemukan samar tinja
 Barium enema
 Kolonoskopi

4
 CT-scan abdomen dan CT-kolagografi, bila tidak dapat
dilakukan CT-scan bisa menggunakan USG abdomen.
4. Diagnosa
Diagnosa Utama : Adenocarcinoma colon
Diagnosa Lain :-

5. Komplikasi
-

6. Penatalaksanaan
Hemikoleltomi dilakukan pada masa karsinoma setempat.
Kemoterapi diberian sebagai terapi adjuvan. Pada operasi dapat
dilakukan anastomosis primer apabila usus sehat dan apabila tumor
primer tidak dapat direseksi dapat dilakukan prosedur paliatif dan
pembuatan stoma proksimal atau bypass. Terpi spesifik berdasarkan
stadium
 Stadium 0 (Tis, N0, M0) : eksisi polip total dan batas sekitar
harus bebas dari lesi patologis displasia, pada kasus polip tak
dapat dieksisi total dapat dilakukan eksisi segmental.
 Stadium I (T1, N0, M0) : reseksi ttal polip, kolektomi segment;
 Stadium III (setiap T, N1, M0) : reseksi surgikal kemoterapi
adjuvan;
 Stadium IV (setiap T, setiap N, M1) : reseksi surgikal, resseksi
hepar apabila terdapat metastasis, kemoterapi adjuvan, terapi
paliatif.
7. Arti istilah-istilah penyakit, laboratorium, singkatan, tindakan
dan pengobatannya
a. Karsinoma Kolorektal : keganasan pada kolon dan rektum,
keganasan karsinoma ini merupakan keganasan pada saluran
pencernaan.

5
b. Hematoskezia : munculnya darah segar pada tinja (feses)
yang diaibatkan adanya pendarahan di saluran pencernaan
bagian bawah.
c. Barium enema : jenis pemeriksaan radiologi untuk
memeriksa kelainan di usus besar dengan cara memasukkan
campuran Barium dan udara ke dalam dubur.

d. Kolonoskopi : prosedur medis yag dilakukan dengan


tujuan memeriksa kondisi usus besar danrektum untuk
mendeteksi gangguan pada usus besar dab rektum.

e. Hemikoleltomi : operasi pengangkatan lebih separuh dari


kolon
f. Prosedur paliatif : perawatan pada seorang pasien dan
keluarganya yang memiliki penyakit tidak dapat disembuhkan
dengan memaksimalkan kualitas hidup pasien serta mengurangi
gejala nyeri dan memperhatikan aspek psikologis dan spiritual
pasien.
8. Kode Penyakit dan Tindakan
a. Kode Penyakit
Cari Lead Term Neoplasm pada ICD 10 Vol 3
Neoplasm
- intestine, intestinal
- - large
- - - colon C18.9
Rujuk Vol 1 Malignant neoplasm of colon
C18.9 Colon, unspecified
Large intestine NOS
b. Kode Tindakan
-

9. Referensi
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Keempat
Jilid Pertama. Jakarta: Media Aesculapius.

6
C. KASUS PANKREATITIS AKUT
1. Identitas Pasien
Nama : Bp. B
Alamat : Jl. Punggawan No 49 Surakarta
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 51

2. Manifestasi Klinis/ Anamnesa


 Gejala utama yang dikeluhkan pasien adalah nyeri hebat pada
abdomen atas yang timbulnya akut, bersifat persisten biasanya
di daerah midepigastrium dan dapat menjalar ke punggung.
Kadang nyeri dapat terjadi di abdomen kanan atas, bersifat difus
atau dapat juga menjalar ke sisi kiri bergantung kepada daerah
pankreas yang mengalami peradangan;
 Mual dan muntah;
 Gelisah, agitasi, dan lebih nyaman jika posisi supinasi.
3. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan darah lengkap, hematokrit, CRP untuk menilai
leukositosis, hemokonsentrasi dan penanda inflamasi;
 Kolestrol, trigliseril, dan kalsium untuk mengevaluasi etiologi
yang mendasari;
 Alkali fosfatase, bilirubin total, aspartat amino transferase
(AST) dan alanin aminoransferare (ALT) diperiksa untuk
mencari tanda pankreatitis akibat batu empedu;
 Serum elektrolit, BUN, kreatinin, glukosa untuk menilai derajat
komplikasi;
 Amilase serum – Amilase akan meningkat setelah 6-12 jam
onset hingga 3-5 hari, biasanya diatas tiga kali dari nilai normal.
Beberapa keadaan lain yang dapat menigkatkan kadar enzim
amilase antara lain : kelainan kelenjar saliva, tuba falopi, gagal
ginjal, koelsistitis;

7
 Serum lipase – Meningkatnya kadar serum lipase lebih spesifik
untuk pankreatitis dan kadarnya akan tetap menigkat hingga 12
hari.

4. Diagnosa
Diagnosa Utama : Pancreatitis acute
Diagnosa Lain :-

5. Komplikasi
Komplikasi lokal berupa acute peripancreatic fluid collection,
pseudokista, acute necrotic collection dan walled-off necrosis.
Komplikasi lainnya berupa disfungsi gastric outlet, trombosis vena
porta dan splenikus dan nekrosis kolon.

6. Penatalaksanaan
Dokter umum harus merujuk ke spesialis penyakit dalam. Pantau
tanda vital, rehidrasi, koreksi ketidakseimbangan elektrolit dan
nutrisi, serta lakukan pencegahan komplikasi lokal maupun sistemik.
Pasien biasanya dapat mengalami syok, gagal napas, dan komplikasi
infeksi. Tata laksana suportif bagi pankreatitis akut ringan berupa
cairan intravena, manajemen nyeri, dan koreksi kelainan elektrolit
dan metabolik. Biasanya pasien akan membaik dan mulai dapat
makan dalam waktu 3-7 hari.
7. Arti istilah-istilah penyakit, laboratorium, singkatan, tindakan
dan pengobatannya
a. Pankreatitis akut : terjadi karena pamkreas yang
menyebabkan aktivasi enzim-enzim pankreas di dala sel-sel
pankreas sehingga menyebabkan kerusakan jaringan.
b. Hematokrit : pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur
presentase sel darah merah dalam darah.
c. CRP: tes CRP atau C-reactive protein merupakan pemeriksaan
untuk mengetahui kadar protein dalam darah.

8
d. Hemokonsentrasi : pengentalan darah akibat perembesan
plasna (komponen darah cair non seluluer)
e. Koelsistitis : inflamasi pada kandung empedu yang sering kali
disebabkan oleh batu empedu
f. Pseudokista : kondisi dimana terbentuknya akumulasi
jaringan dan cairan pada pankreas
8. Kode Penyakit dan Tindakan
a. Kode Penyakit
Cari Lead Term Pancreatitis pada ICD 10 Vol 3
Pancreatitis
- acute (edematous) (hemorrhagic) (recurrent) K85
Rujuk Vol 1 Pancreatitis acute
K85 Acute pancreatitis
b. Kode Tindakan
-

9. Referensi
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Keempat
Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius.

9
Bukti Screenshot Proses Bimbingan, Post Test, ACC
Pembimbing dan Pengesahan Kepala Laboratorium Rekam
Medis
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...

10
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...

11

Anda mungkin juga menyukai