Anda di halaman 1dari 22

.

Istilah Karakter, Akhlak, Adab dan Syakhsiyyah Istilah karakter karakter menurut Pusat
Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas,
sifat, tabiat, temperamen, watak.[1]Didalam Islam kata semakna dengan karakter yaitu meliputi
Akhlak adalah budi pekerti, watak, tabiat[2]. Adab adalah sopan, kesopanan, kehalusan,
kebaikan , budi pekerti dan tingkah laku[3]. Syakhsiyyahadalah dalam bahasa Indonesia artinya
mengenai perseorangan, kepribadian[4] menggambarkan identitas secara menyeluruh. Dari
masing-masing definisi menunjukan bahwa antara Karakter denganakhlak, adab dan
Syakhsiyyah memiliki kesamaan makna yaitu membahas kepribadian dan budi pekerti. Dengan
demikian dari banyaknya ragam kata tentang definisi karakter dalam islam, dapat kita ketahui
bahwa Islam sejatinya agama yang memiliki andil besar peranan dan pengaruhnya dalam
membentuk kepribadian manusia yang mulia. B. Pengertian Karakter Islami Dalam Hadits
Akhlak adalah suatu bentuk karakter yang kuat didalam jiwa yang darinya muncul perbuatan
yang bersifat irodiyyah dan ikhtiyariynyah (kehendak dan pilihan)[5].sementaraal-Jahiz
mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang selalu mewarnai setiap tindakan
dan perbuatannya, tanpa pertimbangan lama ataupun keinginan. Dalam beberapa kasus, akhlak
ini sangat meresap sehingga menjadi bagian dari eewatak dan karakter seseorang. Namun dalam
kasus lain, akhlak inimerupakan perpaduan dari proses latihan dan kemauan keras seseorang[6].
Sebagian ulama berpendapat bahwa akhlak dalm perspektif Islam adalah sekumpulan asas dan
dasar yang diajarkan oleh wahyu ilahi untuk menata prilaku manusia. Hal ini dalam rangka
mengatur kehidupan seseorang serta mengatur interaksinya dengan orang lain. Tujuan akhir dari
semua itu adalah untuk merealisasikan tujuan diutusnya manusia diatas muka bumi ini[7]. Ketika
disandarkan pada kata islami (bernilaikan Islam) maka makna akhlak adalah bentuk karakter
yang kuat didalam jiwa yang darinya muncul perbuatan yang bersifat irodiyyah dan
ikhtiyariyyah (kehendak dan pilihan) yangmenjadi bagian dari watak dan karakter seseorang
yang berasaskan nilai-nilai Islam berupa wahyu ilahi. Makna kata “dalam hadits” dapat
dimaksudkan yaitu hadits yang mempunyai beberapa sinonim yaitu sunnah, khobar dan atsar
yang maknanya apa yang disandarkan kepada Nabi MuhammadShalallahu ‘Alaihi
Wasalamselain al-Qur’an. Namun makna yang mencakup adalah sumber berita yang datang dari
NabiShalallahu ‘Alaihi Wasalam baik perkataan atau perbuatan dan atau persetujuan[8]. Dengan
demikian Karakter Islami dalam hadits adalah bentuk karakter yang kuat didalam jiwa yang
darinya muncul perbuatan yang bersifat irodiyyah dan ikhtiyariyyah (kehendak dan pilihan)
yangmenjadi bagian dari watak dan karakter seseorang yang berasaskan nilai-nilai Islam berupa
wahyu ilahi dalam hal ini berita yang datang dari NabiShalallahu ‘Alaihi Wasalam baik
perkataan atau perbuatan dan atau persetujuan. C. Tatanan dan Urgensi karakter dalam perspektif
Islam 1. Tatanan karakter dalam perspektif Islam[9] Tatanan akhlak dalam perspektif Islam
bercirikan dua hal: a. Karakter Robbani Hal ini menjadi dasar yang paling kuat karna setiap detik
kehidupan manusia harus berdasarkan atas hasratnya uantuk berkhidmah kepada Allah melalui
interaksinya dengan makluknya.Karena itu, wahyu dirilis sejalan dengan bentuk tatanan akhlak
ini. b. Karakter Manusiawi Jika dilihat dari sisi akhlak yang merupakan aturan hokum dari dasar-
dasar budi pekerti umum lainnnya.Manusia memiliki peranan dalam menentukan kewajiban
tertentu yang khusus dibebankan kepadanya. Selain itu, ia memiliki peranan dalam mengenang
prilaku manusia yang lain. Atas dasar inilah akhlak dipandang sebagai jiwa agama Islam. 2.
Urgensi karakter (akhlak) dalam perspektif Islam[10]. 1. Merupakan salah satu tujuan risalah
Islam. 2. Merupakan standar kebaikan seorang Mu’min. 3. Menjadi unsur penentu kesempurnaan
iman seseorang. 4. Merupakan salah satu amalan yang memperberat timbangan pada hari akhir.
5. Akhlak dapat mengalahkan amalan ibadah lainnya. 6. Faktor terbesar masuknya seseorang ke
dalam surga. 7. Orang yang baik akhlaknya paling dicintai RosulullahShalallahu Alaihi wa
Salam dan paling dekat dengannya. D. Ruang Lingkup Karakter Islami Menurut Muhammad‘Ali
Hasyimi ruang lingkup kepribadian seorang muslim meliputi sebagai berikut: 1. Muslim bersama
Tuhannya 2. Muslim bersama Dirinya 3. Muslim bersama Kedua Orang tuanya 4. Muslim
bersama Istrinya 5. Muslim bersama Anak-anaknya 6. Muslim bersama Keluarga dekat dan
keluarganya yang jauh 7. Muslim bersama Tetangganya 8. Muslim bersama Sahabatnya 9.
Muslim bersama Masyarakatnya[11] Menurut Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri menyebutkan adab
meliputi: 1. Terhadap Allah Subhanahu wata’ala 2. Terhadap al-Qur’an al-Karim 3. Terhadap
Rosulullah Shalallahu Alaihi wa Salam 4. Terhadap diri sendiri 5. Terhadap sesama makhluk,
meliputi: a. Orang tua b. Anak c. Saudara d. Suami Istri e. Kerabat f. Tetangga g. Sesame muslim
h. Orang kafir i. Hewan[12] E. Beberapa Karakter Islami Dalam al-Hadits mso-add-space: auto;
mso-list: l3 level1 lfo9; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"> 1. Cinta Kepada AllohTa’ala
Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda“Tiga hal yang jika terdapat pada diri seseorang
maka dengannya ia akan merasakan manisnya iman: Yaitu barangsiapa yang Alloh dan Rosulnya
lebih ia cintai dari pada keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya kecuali karena
Alloh, dan benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Alloh menyelamatkannya dari itu,
sebagai mana ia benci untuk dilmparkan ke dalam api neraka.” ( Muttafaq ‘alaih) 2. Cinta
Kepada RosulullohSholallohu ‘Alaihi Wasalam Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam
bersabda“Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kamu sehingga Aku lebih dicintai dari
pada orang tua dan anaknya serta manusia lainnya.” ( Muttafaq ‘alaih) 3. Adil “Dari Abdulloh
bin Amr Rodhiallohu ‘Anhu , ia berkata, Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda,
“sesungguhnya orangorang yang berlaku adil di sisi alloh memiliki mimbar-mimbar yang terbuat
dari cahaya di sebelah kanan Yang Maha Pemurah Azza Wa Jalla kedua tangan-Nya adalah
kanan. Yaitu mereka yang bersikap adil terhadap diri mereka, keluarga, dan yang menjadi
tanggungannya.” (HR. Muslim) 4. Bekerja keras Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam
bersabda,“kalau kalian mau mengambil seutas tali kemudian menggunalkannya untuk mengikt
kayu bakar, menggendongnya di atas punggungnya kemudian menjualnya agar Alloh
menyelamatkan kehormatan dirinya adalah lebih aik daripada dia meminta-minta kepada orang
lain, yang ada kalanya dia diberi atau tidak. 5. Berbakti kepada orang tua “Dari Abu Hurairoh
Rodhiallohu ‘Anhu, ia bekata, Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “sungguh merugi,
sungguh merugi, kemudian merugilah ia. Ditanyakan kepada Beliau,siapa itu wahai
Rosululloh ?, Beliau menjawab, yaitu orang yang sempat bertanya dengan kedua orang tuanya
setelah tua, baik salah satunya ataupun keduanya, tapi tidak menyebabkan masuk syurga.” (HR.
Muslim) 6. Berwajah ceria dan berseri Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam
bersabda,“janganlah kamu meremehkan suatu kebaikan meskipun hanya sekedar berwajah ceria
tat kala bertemu dengan saudaramu” (HR. Muslim) Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam
bersabda,“senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu.” (HR. at-Tirmidzi) 7.
Dapat dipercaya (al-amanah) Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda,“Tanda orang
munafik ada tiga; apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila diberi
amanat (dipercaya) ia berkhianat.” (HR. Bukhori) 8. Jujur “Dari Abdulloh bin Mas’ud
Rodhiallohu ‘Anhu , dari Nabi sholallohu ‘alaihi wasalam, sesungguhnya jujur itu mengantarkan
pada kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan kepada syurga. Sungguh, seorang laki-laki
bersikap jujur sehingga ditulis sebagai orang jujur.Sesungguhnya kedustaan itu mengantarkan
kepada kejahatan, dan kejahatan itu mengantarkan kepada neraka, dan sungguh seorang laki-laki
bisa berdusta sehingga ditulis di sisi Alloh sebagai seorang pendusta.”(HR. Muttafaaq ‘alaih) 9.
Kasih Sayang “Dari Jarir bin Abdulloh, dari Nabi sholallohu ‘alaihi wasalam, beliau bersabda;
barangsiapa tidak menyayangi, maka ia tidak disayangi.” (HR. Muttafaqun ‘Alaih) 10. Malu
Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda,“Rasa malu adalah bagian dari keimanan, dan
keimanan berda di surga. Sedangkan tindakan atau ucapan kotor adalah bagian dari perangai
yang kasar, dan perangai yang kasar tempatnya di neraka.” (HR. at-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu
Hibban, dan al-Hakim) Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda,“setiap sesuatu yang
dihinggapi kekejian, maka akan tercela. Dan setiap sesutu yang dibarengi rasa malu,maka akan
terhiasi (dan menjadi indah).”(HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah) 11. Menepati janji (al-wafaa’)
Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda,“Ciri-ciri orang munafik ada tiga, yaitu kia
berbicara berdusta; jika ia berjanji tidak menenepati; dan jika dipercaya berkhianat.”(HR.
Bukhori dan Muslim) 12. Pemaaf “Dari Abu Hurairoh Rodhiallohu ‘Anhu, dari Rosululloh
sholallohu ‘alaihi wasalam bersabda,”sedekah tidak akan mengurangi harta. Alloh tidak akan
menambah untuk seorang hambakarena maafnya kecuali kemuliaan, dan tidaklah seseorang
merendahkan hati kecuali Alloh akan meninggikannya.” (HR. Muslim) 13. Pemberani
Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Barangsiapa mati karena mempertahankan
hartanya, maka dia mati syahid. Barangsiapa mati karena mempertahankan jiwanya, maka dia
mati syahid. Barangsiapa mati karena mempertahankan agamanya, maka dia mati syahid.
Barangsiapa mati karena mempertahankan keluarganya, maka dia mati syahid.”(Al-Jaami ash-
Shaghiir.II/378) 14. Rendah hati Dari Iyadh bin Himar Rodhiallohu ‘Anhu ia berkata, Rosululloh
sholallohu ‘alaihi wasalam bersabda; “sesungguhnya Alloh mewahyukan kepadaku agar kalian
bersikap rendah hati, sehingga tidak seorang pun membanggakan diri terhadap yang lain, dan
tidak seorangpun menuntut yang lain.” (HR. Muslim) 15. Tanggung jawab Dari Ibnu ‘Umar dari
Nabi Shalallohu ‘Alaihi wa Salam bersabda, “setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian
akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kalian pimpin” (HR. Muslim) 16. Tolong
menolong “Dari Abu Abdurrahman Zaid Ibnu Kholid Al-Juhani Rodhiallohu ‘Anhu, dia berkata,
Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasalam bersabda, “barangsiapa menyiapkan keperluan orang yang
akan akan beperang di jalan Alloh berarti ia telah berperang. Dan barangsiapa menjangga dengan
baik keluarga orang yang beperang maka berarti ia telah ikut berperang.” (HR. Bukhori-Muslim)
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Antara Karakter dengan akhlak, adab dan Syakhsiyyah
memiliki kesamaan makna yaitu membahas kepribadian dan budi pekerti. Dengan demikian dari
banyaknya ragam kata tentang definisi karakter dalam islam, dapat kita ketahui bahwa Islam
sejatinya agama yang memiliki andil besar peranan dan pengaruhnya dalam membentuk
kepribadian manusia yang mulia. Karakter Islami dalam al-hadits adalah bentuk karakter yang
kuat didalam jiwa yang darinya muncul perbuatan yang bersifat irodiyyah dan ikhtiyariyyah
(kehendak dan pilihan) yangmenjadi bagian dari watak dan karakter seseorang yang berasaskan
nilai-nilai Islam berupa wahyu ilahi dalam hal ini berita yang datang dari NabiShalallahu ‘Alaihi
Wasalam baik perkataan atau perbuatan dan atau persetujuan. Tatanankarakter dalam perspektif
Islammemiliki dua ciri yaitu karakter manusiawi dan karakter robbani. Jika ditinjau fari urgensi
karakter dalam perspektif Islam, Islam adalah agama yang memiliki perhatian serius tentang
pendidikan karakter Ruang lingkup karakter dalam islam bersifat universal (menyeluruh). Hal ini
tentunya berbeda dengan karakter umum yang yang hanya mencakup antar sesama manusia saja.
Beberapa karakter Islami dalam al-Hadits diantaranyaCinta kepada Alloh Ta’ala; Cinta kepada
Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam; Adil; Bekerja keras; Berbakti kepada orang tua;
Berwajah ceria dan berseri; Dapat dipercaya (al-amanah); Jujur; Kasih Sayang; MaluMenepati
janji (al-wafaa’); Pemaaf; Pemberani; Rendah hati; Tanggung jawab; Tolong menolong.

Sumber: https://makalahnih.blogspot.com/2014/07/karakter-islami.html
Silahkan mengcopy paste dan menyebarkan artikel ini selama masih menjaga amanah ilmiah
dengan menyertakan sumbernya

DI DUNIA, banyak sekali orang yang mengaku Muslim bahkan mengaku sebagai Muslim sejati,
tapi Allah Subhanahu Wata’ala Wata’ala tidak mau mengakui keimanannya. Hal itu karena
orang tersebut justru tidak mencerminkan dirinya sebagai Muslim sebenar-benarnya. Di dalam
Al Qur’an Allah. tidak mengakui keimanan seseorang manakala kepribadiannya tidak
mencerminkan seorang Muslim sejati.
Sebagaimana Allah Subhanahu Wata’ala berfirman yang artinya:

٨ َ‫اس َمن يَقُو ُل َءا َمنَّا بِٱهَّلل ِ َوبِ ۡٱليَ ۡو ِم ٱأۡل ٓ ِخ ِر َو َما هُم بِ ُم ۡؤ ِمنِين‬
ِ َّ‫َو ِمنَ ٱلن‬

“Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Allahdan Hari Kemudian,’
padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah:8)

Agar seorang Muslim diterima dan diakui keimanan serta keislamanannya oleh Allah. Maka dia
harus melekatkan dengan sesungguh hati karakteristik atau ciri-ciri khas pribadi Muslim dalam
kepribadiannya.

Paling tidak, ada lima karakteristik pribadi Muslim sejati yang harus lekat dalam kepribadian
kita.

Pertama, bertakwa kepada Allah. dengan sebenar-benarnya takwa (haqqa tuqatih). Tilawah
dengan sebenar-benar tilawah (haqqa tilawatih). Berjihad dengan sebenar-benar jihad (haqqa
jihadih). Hal ini diperlukan karena takwa merupakan kunci kemudahan seseorang, sehingga bagi
Muslim yang sejati akan terus memperkukuhnya dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, setiap
jumat kita selalu mendapat wasiat dari para khotib untuk terus meningkatkan takwa. Manakala
takwa telah berhasil diperkukuhnya dalam hidup ini, niscaya seorang Muslim selalu siap
menghadapi kematian dalam keadaaan tunduk serta patuh kepada Allah. Keadaan inilah yang
memang diharapkan Allah Subhanahu Wata’ala ada kita sebagaimana terdapat dalam firman-
Nya,

Y6 ١٠٢ َ‫ق تُقَاتِ ِهۦ َواَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل َوأَنتُم ُّم ۡسلِ ُمون‬ ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ْ ُ‫وا ٱتَّق‬
َّ ‫وا ٱهَّلل َ َح‬

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS: Ali-
Imran:102).
ٓ ٓ
١٢١ َ‫ك ي ُۡؤ ِمنُونَ بِ ِۗۦه َو َمن يَ ۡكفُ ۡر بِ ِهۦ فَأُوْ ٰلَئِكَ هُ ُم ۡٱل ٰ َخ ِسرُون‬
َ ِ‫ق تِاَل َوتِ ِٓۦه أُوْ ٰلَئ‬ َ َ‫ٱلَّ ِذينَ َءات َۡي ٰنَهُ ُم ۡٱل ِك ٰت‬
َّ ‫ب يَ ۡتلُونَهۥُ َح‬

“Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan
bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar
kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS: Ali Imran: 121)

‫ِّين ِم ۡن َح َر ۚ ٖج ِّملَّةَ أَبِي ُكمۡ إِ ۡب ٰ َر ِهي ۚ َم ه َُو َس َّم ٰى ُك ُم ۡٱل ُم ۡسلِ ِمينَ ِمن قَ ۡب ُل َوفِي ٰهَ َذا‬
ِ ‫ٱجتَبَ ٰى ُكمۡ َو َما َج َع َل َعلَ ۡي ُكمۡ فِي ٱلد‬ ْ ‫َو ٰ َج ِهد‬
َّ ‫ُوا فِي ٱهَّلل ِ َح‬
ۡ ‫ق ِجهَا ِد ۚ ِهۦ هُ َو‬
ۡ ۖ ُ ‫هَّلل‬ ْ ۡ َّ ْ ْ َ ْ
َ َ
‫َص ُموا بِٱ ِ ه َُو َم ۡول ٰىكمۡ فَنِ ۡع َم ٱل َم ۡول ٰى‬ ِ ‫صل ٰوةَ َو َءاتوا ٱلز َك ٰوةَ َوٱعت‬ُ َ ِ ۚ ‫لِيَ ُكونَ ٱل َّرسُو ُل َش ِهيدًا َعل ۡيكمۡ َوتَكونوا شهَدَٓا َء َعلى ٱلن‬
َّ ‫اس فَأقِي ُموا ٱل‬ َّ َ ُ ُ ُ ُ َ
٧٨ ‫صي ُر‬ ِ َّ‫َونِ ۡع َم ٱلن‬

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah Subhanahu Wata’alaSubhanahu Wata’aladengan


jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan
untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah)
telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al
Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi
atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu
pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik
Penolong.” [QS: Ali Imran: 78]

Takwa sebagaimana dalam pengertian yang telah disepakati oleh para ulama adalah, “Takwa”:
melaksanakan perintah Allah Subhanahu Wata’ala dan meninggalkan larangan-Nya baik dalam
keadaan sunyi maupun ramai.”

Merujuk pendapat Ibnu Abas, takwa adalah Alloh selalu ditauhidkan dan tidak disekutukan,
Allah Subhanahu Wata’ala disyukuri nikmat-Nya dan tidak diingkarinya, Nama Allah selalu
diingat dan tidak dilupakan sesibuk apapun dan bagaimanapun, Allah selalu didekati dan tidak
dijauhi.

Kedua, selalu berusaha untuk masuk kedalam islam secara kaffah, menyeluruh, atau total. Hal
ini berarti bahwa Muslim yang sejati itu tidak hanya menyesuaikan diri dalam suatu aspek, tetapi
seluruh aspek kehidupannya akan terus diusahakan sesuai dengan ajaran islam. Oleh karena itu,
dalam berbagai aspek kehidupan, dia tidak akan menempuh cara-cara yang tidak islami. Dia
tidak akan memenuhi keingan-keinginan setan. Apa yang dipenuhinya adalah keinginan Allah.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

ٞ ِ‫ ّو ُّمب‬ٞ ‫ت ٱل َّش ۡي ٰطَ ۚ ِن إِنَّهۥُ لَ ُكمۡ َع ُد‬


٢٠٨ ‫ين‬ ْ ‫وا فِي ٱلس ِّۡل ِم َكٓافَّ ٗة َواَل تَتَّبِع‬
ِ ‫ُوا ُخطُ ٰ َو‬ ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ْ ُ‫وا ۡٱد ُخل‬

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam islam keseluruhannya, dan janganlah
kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS: Al-
Baqarah:208).

Kenyataan di dalam masyarakat kita yang mayoritas Muslim menunjukkan bahwa ketaatan
berpandangan dan berperilaku yang islami umumnya belum terealisasi dengan baik. Misalnya
dalam beribadah ritual sesuai dengan syariat Islam, tetapi dalam beribadah social menceraikan
keterlibatan Allah Subhanahu Wata’ala.

Demikian pula dalam aspek social, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, absen dari bimbingan,
arahan, dan petunjuk Allah. Sehingga, dalam bermuamalah, cenderung menghalalkan segala cara
untuk mencapai tujuan jangka pendek (al ghoyatu tubarrirul wasail). Tidak ada pertemanan
abadi, yang abadi adalah kepentingan. Ketika sepi, memerlukan Allah, ketika dalam keramaian
meninggalkan Allah.

Jawaban di atas hanyalah satu aspek dari banyak aspek lain yang melekat pada pribadi seorang
muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang saleh,
yaitu pribadi yang sikap, ucapan, dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari
Allah SWT. Persepsi (gambaran) masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda.
Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin
pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah. Padahal itu hanyalah satu
aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim.
Oleh karena itu,  standar pribadi muslim yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan
sesuatu yang harus dirumuskan sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan dan
pengembangan pribadi muslim. Bila disederhanakan, setidaknya ada 10 karakter atau ciri khas
yang mesti melekat pada pribadi muslim, yaitu:

1. Salimul Aqidah (Aqidah yang Bersih/Selamat)

Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang
bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang
kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan
kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah,
sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan
matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam” (Al-An’am [6] ayat 162). Karena aqidah yang
bersih merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da’wahnya kepada para sahabat
di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman, dan tauhid.

2. Shahihul Ibadah (Ibadah yang Benar)

Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu
haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini
maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk
kepada sunnah Rasul SAW, yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
Tanpa berdasarkan tuntunan Rasulullah, maka ibadahnya seorang muslim tertolak.

3. Matinul Khuluq (Akhlak yang Kokoh)

Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik
dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia,
manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu
pentingnya memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, Rasulullah SAW diutus untuk
memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akan akhlaknya yang
agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an yang artinya: “Dan
sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (Al-Qalam [68] ayat 4).

4. Qowiyyul Jismi (Jasmani yang Kuat)

Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani
berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam
secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di
dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan
Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.

Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan
dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap
sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun, jangan sampai seorang
muslim sakit-sakitan. Seorang muslim perlu menjaga kebugaran jasmaninya dengan berolah raga
(riyadhah), mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal lagi baik (halalal thayiban), serta
istirahat yang cukup. Kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting sehingga Rasulullah
SAW bersabda yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah
(HR. Muslim)

5. Mutsaqqoful Fikri (Wawasan yang Luas/Intelektual dalam Berpikir)

Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting, oleh karenanya
salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat yang
merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: “Mereka bertanya
kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ‘ pada keduanya itu terdapat dosa besar dan
beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya’. Dan mereka
bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir” (Al-Baqarah
[2] ayat 219).

Di dalam Islam, tidak ada satu pun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai
dengan aktivitas berpikir. Oleh sebab itu, seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman
dan keilmuan yang luas. Untuk mencapai wawasan yang luas maka manusia dituntut utk
mencari/menuntut ilmu, seperti apa yg disabdakan beliau SAW: “Menuntut ilmu wajib
hukumnya bagi setiap muslim.” (Muttafaqun ‘alaihi).  Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu
perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh
karena itu, Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang,
sebagaimana firman Allah yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan
orang yang tidak mengetahui?”, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran”. (Az-Zumar [39] ayat 9)

6. Mujahadatul Linafsihi (Berjuang Melawan Hawa Nafsu)

Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang
muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk.
Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut
adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan
hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran
Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia
menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim)

7. Harishun Ala Waqtihi (Pandai Menggunakan Waktu)

Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat
perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam
Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wal laili dan
seterusnya. Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24
jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit
manusia yang rugi. Oleh karena itu, tepat sekali sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik
kehilangan jam daripada kehilangan waktu”.
Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh sebab itu
setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu
berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka di antara yang disinggung
oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara,
yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang
sebelum sibuk, dan kaya sebelum miskin.

8. Munazhzhamun fi Syuunihi (Teratur dalam Suatu Urusan)

Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al


Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu, dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah
ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu
urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerja sama dengan baik sehingga
Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara
profesional. Apa pun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-
sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-
hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas.

9. Qodirun Alal Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri [Mandiri])

Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Kemampuan
ini amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa
dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tidak
sedikit orang yang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki
kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim
boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh,
zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik.

Oleh karena itu, perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan
hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah
seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi
sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil
dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.

10. Nafi’un Lighoirihi (Bermanfaat bagi Orang Lain)

Nafi’un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud
tentu saja manfaat yang baik sehingga di mana pun dia berada, orang di sekitarnya merasakan
keberadaannya. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan
ketiadaannya tidak mengganjilkan. Hal ini berarti bahwa setiap muslim itu harus selalu berpikir,
mempersiapkan dirinya, dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran
yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir).

Demikianlah secara umum profil atau karakter seorang muslim yang disebutkan dalam Al
Qur’an dan sunnah. Karakter tersebut perlu kita aplikasikan dan standarisasikan pada diri kita
masing-masing agar kita menjadi muslim yang dicintai oleh Allah SWT. Untuk meraih kriteria
pribadi muslim di atas membutuhkan mujahadah (kesungguhan) dan mulazamah
(kesinambungan). Allah swt berjanji akan memudahkan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh
meraih keridhaan-Nya. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan Sesungguhnya Allah benar-
benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al- Ankabut [18] ayat 69).  Allahu A’lam

1. Cobalah Hal Baru

Langkah pertama untuk memaksimalkan potensi diri adalah dengan mencoba hal baru. Jangan
pernah takut untuk gagal dalam mencoba hal baru adalah kunci untuk ini. Cobalah suatu hal baru
yang belum pernah Anda pelajari sebelumnya.

Baca Juga: Cara Pandang Orang Sukses vs Orang Biasa-Biasa Saja, yang Manakah Anda?

Pelajari itu dengan tekun dan kuasai sampai Anda menjadi mahir. Apakah ada sesuatu yang
selalu ingin Anda coba, tapi tidak pernah ada waktunya? Bisa jadi sesuatu yang berjiwa
petualang, seperti scuba diving atau skydiving.
Atau mungkin Anda selalu ingin memanfaatkan sisi artistik Anda dan belajar melukis dengan cat
air atau mengambil kelas fotografi.

Baca Juga: Ingin Semakin Ahli Dalam Mengatur Keuangan? Yuk Pakai 4 Aplikasi Keuangan
Gratis Ini!

Apa pun itu, cobalah meluangkan waktu untuk mengeksplorasi aktivitas, keterampilan, atau
keahlian baru yang diinginkan.

Berikan diri Anda sedikit kejutan dengan mendorong diri sendiri berada di luar zona
kenyamanan. Melakukan hal itu akan memberi dorongan inovatif bagi Anda.

Ditambah lagi, Anda juga akan menemukan sesuatu yang baru tentang diri Anda – mungkin
bakat tersembunyi atau kemampuan untuk mempelajari sesuatu yang tidak pernah diduga
sebelumnya.

Baca Juga: 5 Ritual Pagi Hari yang Wajib Dilakukan Agar Hari Anda Lebih Bahagia dan
Produktif

Seiring dengan mencoba hal baru, ingatlah juga untuk memberi diri Anda waktu bersenang-
senang, rileks dan menghilangkan stres yang ada.

Waktu-waktu ini akan memberi otak Anda kesempatan untuk mengisi ulang dan menjadi terbuka
terhadap pengalaman baru.

Baca Juga: Menjadi Orang Terkaya, Ini 5 Rahasia Keuangan Orang Terkaya Dunia yang Bisa
Anda Tiru Mulai Sekarang

Mengisi semua waktu Anda dengan pekerjaan, tugas dan kewajiban akan membuat Anda merasa
kelelahan secara mental dan fisik. Lakukan work life balance dengan baik.

2. Mengejar Impian Anda


Apakah ada hal yang Anda inginkan lebih dari apapun? Apa sesungguhnya tujuan Anda dalam
hidup? Inilah beberapa pertanyaan penting yang harus diajukan pada diri sendiri untuk membuka
kunci akan siapa diri Anda.

Baca Juga: 5 Tips Mengatur Keuangan yang Akan Membuat Anda Tidak Pernah Merasa
Kehabisan Uang

Mengejar impian Anda akan memberi tekad untuk melihat tujuan Anda, yang kemudian akan
memicu kreativitas dan inspirasi.

Di samping itu, Anda juga akan melakukan sesuatu yang bukan hanya pekerjaan semata, tapi
juga mampu memberikan Anda kebahagiaan karena telah melakukannya.

Bagi banyak orang, bagian tersulit adalah mengidentifikasi tujuan yang ingin dikejar. Anda
mungkin perlu mencari kesempatan yang berbeda untuk melihat apa yang ada dan apa yang
tidak.

Baca Juga: Mapan Secara Finansial Sebelum Umur 30? Mungkin! Ini yang Harus Dilakukan
Mulai Sekarang
Anda mungkin ingin fokus pada masalah yang ingin Anda selesaikan atau masalah yang Anda
sukai. Ingat, tujuan dan ambisi dapat berubah seiring berjalannya waktu – dan tentunya ini tidak
apa-apa!

Satu-satunya peraturan yang harus Anda perhatikan adalah bahwa impian Anda harus datang dari
dalam diri Anda – mereka seharusnya tidak menjadi cerminan dari apa yang orang lain inginkan
untuk Anda atau apa yang Anda pikir seharusnya Anda lakukan.

Baca Juga: 7 Hal yang Wajib Dilakukan Dari Sekarang Jika Anda Ingin Menjadi Milyarder

Jika Anda mengejar sesuatu semata-mata demi penghasilan yang bagus, atau untuk memenuhi
harapan orang lain, Anda akan gagal.

3. Sempurnakan Motivasi Anda

Kita semua pastinya memiliki masa-masa down dalam kehidupan. Hari-hari ketika otak kita
tidak akan berjalan, dan kita lebih suka melakukan hal apapun selain bekerja.

Baca Juga: Memutuskan Untuk Resign? Lakukan Ini Agar Tetap Mendapatkan Penghasilan
Tapi meski berada dalam masa ini, Anda harus menemukan cara untuk terus bergerak maju.
Ingat, kemajuan bersifat jangka panjang.

Anda harus menemukan cara untuk menjaga semangat, dan terus memelihara keinginan yang
dalam untuk berusaha mencapainya.

Jagalah motivasi Anda agar tidak turun dengan meluangkan waktu setiap hari untuk menyalakan
kembali semangat itu.

Baca Juga: Hey Anak Muda! Anda Wajib Punya Skill Finansial Ini Agar Bisa Kaya Raya Di
Masa Depan

Baca blog dan buku atau dengarkan pembicaraan atau podcast TED terhadap topik-topik yang
menarik minat Anda. Tuliskan tujuan Anda dan taruh itu disuatu tempat yang akan Anda lihat
setiap harinya.

Simpan buku catatan dan catat gagasan saat sesuatu Anda mendapatkan suatu ilham. Bila Anda
merasa membutuhkan dorongan, luangkan waktu untuk melihat kembali impian yang telah Anda
buat.

Baca Juga: 8 Hal yang Wajib Anda Lakukan Agar Dapat Mempelajari Hal Baru Setiap
Harinya

Hal ini akan menginspirasi Anda sekali lagi dan membantu Anda mendapatkan kembali
momentum Anda.

4. Ciptakan Kebiasaan Baik


Manusia secara alami adalah makhluk kebiasaan. Setiap kebiasaan akan tertanam dalam benak
Anda, apakah itu kebiasaan baik yang telah Anda tanamkan, atau kebiasaan buruk yang akan
membuat Anda kehilangan tujuan.

Baca Juga: 8 Cara Menghasilkan Passive Income dengan Mudah

Kebiasaan baik yang diciptakan akan membuat Anda terus maju saat Anda lebih suka
mengendur.

Mengembangkan kebiasaan mungkin akan membutuhkan waktu dan pengulangan, namun Anda
tetap harus menciptakannya.

Tujuannya adalah untuk membuat perubahan drastis pada gaya hidup Anda yang akhirnya
menjadi cara hidup. Ingat bahwa kebiasaan kecil sekalipun bisa memiliki efek kumulatif yang
kuat.

Baca Juga: Seberapa Produktif kah Anda? 6 Hal Ini Akan Menjawabnya!

Misalnya, jika Anda memiliki tujuan untuk menulis buku, kembangkan kebiasaan duduk dan
menulis setiap hari, bahkan jika itu hanya selama 30 menit.
Demikian pula, jika Anda ingin memiliki kesehatan yang lebih baik, mulailah berolahraga 20
menit sehari dan kerjakan dengan cara Anda.

5. Fokus Pada Perawatan Diri

Jika Anda ingin memberikan kinerja terbaik yang dimiliki, Anda harus memasukkan perawatan
diri ke dalam rutinitas harian Anda. Apakah Anda makan makanan bergizi dan memiliki jam
tidur yang cukup?

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Anda Harus Tetap Hidup Sederhana Meski Punya Banyak
Uang!

Jangan lupa bahwa kesehatan mental Anda juga perlu dipupuk. Luangkan waktu untuk
bermeditasi dan fokus pada hal-hal yang Anda syukuri.

Meluangkan waktu untuk mengisi kembali pikiran dan jiwa Anda sangat penting untuk
mempertahankan kesehatan mental dan memberi Anda rasa kesejahteraan. Dan itu adalah kunci
untuk menjadi diri terbaik Anda, sekarang dan dalam jangka panjang.

6. Selalu Menjadi Seseorang yang Open Minded


Di saat Anda telah berhasil untuk selalu menjadi diri terbaik Anda setiap harinya, maka
kreatifitas dan inovasi bisns dapat mulai berkembang dengan sendirinya.

Baca Juga: Menurut Para CEO Dunia, 8 Hal Ini Harus Anda Lakukan Di Saat Usia 20-an

Di saat usia muda, tentunya akan banyak sekali target yang Anda miliki, misalnya untuk
membeli rumah, kendaraan, biaya pernikahan, biaya pendidikan anak, dan sebagainya.

Target-target tersebut yang kemudian membuat Anda untuk menjadi diri terbaik Anda setiap
harinya, agar lebih banyak peluang di masa depan yang akan datang menghampiri.

Semakin banyak peluang yang ada, semakin besar pula pendapatan Anda. Namun, tahukah Anda
bahwa selain dengan bekerja keras, Anda dapat melakukan kerja pintar dengan menginvestasikan
uang yang dimiliki.

Baca Juga: Wow! 10 Hal Berharga ini Ternyata Bisa Anda Dapatkan Secara Gratis

Dengan berinvestasi, pendapatan pasif akan Anda dapatkan secara rutin setiap bulannya. Saat ini,
salah satu jenis investasi yang mampu memberikan keuntungan besar dengan risiko yang kecil
adalah jenis investasi peer-to-peer lending.
Berikut adalah makna-makna yang terkandung dalam masyarakat khoiru ummah, yang saya
kutip dari uraian mabadi khoiru ummah menurut Nahdlatul Ulama, yaitu :

1.      Asshidqu (memiliki integritas kejujuran)


Butir ini mengandung arti kejujuran pada diri sendiri, pada sesama dan kepada Allah sebagai
pencipta, Asshidqu mengandung juga arti kebenaran, kenyataan, kesungguhan dan keterbukaan.
kejujuran dan kebenaran adalah satunya kata dengan perbuatan, jujur dalam hal ini berarti tidak
plin-plan dan tidak menyengaja memutarbalikan fakta atau memberikan informasi yang
menyesatkan.
Firman Allah :
)119 :‫(التوبة‬ ‫يا ايها الدين أمنو ااتقواهللا وكونو́ا مع الصدقين‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar
Sabda Nabi :
  ‫عليكم با لصدق فان الصد ق يهدى الى البر وان الير يهدى الى الجنة وما يزال الرجل ويتحرى´ الصدق حتى‬
) ‫( متفق عليه‬ ‫يكتب عند هللا صديقا‬
Artinya : Tetaplah kamu jujur (benar) karena kejujuran itu menunjukkan kepada kebaktian, dan
kebaktian itu menunjukkan kepada surga, seorang laki-laki enantiasa jujur dan mencari kejujuran
sampai dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur (Mutafaq Alaihi)
2.  Al Amanah Walwafa Bil ‘Ahdi ( Terpercaya dan Taat dan Memenuhi Janji )
Butir ini memuat dua istilah yang saling kait, yakni alamanah dan al wafa bil’ahdi. Yang pertama
secara lebih umum meliputi semua beban yang harus dilaksanakan , baik ada perjanjian maupun
tidak, sedang yang disebut belakangan hanya berkaitan dengan perjanjian, kedua istilah ini
digabungkan untuk memperoleh satu kesatuan pengertian yang meliputi dapat dipercaya, setia
dan tepat janji.
Dapat dipercaya adalah sifat yang dilekatkan pada seseorang yang dapat melaksanakan semua
tugas yang dipikulnya, baik yang bersifat diniyyah maupun ijtimaiyyah (kemasyarakatan)
Firman Allah :
)58 : ‫(النساء‬ .. ‫إن هللا يأ مر كم ان تؤ دوااال منت الى اهلها‬
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya
Sabda Nabi :
)‫(رواه التر مدي‬... ‫اداالمانة الى من ائتمنك وال تخن من خا نك‬
Artinya : Sampaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi kepercayaan kepadamu, dan
jangan mengkhianati orang yang berkhianat kepadamu (HR. Turmudzi)
3. Al ‘Adalah ( Tegak Lurus dalam Meneguhkan Rasa Adil dan Keadilan)
Bersikap Adil Al’adalah mengandung pengertian obyektif, proporsional dan taat asas. Butir ini
mengharuskan orang berpegang kepada kebenaran obyektif dan menempatkan segala sesuatu
pada tempatnya.
Firman Allah :
)58 : ‫ ( النساء‬... ‫واد حكمتم بين الناس ان تحكموا با لعدل‬
Artinya : Dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, supaya kamu menetapkan
dengan adil. (QS. An Nisa’ 58)
Implikasi lain dari Al ‘adalah adalah kesetiaan pada aturan main (correct) dan rasional dalam
membuat keputusan, termasuk dalam alokasi sumber daya dan tugas. Prinsipnya adalah the right
man on the plece ( menempatkan personal sesuai dengan bidang kecakapannya).

4. Atta’awun (Saling Menolong)


Atta’awun merupakan sendi dalam tat kehidupan masyarakat yaitu manusia sebagai makhluq
sosial tidak dapat hidup tanpa berintraksi dengan masyarakat sekitarnya. Prinsipo ini
mengandung pengertian tolong menolong, setia kawan, dan gotong royong dalam mewujudkan
kebaikan dan ketaqwaan. Imam Mawardi mengaitkan pengertian Al-birr(kebaikan) dengan
kerelaan manusia, sedangkan attaqwa (ketaqwaan) dengan kerelaan Allah.
Prinsip Aata’awun menjunjung tinggi sikap solidaritas sesma manusia dan beriteraksi bahu
membahu dalam hal kebaikan. Mengembangkan sikap atta’awun berarti  juga mengupayakan
konsolidasi.
Allah berfirman :
)2 :‫(المائدة‬ ‫ اناهلل شديد العقاب‬,‫ وتقواهللا‬, ‫ وال تعاونو́ا على االسم واتعدوان‬,‫وتعاونوا على البر والتقوى‬
Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan kamu
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada
Allah sesungguhnya Allah amat berat siksaNya. (QS.Al Maidah:2)
Sabda Rasulullah SAW :
) ‫وهللا في عون العبد ما كان العبد في عون اخيه (رواه مسلم‬
Artinya : Allah selalu menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya (HR.
Muslim)

5. Al Istiqomah ( Konsisten )
Al istiqomah menngandung pengertian berkesinambungan, berkelanjutan dan tidak
bergeser dari jallur (thoriqot) sesuai dengan ketentuan Allah SWT, RasulNya, para salaf Al
sholih dan aturan yang di sepakkati besama. Kesinambungan artinta keterikatan antara satu
kegiatan dengan kegiatan yang lain dan antara satu periode dengan periode yang lain sehingga
semuannya merupakan satu kesatuan yang saling menopang dan terkait seperti sebuah
bangunan. Keberlanjutan artinya bahwa pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut merupakan
proses yang berlangsung terus menerus tanpa henti, yang merupakan proses maju bukannya
berjalan di tempat..
Sehingga untuk membentuk khoiru ummah menurut saya yang di perlukan adalah suatu
kekuasaan atau negara yang menerapkan aqidah islam sebagai asas negaranya dan syariah islam
sebagai sitem aturan kehidupannnya. Fakta yang menunjukan bahwa saat ini belum ada negara
islam, hanya ada masyarakatnya yang mayoritas beragama islam. Maka mau tidak mau langkah
untuk membentuk khoiru ummah adalah membentuk suatu pemerintahan atau negara islam
seperti pada zaman Rasulullah dan sahabat Umar bin Khattab yang memilikki sistem
pemerintahan dan kenegaraan yang terbaik sepanjang periode islam berkuasa pada saat itu.
Namun untuk mewujudkan semua itu hampir mustahil, karena melihat kenyataan
sekarang ini belum ada pemimpin yang mempunyai karakteristik seperti Rasul dan Sahabat
Umar bin Khattab. Dan pandangan serta pemikiran masyarakat yang masih berkiblat kepada
masyarakat barat, yang di butakan oleh teknologi dan kesenangan-kesenangan sesaat. Dan yang
paling penting sekarang adalah bukan untuk membentuk sebuah negara islam yang nantinya
akan mewujudkan masyarakat khoiru ummah, tetapi bagaimana caranya mengubah paradigma
masyarakat agar tidak berorientasi kepada bangsa barat.

Khairu Ummah (Umat Terbaik)

Khairu Ummah (Umat Terbaik)

Setiap makhluk diberikan Allah fitrah atau naluri untuk hidup berkelompok. Kelompok-
kelompok tersebut dibangun biasanya berdasarkan unsur kesamaan yang mereka miliki.
Kelompok makhluk Tuhan inilah yang disebut dengan nama ummat, dan manusia adalah salah
satu bentuk kelompok tersebut. Akan tetapi, dari sekian banyak bentuk ummat, dalam al-Qur’an
terdapat istilah khairu ummah yang berarti umat terbaik; sebuah penamaan yang diperuntukan
bagi umat Islam. Kata Khairu Ummah tersebut terdapat dalam surat Ali ‘Imran [3]: 110
ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل‬ ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
ِ َّ‫ت لِلن‬ْ ‫… ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
Artinya: “Adalah kamu sebaik-baik umat yang diutus untuk manusia menyuruh berbuat baik
(ma’ruf) dan mencegah dari perbuatan munkar dan beriman kokoh kepada Allah…”
Ummat seperti yang telah disebutkan, ia diartikan sebagai suatu kelompok yang dihimpun oleh
suatu kesamaan. Kesamaan itu bisa agama, waktu, tempat, jenis dan sebagainya. Oleh karena
itulah, burung yang diikat kesamaan jenis sebagai binatang yang memiliki sayap dan terbang,
dalam al-Qur’an disebut umat. Seperti yang terdapat dalam surat al-An’am [6]: 38
‫ض َواَل طَائِ ٍر يَ ِطي ُر بِ َجنَا َح ْي ِه إِاَّل أُ َم ٌم أَ ْمثَالُ ُك ْم‬
ِ ْ‫ َو َما ِم ْن دَابَّ ٍة فِي اأْل َر‬....
Artinya: “Dan tidak satupun binatang melata di bumi dan tidak pula burung yang terbng
mengembangkan kedua sayapnya kecuali mereka adalah umat-umat seperti kamu…”
Umat Muhammad saw adalah umat terbaik dari semua aspek yang mengikat kesamaan tersebuat.
Misalnya dari sisi agama, betapa tidak karena Allah swt telah menegaskan dalam surat al-Maidah
[5]: 6, “Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku sempurnakan atas
kamu nikmat-Ku dan telah Ku ridhai Islam sebagai agamamu”. Agama Islam yang dibawa nabi
Muhammad saw adalah agama yang paling terakhir dan paling sempurna. Sebab, tidak ada lagi
nabi yang akan diutus Allah untuk merobah ajaran agama ini. Segala sesuatunya telah sempurna
dan tidak akan megalami perobahan sampai akhir zaman. Hal ini tentu berbeda dengan agama
dan ajaran nabi untuk umat-umat lalu, yang hanya berlaku untuk waktu tertentu dan umat
tertentu. Inilah bukti bahwa umat Islam sebagai umat terbaik dari sisi agama.
Dari segi waktu atau masa hidup, umat Islam juga merupakan umat terbaik. Sebab, dalam surat
al-Hadid [57]: 9, Allah swt berfirman, “ Dialah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya ayat-
ayat yang nyata supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan menuju cahaya yang terang
benderang dan sesungguhnya Allah terhadap kamu maha pengampun lagi penyayang”. Hal itu
menunjukan bahwa umat Muhammad hidup dalam masa dan kedaan, yang jauh lebih baik dari
umat lalu. Sebab, umat lalu hidup dalam zaman kegelapan, baik akidah maupun peradaban. Saat
ini umat Islam telah mencapai apa yang zaman dulu mustahil bagi manusia, seperti naik pesawat,
mobil dan sebagainya.
Umat Islam juga umat terbaik dari sisi wilayah atau tenpat tinggal. Betapa tidak, bahwa di
manapun negara Islam atau negara yang berpenduduk muslim merupakan negara yang kaya raya.
Seperti Indonesia yang merupakan negara paling subur dan disebut sebagai “sorga Allah” di
bumi. Negara-negara Arab, walaupun tidak subur tetapi kaya dengan sumber-sumber minyak
yang menjadi urat nadi kehidupan dunia. Begitulah Allah jadikan umat Islam sebagai umat
terbaik dari segi tempat tinggal.
Dari segi jenis sudah dapat dipastikan bahwa jenis manusia adalah umat terbaik bila
dibandingkan jenis lain, “Sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam sebaik-baik penciptaan”
(Q.S. at-Tin [95]: 4.
Namun demikian, jika kita kembali kepada surat Ali Imran [3]: 110 tentang pembicaraan Allah
terhadap umat Islam sebagai umat terbaik, akan ditemukan sebab yang menjadikan kondisi dan
sebutan itu tetap melekat pada diri mereka. Umat Muhammad saw. akan tetap menjadi umat
terbaik disebabkan tiga hal; yaitu,
1. Menyuruh kepada yang baik (Ma’rûf)
Ma’rûf adalah perbuatan yang baik, tidak hanya baik menurut aturan syari’at yang digariskan
Allah swt, tetapi juga yang dianggap baik menurut pandangan manusia kebanyakan, selama tidak
bertentangan dengan prinsip ajaran agama. Norma yang sudah berlaku ditengah masyarakat dan
tidak bertentangan dengan prinsip ajaran agama disebut ma’rûf, dan umat Muhammad saw.
berkewajiban menegakannya.
Namun demikian, menegakan yang ma’rûf tidaklah pekerjaan gampang. Karena pelaksaannya
bisa sempurna kalau umat Islam menjadi penguasa dan pemegang sekaligus pengambil
kebijakan. Itulah agaknya kenapa kata pemimpin yang mesti dipatuhi, Allah sebutkan dalam
surat an-Nasa’[4]:59 dengan Uli al-Amr, berasal dari kata Amar yang berarti menyuruh. Hal itu
menunjukan bahwa pelaksanaan Amar Ma’rûf bisa sempurna kalau dilakukan oleh penguasa
atau pemerintah. Dengan demikian, umat Muhammad saw. menjadi umat terbaik kalau mereka
yang menjadi penguasa, pengambil kebijakan dan menjalankan kebijakan tersebut.
2. Mencegah dari perbuatan munkar
Munkar berarti perbuatan yang tidak dikenal sebagai kebaikan, baik oleh agama maupun oleh
masyarakat, selama tidak bertentangan dengan prinsip ajaran agama. Oleh karena itu, adat
istiadat yang berlaku di tengah masyarakat tidak boleh dilanggar, karena hal itu berarti munkar
sekalipun tidak melanggar agama. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda “Barang siapa
di antara kamu yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia merobahnya dengan tangannya
(kekuasaannya), jika tidak mampu robahlah dengan lidahnya, jika tidak mampu maka dengan
hatinya dan itulah iman yang paling lemah”.

3. Beriman kokoh kepada Allah


Iman yang kokoh tidak diperoleh dengan cara yang gampang. sebab, syaithan telah berjanji dan
bersumpah dihadapan Tuhan akan menggelincirkan iman manusia bahkan akan mencabutnya
dari dalam hati manusia, sehingga mereka menjadi pengikutnya. Untuk memiliki iman yang
kokoh manusia harus memiliki beberapa hal, yaitu;
a. Ilmu yang luas
Hal ini dikerenakan kebodohan merupakan gerbang utama syaithan menggoyahkan dan
memalingkan manusia dari kebenaran. Seperti yang disebutkan Allah swt dalam surat an-
Nisa’[4]: 120, “Syaithan menjanjikan mereka janji-janji kosong dan membuat angan-angan
mereka panjang, padahal janji syaithan itu hanyalah tipu daya saja”. Adalah sudah menjadi
sebuah kepastian, bahwa kebodohan menjadikan seseorang tidak punya pendirian, karena dengan
mudah orang lain merobah dirinya termasuk juga keyakinannya.
b. Kematangan materi
Untuk tidak menyebut kaya, karena kekayaan juga bersifat relatif dalam pandangan manusia.
Tetapi, bahwa syarat seorang bisa memiliki iman yang kokoh adalah memiliki kecukupan harta,
sehingga dia tidak memiliki ketergantungan kepada pihak lain. Sebab, kemiskinan juga gerbang
utama syaithan menggelincirkan bahkan mencabut iman manusia seperti dalam surat al-Baqarah
[2]: 268, “Syaithan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat keji,
dan Allah menjanjikan kamu ampunan dan karunia dari sisi-Nya dan Allah Maha Luas Karunia-
Nya lagi Maha Mengetahui”. Betapa banyak hari ini kita saksikan, sebagian manusia yang rela
meninggalkan keyakinannya hanya karena “sesuap nasi” atau “sebungkus supermi”. Benar sekali
apa yang pernah dikatakan Rasullah saw kâda al faqru an yakûna kufran (Kefakiran dekat kepada
kekafiran).
c. Sehat fisik, mental maupun rohani
Iman yang kuat bisa diperoleh dalam badan yang sehat, karena penyakit juga merupakan gerbang
masuknya godaan syaithan. Itulah yang terjadi pada diri salah seorang nabi Allah, Ayyub as,
“Dan ingatlah hamba Kami Ayyub ketika dia memanggil Tuhannya sesungguhnya saya digoda
syaitahn dengan penyakit dan derita saya” (Q.S. Shad [38]: 41). Betapa seringkali manusia
mengumpat dan mencela, ketika mereka ditimpa penyakit. Bahkan ada sebagian manusia yang
“menggerutu” kepada Allah bahkan berpaling dari agamanya.
Oleh karena itu, umat Muhammad saw. akan tetap sebagai uamt terbaik, jika memiliki iman yang
kokoh melalui ilmu yang luas, kemapanan materi dan kesehatan jasamani dan rohani. Bila ini
tidak dimiliki maka umat terbaik hanyalah sebuah impian yang tidak akan pernah terwujud.
http://syofyanhadi.blogspot.com/2008/07/khairu-ummah-umat-terbaik.html

Anda mungkin juga menyukai