Anda di halaman 1dari 16

ANGINA PECTORIS

Oleh :
Reizan Fadhil Arighi
21016

AKADEMI PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI


KESEHATAN
BHUMI HUSADA JAKARTA
2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penelitian 5

BAB II DEFINISI

BAB III GEJALA

BAB IV ETIOLOGI

BAB V KLASIFIKASI

BAB VI PATOFISIOLOGI

BAB VII TERAPI

BAB VIII PROGNOSIS

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik pasien Covid-19 di Rawat Inap RSUD
Kebayoran Baru meliputi usia, jenis kelamin, dan pendidikan.
b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien Covid-19 di Rawat Inap
RSUD Kebayoran Baru.
c. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien Covid-19 di Rawat Inap
RSUD Kebayoran Baru.
d. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan pasien
Covid-19 di Rawat Inap RSUD Kebayoran Baru.

3
BAB II
DEFINISI

A. DEFINISI ANGINA PECTORIS


Angina Pektoris adalah suatu sindroma klinis dimana klien mendapat
serangan sakit dada di daerah sternum atau dibawah sternum (substernal) atau pada
dada sebelah kiri yang khas yaitu seperti ditekan atau serasa berat didada yang sering
kali menjalar ke lengan kiri, kadang-kadang menjalar ke punggung rahang, leher atau
ke lengan kanan. Sakit pada dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien
melakukan aktivitas. (Kasron, 2016). Pengertian Angina secara klinis adalah keadaan
iskemia miokard yang disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen ke sel-sel otot
jantung ( miokard ) karena adanya penyumbatan atau penyempitan arteri koroner,
peningkatan beban kerja jantung, dan menurunnya kemampuan darah mengikat
oksigen.
Terjadinya iskemia akibat dari penyakit jantung koroner, penyakit jantung
koroner adalah kelaianan metabolisme lipid, koagulasi darah, serta keadaan biofisika
dan biokimia dinding arteri kondisi patologis yang terjadi ditandai dengan
penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa pada dinding
pembuluh darah, sehingga mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri serta
penurunan aliran darah ke jantung (Mutaqin, 2014). Perubahan struktur dan fungsi
dari penyakit jantung koroner akan menyebabkan angina pektoris. (Wijaya, Andra, &
Yessie, 2013a). Sakit dada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia 9
miokard, karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Pada pasien angina
pektoris dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak nafas, perasaan sakit pada daerah
dada disertai dengan keringat dingin serta dapat terjadi jika otot jantung yang
kekurangan oksigen ditentukan oleh beratnya kerja jantung seperti kecepetan dan
kekuatan denyut jantung. Aktifitas fisik dan emosi akan menyebabkan jantung lebih
bekerja berat dan menyebabkan meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen. Jika
arteri mengalami penyumbatan maka aliran darah ke otot tidak dapat memenuhi
kebutuhan jantung akan oksigen, sehingga akan terjadi iskemia dan menyebabkan
nyeri. (Kasron, 2016)

4
BAB III
GEJALA

A. GEJALA ANGINA PECTORIS

5
BAB IV
ETIOLOGI

A. PENYEBAB ANGINA PECTORIS


Penyebab paling umum Angina pektoris adalah Aterosklerosis atau
penyakit arteri koroner yang digolongkan sebagai akumilasi sel-sel otot halus,
lemak dan jaringan konektif disekitar lapisan intima arteri. Suatu plak fibrous
adalah lesi khas dari aterosklerosis, lesi ini dapat bervariasi ukurannya dalam
dinding pembuluh darah, yang dapat meningkatkan obstruksi aliran darah persial
maupun komplit. Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut terdiri atas plak
fibrous dengan deposit kalsium, disertai dengan pembentukan thrombus.
Obstruksi pada lumen akan mengurangi atau menghentikan aliran darah kepada
jaringan disekitarnya.
Penyebab lainnya yaitu karena spasme arteri koroner, penyempitan dari
lumen pembuluh darah terjadi bila serat otot halus dalam dinding pembuluh darah
berkontraksi (vasokontraksi). (Udjianti, 2010) Meskipun dipengaruhi oleh
banyak faktor, kelaianan degeneratife ini akan menyebabkan ketidakseimbangan
antara kebutuhan O2 miokardium dengan masukan (suplay) nya, sehingga bisa
menyebabkan iskemia dan anoksia yang ditimbulkan oleh kelaianan vaskuler dan
10 kekurangan O2 dalam darah. (Wijaya et al., 2013a) Penyebab dari angina
pektoris ini dapat menimbukan Intoleransi aktivitas yang menitik beratkan pada
pada respon tubuh yang tidak mampu bergerak karena tubuh tidak mampu
memproduski energi yang cukup untuk aktivitas sehari-hari, hal tersebut
berdampak pada suplai ke jaringan, sehingga terjadi hambatan pada proses
metabolisme untuk menghasilkan energi. Sehingga kebutuhan energi yang
dibutuhkan pasien tidak dapat terpenuhi dan mengalami kelelahan serta lemas.
(Nurachmah et al., 2019).

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGINA PECTORIS


Terdapat dua fator risiko terhadap Angina Pektoris yaitu faktor yang bisa
diubah dan faktor yang tidak bisa diubah. (Sumiati et al., 2010) yaitu:

6
Adapun faktor risiko yang tidak bisa diubah :
1. Umur atau usia
Telah dibutikan adanya hubungan anatara umur dan
kematian akibat penyakit Coronary artery desease. Sebagaian
besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan
meningkat dengan bertambahnya umur. Juga didapatkan
hubungan antara umur dengan kadar kolesterol total akan
meningkat dengan bertambahnya umur, kadar kolesterol
perempuan sebelum menopause (45-60 tahun) lebih rendah dari
pada laki-laki dengan umur yang sama, setelah perempuan
mengalami menopause kadar kolesterol perempuan akan lebih
tinggi dibandingkan laki-laki. (Sumiati et al., 2010)
2. Gender atau jenis kelamin
Lebih banyak menyerang pria dibandingkan wanita, namun
penyebab pasti belum diketahui, sebelum umur 60 tahun
didapatkan 2-3 kali lebih besar dari pada perempuan. Perempuan
yang masih mengalami menstruasi lebih terlindungi dari 11 pada
laki-laki karena pengaruh hormone esterogen dari wanita.
(Sumiati et al., 2010).
3. Riwayat keluarga atau faktor gemetik
Faktor genetik sangat berpengaruh terutama pada laki-laki,
faktor ini dapat ditangani dengan gaya hidup yang sehat dan
menghindari gaya hidup yang tidak sehat seperti : kolesterol
tinggi, kebiasaan merokok, hipertensi, obesitas dan diabetes.

Selain itu faktor yang dapat dirubah/dikendalikan:.


1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara abnormal, hipertensi yang
mengendap akan menyebabkan arterosklerosis koroner karena
hipertensi dapat menimbulkan trauma langsung di dinding pembuluh
darah arteri koronaria. Apabila tekanan tinggi yang terusmenerus

7
menyebabkan suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat. (Wijaya,
Andra, & Yessie, 2013b).
2. Penyakit diabetes mellitus
Diketahui 2-3 kali lebih banyak pada orang dengan diabetes,
tanpa memandang kadar lipid dalam darah. Predisposisi degenerasi
vaskuler terjadi pada diabetes mellitus serta metabolisme lipid yang
tidak normal juga dalam pertumbuhan atheroma. Berpegang teguh
pada regimen medis yang dianjurkan untuk mengatur glukosa dapat
mengurangi faktor risiko dan itu menjadi tanggung jawab setiap
individu untuk realisasinya (Wijaya et al., 2013a).
3. Merokok
Merokok dapat memperparah dengan cara yaitu kandungan
karbon monoksida (CO) lebih mudah terikat oleh hemoglobin
sehingga oksigen yang disuplai ke jantung sangat berkurang dan
membuat jantung bekerja lebih berat untuk menghasilkan energi
yang sama besarnya. Asam nikotinat dalam tembakau memicu
pelepasan katekolamin yang menyebabkan kontriksi arteri sehingga
aliran darah dan oksigenasi jaringan terganggu. (Brunner &
Sudadarth, 2002)
Merokok juga meningkatkan adhesi trombosit sehingga
kemungkinan terjadi peningkatan pembentukan thrombus. Seseorang
yang merokok umumnya mengalami penurunan kadar HDL ( High
Density Lipoprotein ) dan peningkatan kandungan LDL ( Low
Density Lipoprotein ) sehingga resiko terjadi penebalan dinding
pembuluh darah meningkat keadaan ini pun bukan hanya dialami
oleh perokok itu sendiri namun perokok pasif juga dapat
menalaminya. (Wijaya et al., 2013a)
4. Kolesterol
Beberapa parameter yang dipakai untuk mengetahui adanya resiko
CAD dan hubungannya dengan kadar kolesterol darah meliputi
kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol, high-
density lipoprotein (HDL) kolesterol, rasio kolesterol total, dan

8
kadar trigliserida. Pada kolesterol total >200 mg/dL berarti risiko
terjadinya PJK meningkat. LDL kolesterol bersifat buruk karena bila
kadar LDL meninggi (>160 mg/dL) menyebabkan penebalan
dinding pembuluh darah. HDL kolesterol bersifat baik, namun
makin rendah kadar HDL (

9
BAB V
KLASIFIKASI

10
BAB VI
PATOFISIOLOGI

11
BAB VII
TERAPI
BAB VIII
PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA

Bachri, S., Cholid, Z., & Rochim, A. (2016). Perbedaan tingkat Kecemasan Pasien
Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman
Pencabutan Gigi di RSGM FKG Universitas Jember. Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Jember.

Burhan, E., Isbaniah, F., Susanto, A. D., Aditama, T. Y., Soedarsono, Sartono, T.
R., et al. (2020). Pneumonia Covid-19 Diagnosis & Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Chrisnawati, G., & Aldino, T. (2019). Aplikasi Pengukuran Tingkat Kecemasan


Berdasarkan Skala Hars Berbasis Android. Jurnal Teknik Komputer AMIK
BSI Vol. V No. 2 , 277-282.

Fadli, dkk. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Tenaga


Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Covid-19. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia.

Handayani, R. T., Suminanto, Darmayanti, A. T., Widiyanto, A., & Atmojo, T. J.


(2020). Kondisi Strategi Penanganan Kecemasan Pada Tenaga Kesehatan
Saat Pandemi Covid -19. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Vol. 3, No. 3,
365-374.

Mencegah Penularan Virus Corona. (2020). Jurnal Abdimas Saintika Vol. 2, No.
1, 33-39.

Mubarak, W.I. (2007). Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar


Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

______ (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta : Pt Rineka Cipta

______ (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2011). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Jakarta: Salemba Medika.

Nurwulan, D. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan


Pada Pasien Pre Anestesi Dengan Tindakan Spinal Anastesi di RSUD
Sleman. Jurnal Keperawatan.

Sari, R. P., & Utami, U. (2020). Studi Analisis Tingkat Kecemasan Dengan

14
Kepatuhan Kunjungan Posyandu di Masa Pandemi Covid 19. STIKes
Mitra Husada Karanganyar.

Siagian , T. H. (2020). Mencari Kelompok Beresiko Tinggi Terinfeksi Virus


Corona Dengan Discourse Network Analysis. Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia Vol. 9, No. 2, 98-106.

Suhaidah, D. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan


Perempuan dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur.

Sukesih, Usman, Budi, S., & Sari, D. A. (2020). Pengetahuan dan Sikap
Mahasiswa Kesehatan Tentang Pencegahan Covid 19 di Indonesia. Jurnal
Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol. 11 No. 2, 258-264.

Suryaman, R., & Girsang, E. (2020). Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan


Ibu Dalam Pemberian ASI Pada Bayi di Masa Pandemi Covid 19. Wijaya
Husada Bogor.

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., & Yulianti, M.
(2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia Vol. 7, No.. 1, 45-67.

Syafriani, & Kurniawan, F. (2018). Hubungan Peran Keluarga dengan Kecemasan


Akibat Hospitalisasi Pada Anak Prasekolah. Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini Vol. 2, No. 1, 71-77.

Syafrida, & Hartati, R. (2020). Bersama Melawan Virus Covid 19 di Indonesia.


Jurnal Sosial & Budaya Syar'i Vol 7, No. 6, 495-508.

Tarigan, A. P., Zaini, J., Raharjo, F., Elhidsi, M., Desianti, G. A., Pratomo, I. P.,
et al. (2020). Jurnal Respirologi Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia (PDPI).

Vellyana, D., Lestari, A., & Rahmawati, A. (2016). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperative di RS
Mitra Husada Pringsewu. Jurnal Keperawatan STIKes Muhammadiyah
Pringsewu Lampung.

Wahyuni, S. A. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Perioperatif


Katarak Dengan Tingkat Kecemasan Pada Klien Pre Operasi Katarak di
RSUD dr. Soebandi Jember.

Wulandari, A., Rahman, F., Pujianti, N., Sari, A. R., Laily, N., Anggraini, L., et
al. (2020). Hubungan Karakteristik Individu dengan Pengetahuan Tentang

15
Pencegahan Coronavirus Disease 2019 Pada Masyarakat di Kalimantan.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 15, No. 1, 42-46.

Yanti, N. E., Nugraha, M. D., & Wisnawa, G. A. (2020). Gambaran Pengetahuan


Masyarakat Tentang Covid 19 dan Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi
Covid 19. Jurnal Keperawatan Jiwa FIKKes Universitas Muhammadiyah
Semarang, 485-490.

Yurianto, d. A. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus


Disease (COVID-19). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

16

Anda mungkin juga menyukai