Anda di halaman 1dari 8

TURBO Vol. 7 No. 1.

2018 p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2477-250X


Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo

UJI KETAHANAN FATIK ALUMINIUM SCRAP HASIL REMELTING


PISTON BEKAS MENGGUNAKAN ALAT UJI FATIK
TIPE ROTARY BENDING
Eko Budiyanto1, Eko Nugroho2, Agus Zainudin3

Jurusan Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Metro


Jl. Ki Hajar Dewantara No. 116 Metro, Lampung, Indonesia
Email: eko_budiyanto99@yahoo.com1, exonugros@gmail.com2, aguszainudin@yahoo.com3

Abstrak
Aluminium merupakan salah satu logam non-ferrous yang paling banyak
dipergunakan dalam bidang keteknikan karena memiliki sifat yang ringan, tahan terhadap
korosi, dan dapat didaur ulang. Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan
bekas menjadikan suatu bahan bekas menjadi suatu yang berguna. Dalam penelitian ini
dilakukan daur ulang dengan metode remelting aluminium piston bekas dengan harapan
nantinya bahan piston bekas dapat dipergunakan kembali. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahai nilai kelelahan fatik aluminium hasil remelting piston bekas pada variasi beban
yang berbeda. Metode penelitian memvariasikan beban 40%, 50%, dan 60% dari Yield
Strength untuk menghasilkan nilai kelelahan. Nilai uji fatik dari pembebanan 40% Yield
Strength diberi beban 1,2 kg mendapatkan nilai siklus putaran 171.026 dan waktu patah
01:34:01 detik. Pada pembebanan 50% Yield Strength diberi beban 1,5 kg mendapatkan nilai
siklus putaran 56.796 dengan waktu patah 00:37:52 detik. Pada pembebanan 60% Yield
Strength diberi beban 1,8 kg mendapatkan nilai siklus putaran 24.384 dan waktu patah
00:16:15 detik. Semakin besar beban yang diberikan semakin kecil siklus dan waktu yang
dihasilkan, sebaliknya semakin kecil beban yang diberikan semakin besar siklus dan waktu
yang dihasilkan.
Kata kunci : Aluminium scrap, Piston bekas, Remelting, Uji fatik, Rotary bending.

PENDAHULUAN bahan baru dengan tujuan mencegah


adanya sampah sebenarnya dapat menjadi
Aluminium merupakan salah satu
sesuatu yang berguna, mengurangi
logam non-ferrous yang paling banyak
populasi, kerusakan lahan, dan emisi gas
digunakan dalam bidang keteknikan
rumah kaca jika dibandingkan dengan
karena memiliki sifat yang ringan dan
proses pembuatan barang baru. Bahan
tahan terhadap korosi, Biasanya paduan
aluminium yang sudah tidak bisa
aluminium dipadukan dengan unsur-unsur
digunakan seperti salah satu komponen
antara lain: Cu, Si, Mg, Zn, Mn, Ni dan
mesin (piston bekas) masih bisa
masih banyak unsur paduan lainnya.
dimanfaatkan lagi dengan cara didaur
Aluminium mempunyai titik leleh 660℃
ulang (remelting).
dan masa jenis 2,75 kg/m3. Sebanding
Dari proses daur ulang piston bekas
dengan penggunaannya yang bermacam-
ini, sifat material aluminium yang didaur
macam maka limbah aluminium banyak
ulang tentu tidak sama dengan material
ditemukan dan bernilai ekonomis yang
aluminium yang sebelum didaur ulang,
lebih rendah dari pada bahan lain [1].
terutama sifat mekanisnya. Salah satu sifat
Namun hal ini dapat diatasi dengan cara
mekanis material yang sulit untuk
didaur ulang.
diperkirakan kapan terjadinya dan tidak
Daur ulang adalah proses untuk
dapat dilihat secara kasat mata adalah sifat
menjadikan suatu barang bekas menjadi
ketahanan material terhadap kegagalan

93
fatik. Kegagalan fatik ada 3 fasa yaitu: Masing–masing paduan ini mempunyai
awal retak (initiation), perambatan retak karaktaristik yang berbeda-beda dengan
(crack propogation), dan perpatahan akhir tujuan pemakaian yang berbeda pula.
(fracture frailure). Lebih dari 90 % Aluminium dipergunakan secara luas
penyebab kegagalan mekanik adalah bukan saja untuk peralatan rumah tangga,
disebabkan oleh kelelahan (fatik) [2]. tetapi juga dipakai untuk keperluan matrial
Untuk itu perlu dilakukan uji ketahanan pesawat terbang, otomotif, kapal laut,
fatik material Aluminium hasil daur ulang konstruksi dan lain-lain [1].
limbah otomotif dalam hal ini adalah Tabel 1. Sifat fisik aluminium
piston bekas.
Dalam penelitian ini, diharapkan Kemurnian Al
Sifat-sifat
nantinya material Aluminium yang sudah 99,996 % >99,0 %
tidak dapat digunakan seperti piston bekas, Massa jenis (20°C) 2,6989 2,71
dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan
baku pembuatan velg, pully, dan lain-lain, Titik cair 660,2 653-657
sesuai dengan kebutuhan konsumen dari Panas jenis 0,2226 0,2297
pemanfaatan limbah piston tersebut.
(cal/g.°C)(100°C)
TINJAUAN PUSTAKA Hantaran listrik 59
64,94
(%) (dianil)
Aluminium
Aluminium adalah logam berwarna Koefisien
23,86 × 23,5 ×
pemuaian(20-
putih keperakan yang lunak dan 10−6 10−6
merupakan logam yang paling banyak 100°C)
terdapat di kerak bumi, dan unsur ketiga Tabel 2. sifat mekanik aluminium [1]
terbanyak setelah oksigen dan silikon. Kemurnian Al (%)
Aluminium terdapat dikerak bumi Sifat – 99,996 >99,0
sifat Dianil 74% dirol Dianil H18
sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23%
dingin
dari seluruh massa padat dari kerak Kekuatan 4,9 11,6 9,3 16,9
bumi,dengan produksi tahunan dunia Tarik
sekitar 30 juta ton pertahun dalam bentuk (kg/mm²)
bebatuan. Kekuatan 1,3 11,0 3,5 14,8
Aluminium ditemukan oleh Sir Mulur
(0,2%)(kg/
Humprey Davy 1809 sebagai suatu unsur, mm²)
dan pertama kali direduksi sebagai logam Perpanjan 4,8 5,5 35 5
oleh H. C. Oersted, 1825. Secara industri g (%)
Paul Heroult di perancis dan C. M. Hall di Kekerasan 17 27 23 44
amerika serikat secara terpisah telah Brinell
memperoleh logam aluminium dari Piston merupakan paduan
alumina dengan cara elektrolisa dari aluminium dengan silikon (Al-Si). Piston
garamnya yang terfusi. Sampai sekarang yang dalam bahasa Indonesia dikenal
peroses Heroult Hall masih masih dipakai dengan istilah torak adalah komponen
untuk memproduksi aluminium. penting dalam kendaraan bermotor, karena
Aluminium merupakan salah satu piston memegang peranan penting dalam
logam non-ferrous yang paling banyak proses pembakaran dalam ruang bakar.
dipergunakan dalam bidang keteknikan Sehingga material untuk piston merupakan
karena memiliki sifat yang ringan dan material dengan spesifikasi khusus dan
tahan terhadap korosi. Terdapat banyak biasanya digunakan bijih aluminium untuk
paduan dari aluminium diantaranya seperti membuat paduannya. Komponen mesin ini
Al-Si, Al-Cu, Al-Mg dn Al-Zn serta dipegang oleh stang piston yang
banyak paduan-paduan aluminium lainnya.

94 TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 7 No. 1. 2018


mendapatkan gerakan naik turun dari pada range 675-790oc dan harus tetap
gerakan berputar cranksaft. diperhatikan pada saat penuangan [5].
Uji Fatik
Fatigue atau kelelahan adalah
kerusakan material yang diakibatkan oleh
adanya tegangan yang berfluktuasi yang
besarnya lebih kecil dari Yield Strength
material yang diberikan beban konstan.
Terdapat tiga fase dalam perpatahan fatik
yaitu :
Gambar 1. Piston 1. Permulaan retak Mekanisme fatik
Piston yang mengalami kerusakan umumnya dimulai dari crack
pada akhirnya tidak dapat bekerja sesuai initiation yang terjadi di permukaan
dengan fungsinya sehingga akan menjadi material yang lemah atau daerah
limbah. Untuk mengurangi penumpukan dimana terjadi konsentrasi tegangan
limbah aluminium piston, maka limbah di permukaan (seperti goresan,
aluminium piston bekas tersebut dapat notch, lubang-pits dll) akibat adanya
dimanfaatkan dengan cara mendaur ulang pembebanan berulang.
(remelting) [3]. 2. Penyebaran retak Crack initiation ini
berkembang menjadi microcracks.
Remelting Perambatan atau perpaduan
Remelting merupakan salah satu microcracks ini kemudian
metode pengecoran daur ulang dengan membentuk macrocracks yang akan
melebur kembali material logam yang berujung pada failure.
telah ada. Keuntungan dari remelting ini 3. Perpatahan Akhir Perpatahan terjadi
diantaranya harganya yang relatif murah ketika material telah mengalami
dan dapat dilakukan oleh industri siklus tegangan dan regangan yang
meskipun hanya skala rumah tangga (home menghasilkan kerusakan yang
industry). Peleburan aluminium paduan permanen.
dengan metode remelting dapat dilakukan Salah satu jenis kegagalan yang
dalam dapur kowi karena aluminium terjadi pada komponene yang diakibatkan
mempunyai titik lebur yang tidak terlalu beban dinamis (pembebanan yang
tinggi. Untuk menghemat waktu peleburan berulang-ulang dan berbeda-beda) dapat
dan mengurangi kehilangan karena menyebabkan suatu material mengalami
oksidasi, maka perlu dilakukan patah (fracture). Kegagalan komponen
pemotongan logam menjadi potongan kecil atau struktur dapat dibedakan menjadi dua
yang diberi panas mula [4]. katagori utama yaitu : pertama kegagalan
Suhu penuangan dalam proses quasi statik (kegagalan yang tidak
pengecoran merupakan salah satu hal yang tergantung pada waktu, dan ketahanannya
sangat berpengaruh penting, karena akan dinyatakan dengan kekuatan). Kedua
sangat berpengaruh dalam hasil cetakan. kegagalan yang tergantung pada waktu
Suhu tuang aluminium yang terlalu rendah ketahanan terhadap kegagalannya
maka rongga cetakan tidak akan terisi dinyatakan dengan umur [6].
penuh dimana saluran masuk akan terbuka Penyajian data fatik adalah
terlebih dahulu, dan apabila suhu tuang menggunakan kurva S-N yaitu pemetaan
terlalu tinggi maka hal ini akan tegangan (S) terhadap jumlah siklus
mengakibatkan penyusutan dan kehilangan sampai terjadi kegagalan (N). Kurva S-N
akan keakuratan dimensi coran. Suhu ini lebih diutamakan menggunakan skala
tuang pada aluminium biasanya terdapat semi log seperti ditunjukan pada gambar 2.
Untuk beberapa bahan teknis yang penting,

TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 7 No. 1. 2018 95


kurva tersebut didapat dari pemetaan Dengan
tegangan terhadp jumlah siklus sampai 𝜎 = Tegangan lentur (kg/cm²)
terjadi kegagalan pada benda uji. Pada 𝑤 = Beban lentur (kg)
kurva ini siklus menggunakan sekala 𝑑 = Diameter benda uji (cm)
logaritma. Batas ketahan fatik (endurance
limit) aluminium ditentukan pada jumlah METODE PENELITIAN
siklus N>107 . Metode Pengujian
Sebelum melakukan uji fatik,
material terlebih dahulu diuji tarik untuk
mendapatkan nilai yield strength. Setelah
diketahui nilai yield strength-nya, maka
ditentukan nilai pembebanan untuk uji
fatik yakni 40%, 50%, dan 60% dari nilai
Gambar 2. Kurva S-N yield strength.
Untuk mencari siklus digunakan
Spesimen
perkalian antara waktu dengan putaran
motor. Spesimen yang akan digunakan
ASTM E8 untuk uji fatik dan tarik, dari
N=𝑡×𝑛 hasil pengecoran aluminium piston bekas.
Keterangan:
N = Siklus
𝑡 = waktu ( menit )
𝑛 = putaran motor ( Rpm ) [2].
Pengujian fatigue dilakukan Ket : D : 6 mm
dengan cara memberikan stress level L : 180 mm
C : 12 mm
tertentu sehingga spesimen patah pada A : 60 mm
siklus tertentu. Retak fatigue biasanya B : 60 mm
dimulai pada permukaan di mana lentur R:6
dan torsi menyebabkan terjadinya Gambar 2. Spesimen uji tarik [7].
tegangan-tegangan yang tinggi atau di
tempat-tempat yang tidak rata
menyebabkan terjadinya konsentrasi
tegangan. Oleh karena itu, batas ketahanan
(endurance limit) sangat tergantung pada
kualitas permukaan. Ket : D : 6 mm
Pengujian fatigue dilakukan L : 130 mm
dengan Rotary Bending Machine. Jika C : 10 mm
benda uji diputar dan diberi beban, maka A : 44 mm
akan terjadi momen lentur pada benda uji. B : 43 mm
Momen lentur ini menyebabkan terjadinya E : 8 mm
beban lentur pada benda uji. Momen lentur Gambar 3. Spesimen uji fatik [7].
ini menyebabkan terjadinya beban lentur Tabel 3. Hasil Pengujian Tarik
pada permukaan benda uji dan besarnya Spesime Utimat Yield Elasticit
dihitung dengan persamaan [2]. n e Stress Strengt y
h Modulus
𝑤. 𝐿/2 700° C 124,71 124,716 62.193
𝜎= 𝑘𝑔/𝑐𝑚²
𝜋/32. 𝑑³ 6 MPa MPa Mpa

96 TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 7 No. 1. 2018


Yield Strength. Langkah-langkah
pengujian fatik adalah sebagai berikut:
1. Setelah diketahui nilai Yield Strength
dari pengujian tarik, maka ditentukan
berat pembeban yaitu 40%, 50%, dan
60% dari nilai Yield Strength,
A. Alas penyangga 2. Memasang spesimen pada pencekam
B. Motor listrik dan dieratkan dengan kuat,
C. Box senson siklus 3. Memasang cover transparan,
D. Pencekam 4. Menghubungkan kabel jala listrik
E. Benda uji
F. Pencekam bearing
kesumber daya,
G. Pengatur beban 5. Membuka atau putar kekanan tombol
H. .Sensor patahan bending panik,
Gambar 4. Skema Mesin Uji Fatik Tipe 6. Mengendorkan roda beban
Rotary Bending berlawanan jarum jam (tidak sampai
lepas) atau tanpa beban,
7. Mengatur tampilan forcemeter
menjadi nol, dengan memutar
potensio di sisi kanan panel,
8. Mereset countermeter dan menekan
tombol reset di panel,
9. Menekan tombol Run-Stop untuk
mengaktifkan motor speed control,
Gambar 5. Mesin Uji Fatik Tipe Rotary 10. Menekan tombol start pada speed
Bending control, frekuensi ditingkatkan secara
Langkah peleburan Aluminium bertahap sampai putaran tertentu
1. Menyiapkan alat dan bahan untuk (dapat diperhatikan di tachometer),
peleburan aluminium, 11. Mengamati forcemeter dan
2. Memasasukkan bahan bakar coutermeter untuk keperluan data,
(cangkang karet) pada ruang bakar 12. Mesin akan berhenti otomatis jika
setinggi penyangga dan memulai benda uji putus atau patah,
proses pembakaran, 13. Melepaskan hubungan kabel jala
3. Memasukkan alumunium piston listrik kesumber daya.
bekas, 14. Mengeluarkan patahan benda uji dari
4. Menutup dapur krusibel, ruang mesin uji fatik.
5. Setelah aluminium mencair
dipertahankan hingga temperatur
700°C,
6. Melakukan penuangan Aluminium
yang sudah mencair cetakan yang
sudah disiapkan.
7. Setelah selesai peleburan, api
dipadamkan dan dilakukan
pembersihan tungku dan lingkungan
sekitar proses peleburan.bara api.
Langkah pengujian
Sebelum melakukan pengambilan
data pengujian ftik, sudah terlebih dahulu
dilakukan uji tarik untuk mengetahui nilai

TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 7 No. 1. 2018 97


Diagram Alir Penelitian Untuk menentukan beban yang
digunakan dalam pengujian, dari data
spesifikasi aluminium scrap hasil
remelting piston bekas memiliki Yield
Strength 125 MPa.
Data-data yang diketahui adalah sebagai
berikut :
L = 180 mm
d = 6 mm
𝜎 = 125 Mpa
Perhitungan beban pada pengujian 40%
dari Yield Strength
𝑤. 𝑙/2
𝜎= 𝑘𝑔/𝑐𝑚²
𝜋/32. 𝑑³
𝑤 .180 𝑚𝑚
2
125 𝑀𝑃𝑎 × 40% = 𝜋 𝑘𝑔/𝑐𝑚²
32 .(6 𝑚𝑚)³
𝑤 .180 𝑚𝑚 𝜋
= (125 𝑀𝑃𝑎 × 40%). {32.(6 mm)³}
2
𝑤 .180 𝑚𝑚
= 1059,75 𝑁/𝑚𝑚
2
𝑤 .180 𝑚𝑚 = 1059,75 × 2 𝑁/𝑚𝑚
2119,5
𝑤 = 180 𝑁
𝑤 = 11,77 𝑁
𝑤 = 1,2 Kg
Perhitungan beban pada pengujian 50%
dari Yield Strength
𝑤. 𝑙/2
𝜎= 𝑘𝑔/𝑐𝑚²
𝜋/32. 𝑑³
𝑤 .180 𝑚𝑚
2
125 𝑀𝑃𝑎 × 50% = 𝜋 𝑘𝑔/𝑐𝑚²
Gambar 6. Diagram alir penelitian 32 .(6 𝑚𝑚)³
𝑤 .180 𝑚𝑚 𝜋
2
= (125 𝑀𝑃𝑎 × 50%). {32.(6 mm)³}
HASIL DAN PEMBAHASAN 𝑤 .180 𝑚𝑚
= 1059,75 𝑁/𝑚𝑚
Dari pengujian tarik didapatkan 2
data seperti pada tabel 4. 𝑤 .180 𝑚𝑚 = 1325.35 × 2 𝑁/𝑚𝑚
2650,7
𝑤 = 180 𝑁
Tabel 4. Hasil Pengujian Tarik
𝑤 = 14,73 𝑁
Yiels Elasticit
Utimat 𝑤 = 1,5 𝐾𝑔
Spesime Strengt y
e Stress Perhitungan beban pada pengujian 60%
n h Modulus
(MPa) dari Yield Strength
(MPa) (MPa) 𝑤. 𝑙/2
124,71 𝜎= 𝑘𝑔/𝑐𝑚²
1 124,716 62.193 𝜋/32. 𝑑³
6 𝑤 .180 𝑚𝑚
2
2 124,92 124,92 63,29 125 𝑀𝑃𝑎 × 60% = 𝜋 𝑘𝑔/𝑐𝑚²
32 .(6 𝑚𝑚)³
124,50 𝑤 .180 𝑚𝑚 𝜋
3 124,501 61,09 = (125 𝑀𝑃𝑎 × 60%). {32.(6 mm)³}
1 2
𝑤 .180 𝑚𝑚
124,71 = 1590,45 𝑁/𝑚𝑚
Rata-rata 124,716 62.193 2
6 𝑤 .180 𝑚𝑚 = 1059,75 × 2 𝑁/𝑚𝑚
3180,9
𝑤 = 180 𝑁

98 TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 7 No. 1. 2018


𝑤 = 17,67 𝑁 spesiman didapat data dalam bentuk kurva
𝑤 = 1,8 𝐾𝑔 S-N yang terlihat pada gambar 7.
Setelah melakukan perhitungan
didapat hasil pada tabel 5.
Tabel 5. Beban pengujian fatik

Gambar 7. Grafik kurva S-N


Setelah dilakukan perhitungan
untuk menentukan beban yang akan diuji Dari kurva S-N pengujian
pada aluminium scrap hasil remelting aluminium scrap hasil remelting piston
piston bekas dengan menggunakan mesin bekas di atas, dapat dilihat perbandingan
uji fatik rotary bending didapat hasil antara siklus dengan tegangan. Pada grafik
dengan pembebanan 40%, 50%, dan 60% kurva S-N diatas menunjukkan bahwa
dari nilai Yield Strength, hasil pengujian garis warna merah mempunyai tegangan
bisa dilihat pada tabel 6. 75 MPa dengan siklus 24384 putaran, garis
warna hijau mempunyai tegangan lebih
Tabel 6. Hasil pengujian 40%, 50%, dan rendah yaitu sebesar 62,5 MPa dan
60% dari Yield Strength mempunyai siklus 56794 putaran, lebih
𝜎𝛾 Beban
Kec.
Siklus Waktu besar nilai dari warna merah. Garis warna
No Putar biru mempunyai tegangan paling rendah
(MPa) (kg) (putaraan) (h:m:s)
(rpm)
yakni 50 MPa dengan siklus paling tinggi
1 50 1,2 1500 171026 01:54:01
yakni 171026 putaran. Jadi semakin kecil
2 62,5 1,5 1500 56794 00:29:51 tegangan yang diberikan pada spesimen
semakin besar nilai siklus yang didapat,
3 75 1,8 1500 24384 00:16:15 itupun sebaliknya semakin besar tegangan
yang diberikan pada spesimen semakin
Dari pengujian yang dilakukan kecil nilai siklus yang didapat.
didapat hasil pengujian pada tabel 6 di atas
memiliki nilai yang berbeda dalam 3
pembebanan yaitu 40%, 50%, dan 60%.
Setiap pembebanan ada 3 (tiga) kali
pengujian yang didapat sampai waktu
spesimen mengalami kelelahan (patah).
Perbedaan pembebanan mempengaruhi
beban yang diberikan pada spesiman. Jadi
dapat dilihat bahwa pemberian beban yang
besar akan mengakibatkan spesiman
mengalami kegagalan dalam waktu yang Gambar 7. Waktu yang diperoleh selama
lebih cepat Begitu pula sebaliknya jika penelitian berlangsung.
beban yang diberikan kecil maka waktu
spesiman mengalami kegagalan atau KESIMPULAN
kelelahan (patah) lebih lama. Dari hasil pengujian fatik pada
Setelah mendapatkan hasil pembebanan 40% dengan beban 1,2 kg
pengujian fatik yang dilakukan terhadap mendapatkan siklus 141.026 pada waktu

TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 7 No. 1. 2018 99


patah 01:34:01 detik, kemudian [6]. Tawaf Nanang. Wahyono Suprapto.
pembebanan 50% dengan beban 1,5 kg Anindito Purnowidodo. 2014.
mendapatkan siklus 56.794 pada waktu Analisa Fatigue Faiture Suhu
patah 00:37:51 detik, dan pada Rendah Struktur Batang
pembebanan 60% dengan beban 1,8 kg Duralumin Dengan Mesin
mendapatkan siklus 24.384 pada waktu Siklus Bending. Jurusan Teknik
patah 00:16:15 detik. Jadi semakin besar Mesin. Fakultas Teknik.
tegangan yang di berikan semakin kecil Universitas Brawijaya.
siklus dan waktu yang dihasilkan, begitu Malang.
pula sebaliknya semakin kecil tegangan [7]. ASTM S. International. standard Test
yang diberikan semakin besar siklus dan Methods for Tonsion Teating of
waktu yang dihasilkan.
Metallic Materials. 2010.
REFERENSI
[1]. Ihsan Emira Eldina, Gusdika Candra,
Nandi Firdaus, Setri Delfita
Sari, Ananda Putra. 2016.
Aluminium. Jurusan Kimia.
Universitas Negri Padang.
[2]. Pratowo Bambang. Novran
Apriansyah. 2010. Analisa
Kekuatan Fatik Baja Karbon
Rendah SC10 Dengan Tipe
Rotary Bending. Teknik
Mesin. Fakultas Teknik.
Universitas Bandar Lampung.
[3]. Rusnanto. 2013. Studi Kekuatan
Impek Pada Pengecoran
Paduan AL-SI (Piston
Bekas)Dengan Penambahan
Unsur Mg. Jurusan Teknik
Mesin. Fakultas Teknik.
Universitas pancasakti Tegal.
[4]. Ricardo Ery. 2013. Pengaruh
Komposisi Paduan Al ADC 12
Hasil Daur Ulang Gram
Terhadap Sifat Mekanik.
Jurusan Teknik Mesin.
Fakultas Teknik. Universitas
Gunadarma. Jl. Akses Kelapa
Dua, Ciamanggis.
[5]. Budiyanto. 2008. Pengaruh
Temperatur Penuangan
Paduan AL-SI (seri 4032)
Terhadap Hasil Pengecoran.
Teknik Mesin. Fakultas
Teknologi Industri. Istitut
Teknologi Nasional Malang.

100 TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 7 No. 1. 2018

Anda mungkin juga menyukai