Anda di halaman 1dari 45

TUGAS AKHIR S1

SKRIPSI
N0: 00 00 0000/TEKNIK MESIN/2020

PERANCANGAN KONVEYOR
UNTUK ALAT ANGKUT BERAS
DARI GUDANG KE MOBIL TRUK

Oleh :

Rabil Agung Ginanjar NIM: 2113151019


JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI MANUFAKTUR


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

PERANCANGAN KONVEYOR
UNTUK ALAT ANGKUT BERAS
DARI GUDANG KE MOBIL TRUK

Oleh :
Rabil Agung Ginanjar NIM: 2113151019

Diterima Oleh :
Jurusan Teknik Mesin Bandung
Universitas Jenderal Achmad Yani

Bandung, 14 Maret 2020

Pembimbing I, Pembimbing II,

War’an Rosihan, S.T., M.T. Besse Titing Karmiati, S.T.,M.Eng.


NID. 412147868 NID. 412184585

Ketua Tim Penguji :

War’an Rosihan, S.T., M.T.


NID. 412147868

Ketua Jurusan Teknik Mesin :

Aji Gumilar, S.T.,M.T.


NID.412152574

i FAKULTAS TEKNIK UNJANI


LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai mahasiswa Universitas Jendral Achmad Yani, yang bertanda tangan


dibawah ini saya
Nama : Rabil Agung Ginanjar
NIM : 2113151019
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Jendral Achmad Yani, Hak bebas Royalti Non-Ekslusive Royalty-(free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : PERANCANGAN KONVEYOR
UNTUK ALAT ANGKUT BERAS DARI GUDANG KE MOBIL TRUK.
Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksekutive ini Universitas Jendral Achmad Yani
berhak menyimpan, mengalihkan-mediakan/ format, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data (Database), mendistribusikannya dan menampilkan/
mempublikasikannya di internet atau media lainnya untuk kepentingan akademik
tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan saya sebagai
penulis/pencipta.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak
Universitas Jendral Achmad Yani, segala bentuk tuntutan hukuman saya timbul
atas pelanggaran Hak Cipta dalam Karya Ilmiah saya ini.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Bandung
Pada tanggal : 14 Maret 2020
Yang Menyatakan

Rabil Agung Ginanjar


2113151019

ii FAKULTAS TEKNIK UNJANI


KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena taufik,
hidayah, kekuatan serta petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Tugas Akhir ini dengan judul “Perancangan Konveyor Untuk Alat Angkut Beras
Dari Gudang Ke Mobil Truk”. Tugas akhir ini penulis susun sebagai salah satu
syarat kelulusan pendidikan Strata Satu pada Jurusan Tenik Mesin Universitas
Jenderal Achmad Yani.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesaar-besaarnya kepada orang-orang yang telah berperan sehingga dapat
terselesaikannya tugas akhir ini, antara lain:
1. Orang tua dan keluarga yang selalu senantiasa memberikan nasehat,
memanjatkan doa untuk keberhasilan dan kemudahan dalam setiap
langkah proses penyusunan tugas akhir penulis.
2. Bapak Wirawan Piseno, S.T., M.T. selaku ketua jurusan Teknik Mesin.
3. Bapak War’an Rosihan, S.T., M.T. selaku pembimbing satu yang telah
bersedia membantu proses bimbingan dan meluangkan banyak waktu,
tenaga, dan pikiran dalam memberikan pengarahan dan penulisan tugas
akhir ini.
4. Ibu Besse Titing Karmiati, S.T., M.Eng. selaku pembimbing dua yang
telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran dalam proses
bimbingan serta memberikan pengarahan dalam penulisan tugas akhir ini.
5. Muhamad sandi firdaus sebagai pemilik pabrik beras yang senantiasa
membantu dalam proses pengerjaan tugas akhir ini.
6. Game online mobile legend dan indomie yang setia menemani saat pusing
dan lapar pada malam hari.
7. Rekan-rekan angkatan 2015 yang selalu memberikan semangat dan
motivasi serta doa untuk kelancaran proses penyusunan tugas akhir ini.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan serta
dukungan kepada penulis.

iii FAKULTAS TEKNIK UNJANI


Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca agar dapat mengevaluasi dalam perbaikan penulisan
selanjutnya.
Akhir kata penulis memohon maaf atas kekurangan dalam penulisan tugas
akhir ini dan penulis menerima saran dan kritikan yang membangun dari
pembaca. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
bagi rekan-rekan mahasiswa.

Bandung, 14 Maret 2020

Penulis

iv FAKULTAS TEKNIK UNJANI


ABSTRAK

Rabil
Tugas Akhir S-1
Perancangan Konveyor
Untuk Alat Angkut Beras
Dari Gudang Ke Mobil Truk

Konveyor ini merupakan sebuah mesin yang dapat membantu pekerjaan


manusia dalam memindahkan sejumlah material dari suatu tempat ke tempat lain.
Perancangan Konveyor ini diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah yang
dirasakan oleh pekerja, pada saat proses pemindahan beras dari gudang kemobil
truk. Masalah yang timbul antara lain yaitu para pekerja merasakan sakit pada
bagian tangan dan punggung akibat mengangkat beras dari gudang kemobil truk,
serta merasakan kelelahan akibat tenaga yang terkuras pada saat memindahkan
beras tersebut, sehingga dapat menghambat proses kegiatan pemindahan. Tujuan
perancangan ini yaitu untuk mendapatkan hasil rancangan pada konveyor dengan
kapasitas 7,5 ton/jam, mendapatkan dokumen kerja (gambar teknik) serta
memaksimalkan pemindahan beras. Metode perancangan yang digunakan yaitu
metode Pahl dan Beitz yang didukung oleh metode matriks morfologi. Dengan
metode tersebut menghasilkan beberapa alternatif varian konsep yang kemudian
dievaluasi menjadi varian yang terbaik. Varian terbaik kemudian dituangkan
kedalam gambar teknik dengan software komputer.

Kata Kunci : Perancangan, Konveyor, Konveyor Terpilih

v FAKULTAS TEKNIK UNJANI


DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..............................ii


KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK............................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
1. PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
1.4 Batasan Masalah..........................................................................................3
1.5 Sistematika Penulisan..................................................................................3
2. LANDASAN TEORI..........................................................................................4
2.1 Pengertian Perancangan..............................................................................4
2.2 Fase Perancangan Produk...........................................................................5
2.3 Pertimbangan Dalam Perancangan...........................................................5
2.4 Metode Perancangan...................................................................................5
2.4.1 Fase Perencanaan Proyek dan Penjelasan Tugas....................................8
2.4.2 Fase Perancangan Konsep Produk..........................................................9
2.4.3 Fase Perancangan Bentuk (Embodiment Design).................................13
2.4.4 Perancangan Detail...............................................................................13
2.5 Perencanaan Konveyor..............................................................................14
2.5.1 Definisi Konveyor.................................................................................14
2.5.2 Fungsi Konveyor...................................................................................14
2.6 Analisa Gaya...............................................................................................15
2.6.1 Tegangan...............................................................................................15
2.6.2 Tegangan Normal..................................................................................16
2.6.3 Tegangan Geser.....................................................................................17

vi FAKULTAS TEKNIK UNJANI


2.6.4 Masalah Dalam Tegangan Normal dan Geser......................................18
2.6.5 Tegangan Ijin (Faktor Keamanan)........................................................19
2.7 Teori Kegagalan.........................................................................................21
2.7.1 Teori Tegangan Geser Maksimum........................................................22
2.7.2 Teori Distorsi Energi Maksimum.........................................................23
2.7.3 Teori Tegangan Normal Maksimum.....................................................25
2.8 Material.......................................................................................................26
2.9 Komponen...................................................................................................28
3. METODOLOGI..............................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41

vii FAKULTAS TEKNIK UNJANI


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Pengetahuan Yang Digunakan Dalam Proses Perancangan................4


Gambar 2. 2 Diagram Alir Proses Perancangan Pahl dan Beitz..............................7
Gambar 2. 3Rumah Kualitas (Diagram QFD).........................................................8
Gambar 2. 4Daftar Keinginan Pengguna dan Persyaratan Teknis...........................9
Gambar 2. 5Blok Fungsi Utama............................................................................10
Gambar 2. 6Penguraian blok Fungsi Menjadi Sub-Sub Fungsi.............................11
Gambar 2. 7 Pengirisan Pada Benda......................................................................15
Gambar 2. 8Komponen-Komponen Normal dan Geser Dari Tegangan................16
Gambar 2. 9Urutan Analisis Tegangan Sebuah Benda..........................................16
Gambar 2. 10Keadaan Pembebanan Yang Mengakibatkan Tegangan Geser........18
Gambar 2. 11Kekuatan Lelah Baja Anti Karat Pada Berbagai Suhu.....................20
Gambar 2. 12Susunan Percobaan Untuk Memperoleh Perbandingan Terkendali
Antara Tegangan Utama........................................................................................21
Gambar 2. 13Kriteria Luluh Berdasarkan Pada Tegangan Geser Maksimum.......23
Gambar 2. 14Kriteria Luluh Berdasarkan Pada Energi Distorsi Maksimum........24
Gambar 2. 15Permukaan Luluh Untuk Status Tegangan 3 Dimensional..............24
Gambar 2. 16Selubung Patahan Berdasarkan Pada Kriteria Tegangan Maksimum
................................................................................................................................25
Gambar 2. 17Motor Listrik....................................................................................28
Gambar 2. 18Sistem Transmisi Sproket dan Rantai..............................................29
Y
Gambar 3. 1 Diagram Alir Perancangan Mesin Konveyor Menurut Pahl dan Beitz
................................................................................................................................31
Gambar 3. 2 Struktur Fungsi Produk Mesin Konveyor.........................................34
Gambar 3. 3Sub Fungsi..........................................................................................34
Gambar 3. 4Sub-Sub Fungsi..................................................................................34
Gambar 3. 5Sketsa Konveyor Varian 1.................................................................37
Gambar 3. 6Sketsa Konveyor Portable Varian 2...................................................38

viii FAKULTAS TEKNIK UNJANI


ix FAKULTAS TEKNIK UNJANI
DAFTAR TABEL

YTabel 2. 1Contoh Matriks Morfologi Untuk Alternatif Produk..............................

Tabel 3. 1Matriks Morfologi..................................................................................36

x FAKULTAS TEKNIK UNJANI


1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Material handling merupakan ilmu dan seni memindahkan, menyimpan,
melindungi dan mengontrol atau mengawasi material. Ilmu inilah yang
menyediakan material dalam jumlah, kondisi, waktu, tempat, urutan dan metode
yang tepat. Pengaplikasian dalam bidang pengendalian material atau material
handling ini seperti crane, konveyor, elevator. (lukman makarim, dkk, 2016)
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, setiap pabrik
dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan produksinya. Karena tidak semua
pabrik sudah meningkatkan perkembangan teknologinya masih ada yang
menggunakan dengan manual, seperti pabrik beras yang masih menggunakan
tenaga manusia untuk memindahkan beras dari gudang ke mobil truk. Butuh
waktu 90 menit untuk memasukan 7,5 ton beras kedalam mobil truk dengan 4
tenaga manusia. Untuk meningkatkan produksi, pabrik tersebut dapat
melakukannya dengan menggunakan peralatan canggih dan menambah
kemampuan operatornya. Sedangkan untuk meningkatkan kapasitas produksi
dapat ditempuh dengan cara menambah jumlah peralatan dan pekerjanya.
(Angrian Rante, dkk, 2013)
Khususnya proses produksi tidak terlepas dari performa konveyor sebagai
alat pengangkut produk di dalam ataupun di luar pabrik untuk membantu
melancarkan proses produksi. Konveyor merupakan alat yang termasuk kedalam
alat angkut yang berfungsi untuk memindahkahkan atau mengangkut material dari
suatu tempat ke tempat lain dengan posisi horizontal atau vertikal. Alat ini
memang sangat dibutuhkan dalam bidang produksi pada bagian pemindahan
material. Disamping alat ini mudah dalam pengoperasiannya, konveyor ini dapat
memudahkan pekerjaan manusia dalam kegiatan pemindahan material dalam
kapasitas dan jarak tertentu, sehingga menjadikan proses aktivitas lancar, aman
dan waktu yang dibutuhkan lebih cepat. (ahmad dony dan nila nurlina, 2017)
Saat ini penggunaan konveyor sering digunakan untuk kegiatan
pemindahan material. Permasalahan yang sering terjadi pada pabrik penggilingan

1 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


beras adalah pada saat aktivitas pemindahan beras dari gudang ke mobil truk.
Selama ini proses pemindahkan beras masih menggunakan tenaga manusia
dengan cara mengangkat mengangkat beras. Kapasitas beras 25-100 kilogram dan
jarak pemindahan 5 – 10 meter serta pekerja hanya terbatas dilakukan oleh 3-4
orang membuat para pekerja kesulitan dalam memindahkan beras.(lukman
makarim, dkk, 2016)
Akibatnya pekerja mengalami kelelahan disaat pekerjaan belum selesai,
timbulnya luka-luka pada bagian tangan dan punggung yang disebabkan oleh
kegiatan mengangkat beras. Dengan permasalahan seperti ini, menjadi tidak
maksimal dalam pemindahan dan menyebabkan waktu yang dibutuhkan lebih
lama, sehingga tidak mencapai waktu sesuai target yang direncanakan. Untuk
mendukung aktivitas proses pemindahan beras tersebut, maka dibutuhkan sebuah
mesin yaitu konveyor. Konveyor inilah yang akan membantu tenaga para pekerja
untuk memindahkan beras, penulis tertarik untuk mengambil judul tugas akhir
yaitu “Perancangan Konveyor Untuk Alat Angkut Beras Dari Gudang Ke Mobil
Truk”. Banyak sekali macam-macam konveyor conhtohnya seperti konveyor
rantai kapasitas 8 ton/jam tapi sayang konveyor ini tidak bisa dipindah-pindahkan
karena sudah disesuaikan dengan lokasi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam kegiatan pemindahan beras dari gudang ke mobil truk dilakukan
dengan cara manual. Hal ini akan menyebabkan terjadinya resiko kecelakaan bagi
pekerja, luka-luka pada bagian tangan dan punggung akibat mengangkat beras
dengan massa rata-rata sebesar 25-100 kilogram yang akan mengganggu aktivitas
pemindahan beras tersebut.

1.3 Tujuan
Tujuan dari perancangan mesin konveyor ini adalah :
Untuk mendapatkan dokumen kerja (gambar teknik) dari proses merancang mesin
konveyor.

2 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam perancangan mesin konveyor ini yaitu :
1. Kapasitas angkut konveyor ini yaitu sebesar 7,5 ton/jam.
2. Kapasitas yang dipindahkan mesin konveyor berupa beras.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dari tugas akhir ini meliputi :
1. BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang permasalahan,
rumusan masalah, tujuan dari perancangan, batasan masalah serta
sistematika penulisan dari tugas akhir.
2. BAB II Teori Dasar
Dalam bab ini menjelaskan tentang teori penunjang dari mesin
konveyor mulai dari pengertian, cara kerja, komponen dari konveyor serta
rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung elemen mesin seperti
motor penggerak, sistem transmisi daya dan komponen pada konveyor.
3. BAB III Metodologi Penelitian
Dalam bab ini menjelaskan tentang tahapan perancangan, diagram
alir serta menjelaskan varian-varian mesin konveyor sebagai alternatif
yang akan dirancang.
4. BAB IV Hasil dan Pembahasan
Dalam bab ini menjelaskan tentang perhitungan data, hasil
perhitungan, pembahasan untuk mencapai tujuan dari batasan masalah
serta evaluasi dari hasil perancangan mesin konveyor.
5. BAB V Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini menjelaskan kesimpulan yang menjawab tujuan,
kemudian pembahasan hasil simpulan berdasarkan latar belakang, tujuan
perancangan serta metodologi penelitian. Sedangkan untuk saran
membahas solusi perbaikan untuk kedepannya dalam merancang terkait
dengan proses kerja mesin konveyor.

3 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


2. LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Perancangan


Perancangan merupakan proses dari kegiatan awal dari rangkaian
pembuatan produk. Dalam kegiatan perancangan produk ada tahapan-tahapan
yang harus dilalui dan dibuat keputusan-keputusan penting yang akan
mempengaruhi kegiatan-kegiatan selanjutnya. Untuk melaksanakan kegiatan
perancangan ini, perancang memakai dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, dasar
teknik, empirik, hasil-hasil penelitian dan teknologi yang semuanya dalam versi
perkembangan dan kemajuan mutakhir (Harsokoesoemo, 2004).

Gambar 2. Pengetahuan Yang Digunakan Dalam Proses Perancangan


(Sumber : Harsoekoesoemo, 2004)

4 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


2.2 Fase Perancangan Produk
Proses perancangan ditemukan dengan ditemukannya suatu kebutuhan
manusia akan suatu produk yang dapat dimanfaatkan untuk meringankan beban
hidupnya. Kebutuhan terhadap suatu produk bukan berdasarkan pada seorang
perancang, meskipun perancang dapat mencari kebutuhan itu sendiri. Kebutuhan
terhadap produk ditemukan oleh berbagai masyarakat atau keinginan pengguna
yang berupa pesanan yang diterima.
Dalam kegiatan perancangan produk disusun dalam beberapa fase
diantaranya sebagai berikut :
1. Fase definisi proyek, perencanaan proyek, analisis masalah, dan
penyusnan spesifikasi teknis produk.
2. Fase perancangan konsep produk.
3. Fase perancangan produk.
4. Fase penyusunan dokumen untuk pembuatan produk.

2.3 Pertimbangan Dalam Perancangan


Kekuatan dari suatu elemen adalah merupakan faktor dan pertimbangan yang
paling penting dalam mencari geometri dan ukuran dari elemen tersebut. Setiap
faktor-faktor yang ditentukan harus dipertimbangkan pada setiap situasi
perencanaan tertentu (Shigley, 1984).

2.4 Metode Perancangan


Dalam merancang mesin konveyor ini menggunakan metode Pahl dan
Beitz, dimana metode ini mengusulkan cara merancang produk sebagai mana
yang dijelaskan dalam sebuah bukunya yaitu yang berjudul : Engineering
Design : A systematic Approach [10]. Metode perancangan produk menurut Pahl
dan Beitz terdiri dari 4 fase, dimana fase tersebut ada beberapa langkah yang
harus diselesaikan. Ke – 4 fase tersebut adalah :
1. Perancangan dan penjelasan tugas
2. Perancangan konsep produk
3. Perancangan bentuk produk (embodiment design)

5 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


4. Perancangan detail
Setiap langkah-langkah dari fase perancangan berakhir pada hasil fase.
Untuk hasil fase pertama berupa daftar persyaratan teknis dan spesifikasi
perancangan. Perlu dicatat bahwa hasil fase itu sendiri setiap saat dapat berubah
oleh umpan balik yang diterima dari hasil fase-fase berikutnya (Harsokoesoemo,
2004).

6 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


Gambar 2. Diagram Alir Proses Perancangan Pahl dan Beitz
(Sumber : Harsokoesoemo, 2004)

7 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


2.4.1 Fase Perencanaan Proyek dan Penjelasan Tugas
Tugas fase ini adalah menyusun spsifikasi teknis produk yang menjadi
dasar perancangan produk yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Produk
dengan spesifikasi teknis tersebut merupakan hasil olahan hasil survei bagian
pemasaran atau permintaan segmen masyarakat. Fase pertama tersebut perlu
diadakan untuk menjelaskan secara lebih detail sebelum ide produk
dikembangkan untuk lebih lanjut.
Dalam fase penjelasan proyek dan penjelasan tugas ini dikumpulkan
semua informasi tentang keinginan pengguna dan persyaratan (requirements) lain
yang harus dipenuhi oleh produk dan tentang kendala-kendala yang merupakan
yang merupakan batas-batas produk. Hasil dari fase ini adalah spesifikasi teknis
produk yang dimuat dalam suatu daftar persyaratan teknis. Fase perencanaan
produk tersebut dapat memberikan hasil yang baik, jika fase tersebut
memperhatikan kondisi pasar, keadaan perusahaan dan ekonomi negara.

Gambar 2. Rumah Kualitas (Diagram QFD)


(Sumber : Harsokoesoemo, 2004)

8 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


Gambar 2. Daftar Keinginan Pengguna dan Persyaratan Teknis
(Sumber : Harsokoesoemo, 2004)
Pada fase perencanaan proyek dibuat jadwal kegiatan dan waktu
penyelesaian setiap kegiatan dalam proses perancangan mengatur pergerakan
sumber dana, tenaga dan sumber daya lainnya.

2.4.2 Fase Perancangan Konsep Produk


Berdasarkan spesifikasi teknis produk hasil fase pertama, dicarilah
beberapa konsep produk yang dapat memenuhi persyaratan-persyaratan dalam
spesifikasi tersebut. Konsep produk tersebut merupakan solusi dari permasalahan
perancangan yang harus dipecahkan. Beberapa alternatif konsep produk dapat

9 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


ditemukan, biasanya berupa gambar sketsa atau gambar skema yang sederhana,
tetapi telah memuat semua elemen dan komponen yang diperlukan.
Pembuatan konsep produk diawali dengan membuat struktur fungsi yang
menjelaskan fungsi utama terhadap produk yang dibuat. Kemudian struktur fungsi
tersebut dijabarkan menjadi sub fungsi dan diuraikan kembali menjadi sub-sub
fungsi. Hasil dari sub-sub fungsi inilah kita dapat membuat beberapa alternatif
produk yang kemudian mendapatkan varian produk yang akan dipilih atau
dievaluasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Gambar 2. Blok Fungsi Utama


(Sumber : Harsokoesomo, 2004)

10 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


Gambar 2. Penguraian blok Fungsi Menjadi Sub-Sub Fungsi
(Sumber : Harsokoesoemo, 2004)

11 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


Tabel 2. Contoh Matriks Morfologi Untuk Alternatif Produk

(Sumber : Harsokoesoemo, 2004)

Setelah mendapat varian dari matriks morfologi, maka dilakukan


pengembangan lebih lanjut dan di evaluasi. Evaluasi tersebut haruslah dilakukan
berdasarkan beberapa kriteria khusus seperti kriteria teknis, ekonomis, dll. Konsep
produk yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan dalam spesifikasi teknis
produk, tidak diproses lagi dalam fase-fase berikutnya. Sedangkan dari beberapa
konsep produk yang memenuhi kriteria dapat dipilih solusi yang terbaik. Mungkin
saja terjadi ditemukannya beberapa konsep produk terbaik yang semuanya
dikembangkan lebih lanjut pada fase-fase berikutnya.
Berdasarkan diagram alir menurut Pahl dan Beitz dapat dilihat bahwa fase
perancangan konsep produk terdiri dari beberapa langkah.

12 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


2.4.3 Fase Perancangan Bentuk (Embodiment Design)
Dari diagram alir cara merancang Pahl dan Beitz dapat dilihat bahwa fase
perancangan bentuk terdiri dari beberapa langkah yang jumlahnya lebih banyak
dari fase perancangan konsep produk. Pada fase perancangan bentuk, konsep
produk hasil fase perancangan konsep produk diberi bentuk yaitu elemen-elemen
konsep yang dalam gambar skema atau gambar sketsa, namun masih berupa garis
atau batang saja, kini harus diberi bentuk sedemikian rupa sehingga elemen-
elemen tersebut secara bersama menyusun bentuk produk yang dalam gerakannya
tidak saling bertabrakan atau berinterferensi sehingga produk dapat melakukan
fungsinya. Pada fase ini ditentukan material untuk setiap komponen, perhitungan
kekuatan dll. Konsep produk yang telah diberi bentuk digambarkan pada
preliminary layout, sehingga dapat diperoleh beberapa preliminary layout jika
konsep produk yang dikembangkan terdiri dari beberapa konsep.
Preliminaru layout masih dikembangkan lenih lanjut menjadi layout yang
lebih baik lagi dengan menghilangkan kekurangan dan kelemahan yang ada.
Kemudian dilakukan evaluasi terhadap beberapa preliminary layout yang sudah
ada dikembangkan lebih lanjut berdasarkan kriteria teknis, ekonomis dll yang
lebih ketat untuk mendapatkan layout yang terbaik yang disebut dengan istilah
definitive layout. Definitive layout diperiksa dari segi kemampuan melakukan
fungsi produk, kekuatan, kelayakan finansial dll.

2.4.4 Perancangan Detail


Pada fase perancangan detail, susunan elemen produk, bentuk, dimensi,
kehalusan permukaan, material dari setiap elemen produk ditetapkan. Demikian
pula kemungkinan cara pembuatan setiap elemen produksudah dijajagi dan
perkiraan biaya sudah dihitung. Hasil akhir dari fase ini adalah gambar rancangan
lengkap, spesifikasi produk untuk pembuatan dan bill of materials (BOM). Ketiga
hal tersebut disebut disebut dokumen untuk pembuatan produk.

13 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


2.5 Perencanaan Konveyor

2.5.1 Definisi Konveyor


Secara umum konveyor merupakan alat bantu atau jenis transportasi dalam
sebuah pabrik yang digunakan untuk memindahkan bahan diantara unit proses
yang langsung terlibat dalam proses produksi, memindahkan produk dari unit
produksi menuju gudang serta mengangkut ke tempat dimana produk tersebut
akan disalurkan ke tempat lain atau keluar dari pabrik atau sebaliknya sesuai
dengan kebutuhan dipabrik tersebut
Sedangkan secara khusus konveyor adalah sebuah alat angkut yang
berfungsi untuk mengangkut suatu barang dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Konveyor pada saat ini telah banyak digunakan untuk skala industri di seluruh
dunia untuk menghemat waktu dalam mencapai jarak pengangkutan serta
menghemat tenaga dari manusia (Rante, 2013).
Konveyor dapat memobilisasi barang dalam jumlah yang banyak dan
kontinyu dari satu tempat ke tempat lain. Namun, dalam pengangkutan kapasitas
barang dari segi tempat harus mempunyai lokasi yang tetap agar konveyor
mempunyai nilai yang ekonomis.

2.5.2 Fungsi Konveyor


Penggunaan dari berbagai macam konveyor tergantung dari jenis material
yang diangkut. Konveyor biasanya berfungsi untuk mengangkut material, dimana
material tersebut dapat berbentuk curah maupun satuan dari suatu tempat ke
tempat lainnya yang terus menerus secara mekanis memiliki posisi arah
horizontal, miring dan vertikal.
Konveyor juga dapat memindahkan sejumlah material dalam keadaan
miring baik kondisi menanjak ataupun menurun. Besar sudut kemiringan
maksimum tergantung dari sifat material yang diangkut. Semakin besar gaya
gesek yang terjadi pada material dengan sauk konveyor, maka semakin tinggi pula
sudut kemiringan maksimumnya (Rante, 2013)

14 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


2.6 Analisa Gaya

2.6.1 Tegangan
Gaya pada umumnya bekerja pada luasan yang kecil tak berhingga pada
sebuah potongan, akan tetapi terdiri dari bermacam-macam besaran dan arah
seperti yang ditunjukan pada gambar 2.8 (Popov, 1984).

Gambar 2. Pengirisan Pada Benda


(Sumber : Popov, 1984)
Gaya –gaya dalam tegangan ini merupakan vektor dalam alam dan bertahan dalam
keseimbangan terhadap gaya-gaya luar terpakai. Dalam mekanika bahan harus
menentukan intensitas dari gaya-gaya dalam berbagai bagian dari potongan sebegai
perlawanan terhadap deformasi sedang kemampuan bahan untuk menahan gaya tersebut
tergantung dari intensitasnya. Pada umumnya, intensitas gaya yang bekerja pada luas
yang kecil tak berhingga suatu potongan berubah-ubah dari satu titik ke titik lain,
umumnya intensitas ini berarah miring pada bidang potongan. Intensitas gaya diuraikan
menjadi tegak lurus dan sejajar dengan irisan, penguraian intensitas gaya ini pada luas
kecil tak berhingga seperti yang ditunjukan pada gambar 2.8.

15 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


Gambar 2. Komponen-Komponen Normal dan Geser Dari Tegangan
(Sumber : Popov, 1984)
Dari definisi tegangan normal dan geser diatas, karena merupakan
intensitas gaya pada sebuah luas, maka tegangan diukur dalam satuan gaya dibagi
dengan satuan luas. Karena gaya adalah besaran vektor, sedangkan luas adalah
besaran skalar, maka hasil bagi dari keduanya yang dinyatakan sebagai
komponen-komponen gaya dalam arah tertentu adalah suatu besaran vektor.

2.6.2 Tegangan Normal


Untuk menganalisis sebuah tegangan normal agar mempermudah, maka
dibuatlah potongan pada bidang yang bekerja. Kondisi potongan pada bidang
yang bekerja tersebut sangat penting karena terdapat suatu pembebanan aksial
lurus dalam gaya tarik, asalkan arah gaya searah dengan sumbu batang. Tegangan
tarik yang bekerja pada potongan tersebut merupakan tegangan maksimum.
Tegangan maksimum merupakan hal yang paling penting karena cenderung akan
mengakibatkan suatu kegagalan terhadap bahan yang digunakan (Popov, 1984).

Gambar 2. Urutan Analisis Tegangan Sebuah Benda


(Sumber : Popov, 1984)
Untuk memperoleh analisis tegangan maksimum yang ditunjukan pada
gambar 2.9, jika kita perhatikan gambar 2.9 (a), bila suatu batang dianggap tidak
mempunyai berat, dua gaya P yang sama dan berlawanan arah diperlukan masing-

16 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


masing pada setiap ujung batang untuk menjaga keseimbangan. Bagian batang
yang posisinya bersebelahan potongan x-x berada dalam keseimbangan. Pada
potongan tersebut, luas penampang adalah A, gaya yang setara dengan P harus
dibentuk seperti yang ditunjukan pada gambar 2.9 (b) dan (c). Kemudian definisi
tegangan normal atau tegangan yang berlaku tegak lurus pada potongan tersebut
adalah :
σ = P / A atau Gaya / Luas (N/m2) (Persamaan 2.1)

2.6.3 Tegangan Geser


Untuk kondisi tegangan geser yang ditunjukan pada gambar 2.10 (a), (c),
dan (e), dalam kasus ini gaya-gaya diantarkan ke arah tertentu sehingga
menimbulkan tegangan-tegangan dalam bidang sejajar. Untuk mendapatkan
tegangan dalam kondisi tersebut, dibuat penampang potongan seperti A-A dalam
diagram benda bebas (DBB) seperti pada gambar 2.10 (b), (d), dan (f). Gaya-gaya
yang diantarkan melalui tiap luas potongan yang bersangkutan. Jadi dengan
menganggap bahwa tegangan yang bekerja dalam bidang potongan-potongan ini
akan didistribusikan secara merata, sehingga diperoleh persamaan 2.2 sebagai
berikut (Popov, 1984) :
τ = P / A atau Gaya / Luas (N/m2) (Persamaan 2.2)

17 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


Gambar 2. Keadaan Pembebanan Yang Mengakibatkan Tegangan Geser
(Sumber : Popov, 1984)

2.6.4 Masalah Dalam Tegangan Normal dan Geser


Dalam mencari sebuah tegangan normal dan geser maka gunakanlah
persamaan 2.1 dan 2.2. persamaan ini memiliki pengertian fisis yang jelas. Selain
itu, tegangan yang dikehendaki adalah tegangan maksimum, karena merupakan
titik kritis dari suatu bahan atau material. Tegangan yang paling besar terdapat
pada potongan atau irisan yang luas penampangnya minimum serta gaya aksialnya
besar. Irisan dalam kondisi ini disebut dengan irisan kritis, dimana untuk susunan
tertentu biasanya didapat dari pemeriksaan. Tetapi untuk menentukan gaya P yang
bekerja pada sebuah batang biasanya merupakan proses yang kompleks (Popov,
1984).

18 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


Untuk keseimbangan benda dalam ruang, persamaan-persamaan statika
memerlukan penyelesaian pada persamaan 2.3 sebagai berikut :
Σ Fx = 0 Σ Mx = 0
Σ Fy = 0 Σ My = 0 (Persamaan 2.3)
Σ Fz = 0 Σ Mz = 0
Untuk gaya yang searah dengan sumbu x, y dan z pada persamaan 2.3 menyatakan
bahwa jumlah semua gaya yang bekerja harus sama dengan nol (0), sedangkan
untuk momen yang searah sumbu x, y, dan z menyatakan jumlah semua momen
harus sama dengan nol (0) dalam keseimbangan. Dalam permasalahan planar
(sebidang) yaitu bila semua batang dan gaya terletak pada suatu bidang sementara
seperti x-y, maka hubungan Σ Fz = 0, Σ Mx = 0 dan Σ My = 0 sementara masih
berlaku.
Persamaan-persamaan statika ini dapat langsung digunakan untuk benda-
benda padat yang berubah bentuk (deformasi). Deformasi yang diterima dalam
bidang teknik bangunan biasanya sangat kecil dibandingkan dengan keseluruhan
dimensi bangunan. Oleh karena itu, tujuan memperoleh gaya-gaya yang terdapat
dama sebuah batang-batang, dimensi awal dari batang yang tidak terdeformasi
digunakan dalam proses perhitungan.

2.6.5 Tegangan Ijin (Faktor Keamanan)


Untuk desain bagian struktur tingkat tegangan yang disebut dengan
tegangan ijin (allowable stress) dibuat lebih rendah daripada kekuatan tegangan
maksimumnya yang diperoleh dari proses pengujian statis. Bahan yang digunakan
dalan desai struktur tidak sepenuhnya sama, beberapa bahan direnggangkan
dengan kondisi tertentu hingga tidak boleh mengalami pecah, sehingga dapat
menahan deformasi yang terjadi dan tegangan harus dijaga rendah. Keadaan
bahan yang dapat berkarat, creep, deformasi plastis akibat beban yang diberi
terhadap bahan tersebut, maka dalam hal ini akan menyebabkan terjadinya
deformasi-deformasi yang besar dan tentunya sangat tidak diinginkan (Popov,
1984).

19 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


Dalam kasus demikian kekuatan ultimate tergantung dari beberapa gaya
yang digunakan selama bahan bekerja pada tingkat ketegangan tertentu. Pada
gambar 2.11 menunjukan hasil dari pengujian pada sejumlah contoh yang sejenis
pada tegangan yang berbeda.

Gambar 2. Kekuatan Lelah Baja Anti Karat Pada Berbagai Suhu


(Sumber : Popov, 1984)
Pengujian tersebut disebut juga dengan pengujian kelelahan (fatique test), dimana
untuk hasil pengujiannya berupa diagram S-N (stress number atau jumlah
tegangan). Pada gambar 2.11 tersebut, tegangan yang lebih kecil dari bahan dapat
dapat bertahan terhadap bertambahnya jumlah siklus pemakaian beban. Untuk
beberapa bahan seperti baja, kurva S-N tersebut pada dasarnya horizontal dalam
tegangan rendah. Hal ini menyatakan bahwa pada tegangan rendah suatu
penegangan bolak-balik dalam jumlah yang tidak berhingga terjadi sebelum bahan
mengalami pecah. Berdasarkan persamaan 2.1 yaitu untuk mencari sebuah
tegangan, maka tegangan ijin dan tegangan ultimate yang dapat ditahan oleh
sebuah batang. Suatu perbandingan (ratio) dapat dinyatakan dalam persamaan 2.4
sebagai berikut :
Beban ultimate suatu batang / Beban ijin suatu batang (Persamaan 2.4)
Perbandingan ini disebutkan dengan faktor keamanan (safety factor), dimana
faktor kemanan ini harus dibuat lebih besar dari satu. Faktor keamanan ini identik
dengan perbandingan antara tegangan ultimate dengan tegangan ijin batang tarik.

20 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


2.7 Teori Kegagalan
Untuk mengetahui ketangguhan dan kerusakan pada suatu material
terhadap perlakukan gaya-gaya aksial ganda. Percobaan ketangguhan dan
kerusakan dilakukan pada sebuah tabung silinder berdinding tipis, seperti yang
ditunjukan pada gambar 2.12.

Gambar 2. Susunan Percobaan Untuk Memperoleh Perbandingan Terkendali Antara


Tegangan Utama
(Sumber : Popov, 1984)
Ujung-ujung silinder berdinding tipis dari bahan yang sedang diperiksa ini ditutup
dengan penutup yang kuat dan membentuk bejana tekan silindris yang berongga
dalam. Dengan menekan ruang yang ada sampai mencapai titik luluh atau pecah.
Akibat dari gaya P yang dihasilkan, maka elemen dinding akan mengalami
yang namanya tegangan sumbu ganda dengan suatu perbandingan tetap σ1 / σ2 = 2.
Dengan menggunakan gaya tarik tambahan P pada penutup, maka tegangan σ2
akan naik menjadi harga yang dapat ditentukan lebih dahulu σ2 + σ’’ . dengan
menggunakan gaya tekan, tegangan σ2 dapat dihilangkan. Tegangan tekan

21 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


sebenernya dalam arah yang membujur tidak diharapkan, karena daat
mengakibatkan tabung pecah. Dengan menjaga agar perbandingan antara
tegangan-tegangan utama menjadi tetap sebelum mencapai titik kegagalan, maka
kita akan memperoleh data yang kita inginkan pada suatu bahan.

2.7.1 Teori Tegangan Geser Maksimum


Teori tegangan geser maksimum merupakan hasil pengamatan dari bahan
yang liat, dimana sepanjang bidangnya mengalami kritis. Hal ini menyebabkan
bahan mengalami ini peluluhan (yielding) yang tergantung dari tegangan geser
maksimum yang dicapai oleh suatu elemen. Oleh karena itu, jika harga kritis τ cr
tercapai, maka peluluhan elemen tersebut terjadi. Untuk bahan tertentu harga ini
dibuat sama dengan tegangan geser luluh dalam pengaruh tarik atau tekan yang
sederhana (Popov, 1984). Untuk mencari tegangan geser maksimum dapat dicari
dengan persamaan 2.5 sebagai berikut :
τmax = τcr = ‫׀‬± σ2 / 2‫ = ׀‬σyp / 2 Persamaan (2.5)
Dalam persamaan 2.5 untuk σyp merupakan tegangan titik luluh. Dalam pengujian
tarik biasanya harga dari tegangan geser maksimum adalah setengah. Maka dapat
diambil kesimpulan bahwa kita bisa dengan mudah dari lingkaran tegangan mohr.
Untuk menggunakan kriteria tegangan geser maksimum pada tegangan
sumbu ganda, maka harus menentukan tegangan geser maksimum, kemudian
samakan dengan τmax seperti yang ditunjukan dalam persamaan 2.5. Dengan
menyatakan tegangan geser maksimum untuk tegangan yang diberikan dalam
bentuk tegangan utama, lalu menghapus angka 2 yang terdapat pada penyebut,
maka didapat kriteria luluh seperti persamaan 2.6 dan 2.7 sebagai berikut :
‫ ׀‬σ1‫ ≤ ׀‬σyp dan ‫ ׀‬σ2‫ ≤ ׀‬σyp Persamaan (2.6)
‫׀‬σ1 - σ2‫ ≤׀‬σyp Persamaan (2.7)

22 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


Gambar 2. Kriteria Luluh Berdasarkan Pada Tegangan Geser Maksimum
(Sumber : Popov, 1984)

2.7.2 Teori Distorsi Energi Maksimum


Kriteria mengenai peluluhan bahan-bahan liat yang isotropik yang
diterima secara luas adalah berdasarkan konsep energi. Dalam pendekatan ini
energi elastis total dibagi kedalam 2 hal yaitu :
1. Berhubungan dengan perubahan volumetrik bahan.
2. Penyebab dari distorsi (gangguan) geser.
Dengan menyamakan energi distorsi geser pada titik luluh dalam pengaruh
tegangan tarik sederhana dengan pengaruh tegangan gabungan, kita dapat
membuat kriteria luluh untuk tegangan gabungan (Popov, 1984).
Syarat luluh untuk bahan plastis secara ideal dibawah status tegangan
triaksial dapat diperoleh dalam bentuk-bentuk tegangan utama, seperti yang
dijelaskan dalam persamaan 2.8 sebagai berikut :
(σ1 – σ2) + (σ2 – σ3) + (σ3 - σ1) = 2 σ2yp Persamaan (2.8)
Untuk tegangan bidang σ3 = 0, maka persamaan 2.8 dalam bentuk tanpa dimensi
menjadi :
σ1 σ1 σ2
(
σyp
¿−(σyp σyp )
+¿ )2 = 1 Persamaan (2.9)

23 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


Persamaan diatas merupakan persamaan sebuah elips seperti yang ditunjukan pada
gambar 2.14, dimana titik-titik pada elips menunjukan bahwa bahan dalam
keadaan luluh.

Gambar 2. Kriteria Luluh Berdasarkan Pada Energi Distorsi Maksimum


(Sumber : Popov, 1984)
Syarat luluh pula ditunjukan pada gambar 2.15 yang merupan invarian dari tegangan lain.

Gambar 2. Permukaan Luluh Untuk Status Tegangan 3 Dimensional


(Sumber : Popov, 1984)

24 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


2.7.3 Teori Tegangan Normal Maksimum
Teori tegangan normal maksimum merupakan kondisi terjadinya
kegagalan atau keretakan suatu bahan apabila tegangan normal maksimum pada
suatu titik mencapai harga kritis (Popov, 1984). Harga tegangan kritis σult
biasanya ditentukan dalam pengujian tarik, dimana kegagalan suatu contoh
ditentukan oleh pemuaian panjang yang berlebihan besarnya maupun keretakan.
Bukti eksperimental menunjukan bahwa teori ini berlaku untuk bahan-
bahan rapuh dalam semua daerah tegangan selama tegangan tarik itu ada.
Kegagalan ditandai dengan adanya pemisahan, pembelahan atau keretakan.
Mekanisme kegagalan ini berbeda secara drastis dengan pematahan bahan ulet
yang ikuti oleh deformasi yang besar sepanjang bidang tegangan geser
maksimum.
Teori tegangan maksimum ini dapat digambarkan melalui grafik seperti
teori tegangan yang lain. Pada gambar 2.16, kegagalan terjadi bila titik terletak
pada permukaan. Kriteria tegangan ini memberikan suatu permukaan terbatas dari
ruangan tegangan.

Gambar 2. Selubung Patahan Berdasarkan Pada Kriteria Tegangan Maksimum


(Sumber : Popov, 1984)

25 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


2.8 Material
Material atau bahan merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari
mengenai hubungan antara struktur material dengan sifat-sifat material, dimana
untuk dasar hubungan struktur dan sifat bahan, mendesain struktur bahan untuk
mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan. Struktur bahan merupakan pengaturan
susunan elemen yang ada didalam suatu bahan atau material (Nurcipto, 2018).
Didalam sebuah material atau bahan mempunyai sifat-sifat yang
dimilikinya. Berikut merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap material :
1. Sifat mekanik
Sifat mekanik bahan merupakan hubungan antara respon atau
deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik ini sangat
berkaitan dengan kekuatan (strength), kekerasan (hardness), keuletan
(ductility) dan kekakuan (stiffness) .
Untuk mendapatkan sifat mekanik pada material, maka dilakukan
proses pengujian mekanik seperti pengujian tarik dan tekan, kekerasan,
impak, bengkok (bending). Dalam sifat mekanik ini meliputi sebagai
berikut :
a. Tegangan
b. Regangan
c. Torsi
d. Deformasi plastis
e. Deformasi elastis
f. Ketangguhan
g. Kekerasan
h. Sifat tarik (kekuatan luluh, kekuatan tarik, keuletan, resilience,
modulus resilience, ketangguhan).
2. Sifat Fisis
Sifat fisis suatu material adalah keadaan suatu bahan apabila
mengalami peristiwa fisika. Misalnya seperti pada saat terkena
pengaruh panas dan pengaruh listrik. Akibat dari peristiwa fisika,
material dapat mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk atau

26 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


deformasi. Dalam sifat fisis ini, dapat ditentukan titik didih dan cair
pada suatu material, sifat menghantarkan panas, pemuaian pada waktu
menerima panas, perubahan bentuknya karena panas. Pengaruh panas
yang ditimbulkan pada material berhubungan dengan sifat mekanis,
karena panas yang diterima dapat mengubah sifat mekanik bahan
tersebut.
3. Sifat Kimia
Sifat kimia merupakan kondisi material yang mampu menahan
adanya zat kimia yang terkena bahan tersebut. Misalnya terkena reaksi
larutan asam, basa dan garam atau terkenan oksidasi dari zat larutan
lain.
Kelarutan material terhadap zat kimia berhubungan dengan
ketahanan bahan dari pencernaan logam disekitarnya. Apabila material
terkenan korosi, maka material akan berubah kedalam garamnya,
oksidanya, atau hidroksidanya. Peristiwa korosi disebabkan oleh reaksi
kimia langsung dan elektrokimia, maka sifa-sifat kimia dari suatu
material sangat diperlukan dalam pemilihan untuk konstruksi.
4. Sifat Teknologi
Sifat teknologi merupakan kemampuan suatu bahan dalam proses
pengerjaan secara teknis. Sifat teknologi yang harus dimiliki harus
meliputi sebagai berikut :
a. Kemampuan bahan untuk di proses las
b. Kemampuan bahan untuk dikerjakan dengan mesin
c. Kemampuan untuk bahan tuangan
d. Kemampuan bahan untuk penempaan
Sifat teknologi ini perlu diketahui sebelum dilakukannya proses
pengolahan material, misalnya apakah material tersebut mampu
dikerjakan dengan proses pemesinan atau pengecoran.

27 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


2.9 Komponen
Berikut ini merupakan komponen-komponen yang digunakan dalam
merancang mesin konveyor baik komponen utama maupun komponen pendukung
:
1. Motor Penggerak
Motor penggerak merupakan suatu komponen dari suatu mesin yang sangat
vital dalam proses permesinan yang berhubungan dengan gaya mekanik yang
bertujuan untuk mendapatkan efek gerakan pada komponen. Dengan adanya
motor penggerak inilah maka komponen dari suatu mesin dapat bergerak sesuai
dengan fungsinya (Nila nurlina, 2017).
Motor penggerak yang digunakan pada mesin konveyor yaitu
menggunakan motor penggerak listrik. Motor penggerak listrik adalah suatu
alat yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Dalam memahami
sebuah motor listrik harus memperhatikan beban motor. Beban motor mengacu
pada keluaran tenaga putaran atau torsi sesuai dengan kecepatan yang
dibutuhkan.

Gambar 2. Motor Listrik


(Sumber : Nila nurlina, 2017).
2. Rantai dan sproket
Rantai merupakan komponen dari sistem transmisi sproket dan
rantai yang berfungsi untuk menghubungkan sproket 1 dengan sproket 2
yang mempunyai ciri-ciri dasar yaitu sebagai perbandingan yang konstan
dikarenakan tidak terjadi slip (Shigley, 1984).

28 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


Gambar 2. Sistem Transmisi Sproket dan Rantai
(Sumber : Khurmi, 2005)

3. Rangka (Frame)
Rangka atau frame adalah konstruksi besi yang menyangga seluruh bagian
komponen dari conveyor dan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu dari kinerja belt conveyor (Prasetya, 2014).
4. Sabuk (Belt)
Fungsi dari sabuk ini yaitu untuk membawa material yang diangkut. Sabuk
yang digunakan dalam konveyor dapat dibuat dari bahan karet, plastik, kulit,
atau logam tergantung dari jenis mataerial yang akan diangkut oleh konveyor
(Prasetya, 2014).
5. Puli
Puli merupakan komponen penyusun dari sabuk konveyor, dimana puli ini
berfungsi sebagai penggerak dari sabuk konveyor itu sendiri.
6. Roller
Roller berfungsi sebagai tempat jalannya belt pada saat mengangkut
muatan, tanpa adanya roller maka sabuk tidak akan mengalami kelendutan,
sehingga tidak akan berjalan dengan sempurna (Prasetya, 2014).

29 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


3. METODOLOGI

Dalam merancang konveyor diperlukan metode yang berisikan tahapan-


tahapan yang akan membantu pada proses perancangan. Metode yang digunakan
adalah Pahl dan Beitz, dimana metode ini ada 4 fase sebagai berikut :
1. Perencanan dan Penjelasan Tugas
Di fase ini perancang melakukan penyusunan spesifikasi teknis yang
memenuhi kriteria pengguna masyarakat untuk menentukan konsep dari
konveyor yang dibutuhkan.
2. Perancangan Konsep Produk
Di fase ini perancang menyusun konsep produk yaitu membuat struktur
fungsi, sub-sub fungsi, matriks morfologi atau beberapa alternatif produk,
kombinasi dari alternatif produk, menentukan macam-macam varian dari
mesin konveyor. Varian dari mesin ini sudah berbentuk sketsa, agar dapat
mencari bobot penilaian dari kriteria pengguna untuk mendapatkan sketsa
terpilih.
3. Perancangan Bentuk (Embodiment Design)
Di fase ini perancang melakukan perancangan bentuk dengan menyusun
elemen-elemen mesin dan komponen produk, sehingga dapat membentuk
mesin konveyor. Perancangan bentuk ini masih berbentuk gambar
skematik.
4. Perancangan Detail
Di fase ini perancang melakukan penetapan bentuk produk berdasarkan
sketsa terpilih, dimana mulai dari dimensi, penyusunan elemen produk,
bentuk, luas permukan dari mesin konveyor.
Dalam menjalankan kegiatan fase-fase diatas, adapun tahapan-tahapan
yang harus dilakukan untuk mencapai hasil fase. Berikut adalah tahapan atau
diagram alir yang ditunjukan pada gambar 3.1 untuk melakukan kegiatan di setiap
fasenya pada perancangan mesin konveyor menurut Pahl dan Beitz :

30 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


Perancangan konveyor untuk alat angkut beras dari gudang
kemobil truk

Perencanaan Dan Penjelasan Produk


Perencanaan dan Penjelasan Perancangan Konveyor
Analisa masalah
Mencari dan memilih ide produk konveyor
Memformulasikan usulan produk
Mengembangakan daftar persyaratan

Daftar Persyaratan

Perancangan Konsep produk


Mengembangkan solusi utama
Mengidentifikasi masalah masalah penting
Menentukan struktur fungsi konveyor
Mencari prinsip kerja konveyor
Membentuk beberpa alternative varian
Informasi Perbaikan Persyaratan Umpan Balik

Konsep produk

Tingkatan dan perbaikan


Mengembangkan Struktur produk
Menentukan bentuk awal, material dan perhitungan
Memilih layout konveyor yang terbaik
Memperbaiki layout dari konveyor

Perancangan Bentuk
Layout Awal

Menghilangkan kekurangan dan kelemahan produk


Cek jika ada kesalahan pembuatan susunan produk

Layout Akhir
Perancangan Detail

Menyiapkan dokumen pembuatan konveyor


Mengembangkan gambar atau daftar detail
Periksa semua dokumen

Dokumen produk

Solusi

Gambar 3. Diagram Alir Perancangan Mesin Konveyor Menurut Pahl dan Beitz

31 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


Berikut merupakan penjelasan dari tahapan perancangan menurut cara
Pahl dan Beitz :

3.1 Kebutuhan
Dalam kegiatan perancangan mesin konveyor berdasarkan pada kebutuhan
serta masalah-masalah yang dialami langsung oleh para pekerja pabrik
penggilingan beras. Dimana kebutuhan mesin ini sebagai alat angkut untuk
memindahkan beras dari gudang ke mobil truk.
Permasalahan yang dialami langsung oleh pekerja yaitu pada saat
pemindahan beras dari gudang ke mobil truk. Proses pemindahan ini selama 2
tahun terakhir ini masih manual atau menggunakan tenaga manusia untuk
memindahkan beras dari gudang kemobil truk.
Masalah yang sering dirasakan oleh tenaga pekerja yaitu sering mengalami
kelelahan disaat pekerjaan belum selesai, timbulnya luka-luka pada bagian tangan
dan punggung yang disebabkan oleh kegiatan mengangkat beras, sehingga
menghambat proses pemindahan beras yang akan mempengaruhi lamanya waktu.

3.2 Perancangan Proyek dan Penjelasan Perancangan Konveyor


Pada tahapan ini melakukan pengumpulan data berupa keinginan
pengguna serta persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh mesin konveyor,
sehingga hasil dari tahapan ini yaitu spesifikasi produk. Langkah-langkah dari
tahapan ini adalah :
a. Analisa Kondisi Lapangan
Lokasi analisa lapangan ini dilakukan di kp. Ciharuman, rt 01/10, ds. jelegong,
kec. Kutawaringin, Kabupaten Bandung. Sehingga banyak tenaga pekerja
berkeluh kesah yang disebabkan oleh permasalahan yang muncul.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka penulis mempunyai gagasan untuk
merancang mesin konveyor untuk alat angkut beras dari gudang kemobil truk
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jarak pemindahan
2. Kapasitas angkut beras

32 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


3. Kecepatan belt konveyor
b. Memilih Dan Mencari Ide Produk
Dalam penjelasan produk ini membahas mengenai alat yang akan
dirancang yaitu konveyor. Salah satunya konveyor rantai adalah konveyor
yang terdiri dari rantai sebagai komponen utamanya yang mana rantai ini
dikaitkan dengan papan-papan pembawa atau dengan roda-roda antar,
disesuaikan dengan material yang akan diangkutnya.
c. Memformulasikan Usulan Produk
Tenaga pekerja yang menggunakan alat bantu yaitu mesin konveyor
dapat mengurangi tingkat resiko kecelakaan, kelelahan dan keamanan saat
aktivitas proses pemindahan beras dari gudang kemobil truk, mengingat
jumlah pekerja yang terbatas untuk melakukan tersebut.
d. Mengembangkan Daftar Persyaratan
Untuk mendapatkan hasil fase yaitu daftar spesifikasi, maka persyaratan
yang berdasarkan pada keinginan pengguna harus informatif. Persyaratan
yang didapat dari hasil wawancara dengan pekerja akan dikembangkan
dengan parameter yang terukur, dimana setiap dari parameter mempunyai
satuan dari gaya, beban, kapasitas, waktu, jarak, kecepatan, dll.

3.3 Perancangan Konsep Produk


Dalam mengembangkan solusi utama ini, penulis menjelaskan konsep
produk mengenai perancangan dari mesin konveyor. Adapun langkah-langkah
dari tahapan mengembangkan solusi utama ini adalah :
a. Mengidentifikasi Masalah-Masalah Penting
Dalam kegiatan perancangan mesin konveyor ini harus memperhatikan
faktor-faktor penting yang akan menjamin keselamatan selama beroperasi.
Faktor penting ini merupakan pertimbangan yang harus terpenuhi dalam
merancang konveyor.
b. Menentukan Struktur Fungsi Produk
Struktur fungsi produk menjelaskan mengenai fungsi utama atau
keseluruhan dari mesin konveyor, dimana fungsi utama ini diuraikan menjadi

33 FAKULTAS TEKNIK UNJANI


sub-sub fungsi yang dibuat dalam blok fungsi. Struktur fungsi produk mesin
konveyor dialiri oleh 3 aliran diantaranya aliran energi berupa energi kinetik,
listrik, kemudian material yaitu posisi atau bentuk dari objek penderita dan
sinyal berupa informasi yang yang muncul saat masuk dan keluar dari blok
fungsi dan sub-sub fungsi.

34 FAKULTAS TEKNIK UNJANI

Anda mungkin juga menyukai