SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan untuk memenuhi syarat sebagai sarjana
sains
KHAIRUL LAKUM. C
030801028
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Khairul Lakum C. : Pemanfaatan Abu Sekam Padi Sebagai Campuran Untuk Peningkatan Kekuatan Beton, 2009.
USU Repository © 2009
PERSETUJUAN
Diluluskan di,
Medan, Oktober 2008
Diketahui/disetujui oleh
1
PERNYATAAN
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja sendiri, kecuali beberapa kutipan
dan ringkjasan yang masing – masing di sebutkan sumbernya.
KHAIRUL LAKUM. C
030801028
2
PENGHARGAAN
Sebagai makhluk ciptaan, syukur penulis panjatkan pada sang pencipta segala,
Allah S.W.T. yang merupakan zat yang memberikan penulis ruh, akal dan pikiran,
mata dan pendengaran, serta waktu dan kesehatan, ridho dan kasih sayang, sehingga
penulis dapat mnyelesaikan skripsi ini dalam waktu yang ditetapkan.
Spesial untuk rekan – rekan mahasiswa fisika 2003, Nur Ayu Ramadhani,
yang selalu memberikan banyak pelajaran hidup, Rismawati, Brian, Daniel, Nolida
sebagai motivator dalam penulisan skripsi ini.
Pada Ayahanda Syahnul Chaniago, dan Ibunda Asniah Pasaribu, Uda Syahdan
Alkisah Chaniago, Teta Nilpaida Chaniago, Uning Musdalifah chaniago, Uti Syahidal
amin Chaniago, abang Mukhrizal Chaniago, Kaccu Akmansyah Chaniago, Adik –
adik ku Thaiba Chaniago dan Atika Suri Chaniago. Terima kasih yang tiada terkira
atas semua,yang diberikan kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan
diperkuliahan. Moga Allah membalas nantinya melebihi apa yang diberikan kepada
saya. Amin….!
Penulis
3
ABSTRAK
Abu sekam padi dihasilkan dari pembakaran sekam padi. Belakangan ini
banyak peneliti yang memanfaatkan abu sekam padi dalam membuat suatu bahan
seperti pembuatan keramik, pembuatan batu bata, dan lain lain. Dalam penelitian ini,
abu sekam padi digunalkan sebagai pengganti sebagian semen dalam pembuatan
beton. Kadar abu sekam padi yang dipergunakan adalah 5%,10%,15%,20%, dan 25%
dari jumlah semen. Benda uji dibuat dengan komposisi campuran 1 semen : 2 pasir :
3 kerikil, untuk pembuatan beton normal. Dan penambahan abu sekam padi untuk
pembuatan beton dengan campuran abu sekam padi. Pengujian yang dilakukan
terhadap beton, meliputi pengujian kuat tekan, porositas, dan penyerapan air. Dan dari
hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan abu sekam padi dengan kadar 5% dan
10% dari jumlah semen, akan dapat meningkatkan kuat tekan beton sebesar 28,48%
dan 47,25%, dari kuat tekan beton normal. Selain itu pemanfaatan abu sekam padi
dengan kadar 5% dan 10% pada pembuatan beton, juga akan memperkecil porositas
dan penyerapan air oleh beton, dari hasil penelitian penyerapan air berkurang 1,6%
dan 2,42% dari beton normal.dan porositas beton berkurang sebesar 2,65% dan 6,22%
dari beton normal..
4
ABSTRACT
5
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ………………………………………………………………………... i
Pengharagaan………………………………………………………………………. ii
Abstrak…………………………………………………………………………….. iii
Daftar isi…………………………………………………………………………… iv
Daftar tabel………………………………………………………………………… v
Daftar gambar……………………………………………………………………... vi
BAB I. PENDAHULUAN
2.4.1 Semen………………………………………………………... 9
2.4.1.1 Jenis – jenis semen pordlant………………………. 10
2.4.2 Agregat………………………………………………............ 12
2.4.2.1 Agregat Halus……………………………………… 12
2.4.2.2 Agregat kasar………………………………............ 14
2.4.3 Air……………………………………………………............ 15
6
3.3.4.3 Pengujian Porositas……………………………….. 24
Lampiran
7
DAFTAR TABEL
Halaman
8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
9
BAB I
PENDAHULUAN
Teori faktor air semen (faktor w/c) menyatakan bahwa untuk sebuah
kombinasi bahan yang sudah memenuhi konsistensi yang telah dikerjakan, kekuatan
beton pada umur tertentu tergantung pada perbandingan berat air dan berat beton.
Dengan perkataan lain, jika angka perbandingan air terhadap beton sudah tertentu,
maka kekuatan beton pada umur tertentu pada dasarnya dapat diperoleh, dengan
10
syarat bahwa campurannya plastis, dapat dikerjakan, dan agregatnya baik dan tahan
lama, dan bebas material yang merugikan.
11
1.2. BATASAN MASALAH
.
Adapun batasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah :
1.3.TUJUAN PENELITIAN
.
Tujuan dilakukannya penellitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh abu sekam padi sebagai campuran terhadap
kekuatan beton.
2. Membandingkan kekuatan beton biasa dengan beton campuran abu sekam
padi.
12
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang penelitian, tujuan penelitian, batasan
masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sekam padi adalah limbah dari hasil penggilingan padi, karena bentuk
butirnya tidak begitu halus ( ± 3 mm) dan bobotnya ringan, pnyimpanan limbah ini
memerlukan tempat yang luas.
14
2.2 Abu Sekam Padi
Abu sekam padi merupakan hasil dari sisa pembakaran sekam padi,
Abu sekam padi merupakan salah satu bahan yang potensial digunakan di Indonesia
karena produksi yang tinggi dan penyebaran yang luas. Bila abu sekam padi dibakar
pada suhu terkontrol, abu sekam yang dihasilkan dari sisa pembakaran mempunyai
sifat pozzolan yang tinggi karena mengandung silika.
15
2.3 Pozzolan
Pozzolan adalah bahan tambahan yang berasal dari alam atau buatan, yang
sebagian besar terdiri dari unsur – unsur silika dan alumina yang reaktif. Pozzolan
sendiri tidak mempunyai sifat semen. Tetapi dalam keadaan halus bereaksi dengan
kapur bebas dan air menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air. Pozzolan
dapat ditambahkan pada campuran adukan beton atau mortar (sampai pada batas
tertentu dapat menggantikan semen), untuk memperbaiki kelecakan (workability),
membuat beton menjadi lebih kedap air (mengurangi permeabilitas) dan yang bersifat
agresif. Penambahan pozzolan juaga dapat meningkatkan kuat tekan beton, karena
adanya reaksi peningkatan kapur bebas (Ca(OH)2) oleh silikat atau aluminat menjadi
tober morit (3.CaO.2.SiO2.3H2O).
Pemakaian bahan pozzolan dalam beton, akan menghasilkan beton yang lebih
kedap air. Silikat dalam jumlah tertentu dapat menggantikan semen dan juga berperan
sebagai pengisi antara partikel – partikel semen sehingga adanya silikat maka
porositas beton akan menjadi lebih kecil dan selanjutnya kedapan beton akan menjadi
bertambah sehingga permeabilitas semakin kecil.
Pozzolan dapat dipakai sebagai bahan tambahan atau sebagai pengganti semen
pordland. Bila dipakai sebagai pengganti sebagian semen pordland umumnya berkisar
antara 5% sampai 35%.
16
2.4 Beton
Susunan beton secara umum, yaitu: 7-15 % PC, 16-21 % air, 25-30%
pasir, dan 31-50% kerikil. Kekuatan beton terletak pada perbandingan jumlah semen
dan air, rasio perbandingan air terhadap semen (W/C ratio) yang semakin kecil akan
menambah kekuatan (compressive strength) beton. Kekuatan beton ditentukan oleh
perbandingan air semen, selama campuran cukup plastis, dapat dikerjakan dan beton
itu dipadatkan sempurna dengan agregat yang baik”.
Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam pembuatan
struktur. Sifat-sifat dan karakteristik material penyusun beton akan mempengaruhi
kinerja beton yang dibuat. Kinerja beton ini harus disesuaikan dengan kelas dan mutu
17
beton yang dibuat. Sehingga dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan
bangunan ataupun kontruksi yang akan dibangun untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan dan sesuai dengan dibutuhkan. Menurut PBI’ 71 beton dibagi dalam
kelas dan mutu sebagai berikut:
2.4.1 Semen
Semen adalah suatu bahan yang meiliki sifat adhesif dan kohesif yang
memungkinkan melekatnya fragmen – fragmen mineral menjadi suatu massa yang
padat. Meskipun defenisi ini dapat diterapkan dalam jenis bahan , semen yang
dimaksud adalah bahan yang menjadi mengeras dengan adanya air – yang dinamakan
semen hidraulik (Hydraulik cement). Semen semacam ini terutama terdiri dari silikat
(silicate) dan lime yang terbuat dari kapur dan tanah liat (batu tulis) yang digerinda.,
di campur, di bakar dalam pembakaran kapur (klin), dan kemudian dihancur menjadi
tepung. Semen semacam ini secara kimia dicampur dengan air (hydration) untuk
membentuk massa yang mengeras. Semen hidrolik biasa digunakan dalam pembuatan
beton bertulang yang di sebut dengan semen pordlant.
18
Fungsi utama dari semen adalah untukmengikat partikel agregat yang
terpisah sehingga menjadi satu kesatuan. Bahan dasar pembentuk semen adalah :
a. 3CaO.SiO2 (tricalcium silikat) disingkat C3S (58% - 69%)
b. 2CaO.SiO2 (dicalcium silikat) disingkat C2S (8% - 15%)
c. 3CaO.Al2O3 (tricalcium aluminate) disingkat C3A (2% - 15%)
d. 4CaO.Al2O3.Fe2O3 (tetracalcium aalummoferrit) disingkat C4AF (6% 14%)
C3S dan C2S merupakan senyawa yang membuat sifat – sifat perekat,
C3A adalah senyawa yang paling reaktif, sedangkan C4F berfungsi sebagai katalisator
yang menurunkan temperatur pembakaran dalam pembentukan calcium silicat.
Pada umumnya semen pordland yang biasa kita jumpai dipasaran adalah jenis
semen pordlant biasa (ordinary cement pordlan), yaitu semen portland yang
digunakan untuk tujuan umum. Jenis semen pordland dapat dibagi kedalam beberapa
segi, yaitu segi kebutuhan dan segi penggunaan dan kekuatan.
19
Ditinjau dari penggunaannya, semen pordland dapat dikelompokan
sebagai berikut :
a. Jenis I (Normal pordland cement)
Yaitu jenis semen pordland untuk penggunaan dalam konstruksi beton
secara umum yang tidak memerlukan sifat – sifat khusus. Misalnya untuk
pembuatan trotoar dan lain-lain.
b. Jenis II (hifh – early – strength pordland cement)
Jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat
digunakan untuk perbaikan bangunan beton yang perlu segera digunakan
atau acuannya segera perlu dilepas.
c. Jenis III (modifid pordland cement)
Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan keluarnya panas lebih
lambat.jenis ini di gunakan untuk bangunan tebal seperti pilar dengan
ukuran besar. Panas hidrasi yang sangat rendah dapat mengurangi
terjadinya retak – retak pergeseran.
d. Jenis IV (low heat pordland cement)
Jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan
panas hidrasi serendah – rendahnya. Kekuatannya tumbuh lambat . jenis
ini di gunakan untuk bangunan beton massa seperti bendungan gravitasi –
gravitasi besar.
e. Jenis V (Sulfate resisting porldland cement)
Jenis ini merupakan jenis khusus maksudnya hanya pada penggunaan
bangunan – bangunan yang kena sulfat, seperti ditanah yang kadar
alkalinya tinggi. Pengerasan berjalan lebih lambat dari p[ada semen
pordlan biasa.
f. pordland pozzolan cement (PPC)
Semen pordland pozzolan adalah campuran dari semen tipe I biasa dengan
pozzolan. Pozzolan adalah suatu campuran silika yang halus atau silika
dengan bahan aluminium yang memiliki sedikit sifat semen, akan tetapi
berada pada bentuk tepung dan yang dengan kelembaban akan bereaksi
secara kimiawi dengan kalsium hidrolik pada suhu biasa dan membentuk
bahan yang memiliki sifat semen.semen campuran dengan pozzolan
memperoleh kekuatan lebih lambat dibandingkan dengan semen yang
tanpa pozzolan dan mengeluarkan suhu yang rendah sewaktu hidrasi.
20
Proses hidrasi yang terjadi pada semen pordland dapat dinyatakan dalam
persamaan kimia sebagai berikut :
2.4.2 Agregat
Agregat biasanya menempati 75% dari isi total beton, maka sifat – sifat
dari agregat ini mempunyai pengaruh yang besar perilaku dari beton yang sudah
mengeras. Sifat agregat bukan hanya mempengaruhi sifat beton, akan tetapi juga
mempengruhi ketahanan (durbility, daya tahan kemunduran mutu akibat siklus dari
pembekuan pencairan). Agregat lebih murah dari pada semen, maka logis
mempergunakannya dengan persentase yang setinggi mungkin.
2. Agregat kasar (kerikil, batu pecah, atau pecahan – pecahan dari Bkast furnace)
21
Agregat halus
Agregat halus (pasir) adalah material yang lolos dari ayakan no 4 (yaitu)
lebih kecil dari 5mm didalam diameter). Agregat halus yang baik harus bebas dari
bahan organik, lempung, atau bahan – bahan lain yang dapat merusak campuran
beton.variasi ukuran dalam campuran harus mempunyai gradasi yang baik yang sesuai
dengan standart analisis saringan dari analisis dari ASTM (american society of testing
and materials).
Gradasi yang direkomendasikan untuk agregat kasar dan halus yang akan digunakan
sebagai beton berbobot normal dicantumkan pada tabel berikut :
Tabel 2.3 Persyaratan gradasi untuk agregat pada beton berbobot normal
(ASTM C-33)
Persen lewat
Ukuran
saringan Agregat kasar Agregat
standart halus
amerika No.4 No.4 sampai 1 No.4 sampai No.4 sampai
1 3
sampai 2 in /2 in 1 in /4 in
2 in
95 - 100 100 - - -
(50 mm)
1 1/2 in (37,5
- 95 - 100 100 - -
mm)
1 in
25 - 70 - 95 - 100 100 -
(25 mm)
¾
inc
- 35 - 75 - 90 - 100 -
(19 mm)
½
in (12,5
10 – 30 - 25 - 60 - -
mm)
3
/8 in (9,5
- 10 - 30 - 20 - 55 100
mm)
N0. 4
0-5 0-5 0 - 10 0 - 10 95 -100
(4,75 mm)
No.8
0 0 0-5 1-5 80 – 100
(2,36 mm)
No. 16
0 0 0 0 50 – 85
(1,18 mm)
22
No. 30
0 0 0 0 25 – 60
(600 m)
N0. 50
(300 m)
No. 100
0 0 0 0 2 - 10
(150 m)
Agregat kasar
1. Batu pecah alami : Bahan ini diperoleh dari cadas atau batu pecah alami yang
digali, yang berasal dari gunung merapi.
2. kerikil alami : kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi
maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir.
3. Agregat kasar buatan : terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan
untuk beton berbobot ringan. Biasanya hasil dari proses lain seperti dari blast –
furnace dan lain – lain.
4. agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat : dengan adanya tuntutan
yang spesifik pada zaman atom yang sekarang ini, juga untuk pelindung dari
radaisi nuklir sebagai akibat banyaknya pembangkit atom an stasiun tenga
nuklir, maka perlu ada beton yang melindungi dari sinar X, sinar gamma, dan
neutron. Pada beton demikian syarat ekonomis maupun syarat kemudahan
pengerjaan tidak begitu menentukan. Agregat yang diklasifikasikan disini
misalnya baja pecah, barit, magnatit, dan limonit.
23
2.4.3 Air.
3. kandungan air yang tinggi menghalangi proses pengikatan, dan kandungan air
yang rendah reaksi tidak selesai. Kandungan air yang tinggi dapat
mengakibatkan
- Mudah mengerjakannya
- Kekuatan rendah
. 1. Air tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, bahan padat, sulfat, klorida,
dan bahan lainnya yang dapat merusak beton, sebaiknya digunakan air yang
dapat diminum
2. Air yang keruh sebelum digunakan diendapkan selama minimal 24 jam atau jika
dapt dissaing terlebih dahulu.
24
Tabel. 2.7 Batas dan izin air untuk campuran beton.
Ph – 8.5
Air digunakan untuk membuat adukan menjadi bubur kental dan juga
sebagai bahan untuk menimbulkan reaksi pada bahan lain untuk mengeras. Oleh
karena itu air sangat dibutuhkan dalam pengerjaan bahan, tanpa air konstruksi bahan
tidak akan terlaksana dengan baik dan semprna.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.1 Peralatan.
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah
sebagai berikut ;
a. Universal testing machine
• Merek : MAEKAWA TASTING MACHINE MFG.CO
• Kecepatan : 3,5 cm/menit
• Type MR-20-CT
Alat ini berfungsi sebagai alat pengujian kuat tekan pada saat sampel
berumur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
b. Neraca Analitik
Neraca Analitik berfungsi untuk menimbang sampel
c. Gelas ukur 100 mL
Gelas ukur berfungsi sebagai takaran dari perbandingan volume dari
bahan.
d. Cetakan
a. kubus (5cm x 5cm x 5cm), sebanyak 72 buah.
b. silinder ( 2cm x 5 cm) sebanyak 18 buah.
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
- Semen pordland Tipe I
- Agregat yang terdiri dari batu pecah dan pasir
- Abu sekam padi
- Air PDAM TIRTANADI MEDAN
26
3.2 Metodologi Penelitian
3.2.1 Diagram Alir Pembuatan beton campuran abu sekam padi
PENCAMPURAN
PENGADUKAN
PENCETAKAN
PENGERINGAN
(didiamkan selama
24 jam)
PERENDAMAN
ANALISA DATA
HASIL/LAPORAN
PENELITIAN
27
3.2.2 Diagram alir pembuatan beton normal
PENCAMPURA
N
PENGADUKAN
PENCETAKAN
PENGERINGAN
(didiamkan
selama 24 jam)
PERENDAMAN
ANALISA DATA
HASIL/LAPORAN
PENELITIAN
28
3.3 PROSEDUR PEMBUATAN BENDA UJI BETON.
Prosedur yang dilakukan dalam uji kuat tekan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Bahan
Seluruh material seperti semen, pasir, kerikil, abu sekam padi, disiapkan
2. Pencampuran
a. Semen, pasir, dan batu pecah dicampur dengan perbandingan 1 : 2 : 3
b. Untuk beton dengan campuran abu sekam padi
Abu sekam padi ditambah kedalam campuran dengan variasi 5% - 25%
yang diambil atau dikurangi dari semen.
c. campuran diberi air
2.Pencetakan
Disiapkan cetakan berbentuk silinder dengan ukuran 5x5x5 cm3
3. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara didiamkan selama 24 jam dalam suhu
kamar (27oC).
4. Perendaman
Perendaman dilakukan agar terjadi proses hidrasi antara semen dengan air.
5. Pengujian
Pengujian beton dilakukan pada saat beton berumur 7hari, 14hari, 28 hari.
29
3.3.2 Prosedur Pengujian penyerapan Air
Prosedur yang dilakukan dalam uji penyerapan air adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Bahan
Seluruh material seperti semen, pasir, kerikil, abu sekam padi, disiapkan
2. Pencampuran
a Semen, pasir, dan batu pecah dicampur dengan perbandingan 1 : 2 : 3
b Untuk beton dengan campuran abu sekam padi
Abu sekam padi ditambah kedalam campuran dengan variasi 5% - 25%
yang diambil atau dikurangi dari semen.
c campuran diberi air
3. Pencetakan
Disiapkan cetakan berbentuk silinder dengan ukuran ( 2cm x 5 cm)
sebanyak 18 buah.
4. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara didiamkan selama 24 jam dalam suhu
kamar (27oC).
5. Penimbangan
Setelah 28 hari benda uji di timbang untuk mendapatkan massa kering.
6. Perendaman
Perendaman dilakukan selama 2 hari agar mendapatkan penyerapan air pada
beton
7. Penimbangan
Setelah direndam beton kembali ditimbang untuk mendapatkan massa basah.
30
3.3.3Prosedur Pengujian Porositas
1. Persiapan Bahan
Seluruh material seperti semen, pasir, kerikil, abu sekam padi, disiapkan
2. Pencampuran
a Semen, pasir, dan batu pecah dicampur dengan perbandingan 1 : 2 : 3
b Untuk beton dengan campuran abu sekam padi
Abu sekam padi ditambah kedalam campuran dengan variasi 5% - 25%
yang diambil atau dikurangi dari semen.
c campuran diberi air
3. Pencetakan
Disiapkan cetakan berbentuk kubus dengan ukuran 2cm
( x 5 cm)
sebanyak 18 buah.
4. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara didiamkan selama 24 jam dalam suhu
kamar (27oC).
5. Penimbangan
Setelah 28 hari benda uji di timbang untuk mendapatkan massa kering.
6. Perendaman
Perendaman dilakukan selama 2 hari agar mendapatkan penyerapan air pada
beton
7. Penimbangan
Setelah direndam beton kembali ditimbang untuk mendapatkan masa basah.
31
3.3.4 Pengujian Sampel
Pengujian kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui kuat tekan hancur
dari benda uji. Pengujian kuat tekan dilakukan saat sampel berumur 7 hari, 14 hari,
dan 28 hari. Jumlah beton yang di uji adalah 54 beton dengan bentuk kubus. Yang
terdiri dari 9 buah beton normal, 9 buah beton dengan campuran 5% abu sekam padi,
9 buah beton dengan campuran sekam padi 10%, 9 buah beton dengancampuran abu
sekam padi 15%. 9 buah beton dengan campuran 20%, dan 9 buah beton dengan
campuran abu sekam padi 25%.
fc = ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ (3.1)
P
A
Dimana :
32
3 beton dengan campuran abu sekam padi 25%. Pengujian penyerapan air dilakukan
saat benda uji berumur 28 hari.
Mb − Mk
Penyerapan air (%) = x100% ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ (3.2)
Mk
Dimana :
Mb − Mk
Porositas =
ρ air
1
x x100%
Vb
33
Dimana :
34
BAB IV
fc = ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅(4.1)
P
A
Dimana :
fc = Kuat tekan (Mpa)
Tabel 4.1 Data hasil pengujian kuat tekan beton dengan waktu
pengeringan 7 hari.
35
Contoh perhitungan pengujian kuat tekan adalah sebagai berikut
:
• Kuat tekan beton
Maka :
=
P
fc
A
=
13034 N
2500mm 2
= 5,21MPa
= 5,12 MPa
3
36
Tabel 4.2 Data hasilpengujian kuat tekan beton dengan waktu
pengeringan 14 hari.
7,10
1 Normal 14 7,14 7,15
7,21
8,02
2 5% 14 7,84 7,93
7,93
8,54
3 10% 14 8,22 8,40
8,44
6,97
4 15% 14 6,51 6,74
6,73
4,69
5 20% 14 4,70 4,76
4,89
3,31
6 25% 14 3,31 3,32
3,34
37
Luas permukaan (A) = 5cm x 5 cm
= 25 cm2
= 2500 mm2
Maka :
fc =
P
A
=
17750 N
2500mm 2
= 7,10 MPa
= 7,15MPa
3
38
Tabel 4.3 Data hasilpengujian kuat tekan beton dengan waktu
pengeringan 28 hari.
7,92
1 Normal 28 7,87 7,83
7,71
10,38
2 5% 28 10,34 10,06
9,46
12,25
3 10% 28 11,17 11,53
11,17
6,52
4 15% 28 6,89 6,90
7,06
6,46
5 20% 28 6,17 6,17
5,97
3,70
6 25% 28 3,92 3,98
4,32
39
Maka :
=
P
fc
A
=
19800 N
2500mm 2
= 7,92 MPa
= 7,83MPa
3
40
Gambar 4.1 Grafik kuat tekan beton normal dan beton
abu sekam padi terhadap waktu pengeringan
14
kuat tekan beton (MPa)
12
10
8
6
4
2
0
campuran campuran campuran campuran campuran
normal
5% 10% 15% 20% 25%
waktu pengeringan
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kuat tekan beton tanpa campuram abu
sekam padi adalah sebesar 5,12 MPa untuk waktu pengeringan selama 7 hari,
sedangkan waktu untuk pengeringan 14 hari dan 28 hari kekuatan beton semakin
meningkat yaitu sebesar 7,15 MPa dan 8,16 MPa. Peningkatan ini sesuai dengan sifat
dari beton, di mana beton akan mengalami perubahan kekuatan saat beton berumur 7
hari sampai 28 hari. Hal ini di sebabkan kadar air yang terdapat pada beton tersebut
akan semakin berkurang sesuai dengan lama waktu pengeringan.
Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 5% kuat tekan pada waktu
pengeringan 7 hari adalah 5,43 Mpa,dan 7,93MPa. Untuk waktu pengeringan selama
14 hari. kuat tekan beton semakin meningkat yaitu sebesar 10.06 MPa pada saat beton
berumur 28 hari.
Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 10% kuat tekan pada waktu
pengeringan 7 hari adalah 6,27 Mpa,dan 8,4 MPa. Untuk waktu pengeringan selama
41
14 hari. kuat tekan beton semakin meningkat yaitu sebesar 11,53 MPa pada saat beton
berumur 28 hari.
]
Meningkatnya kekuatan tekan beton dengan mencampuran abu sekam padi
dengan kadar 5% dan 10% disebabkan oleh semakin berkurangnya pori – pori yang
terdapat pada beton, pori – pori pada beton semakin berkurang karena diisi oleh
serbuk – serbuk halus abu sekam padi yang mengakibatkam beton lebih padat.
Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 15% kuat tekan pada waktu
pengeringan 7 hari adalah 4,66 Mpa,dan 6,74 MPa. Untuk waktu pengeringan selama
14 hari. kuat tekan beton semakin meningkat yaitu sebesar 6.9 MPa pada saat beton
berumur 28 hari.
Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 20% kuat tekan pada waktu
pengeringan 7 hari adalah 3,91 MPa,dan 4,76 MPa. Untuk waktu pengeringan selama
14 hari. kuat tekan beton semakin meningkat yaitu sebesar 6,17 MPa pada saat beton
berumur 28 hari.
Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 25% kuat tekan pada waktu
pengeringan 7 hari adalah 2,11 MPa,dan 3,32 MPa. Untuk waktu pengeringan selama
14 hari. kuat tekan beton semakin meningkat yaitu sebesar 3,38 MPa pada saat beton
berumur 28 hari.
Kuat tekan beton semakin meningkat saat beton berumur 28 hari,. Hal ini
disebabkan karena saat beton berumur 28 hari, beton benar – benar dalam keadaan
kering. Atau dengan kata lain tidak terdapat kadar air pada beton tersebut. Dengan
adanya kadar air pada beton, akan menyebabkan beton menjadi lemah.
Dari grafik terlihat juga bahwa kekuatan beton semakin meningkat jika
kadar campuran abu sekam padi berkisar 5% - 10% dari jumlah semen. Sedangkan
pencampuran kadar abu sekam padi lebih dari 10% akan mengurangi kuat tekan
beton. Dengan demikian dapat dikatakan penggunaan abu sekam padi dengan kadar
10%, merupakan kadar campuran optimum pada campuran ini. Jika digunakan abu
42
sekam pedi melebihi kadar tersebut, maka akan di hasilkan beton yang lebih lacak
atau mangandung kadar air yang terlalu banyak.
Unsur C3S dan C2S merupakan bagian terbesar dan paling dominan dalam
memberikan sifat semen. Bila semen terkena air, maka C3S akan segera berhidrasi dan
memberikan pengaruh yang besar dalam proses pengerasan semen, terutama sebelum
mencapai umur 14 hari. Unsur C2S bereaksi dengan air lebih lambat sehingga hanya
berpengaruh setelah beton nberumur 7 hari. Unsur C3S bereaksi dengan cepat dan
memberikan kekuatan setelah 24 jam. Semen mengandung unsur C3A lebih dari 10%
akan berakibat kurang tahan terhadap sulfat. Unsur yang paling sedikit dalam semen
adalah C2AF, sehingga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kekerasan pasta atau beton.
Proses hydrasi yang terjadi pada semen portlant dapat dinyatakan dalam
persamaan kimia sebagai berikut :
43
4.1.2 Pengujian Penyerapan Air.
Mb − Mk
Water Absorbtion = x100% ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ (4.2)
Mk
Dimana :
Mb = Massa benda uji keadaan basah (gram)
Mk = Massa benda uji keadaan kering (gram)
Masss Massa
Penyerapan Rata-rata
No Type basah kering
(%) (%)
(gram) (Gram)
45,40 41,25 10,06
1 Normal 45,10 41,14 9,62 10,06
45,90 41,93 10,49
46,73 43,22 8,12
2 Campuran 5% 46,30 42,50 8,94 8,46
45,80 42,28 8,32
46,70 43,25 7,97
3 Campuran 10% 45,48 42,25 7,44 7,64
45,75 42,55 7,52
44,50 40,29 10,44
4 Campuran 15% 42,74 38,76 10,24 10,38
44,80 40,55 10,48
43,85 37,85 15,83
5 Campuran 20% 44,35 39,10 13,42 14,26
44,85 39,15 14,54
41,84 37,71 9,78
6 Campuran 25% 41,42 37,02 11,88 11,36
40,81 36,30 12,42
44
Contoh perhitungan penyerapan air sebagai berikut :
• Penyerapan Air
Maka :
Mb − Mk
WaterAbsorbtion = x100% ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ (4.2)
Mk
46,70 gr − 41,95 gr
= x100%
41,95 gr
= 8,12%
= 8,46%
3
45
Gambar 4.2. Grafik pengujian penyerapan air
beton terhadap persentase campuran abu sekam
padi
16
14
persentase penyerapan air
12
10
0
Normal campuran campuran campuran campuran campuran
5% 10% 15% 20% 25%
persentase abu sekam padi
28 hari
Dari grafik diatas dapat dilihat persentase penyerapan air untuk beton
tanpa abu sekam padi atau beton normal yaitu : 10,06%. Sedangkan persentase
penyerapan air untuk beton dengan campuran abu sekam padi 5% yaitu 8,46%,
menurun sebesar 1,6 % dari penyerapan air oleh beton normal. Pada beton dengan
campuran abu sekam padi 10%, persentase penyerapan air yaitu sebesar 7,64%,
menurun sebesar 2,42% dari beton normal. Sedangkan beton dengan campuran abu
sekam padi 15%, 20%, dan 25% memiliki persentase penyerapan air masing – masing
10,38%, 14,26%, dan 11,36%. Atau semakin meningkat dibandingkan dengan beton
normal
Pada beton dengan campuran abu sekam padi melebihi 10%, akan bersifat
penyerap air yang sangat tinggi, dengan demikian kekuatan beton akan semakin
berkurang, atau akan lebih mudah retak, dan daya kuat tekannya akan berkurang. Hal
ini disebabkan karena penggunaan jumlah abu sekam padi yang terlalu banyak akan
menyebabkan beton menjadi lebih berongga.
46
Pengujian Porositas
Mb − Mk
Porositas =
ρ air
1
x x100%
Vb
Dimana :
Mb = Massa benda uji dalam keadaan basah (gram)
Mk = Massa benda uji dalam keadaan kering (gram)
ρ air = Massa jenis air (1 gr/cm3)
Vb = Volum benda uji (cm3)
Masss Massa
Porositas Rata-rata
No Type basah kering
(%) (%)
(gram) (Gram)
45,40 41,25 26,43
1 Normal 45,10 41,14 25,22 25,64
45,90 41,93 25,28
46,73 43,22 22,35
2 Campuran 5% 46,30 42,50 24,20 22,99
45,80 42,28 22,42
46,70 43,95 17,51
3 Campuran 10% 45,48 42,25 20,44 19,42
45,75 42,55 20,31
44,50 40,29 26,81
4 Campuran 15% 42,74 38,76 25,35 26,41
44,80 40,55 27,07
43,85 37,85 38,21
5 Campuran 20% 44,35 39,10 33,43 36,01
44,85 39,15 36,30
41,84 37,71 24,01
6 Campuran 25% 41,42 37,02 28,02 26,91
40,81 36,30 28,72
47
Contoh Perhitungan Pengujian poroitas adalah sebagai berikut :
• Porositas
π
Volumebendauji = d 2L
4
=
3,14 2
( 2) .5
4
= 15,70cm 3
Maka ;
Mb − Mk
Porositas =
ρ air
1
x x100%
Vb
= 25,64%
3
48
Gambar 4.3. Grafik pengujian penyerapan air
beton terhadap persentase campuran abu sekam
padi
16
14
persentase penyerapan air
12
10
0
Normal campuran campuran campuran campuran campuran
5% 10% 15% 20% 25%
persentase abu sekam padi
28 hari
Pada beton dengan kadar sekam padi sebesar 15%, 20%, dan 25% pada
beton, mempunyai porositas 19,42%, 36,01%, dan 26,91%. Atau mengalami
pertambahan porositas di bandingkan dengan beton normal.
49
BAB V
Dari data penelitian yang diperoleh dan dari analisa data yang telah dilakukan,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kuat tekan beton dengan menggunakan abu sekam padi, lebih tinggi dari
beton normal, dengan kadar komposisi abu sekam padi 5% - 10%.
2. Penggunaan abu sekam padi lebih dari 10%, akan mengakibatkan kekuatan
beton akan semakin berkurang.
3. Dari hasil penelitian diperoleh nilai penyerapan air dengan menggunakan
abu sekam padi yaitu 7,64% - 11,36%.
4. Dari hasil percobaan besarnya porositas yang diperoleh dengan
menggunakan abu sekam padi adalah 19,42% - 36,01%.
5. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa abu sekam padi dapat
dipergunakan sebagai campuran untuk pengganti semen dalam pembuatan
beton.
6. Pemanfaatan abu sekam padi pada pembuatan beton, akan menghasilkan
beton yang lebih kuat dan ekonomis
50
5.2 Saran
Beberapa saran untuk penelitian lebih lanjut, untuk memperoleh hasil
penelitian yang lebih baik sebagai berikut :
1. Diharapkan agar campuran antara semen dan abu sekam padi serta
material – material pembentuk lainnya benar – benar homogen agar
menghasilkan beton yang baik.
2. Dalam penggunaan air, diharapkan lebih teliti, karena penggunaan air yang
cukup banyak akan menghasilkan beton yang tidak optimal.
3. Dalam melakukan pencetakan, diharapkan adonan benar – dalam kondisi
padat agar mendapatkan beton dengan hasil optimal.
51
DAFTAR PUSTAKA
Chu – Kia Wang, 1994, Disain Beton Bertulang, Terjemahan oleh Binsar Harianja,
Jilid I, Edisi Keempat, Peenerbit Erlangga, Jakarta.
Daryanto, 1994, Pengetahuan Tehnik Bangunan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Gunawan, Margaret, (2000), Konstruksi Beton I, Penerbit Delta Teknik Group,Jakarta
I Made Alit Karyawan Salin, Perbandingan Kuat Tekan dan Permeabilitas Beton
Yang Menggunakan Semen Pordlant Poozzolan dengan Yang
Menggunakan Semen Portlan Tipe I, 2007.
I Swamy, R.N.1986, Cement Replacement Materials, Edisi ke – II, Surrey University
Press, New Delhi.
Lea F.M, 1970, The Chemistry Of Cement and Concrete, Third Edition, Edward
Arnold Ltd, London.
Mehta, P, K, 1986, Concrete stucture properties and Material, Englewood Cliffs,
New Jersey.
Kadiyono, L .J, & Brook, K.M, 1991, Bahan dan Praktek Beton, Terjemahan Oleh
Stephanus Hindarko, Erlangga, Jakarta.
Nawy . G . Edwad, 1998, Beton Bertulang, Terjemahan Oleh bambang Surycatmono,
Penerbit PT. Refika Aditama, Bandung.
S. Timoshenko, 1999, Dasar – Dasar Perhitungan Kekuatan Bahan, Terjemahan
Oleh Gulo D.H, Penerbit Restu Agung, Jakarta.
Tjokrodimuljo, K, 1996, Teknologi Beton, Nafigiri, Yogyakarta.
Van Vlack, H lawrence, 1989, Ilmu Dan Teknologi Bahan, Edisi Kelima,
Terjemahan Oleh Sriati Djaprie, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Winter, George, 1993, PerencanaanStruktur Beton Bertulang, Terjemahan Oleh
Besari M. Sahari, dkk, PT. Prandnya Paramita, Jakarta.
http://www. Google. Co. id.
52