Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Peserta Didik

Kedudukan Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran, Peran Guru Dan


Layanan Bimbingan Serta Kaitannya dengan Pembelajaran Bahasa Inggris

Group 4

1. Fitra Prasetio Bumulo


2. Nizmawati Amran
3. Yusnita Pasi

Class of 3B

English Department

Faculty of Letters and Cultures

State University of Gorontalo

2020
1. Kedudukan Peserta didik dalam proses pembelajaran

Peserta didik adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping faktor pendidik,
tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa
peserta didik adalah komponen yang terpenting diantara kelompok lainnya. Pada dasarnya
peserta didik adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya peserta
didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebab peserta didiklah yang
membutuhkan pengajaran dan bukan pendidik, pendidik hanya berusaha memenuhi
kebutuhan yang ada pada peserta didik. Tanpa adanya peserta didik, pendidik tak akan
mungkin mengajar. Sehingga peserta didik adalah komponen yang penting dalam hubungan
proses belajar mengajar ini.

Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 ayat 
bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia sera keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

2. Peran Guru dan layanan bimbingan

Guru merupakan pemeran utama dalam membangun sikap disiplin siswa di sekolah
melalui proses pembelajaran. Setiap pembelajaran yang disampaikan oleh guru mengandung
pembelajaran nilai karakter, termasuk sikap disiplin. Tugas seorang guru di samping sebagai
pengajar adalah sebagai pendidik. Sebagai pengajar, guru mengajarkan ilmu pengetahuan,
sedangkan sebagai pendidik guru menstimulasi siswa untuk mengambangkan sikap dan
perilaku mereka agar sesuai dengan kaidah perilaku warga negara yang diharapkan
masyarakat dan negara.

Berdasarkan Ilmu Pendidikan.net ada 9 peranan guru dalam proses kegiatan belajar
mengajar, yaitu:

1. Informator. Sebagai pelaksana mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan


sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
2. Organisator. Pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan
lain-lain. Organisasi komponen-komponen kegiatan belajar harus diatur oleh guru agar
dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri guru maupun siswa.
3. Motivator. peran sebagai motivator penting artinya dalam rangka meningkatkan
kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus mampu memberikan
rangsangan, dorongan serta reinforcement untuk mengembangkan potensi siswa,
menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi
dinamika dalam proses belajar.
4. Pengarah atau Director. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator. Guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Ide-ide yang dicetuskan
hendaknya adalah ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didik.
6. Transmitter. Dalam kegiatan belajar mengajar guru juga akan bertindak selakuk
penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
7. Fasilitator. Guru wajib memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar
mengajar misalnya dengan menciptakan susana kegiatan pembelajaran yang kondusif,
seerasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar berlangsung
efektif dan optimal.
8. Mediator. Mediator ini dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
Misalnya saja menengahi atau memberikan jalan keluar atau solusi ketika diskusi tidak
berjalan dengan baik. Mediator juga dapat diartikan sebagai penyedia media
pembelajaran, guru menentukan media pembelajaran mana yang tepat digunakan dalam
pembelajaran.
9. Evaluator. Guru memiliki tugas untuk menilai dan mengamati perkembangan prestasi
belajar peserta didik. Guru memiliki otoritas penuh dalam menilai peserta didik, namun
demikian evaluasi tetap harus dilaksanakan dengan objektif. Evaluasi yang dilakukan
guru harus dilakukan dengan metode dan prosedur tertentu yang telah direncanakan
sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.

Selain itu guru juga sebagai pelaksana layanan bimbingan konseling di sekolah dasar
yang mempunyai peran penting dalam membangun sikap disiplin siswa di sekolah. Sebagai
contoh yakni peran Guru sebagai Pelaksana Layanan Bimbingan Konseling dalam
Membangun Sikap Disiplin Siswa. Peran guru sebagai pelaksana layanan Bimbingan
Konseling dalam membangun sikap disiplin siswa dapat dilakukan dengan cara
membimbing siswa, menasehati siswa, memberi teguran kepada siswa yang tidak disiplin,
memberi pujian kepada siswa yang telah disiplin, memberi hukuman kepada siswa, memberi
contoh sikap disiplin kepada siswa, sebagai fasilitator bagi siswa, bekerja sama atau
berkolaborasi dengan orang tua siswa, sesama guru, dan kepala sekolah, serta memberi
motivasi kepada siswa yang telah disiplin. Dalam hal ini dapat dipaparkan bahwa guru telah
melaksanakan tugasnya dalam membangun sikap disiplin siswa, khususnya dalam
membangun sikap disiplin siswa adalah sebagai pembimbing, fasilitator, dan kolaborator
saja.

3. Kaitan point 1 dan 2 dengan pembelajaran Bahasa inggris

Dalam proses pembelajaran Bahasa inggris, peran point 1 dan 2 tentunya sangat penting dan
keduanya memiliki kaitan erat. Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi
proses pembelajaran. Karena peserta didik memiliki peran yang sangat penting dalam proses
ini. Begitupun dengan Guru, tanpa guru proses pembelajaran tidak akan terjadi. Karena pada
kasus ini guru berperan sebagai fasilitator dan mediator, guru yang menyajikan dan
menjelaskan materi pembelajaran. Sementara itu, peran layanan bimbingan dan konseling
juga sangat memiliki peran penting dalam proses ini, karena dalam proses pembelajaran
tentunya peserta didik memiliki masalah atau hambatan dalam belajar. Dalam Buku Rambu-
Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
(Nasional, 2008) tertuang bahwa “Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang
dihadapi guru pada saat pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penangannya,
demikian pula masalah yang ditangani konselor dirujuk kepada guru untuk
menindaklanjutinya apabila itu terkait dengan proses pembelajaran bidang studi. Masalah
kesulitan belajar peserta didik sesungguhnya akan lebih banyak bersumber dari proses
pembelajaran itu sendiri. Ini berarti di dalam pengembangan dan proses pembelajaran
bermutu, fungsi-fungsi bimbingan dan konseling perlu mendapat perhatian guru dan
sebaliknya, fungsi-fungsi pembelajaran bidang studi perlu perhatian konselor”.

Semisalnya pada pembelajaran Bahasa inggris tanpa guru sebagai mediator dan fasilitator
peserta didik tidak akan paham jelas tentang maksud dari pelajaran ini terlebih lagi Bahasa
inggris adalah pelajaran Bahasa asing yang sangat membutuhkan mediator untuk proses
pembelajarannya. Pada saat peserta didik mempunyai masalah dalam pembelajaran ini
misalnya kurang paham dan tidak begitu mampu dalam mengejarkan tugas yang diberikan
guru, layanan bimbingan dan konseling bisa bertindak sebagai penyuluh kepada peserta
didik, memberikan berbagai motivasi dan menindak lanjuti kasus tersebut dengan mencari
tahu apa kendala yang dialami peserta didik terebut dan layanan bimbingan konseling akan
melaporkan temuannya kepada guru/pendidik sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai