Bayu Oktasandi
Email : hisyam.endang@gmail.com
Alumni Jurusan Teknik Sipil Univesitas Bangka Belitung
Indra Gunawan
Email : gunawanindra15@yahoo.co.id
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung
ABSTRAK
DAS Pompong merupakan salah satu DAS yang termasuk dalam klasifikasi DAS yang dipulihkan
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan luas 7.701,192 Ha. Kerusakan DAS Pompong
diakibatkan oleh perubahan tataguna lahan serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
pelestarian DAS serta aktifitas pertanian dan penambangan yang semakin tak terkendali yang
menimbulkan dampak sangat besar terhadap tanah diatasnya, berupa pengikisan (erosi) dan
pengendapan (sedimentasi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar erosi dan hasil
sedimentasi serta memberikan rekomendasi upaya konservasi lahan pada DAS Pompong. Pada
penelitian ini menggunakan Metode USLE (Universal Soil Loss Equation) untuk menghitung
besarnya erosi yang terjadi, dan Metode SDR (Sediment Delivery Ratio) untuk menghitung
besarnya sedimentasi. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diperoleh besarnya erosi total
pada DAS Pompong sebesar 260,038 ton/ha/thn atau 2.002.603,816 ton/thn, dan jumlah
sedimentasi sebesar 278.361,930 ton/thn. Hasil analisis menunjukkan bahwa besar erosi yang
terjadi pada DAS Pompong masuk klasifikasi bahaya erosi Kelas IV (Berat). Arahan konservasi
lahan yang dapat direkomendasikan adalah dengan melakukan tidakan konservasi tanah secara
vegetatif dan mekanik.
laju sedimentasi dan erosi. Dampak yang Dari uraian permasalahan di atas
ditimbulkan adalah terjadinya banjir di perlu dilakukan penelitian untuk
musim penghujan dan kekeringan di mengetahui besaran erosi yang terjadi di
musim kemarau. Kerusakan DAS juga DAS Pompong dan mengetahui sedimen
mengakibatkan menurunnya kualitas air yang dihasilkan oleh erosi yang terjadi
sungai yang mengalami pencemaran akibat serta memberikan arahan konservasi di
erosi dari lahan kritis, limbah rumah DAS Pompong
tangga, limbah industri, limbah
pertanian/perkebunan dan limbah TINJAUAN PUSTAKA
pertambangan (Peraturan Gubernur Alie (2015), dalam penelitiannya
kepulauan Bangka Belitung No. 1 Tahun tentang Kajian Erosi Lahan Pada DAS
2018). Dawas, Kabupaten Musi Banyuasin
Berdasarkan data dari BPDASHL Sumatera Selatan.Penelitian ini bertujuan
Baturusa-Cerucuk DAS Pompong untuk menganalisis besarnya erosi di DAS
memiliki luas wilayah ± 7.701,192 Ha Dawas dan mengetahui klasifikasi bahaya
yang merupakan salah satu Daerah Aliran erosi DAS Dawas Metode analisis yang
Sungai (DAS) di Bangka Belitung yang digunakan dengan metode USLE
mengalami kerusakan. Hal ini dapat dilihat (Universal Soil Loss Equation). Hasil
dari kondisi lahan DAS. Lahan agak kritis menunjukan pada tahun 2006 erosi yang
sebesar 5.619,261 Ha (72,97%), potensi terjadi sebesar 23,8885 (ton/ha/thn), pada
kritis sebesar 10291,525 Ha (0,13%), dan tahun 2007 erosi yang terjadi sebesar
sisanya tidak kritis sebesar 2.071,639 Ha 21,5291 (ton/ha/thn), pada tahun 2008
(26,90%). Bagian hulu DAS berada di erosi yang terjadi peningkatan sebesar
Bukit Betung dan bagian hilir DAS berada 24,1584 (ton/ha/thn), tahun 2009
di Nelayan II Kelurahan Sungailiat. meningkat lagi menjadi 31,5937
Pada tahun 2017 terjadi peristiwa (ton/ha/thn), di tahun 2010 sebesar
banjir yang hampir merata di Pulau 31,5937 (ton/ha/thn), tahun 2011 menurun
Bangka Belitung, termasuk wilayah sebesar 23,4107 (ton/ha/thn) dan di tahun
Kabupaten Bangka. Salah satu wilayah 2012 menjadi 23,275 (ton/ha/thn).
yang terkena dampak adalah warga jalan Klasifikasi bahaya erosinya ringan.
laut Kelurahan Matras dan Kelurahan Fauzi, (2016), dalam penelitiannya
Kudai, Kabupaten Bangka. Banjir tentang Kajian Erosi Dan Hasil Sedimen
disebabkan karena intensitas hujan yang Untuk Konservasi Lahan DAS Kreo Hulu,
sangat besar dan meluapnya Sungai Air Perhitungan erosi dan hasil sedimen
Kulong Baru sebagai sungai utama dari dihitung menggunakan metode USLE
DAS Pompong. Meluapnya sungai karena (Universal Soil Loss Equation) dan SDR
adanya sedimentasi yang menyebabkan (Sediment Delivery Ratio) pada setiap
kapasitas tampang jadi berkurang di mana satuan lahan. Penelitian ini bertujuan
hal itu sebagai dampak dari erosi yang mengetahui distrbusi nilai erosi dan hasil
terjadi baik dibagian hulu dan tengah DAS. sedimentasi pada tahun 2009-2014 dan
dalam upaya konservasi lahan di Dua proses ini diakibatkan oleh hujan dan
DAS Kreo Hulu. Metode pengumpulan aliran permukaan.
data untuk penelitian yaitu observasi, Secara keseluruhan terdapat lima
dokumentasi dan pengukuran lapangan. faktor yang menyebabkan dan
Dengan hasil erosi dari tahun 2009 sampai mempengaruhi besarnya laju erosi, yaitu
dengan 2014 berturut-turut adalah 17,451 iklim, tanah , topografi atau bentuk
ton; 18,783 ton; 17,827 ton; 25,705 ton; wilayah, vegetasi penutup lahan dan
31,618 ton; 26,171 ton. Prakiraan hasil kegiatan manusia. Kelima faktor tersebut
sedimen diperoleh berdasarkan perkalian merupakan faktor-faktor yang
antara nilai satuan erosi (berdasarkan unit diperhitungkan oleh Soil Loss
pemetaan), luas satuan erosi serta nilai Conservation Serrvice, USDA, dalam
Sediment Delivery Ratio pada masing- menentukan metode pendugaan besarnya
masing Sub DAS. Berdasarkan erosi tanah dengan rumus yang disebut
perhitungan faktor tersebut, diperoleh nilai USLE (Universal Soil Loss Equation),
prakiraan hasil sedimen DAS Kreo Hulu yang dikembangkan oleh Wischmeier dan
tahun 2009-2014 beruturut-turut adalah Smith (1978).
2,781 ton, 2,93 ton, 2,781 ton, 4,01 ton, Banuwa (2013) mengemukakan
4,932 ton, 4,083 ton.Distribusi spasial bahwa USLE adalah model erosi yang
prediksi erosi DAS kreo hulu dari nilai dirancang untuk memprediksi laju erosi
erosi sangat tinggi ialah sebagian besar rata-rata suatu lahan dalam jangka panjang
wilayah desa/kelurahan Gunungpati, tetapi tidak memprediksi pengendapan dan
Banjarejo, Karangmalang, Lebak dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari
Cepoko. Erosi berat dan sedang meliputi erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai.
sebagian wilayah Pasigitan, Branjang, Meskipun terdapat kelemahan, persamaan
Kalisidi, dan Tinjomoyo. Sehingga perlu USLE hingga saat ini masih relevan dan
adanya peningkatan tindakan konservasi paling digunakan dan hingga saat ini
lahan alternatif secara mekanis dan belum ada yang menggantikan metode ini.
vegetatif di DAS Kreo Hulu. Model USLE dinyatakan dengan :
A. Erosi A = R . K . LS . C . P .......................... (1)
Menurut Arsyad (dalam Banuwa,
2013), erosi adalah peristiwa pindahnya dimana :
atau terangkutnya tanah atau bagian – A : banyaknya tanah yang tererosi
bagian tanah dari suatu tempat ke tempat (ton/ha/tahun).
lain oleh media alami. Proses terjadinya R : faktor hujan dan aliran permukaan
erosi tanah meliputi dua proses, yakni (ton/ha/tahun).
proses penghancuran partikel-partikel K : faktor erodibilitas tanah yang
tanah dan proses pengangkutan partikel- merupakan kehilangan tanah persatuan
partikel tanah yang sudah dihancurkan. luas, untuk indeks erosivitas hujan dari
dilakukan oleh peneliti lain maka kita Tabel 1.Klasifikasi Kelas Bahaya Erosi
dapat menggunakkannya. Beberapa Besaran erosi
Kelas Keterangan
nilai faktor C yang dapat digunakan (ton/ha/tahun)
I < 15 Sangat Ringan
disajikan pada Tabel Nilai Faktor C II 15 – 60 Ringan
(Pengelolaan Tanaman), Suripin (2002) III 60 – 180 Sedang
& Kodoatie dan Syarief (2005) dalam IV 180 – 480 Berat
Basri (2017). V > 480 Sangat Berat
Sumber :Kironoto, (2003) dalam sutapa,
5. Faktor Tindakan Konservasi Tanah (P)
(2010)
Menurut Suripin (2004), nilai
faktor P merupakan perbandingan B. Sedimen
antara besarnya erosi dari lahan dengan Sedimen adalah hasil proses erosi,
suatu tindakan konservasi tertentu baik berupa erosi permukaan, erosi parit,
terhadap besarnya erosi pada lahan atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen
tanpa konservasi. Konservasi yang umumnya mengendap di bagian bawah
dimaksud termasuk penanaman dalam kaki bukit, di daerah genangan banjir, di
strip, pengolahan tanah dengan kontur, saluran air, sungai, dan waduk. Hasil
guludan dan terras. Nilai dasar P sedimen adalah besarnya sedimen yang
adalah 1 (satu) yang diberikan untuk berasak dari erosi yang terjadi di daerah
lahan tanpa konservasi. Seperti halnya tangkapan air yang diukur pada periode
dengan nilai faktor C, nilai faktor P waktu dan tempat tertentu (Asdak, 2014).
juga dapat menggunakan hasil-hasil Cara yang dapat dilakukan untuk
penelitian yang telah ada. Nilai faktor memprakirakan besarnya hasil sedimen
P dapat dilihat pada Tabel Nilai Faktor dari suatu daerah tangkapan air salah
P (Tindakan Konservasi Tanah), satunya adalah melalui perhitungan Nisbah
Abdukrahman, dkk dalam Pelepasan Sedimen (Sediment Delivery
Hardjoamidjojo dan Arsyad. S (1989)- Ratio) atau cukup dikenal dengan
Seto, A.k (1991) dalam Suripin (2004). singkatan SDR. Perhitungan besarnya SDR
dianggap penting dalam menentukan
Hasil perhitungan dengan prakiraan yang realistis besarnya hasil
menggunakkan metode USLE akan sedimen total berdasarkan perhitungan
menghasilkan suatu dugaan erosi tanah di erosi total yang berlangsung di daerah
setiap satuan lahan pada DAS. Selanjutnya tangkapan air (Asdak, 2014). Menurut SCS
nilai tersebut dikelompokkan berdasarkan National Engineering Handbook (DPMA,
5 kriteria klasifikasi bahaya erosiyang akan 1984), besarnya prakiraan hasil sedimen
menghasilkan persentasi luasan dari dapat ditentukan berdasarkan persamaan
masing – masing pengelompokkan kelas berikut :
bahaya erosi tersebut. Klasifikasi bahaya
erosi dapat dilihat pada Tabel 1. Y = E (SDR) Ws ....................................(3)
dimana :
Y : Hasil sedimen per satuan luas dengan vegetasi (dengan kata lain
(ton/tahun) mengubah faktor C, faktor penutup
E : Erosi total (ton/ha/tahun) tanah) pada persamaan USLE untuk
SDR : Nisbah pelepasan sedimen menahan energi hujan yang bersifat
Ws : Luas daerah tangkapan air(ha) erosif, menjaga infiltrasi yang besar,
dan mereduksi atau mengurangi aliran
Nilai SDR dapat ditentukan dengan permukaan.
tabel hubungan luas DAS dan nilai SDR. 2. Cara Mekanik
Hubungan luas DAS dan besarnya SDR Metode mekanis, sering juga
dapat dilihat pada Tabel 2. disebut metode sipil teknis, meliputi
Tabel 2. Hubungan Luas DAS dan Nilai pembentukan permukaan lahan
SDR (misalnya membuat terasering, check
Luas dam dan sengkedan) yang bertujuan
2 SDR
km ha mengurangi laju aliran permukaan dan
0,1 10 0,520
mengarahkannya keluar lahan dengan
0,5 50 0,390
sedapat mungkin mereduksi erosi yang
1,0 100 0,350
5,0 500 0,250 terbawa. Pencegahan erosi dengan cara
10,0 1000 0,220 mekanik bertumpu pada pembuatan
50,0 5000 0,153 bangunan pencegah erosi.
100,0 10000 0,127
500,0 50000 0,079
D. Satuan Lahan
Sumber : Arsyad (dalam Hudaya, 2012).
Dalam kegiatan dapat menggunakan
satuan lahan sebagai satuan analisis.
C. Teknologi Konservasi Tanah
Sebagai suatu analisis, satuan lahan
Menurut Suripin, 2004, tujuan dari
memiliki dua atau lebih karakteristik lahan.
konservasi tanah adalah untuk
FAO (1976), dalam Aulia (2012)
mendapatkan tingkat keberlanjutan
mendefinisikan satuan lahan sebagai suatu
produksi lahan dengan menjaga laju
area dari lahan yang mempunyai kualitas
kehilangan tanah tetap di bawah ambang
dan karakteristik lahan yang khas yang
batas yang diperkenankan, yang secara
dapat ditentukan batasnya pada peta.
teoritis dapat dikatakan bahwa laju erosi
Penggunaan satuan lahan didasarkan
harus lebih kecil atau sama dengan laju
beberapa faktor yang berpengaruh pada
pembentukan tanah. Prinsip dasar
satuan lahan, faktor-faktor tersebut
konservasai tanah adalah mengurangi
meliputi jenis tanah, kemiringan lereng dan
banyaknya tanah yang hilang akibat erosi.
penutup lahan.
Adapun metode konservasi tanah menurut
Suripin, 2004 sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
1. Cara Vegetatif A. Lokasi Penelitian
Metode vegetatif umumnya dengan Lokasi penelitian dilakukan di
cara memberikan proteksi tanah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berada
B. Diagram Alir
Diagram alir (flowchart) penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tersaji
seperti pada Gambar 2.
Mulai
Pengumpulan Data
Tindakan
Erosivitas Erodibilitas Kemiringan khusus
hujan tanah lereng vegetasi konservasi
(R) (K) (LS) (C) (P)
A A
Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 76
Jurnal Fropil Vol 7 Nomor 2 Juli-Desember 2019
A A
Arahan Konservasi
-Vegetatif
-Mekanik
Selesai
Tabel 7 Luas dan persentase luas kelas bahaya erosi DAS Pompong
No Kelas bahaya erosi Keterangan Luas (ha) Luas (%)
1 I Sangat Ringan 11,087 0,144
2 II Ringan 1021,736 13,267
3 III Sedang 3731,668 48,456
4 IV Berat 1265,807 16,437
5 V Sangat Berat 1670,894 21,697
Total 7701,192 100,000
Sumber : Hasil penelitian, 2019
Tabel 9 Perbandingan luas kelas bahaya erosi sebelum dikonservasi dan setelah
dikonservasi pada DAS Pompong
Kelas Luas sebelum Luas Luas setelah Luas
No Keterangan
bahaya erosi konservasi (ha) (%) konservasi (ha) (%)
1 I Sangat Ringan 11,087 0,144 4619,482 59,984
2 II Ringan 1021,736 13,267 1575,993 20,464
3 III Sedang 3731,668 48,456 664,391 8,627
4 IV Berat 1265,807 16,437 841,326 10,925
5 V Sangat Berat 1670,894 21,697 0 0
Total 7701,192 100,000 7701,192 100,000
Sumber: Hasil Penelitian, 2019