Anda di halaman 1dari 14

Kegiatan Belajar XIV: RANTAI PASOK

A. Pendahuluan
Menurut Kotler (2005) rantai pasok adalah saluran yang panjang yang
membentang dari bahan mentah ke komponen hingga produk jadi yang dibawa ke
konsumen akhir. Sebagai gambaran, contoh saluran panjang sepiring salad yang
disantap oleh seorang tamu di sebuah hotel berbintang lima di Jakarta. Pada
hidangan salad terdapat irisan kol merah yang ditanam oleh seorang petani,
misalnya dari Lembang, Jawa Barat. Kegiatan petani mulai dari pengolahan tanah,
menyemai, menanam, merawat, memanen dan menjual kepada pedagang
pengumpul lokal di desa lokasi petani kol merah tersebut dengan harga di tingkat
petani. Pengumpul lokal membawa kol merah yang sudah dibelinya ke rumah untuk
digabungkan dengan produk sayuran lainnya sampai kapasitas sesuai kemampuan
daya angkut kendaraan yang dimilikinya. Setelah kuantitasnyai memenuhi,
pengumpul lokal membawa kol dan sayuran lainnya ke pedagang besar yang
lokasinya mungkin beberapa kilometer dari desanya. Sebelum dikirim ke pedagang
besar, pengumpul lokal melakukan sortasi dan grading atas sayur-sayur yang telah
dibeli dari petani, sehingga terjadi penambahan nilai. Harga jual ke pedagang besar
tentu lebih tinggi, karena selain terdapat biaya angkut dan penyusutan, juga terdapat
biaya sortasi dan grading, serta margin keuntungan bagi pengumpul local.
Dari pedagang besar, kol merah dan sayuran lainnya diproses, disimpan di
cool storage, dikemas sesuai pesanan yang masuk dari pelanggang lalu dikirim.
Pelanggan pedagang besar beragam, mulai dari pemasok pasar induk, supermarket,
hotel dan restoran dan sebagainya. Dalam tulisan ini kita ambil contoh pemasok
hotel dan restoran dan biasanya disebut supplier. Supplier akan menyiapkan
sayuran sesuai dengan pesanan, misalnya hotel X di Jakarta Kriteria sayuran yang
dipesan harus memenuhi standar tertentu yang ditetapkan oleh pihak hotel. Setelah
sayuran, dalam contoh ini kol merah, diterima oleh hotel, chef mengolahnya
menjadi salad yang yang lezat untuk tamu hotel. Tamu hotel ini disebut konsumen
akhir.
Rantai saluran pemasaran kol merah dapat pendek atau panjang. Panjang
atau pendek saluran pemasaran atau distribusi ini dikenal dengan istilah rantai pasok
seperti yang didefinisikan oleh Kotler (2005) dalam bukunya Marketing
Management. Rantai pasok (supply chains) merupakan salah satu mata rantai
penting dalam proses produksi hingga distribusi suatu produk dari produsen ke
konsumen. Sebagai salah satu mata rantai dalam proses perjalanan suatu produk
sehingga sampai ke tangan konsumen, maka diperlukan pemahaman mengenai
rantai pasok secara lengkap dan mendalam agar dapat mengembangkan strategi
dalam menghubungkan setiap titik mata rantai mulai dari pra-produksi sampai
dengan konsumsi. Secara sederhana, mata rantai utama sebuah sistem distribusi
terdiri atas proses praproduksi, produksi, rantai pasok dan konsumsi. Dari masing-
masing mata rantai terdapat berbagai faktor dan kegiatan, yang berbeda antara satu
produk dengan produk lainnya, misalnya antar produk manufaktur spare part
kendaraan, produk perlatan rumah tangga, dan produk obat-obatan. Masing-masing
produk mempunyai karakteristik sendiri.
Dalam konteks kegiatan belajar di KKMI ini, akan difokuskan pada rantai
pasok produk pertanian secara umum. Seyogyanya, jejaring rantai pasok merupakan
sebuah kolaborasi antar berbagai pihak yang terlibat sebagai pelaku dari sebuah
rantai pasok. Sebuah rantai pasok dapat ramping atau gemuk, karena dipengaruhi
oleh jumlah pelaku yang terlibat dalam rantai pasok tersebut.

B. Pelaku Rantai Pasok


Sebuah rantai pasok minimal terdiri atas pelaku-pelaku pada kegiatan
praproduksi, produksi, distribusi dan konsumsi.
a. Praproduksi
Kegiatan pada sistem ketersediaan pangan, sudah dimulai jauh sebelum
proses produksi pangan itu sendiri, baik berupa penanaman tanaman maupum
pembesaran hewan ternak. Kegiatan pada tahap tersebut disebut tahap praproduksi.
Pada tahap praproduksi, pihak-pihak yang terlibat dapat seorang pakar di bidang
tertentu, misalnya ahli genetika tumbuhan yang melakukan penelitian untuk
mendapatkan varietas unggul dari suatu tanaman atau hewan ternak. Selain itu
dapat terlibat pula seorang pakar kimia, yang melakukan penelitian untuk
mendapatkan teknologi pemupukan yang tepat, seorang desainer grafis berperan
untuk mendesain kemasan yang cocok atau seorang ahli fisikia yang meneliti
cahaya yang dibutuhkan tanaman sehingga dihasilkan lampu l LED khusus untuk
tanamanan dan sebagainya.
Selintas tampaknya tidak terdapat keterkaitan langsung antar para ahli
tersebut dengan kegiatan praproduksi. Sesungguhnya antara para pakar dengan
pelaku pada tahap kegiatan produksi terjadi pertukaran informasi. Masalah-
masalah yang dihadapi pada kegiatan produksi dikaji dan dicarikan solusi oleh para
pakar. Solusi yang dihasilkan dimanfaatkan oleh pelaku rantai pasok pada tahap
berikutnya. Dengan demikian cara produksi pertanian menjadi lebih baik dan
memberikan keuntungan bagi semua pelaku dalam rantai pasok.
b. Produksi
Mata rantai kedua dalam rantai pasok yang sederhana adalah kegiatan
produksi. Kegiatan produksi dilakukan oleh petani atau perusahaan pertanian.
Berbagai tantangan harus dihadapi oleh para petani terkait dengan penanaman dan
pemanenan, termasuk hama dan penyakit, cuaca yang buruk yang tidak dapat
diprediksi, kehilangan hasil panen saat pengelolaan dan kondisi pasar yang
berfluktuasi. Dari tahun ketahun pertambahan penduduk dunia terus meningkat
tetapi di sisi lain tidak diimbangi dengan kenaikan produksi pangan. Berbagai
inovasi dalam produksi pangan terus terjadi, misalnya indoor farming untuk
produksi sayuran.
Tantangan yang dihadapi petani tidak hanya harus dapat meningkatkan hasil
panen, tetapi hasil panen tersebut juga harus aman konsumsi, misalnya produk
jagung dan kacang tanah harus bebas dari aflatoxin. Pengetahuan tentang
penanganan pascapanen juga diperlukan oleh petani. Dampak dari perubahan iklim
seperti pemanasan global juga menjadi tantangan lain yang harus dihadapi.
Kekeringan yang berkepanjangan tidak hanya menyebabkan gagal produksi, lebih
jauh bisa terjadi kebakaran lahan pertanian. Kerugian ini tidak hanya dirasakan
oleh petani yang terdampak langsung, tetapi juga oleh konsumen sebagai akibat
berupa kelangkaan barang yang berimplikasi naiknya harga.
c. Distribusi
Distribusi merupakan kegiatan untuk mengantarkan barang hasil produksi
kepada konsumen. Pada tahap ini, dimungkinkan terjadi pengolahan untuk
memberikan nilai tambah terhadap produk, misalnya sortasi dan pengkelasan
(grading), penyimpanan di cool storage dan sebagainya sebelum akhirnya
didistribusikan kepada konsumen atau ke pengecer (retailer).
Kehilangan produksi setelah panen (pascapanen) merupakan masalah yang
penting di negara berkembang, yang infrastruktur, jaringan sumber energi (listrik),
dan sistem transportasinya belum mendukung. Di negara-negara seperti ini, lebih
dari 40 persen kehilangan hasil terjadi setelah panen dan selama pemrosesan. Oleh
sebab itu program yang inovatif di seluruh distribusi sangat diperlukan untuk
mencegah kerugian ini dan sekaligus memberikan nilai tambah (added value) atas
produk pertanian di sepanjang aktivitas mulai dari produksi hingga sampai ke
konsumen. Salah satu contoh program inovatif misalnya pemanfaatan tenaga surya
untuk pengganti energi listrik di daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan
listrik.
d. Konsumsi
Suatu sistem pangan tidak hanya mengenai cara menghasilkan produk
(tanaman atau ternak), melainkan juga mencakup bagaimana makanan dimasak,
dimakan dan dibuang oleh konsumen. Pada tahap konsumsi ini, masing-masing
orang membuat serangkaian keputusan, yang memiliki implikasi lebih luas
terhadap ketahanan pangan dan gizi, kesejahteraan komunitas dan lingkungan yang
lebih luas serta basis sumber daya alam. Penduduk di negara-negara maju yang
berpenghasilan tinggi menghabiskan kurang dari 10 persen pendapatannya untuk
membeli makanan, sementara itu sebagian besar penduduk di negara-negara
berkembang, menghabiskan lebih dari 40 persen. Hal ironis lainya dalam
konsumsi adalah beberapa negara menghadapi epidemi obesitas, sedangkan yang
lain menderita kekurangan gizi.
Contoh sederhana yang mungkin banyak ditemui adalah pada saat
menghadiri resepsi pernikahan, ketika para tamu mengambil makanan dari meja
hidangan melebihi kebutuhan, sehingga tidak semua habis dikonsumsi, dan sisanya
dibuang. Oleh sebab itu kegiatan dalam rantai pasok tidak hanya terbatas pada
sistem produksi dan distribusi produk, tetapi juga kegiatan yang bersifat edukasi,
sehingga akan terjadi timbal balik pertukaran informasi diantara pelaku dalam
rantai pasok.
PRAPRODUKSI
PRODUKSI DISTRIBUSI KONSUMSI

Dapat berupa Kegiatan Kegiatan Kegiatan yang


kegiatan R&D penanaman atau pengolahan dilakukan oleh
pada suatu pemeliharaan pasca panen,
perusahaan atau komsumen akhir
hewan ternak oleh penyimpanan,
Lembaga
petani pengemasan
Pendidikan yang
dilakukan oleh para dan pengiriman
pakar
Gambar 1. Model rantai pasok sederhana pada bidang penyediaan bahan pangan

C. Pengembangan Rantai Pasok


Peningkatan pertumbuhan daya saing pada era pasar terbuka sangat
ditentukan oleh efektivitas pengorganisasian dan koordinasi diantara pelaku dalam
rantai pasok, bukan oleh strategi dan proses secara individu dari sebuah perusahaan.
Informasi yang terbuka luas seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi seperti
internet dan berbagai platform pendukungnya, membuat upaya mencari sumber
relatif lebih mudah.
Dalam rantai pasok, perusahaan secara individu sulit untuk berjalan sendiri,
sehingga diperlukan kerja sama antar perusahaan. Pengembangan rantai pasok
dapat dilakukan dengan menjalin kerja sama antar berbagai perusahaan yang
berbeda fungsi atau produk tetapi saling mengdukung. Selain dapat menghindari
persaingan yang tidak sehat, pengembangan rantai pasok juga meningkatkan
efisiensi dan memberikan jaminan pasokan pada proses produksi. Konsep
kolaborasi diantara pelaku dalam rantai pasok adalah hubungan timbal balik yang
saling mendukung. Komitmen yang tinggi sangat penting dalam pengembangan
rantai pasok. Kompetisi tidak terjadi diantara para pelaku dalam rantai pasok
melainkan antara satu rantai pasok dengan rantai pasok yang lain.
Upaya mengembangkan sebuah rantai pasok pada prinsipnya sama dengan
membangun sebuah aliansi strategis. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
mengembangkan rantai pasok adalah:
1) Nilai tambah produk
Kerja sama atau kemitraan dalam pengembangan rantai pasok dengan pelaku
yang memadai akan memberikan nilai tambah terhadap produk yang
dihasilkan. Misalnya kemitraan atau kerja sama antara dua pelaku rantai pasok
yang produknya saling melengkapi, maka akan memberikan nilai tambah
terhadap produk yang dihasilkan oleh pihak-pihak yang bekerja sama.
2) Perbaikan akses pasar
Kerja sama dalam pengembangan rantai pasok seyogyanya menambah akses
ke saluran pasar yang baru, sehingga memberikan keuntungan baik antar pihak.
Hal ini antara lain dengan melengkapi produk yang sudah ada, sehingga
meningkatkan jumlah penjualan
3) Penguatan operasi
Kegiatan kerja sama dapat membantu menurunkan biaya operasional. Fasiltas
dan sumber daya bisa digunakan lebih efisien dan efektif,misalnya produk yang
dihasilkan secaca musiman dapat disimpan di gudang (warehouse) sehingga
kegiatan operasional mampu berjalan sepanjang tahun.
4) Perbaikan teknologi
Kerja sama yang berhubungan dengan berbagi teknologi akan meningkatkan
keahlian kedua belah pihak, misalnya perusahaan pemasok membutuhkan
teknologi sistem informasi dalam kerja sama dengan pelanggan tertentu.
Kegiatan menjalin kerja sama pengembangan rantai pasok dengan yang sudah
berpengalaman dalam penggunaan teknologi ssstem informasi akan
memudahkan untuk penerapan teknologi tersebut.

D. Tren Perkembangan Rantai Pasok Sayuran


Secara nasional, konsumsi sayur terus meningkat, yang secara otomatis
meningkatkan permintaan terhadap komoditas sayuran. Jenis sayur dengan tingkat
konsumsi paling tinggi adalah bayam, kangkung dan tomat. Permintaan sayur
tertinggi terjadi di kota-kota, terutama di pulau Jawa. Peningkatan permintaan
sayur ini dipengaruhi juga oleh sistem distribusi sayur di super market yang
dipasok oleh para perusahaan pemasok.
Rantai pasok yang berkembang pada 20 tahun terakhir ini cenderung
melibatkan lebih sedikit pelaku secara langsung, yaitu petani dan perusahaan
pertanian, pemasok ke super market yang juga merupakan perusahaan pertanian
dan super market itu sendiri. Penyedia sarana produksi dan konsumen tidak
bersifat bebas. Pada rantai pasok dengan karakteristik seperti ini, super market
lebih dominan dalam menentukan spesifikasi produk, karena menyesuaikan
dengan selera konsumen. Karakter seperti ini dikenal dengan istilah rantai nilai
(value chain), yaitu produksi ditarik oleh permintaan konsumen, sedangkan pada
rantai pasok, penawaran didorong oleh produksi.

Tabel 1. Perbandingan karakteristik rantai pasok dan rantai nilai


Karakteristik Rantai Pasok Rantai Nilai
Filosofi Daya saing perusahaan Daya saing rantai
Struktur Tidak ada saling ketergantunan Saling ketergantungan
organisasi diantara pelaku dalam rantai antar pelaku rantai
pasok. pasok
Prinsip Biaya/harga Nilai/kualitas
Orientasi pasar Didorong oleh produksi Ditarik oleh permintaan
Arus informasi Sangat sedikit Luas

1) Filosofi
Secara filosofi, kemampuan bersaing dalam menjangkau konsumen sangat
bergantung pada kemampuan atau kekuatan dari masing-masing pelaku rantai
pasok, sedangkan pada rantai nilai daya saing sangat ditentukan oleh kekuatan
kerja sama diantara pelaku dalam rantai nilai tersebut.
2) Struktur organisasi
Kerja sama diantara pelaku dalam rantai pasok tidak terkoordinasi dan tidak
ada ketentuan yang harus diikuti bersama, sehingga tidak ada saling
ketergantungan. Di lain pihak pada rantai nilai terdapat saling ketergantungan,
sehingga ada aturan yang harus diikuti agar daya saing menjadi kuat.
3) Prinsip
Prinsip yang berlaku pada rantai pasok adalah besarnya biaya produksi akan
menentukan harga jual. Ketika biaya produksi tinggi dan harga jual tidak bisa
mengikuti, maka tidak jarang produk dijual tanpa ada margin keuntungan,
bahkan dapat di bawah harga produksi. Pada rantai nilai, prinsip berorientasi
pada nilai dan kualitas produk.
4) Orientasi pasar
Produksi tidak didasarkan pada permintaan pasar, tetapi berdasarkan
kemampuan produksi. Orientasi pasar pada rantai pasok tidak dipikirkan
terlebi dahulu. Bebeda halnya dengan rantai nilai, sebuah produk akan
dihasilkan berdasarkan permintaan pasar.
5) Arus informasi
Pertukaran infromasi pada rantai pasok sangat minim bahkan tidak ada. Petani
sebagai pelaku rantai pasok di hulu tidak memiliki informsi tentang pasar,
sehingga daya saingnya sangat rendah. Pada rantai nilai terjadi perlukaran
informasi yang luas, sehingga sangat menguntungkan bagi semua pelaku dalam
rantai tersebut dan masing masing dapat membuat nilai tambah atas produk
yang dihasilkan, karena menyesuaikan dengan permintaan kosumen.

E. Pengembangan Rantai Nilai (Value Chain)


Pada bagian C telah dibahas mengenai pengembangan rantai pasok. Bila
telah terbentuk kerja sama yang saling menguntung diantara pelaku dalam rantai
pasok dan diikat dengan syarat dan ketentuan yang disepakati, maka transformasi
mejadi rantai nilai menjadi keniscayaan.
a. Syarat terbentuknya rantai nilai
Pengembangan rantai nilai memerlukan suatu kondisi tertentu yang dapat
menjadi “pemicu” kebutuhan perlunya kerja sama diantara pelaku dalam rantai
pasok. Jika semua sepakat bahwa itu menjadi kebutuhan, maka semua pelaku
rantai pasok harus didaftar sebagai anggota rantai nilai. Rantai nilai kemudian
membuat atau menetapkan visi yang akan dicapai yang berbeda dengan rantai nilai
yang lain, jika sudah ada. Setelah visi disepakati maka perlu dibuat perjanjian yang
mencakup keunikan produk, jaminan mutu terkait keamanan pangan, sistem
pengurangan biaya produksi, pemaparan keuntungan bagi semua anggota,
pengembangan tahap demi tahap dan keinginan/kemauan untuk berkontribusi
(investasi) sesuai kebutuhan pengelolaan rantai nilai,
b. Peran pemerintah
Pengembangan sebuah rantai nilai, khususnya bidang pangan perlu
mendapat dukungan dari pemerintah. Pemerintah sebagai pembuat regulasi
mempunyai peran penting dan menentukan dalam memberikan kelancaran
pengembangan rantai nilai, bukan sebaliknya malah membuat kebijakan yang dapat
menghambat pengembangan rantai nilai. Rantai nilai merupakan kepentingan dari
berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, pelaku usaha dan
masyarakat sebagai konsumen.
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam pengembangan rantai
nilai antara lain adalah:
1. Bantuan teknis untuk peningkatan kualitas dan keamanan produk bagi
konsumen. Pemerintah melakukan akreditasi dan penilaian terhadap pemasok-
pemasok (para petani) yang potensial.
2. Fasilitasi dan dukungan kepada petani dan para profesional sebagai teknikal
asisten untuk anggota rantai nilai.
3. Membentuk dan memberdayakan layanan usaha (business development
services) yang terkait rantai nilai.
4. Pembangunan kapasitas para anggota rantai nilai agar menjadi inovatif, dan
membuat diversifikasi produk.
5. Memberikan dukungan konsultasi untuk negosiasi mematuhi kontrak diantara
anggota rantai nilai.
6. Investasi pada fasilitas fisik, laboratorium, peralatan dan infrastruktur lainnya.
7. Penguatan lembaga yang bertanggung jawab terhadapa keamanan pangan.
c. Analisa rantai nilai dengan RDA
Hampir semua proyek pengembangan rantai nilai memerlukan partisipasi
anggota dalam melakukan analisis rantai nilai. Salah satu metode Analisis rantai
nilai adalah menggunakan Rapid Diagnosis Appraisal (RDA). Pada RDA,
responden dipandu untuk menganalisis masalahnya sendiri, mengembangkan solusi
dan menerapkannya. Metode ini merupakan proses yang dapat digunakan untuk
mempelajari situasi, kondisi dan persepsi dari berbagai pelaku dalam rantai nilai.
Pada penelitian konvensional yang bersifat empiris, tujuannya adalah untuk
mengumpulkan data yang relevan dan objektif (data saintifik). Karakteristiknya
ditandai dengan peneliti yang bersifat mendominasi dengan menggunakan alat-alat
yang canggih, cara analisis yang rumit dan menerapkan cara wawancara dengan
pertanyaan yang terstruktur.
Metode RDA dikembangkan karena tingginya permintaan informasi dan
pandangan (pendapat) yang berkualitas secara tepat waktu seiring dengan cepatnya
perubahan. Selain itu kejenuhan terhadap cara penelitian dengan menggunakan
survey dan kuesioner. Sering kali para peneliti itu sendiri sudah merupakan bagian
dari masalah. Metode RDA menggunakan wawancara semi terstruktur, mengkaji
hal-hal yang dikategorikan penting pada saat tertentu, menggunakan studi kasus,
menggunakan kalender tanam, group responden dinamis dan melihat sesuatu
minimal dari tiga perspektif yang berbeda (triangulasi). Komposisi tim pada RDA
sekurang-kurangnya terdiri dari tiga ahli yang berbeda disiplin ilmunya.
Dalam RDA tidak akan mencari informasi lebih dari yang dibutuhkan.
Biasanya yang dibutuhkan adalah mengenai kecenderungan (trend), skor atau
peringkat. Penelitian dilakukan langsung dilapangan secara face to face.
a) Tahapan RDA
Analisis RDA dilaksanakan melalui tahapan:
1. Menenentukan tujuan
2. Membuat pedoman dan ceklis
3. Menghubungkan pertanyaan dan topik dengan metode
4. Menetapkan peran dan tanggung jawab
5. Membuat kontrak tim
6. Menyusun kebutuhan logistik
7. Melakukan kerja lapangan
8. Melakukan analisis dalam sesi lokakarya dan diskusi
9. Melakukan umpan balik dan analisis dalam pertemuan komunitas
10. Membuat dokumentasi dan melakukan diseminasi
11. Melakukan tindakan
b) Instrumen RDA
Instrumen RDA terdiri atas:
1. Analisis dialogis (wawancara, diskusi, sejarah lisan, narasi)
2. Analisis sementara (historis, musiman, pola harian)
3. Analisis spasial (peta, model, sketsa pertanian)
4. Analisis sistem (sebab dan akibat, dampak, arus)
5. Analisis kelembagaan (pengaturan kelembagaan, interaksi)
6. Analisis kesejahteraan (perbedaan sosial di dalam dan di antara kelompok)
7. Analisis preferensi (preferensi, persepsi)
c) Tim RDA
Pelaksanaan analisis RDA memerlukan sebuah tim yang minimal terdiri
atas tiga orang dengan disiplin ilmu dan jenis kelamin yang berbeda. Komposisi
tim tertera pada Tabel 2

Tabel 2. Komposisi tim RDA


Fungsi Tugas
Pewawancara Memastikan bagaimana responden ditanya
Mengajukan pertanyaan kepada responden
Memperkenalkan tim, jadwal dan tujuan
Memotivasi responden untuk menjawab atau bercerita
Pencatat / Mencatat / merekam semua diskusi / tanya jawab
Perekam Mendokumentasikan lembar catatan, foto video dengan
baik
Pengamat Memperhatikan waktu sesuai dengan jadwal
(observer) Mencatat proses diskusi dan siapa yang paling banyak
bicara
Dapat “mensabotase” pewawancara jika diperlukan

d. Analisis Pohon Masalah


Analisis pohon masalah membantu pemangku kepentingan dalam rantai
nilai untuk membuat gambaran yang realistis tentang masalah yang dihadapi dan
mengidentifikasi penyebab dan efek yang ditimbulkan dari masalah tersebut. Pada
analisis ini disusun diagram berbentuk pohon dengan batang mewakili masalah
utama, akar mewakili penyebabnya dan cabang mewakili efeknya. Analisis pohon
masalah seperti itu menciptakan hierarki logis dari sebab dan akibat dan
memvisualisasikan hubungan di antara pohon, akar dan cabang.
a) Prosedur analisa pohon masalah
Hirarki masalah dibentuk mengikuti enam langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah yang ada
Setiap masalah ada solusinya, tetapi keadaan atau situasi yang ada dipandang
negatif. Harus dibedakan antara masalah yang ada, yang tidak mungkin, atau
yang bersifat imajiner.
2. Mendefinisikan inti masalah
Apakah merupakan masalah utama atau titik sentral dari keseluruhan masalah).
3. Merumuskan penyebab masalah utama
Pertimbangkan bahwa masalah yang diidentifikasi pada langkah (1) juga dapat
menjadi penyebab masalah inti
4. Merumuskan efek (konsekuensi) dari inti masalah
Pertimbangkan bahwa masalah yang diidentifikasi pada langkah (1) juga dapat
menjadi efek dari masalah inti
5. Membuat gambar diagram (pohon masalah) yang mewakili hubungan sebab-
akibat (hierarki masalah)
Pokok masalah ditempatkan di tengah diagram, membentuk batang pohon.
Penyebab ditempatkan di bawah dan efek di atas, dalam sub-pembagian akar
dan cabang (seperti main mapping). Jika memungkinkan, semua
penyebab/akibat dari suatu masalah harus berada pada tingkat horizontal yang
sama.
6. Peninjauan ulang
Meninjau ulang logika dan verifikasi diagram secara keseluruhan dengan
memperhatikan validitas dan kelengkapannya. Jika perlu, dilakukan
penyesuaian. Pertanyaan untuk setiap masalah: apakah penyebab ini cukup
untuk menjelaskan mengapa hal ini terjadi?
Pendapatan rendah

Banyak kematian Produktivitas


Akibat pad usia muda perkerja rendah

Banyak terjadi
serangan penyakit

Kekurangan Air
Pokok Masalah Bersih

Sistem Pengairan Tidak ada


Penyebab yang jelek koordinasi antara
lembaga

Tidak ada Terkendala birokrasi /


pendanaan administrasi

Gambar 2. Contoh digram analisa pohon masalah

F. Rangkuman
Rantai pasok merupakan serangkaian proses penjalanan suatu produk mulai
dari praproduksi hingga sampai ke konsumen. Dalam proses tersebut melibatkan
berbagai pelaku rantai pasok. Pelaku rantai pasok pada produk pangan minimal
terdiri atas penyedia sarana produksi dan teknologi (praproduksi), petani yang
melakukan kegiatan bertanam, memelihara dan memanen. Hasil panen petani
kemudian diolah dan disitribusikan oleh distributor atau supplier kepada
komsumen.
Diantara para pelaku dalam rantai pasok menjalin aliansi strategis untuk
meningkatkan daya saing dan meningkatkan efeisiensi melalui pengembangan
rantai pasok. Dengan mementuk aliansi strategis, persaingan tidak terjadi diantara
sesame pelaku rantai pasok, melainkan antara satu rantai pasok dengan rantai pasok
yang lain. Tren aliansi strategis dalam pengembangan rantai pasok mengubah
paradigma produksi yang tadinya tidak berorientasi pada apa yang diinginkan
konsumen menjadi pendekatan produksi yang ditarik (diminta) oleh konsumen. Hal
ini merupakan transformasi dari pendekatan rantai pasok menjadi rantai nilai.
Dalam pengembangan rantai nilai, tidak hanya pelaku yang terkait langsung
dengan proses distribusi hingga ke hulu yaitu para petani yang perlu berperan,
pemerintah juga harus ikut serta sebagai regulator dan fasilitator dalam
pengembangan rantai nilai. Dalam pengembangan rantai nilai, masalah-masalh
yang dihadapi harus dicarikan solusinya secara bersama-sama sesuai dengan peran
dan fungsinya, termasuk pemerintah. Pemecahan masalah dan mencari solusinya
dapat dilakukan melalui Analisis rantai nilai, antara lain dapat menggunakan Rapid
Diagnostic Appraisal (RDA) atau dengan analisis pohon masalah.

Anda mungkin juga menyukai