A. Pendahuluan
Menurut Kotler (2005) rantai pasok adalah saluran yang panjang yang
membentang dari bahan mentah ke komponen hingga produk jadi yang dibawa ke
konsumen akhir. Sebagai gambaran, contoh saluran panjang sepiring salad yang
disantap oleh seorang tamu di sebuah hotel berbintang lima di Jakarta. Pada
hidangan salad terdapat irisan kol merah yang ditanam oleh seorang petani,
misalnya dari Lembang, Jawa Barat. Kegiatan petani mulai dari pengolahan tanah,
menyemai, menanam, merawat, memanen dan menjual kepada pedagang
pengumpul lokal di desa lokasi petani kol merah tersebut dengan harga di tingkat
petani. Pengumpul lokal membawa kol merah yang sudah dibelinya ke rumah untuk
digabungkan dengan produk sayuran lainnya sampai kapasitas sesuai kemampuan
daya angkut kendaraan yang dimilikinya. Setelah kuantitasnyai memenuhi,
pengumpul lokal membawa kol dan sayuran lainnya ke pedagang besar yang
lokasinya mungkin beberapa kilometer dari desanya. Sebelum dikirim ke pedagang
besar, pengumpul lokal melakukan sortasi dan grading atas sayur-sayur yang telah
dibeli dari petani, sehingga terjadi penambahan nilai. Harga jual ke pedagang besar
tentu lebih tinggi, karena selain terdapat biaya angkut dan penyusutan, juga terdapat
biaya sortasi dan grading, serta margin keuntungan bagi pengumpul local.
Dari pedagang besar, kol merah dan sayuran lainnya diproses, disimpan di
cool storage, dikemas sesuai pesanan yang masuk dari pelanggang lalu dikirim.
Pelanggan pedagang besar beragam, mulai dari pemasok pasar induk, supermarket,
hotel dan restoran dan sebagainya. Dalam tulisan ini kita ambil contoh pemasok
hotel dan restoran dan biasanya disebut supplier. Supplier akan menyiapkan
sayuran sesuai dengan pesanan, misalnya hotel X di Jakarta Kriteria sayuran yang
dipesan harus memenuhi standar tertentu yang ditetapkan oleh pihak hotel. Setelah
sayuran, dalam contoh ini kol merah, diterima oleh hotel, chef mengolahnya
menjadi salad yang yang lezat untuk tamu hotel. Tamu hotel ini disebut konsumen
akhir.
Rantai saluran pemasaran kol merah dapat pendek atau panjang. Panjang
atau pendek saluran pemasaran atau distribusi ini dikenal dengan istilah rantai pasok
seperti yang didefinisikan oleh Kotler (2005) dalam bukunya Marketing
Management. Rantai pasok (supply chains) merupakan salah satu mata rantai
penting dalam proses produksi hingga distribusi suatu produk dari produsen ke
konsumen. Sebagai salah satu mata rantai dalam proses perjalanan suatu produk
sehingga sampai ke tangan konsumen, maka diperlukan pemahaman mengenai
rantai pasok secara lengkap dan mendalam agar dapat mengembangkan strategi
dalam menghubungkan setiap titik mata rantai mulai dari pra-produksi sampai
dengan konsumsi. Secara sederhana, mata rantai utama sebuah sistem distribusi
terdiri atas proses praproduksi, produksi, rantai pasok dan konsumsi. Dari masing-
masing mata rantai terdapat berbagai faktor dan kegiatan, yang berbeda antara satu
produk dengan produk lainnya, misalnya antar produk manufaktur spare part
kendaraan, produk perlatan rumah tangga, dan produk obat-obatan. Masing-masing
produk mempunyai karakteristik sendiri.
Dalam konteks kegiatan belajar di KKMI ini, akan difokuskan pada rantai
pasok produk pertanian secara umum. Seyogyanya, jejaring rantai pasok merupakan
sebuah kolaborasi antar berbagai pihak yang terlibat sebagai pelaku dari sebuah
rantai pasok. Sebuah rantai pasok dapat ramping atau gemuk, karena dipengaruhi
oleh jumlah pelaku yang terlibat dalam rantai pasok tersebut.
1) Filosofi
Secara filosofi, kemampuan bersaing dalam menjangkau konsumen sangat
bergantung pada kemampuan atau kekuatan dari masing-masing pelaku rantai
pasok, sedangkan pada rantai nilai daya saing sangat ditentukan oleh kekuatan
kerja sama diantara pelaku dalam rantai nilai tersebut.
2) Struktur organisasi
Kerja sama diantara pelaku dalam rantai pasok tidak terkoordinasi dan tidak
ada ketentuan yang harus diikuti bersama, sehingga tidak ada saling
ketergantungan. Di lain pihak pada rantai nilai terdapat saling ketergantungan,
sehingga ada aturan yang harus diikuti agar daya saing menjadi kuat.
3) Prinsip
Prinsip yang berlaku pada rantai pasok adalah besarnya biaya produksi akan
menentukan harga jual. Ketika biaya produksi tinggi dan harga jual tidak bisa
mengikuti, maka tidak jarang produk dijual tanpa ada margin keuntungan,
bahkan dapat di bawah harga produksi. Pada rantai nilai, prinsip berorientasi
pada nilai dan kualitas produk.
4) Orientasi pasar
Produksi tidak didasarkan pada permintaan pasar, tetapi berdasarkan
kemampuan produksi. Orientasi pasar pada rantai pasok tidak dipikirkan
terlebi dahulu. Bebeda halnya dengan rantai nilai, sebuah produk akan
dihasilkan berdasarkan permintaan pasar.
5) Arus informasi
Pertukaran infromasi pada rantai pasok sangat minim bahkan tidak ada. Petani
sebagai pelaku rantai pasok di hulu tidak memiliki informsi tentang pasar,
sehingga daya saingnya sangat rendah. Pada rantai nilai terjadi perlukaran
informasi yang luas, sehingga sangat menguntungkan bagi semua pelaku dalam
rantai tersebut dan masing masing dapat membuat nilai tambah atas produk
yang dihasilkan, karena menyesuaikan dengan permintaan kosumen.
Banyak terjadi
serangan penyakit
Kekurangan Air
Pokok Masalah Bersih
F. Rangkuman
Rantai pasok merupakan serangkaian proses penjalanan suatu produk mulai
dari praproduksi hingga sampai ke konsumen. Dalam proses tersebut melibatkan
berbagai pelaku rantai pasok. Pelaku rantai pasok pada produk pangan minimal
terdiri atas penyedia sarana produksi dan teknologi (praproduksi), petani yang
melakukan kegiatan bertanam, memelihara dan memanen. Hasil panen petani
kemudian diolah dan disitribusikan oleh distributor atau supplier kepada
komsumen.
Diantara para pelaku dalam rantai pasok menjalin aliansi strategis untuk
meningkatkan daya saing dan meningkatkan efeisiensi melalui pengembangan
rantai pasok. Dengan mementuk aliansi strategis, persaingan tidak terjadi diantara
sesame pelaku rantai pasok, melainkan antara satu rantai pasok dengan rantai pasok
yang lain. Tren aliansi strategis dalam pengembangan rantai pasok mengubah
paradigma produksi yang tadinya tidak berorientasi pada apa yang diinginkan
konsumen menjadi pendekatan produksi yang ditarik (diminta) oleh konsumen. Hal
ini merupakan transformasi dari pendekatan rantai pasok menjadi rantai nilai.
Dalam pengembangan rantai nilai, tidak hanya pelaku yang terkait langsung
dengan proses distribusi hingga ke hulu yaitu para petani yang perlu berperan,
pemerintah juga harus ikut serta sebagai regulator dan fasilitator dalam
pengembangan rantai nilai. Dalam pengembangan rantai nilai, masalah-masalh
yang dihadapi harus dicarikan solusinya secara bersama-sama sesuai dengan peran
dan fungsinya, termasuk pemerintah. Pemecahan masalah dan mencari solusinya
dapat dilakukan melalui Analisis rantai nilai, antara lain dapat menggunakan Rapid
Diagnostic Appraisal (RDA) atau dengan analisis pohon masalah.