Anda di halaman 1dari 2

“Sejenak Mengenal Antibiotik”

Elfia Neswita, M.Farm, Apt.


(Dosen Program Studi Farmasi Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi
-Apoteker-)

Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk melawan, mematikan atau menghambat
pertumbuhan bakteri. Fungsi antibiotik pun spesial, artinya hanya digunakan sebatas pembasmi
bakteri. Itu sebabnya, tidak semua penyakit membutuhkan antibiotik.

Antibiotik tidak diperuntukkan untuk penyakit yang disebabkan oleh virus seperti pilek dan
flu. Penggunaannya sangat kondisionil, artinya pemberian antibiotik sangat tergantung pada jenis
bakteri dan kondisi pasien. Dikarenakan jenis bakteri sangat beragam maka kebutuhan antibiotik
dalam mengobati penyakit juga beraneka ragam. Begitu juga, tidak semua penyakit yang
kelihatannya memiliki gejala yang sama harus menggunakan antibiotik yang sama. Hal ini
dikarenakan ada faktor lain yang juga sangat mempengaruhi yakni kondisi pasien itu sendiri. Jadi,
walaupun bakteri yang akan dibasmi sama jenisnya namun pemberian antibiotik akan berbeda
perlakuannya pada masing-masing orang. Lalu, bagaimana jika salah dalam menggunakan
antibiotik? Setidaknya ada tiga konsekuensi yang akan terjadi.

Pertama, terjadinya resisten antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan
menyebabkan bakteri menjadi kebal. Artinya, antibiotik tidak mampu lagi mematikan atau
menghambat pertumbuhan bakteri karena bakteri sudah mampu mengenali jenis antibiotik yang
diberikan dan akhirnya membentuk pertahanan yang lebih kuat. Akibatnya, antibiotik yang sama
tidak dapat lagi digunakan untuk membasmi penyakit pasien.

Resistensi dapat dialami oleh siapa saja dan tidak mengenal usia. Resistensi dapat terjadi
karena bakteri melakukan mutasi sehingga antibiotik tidak lagi dapat membunuh bakteri tersebut.
Selain itu, bakteri juga dapat membentuk enzim seperti transpeptida yang mampu merusak
antibiotik itu sendiri. Terjadinya resistensi, juga dapat disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang
tidak tepat waktu atau penggunaan dalam jangka waktu yang lama. Perlu diketahui bahwa saat ini,
resistensi antibiotik merupakan ancaman terbesar di dunia. Berdasarkan data WHO 2018,
resistensi antibiotik sudah terjadi di 22 negara dengan korban mencapai angka 500.000 orang.
Itulah sebabnya para dokter akan sangat berhati-hati bila ingin merekomendasikan penggunaan
antibiotik kepada pasien.

Kedua, memperlama proses penyembuhan. Penting dicatat, masyarakat global saat ini
sedang menuju era Post-Antibiotik. Post Antibiotik adalah suatu kondisi di mana penyakit begitu
lama disembuhkan. Dalam banyak kasus, bila terjadi luka atau infeksi ringan misalnya, hal itu dapat
menyebabkan kematian. Inilah dampak Post Antibiotik yang sangat ditakuti. Oleh karena itu, setiap
orang musti berhati-hati dalam penggunaan antibiotik selama pengobatan.

Ketiga, memperbesar biaya pengobatan. Penggunaan antibiotik yang salah akan


menyebabkan biaya pengobatan semakin mahal. Hal ini dikarenakan, pengobatan untuk mengatasi
resistensi antibiotik atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri akan berujung pada penambahan
penggunaan obat lanjutan. Dengan demikian, pasien pun akan mengeluarkan tambahan biaya
dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut.

Lalu Bagaimana Seharusnya?

Berdasarkan pemaparan di atas, sangat penting bagi masyarakat untuk memahami dan
menyadari penggunaan antibiotik yang tepat. Salah satu cara penggunaan yang tepat adalah dengan
menghabiskan konsumsi antibiotik yang diberikan oleh dokter. Harus selalu diingat bahwa obat
antibiotik bersifat ‘tuntas,’ artinya harus dihabiskan penggunaannya. Tujuannya adalah untuk
menghindari resistensi antibiotik. Selain itu, antibiotik harus diminum tepat waktu dan berkala.
Jangan pernah meminum antibiotik menyalahi takaran waktu yang dianjurkan dokter. Usahakan
meminum antibiotik secara periodik. Artinya, penggunaan antibiotik harus dapat dicerna tubuh
selama 24 jam penuh. Bila seorang pasien disarankan untuk meminum antibiotik tiga kali sehari
(3x1), maka itu artinya penggunaan antibiotik tersebut harus diminum dalam durasi sekali delapan
jam. Begitu juga, bila pasien diminta menggunakan antiobitik dua kali sehari maka antibiotik
tersebut harus digunakan setiap dua belas jam. Dalam kasus tertentu, jika pasien lupa meminum
antibiotik selama periode yang telah ditetapkan dokter, maka antibiotik tetap dapat digunakan
dengan cara membuat kembali “periodeisasi waktu” berdasarkan patokan waktu terakhir
meminumnya. Perlu juga diingat, dikarenakan peruntukannya yang sangat khusus, maka jangan
pernah berbagi antibiotik sekalipun dengan anggota keluarga.

Dengan demikian, mengetahui jenis dan penggunaan antibiotik yang tepat, sama pentingnya
dengan pengobatan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai