OLEH:
HANIAH
P00320018119
i
HALAMAN PERSETUJUAN
HANIAH
P00320018119
Menyetujui
Pembimbing
Mengetahui :
ii
HALAMAN PENGESAHAN
HANIAH
P00320018119
Karya Tulis ini telah dipertahankan pada seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah
di depan TIM Penguji Pada Hari/ Tanggal : Selasa/16 Juli 2019
dan telah dinyatakan memenuhi syarat
Menyetujui :
Mengetahui
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nama : Haniah
Nim : P00320018119
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
Haniah
iv
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
2. Tempat/Tanggal Lahir :
4. Agama : Islam
7. No.Telp/Hp : 082346707050
2018-2019
v
MOTTO
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanu wa ta’ala karena atas berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan : Asma Bronkhial Di Ruang Interna Rsud Pasarwajo
Kabupaten Buton ”. Penghargaan dan cinta setnggi-tingginya serta sembah sujud
kepada ayah dan ibu atas jasa, pengorbanan dan doa serta cinta yang tiada putus-
putusnya diberikan semenjak penulis dilahirkan dan entah sampai kapan penulis
dapat membalasnya.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan dan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada yang terhormat :
Kendari.
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Jurusan D-III
Keperawatan
III Keperawatan
viii
6. Semua dosen dan staff Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes
7. Kepada orang tua, suami dan anak, serta keluarga yang selalu mendukung
banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca pada
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
x
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ..................................................................................................37
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................39
C. Intervensi Keperawatan ..............................................................................41
D. Implementasi Keperawatan ........................................................................43
E. Evaluasi Keperawatan ................................................................................48
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian .................................................................................................49
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................51
C. Intervensi Keperawatan ..............................................................................52
D. Implementasi Keperawatan ........................................................................55
E. Evaluasi Keperawatan ................................................................................56
A. Kesimpulan ................................................................................................58
B. Saran ...........................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
suara nafas yang mengi, asma dapat terjadi pada siapa saja sembarang
golongan usia
dimana frekuensi dan keparahan dari tiap orang berbeda. Kondisi ini
saraf pada jalan napas sehingga mudah teriritasi. Pada saat serangan,
Gejala asma sering terjadi pada malam hari dan saat udara dingin,
biasanya dimulai mendadak dengan gejala batuk dan rasa tertekan di dada,
1
disertai dengan sesak napas (dyspnea) dan mengi. Batuk yang dialami
jernih dan kental. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan sesak napas,
sehingga ekspirasi selalu lebih sulit dan panjang dibanding inspirasi, yang
mencapai 300 juta orang diseluruh dunia dan terus meningkat selama 20
tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik,
2
Kabupaten Kolaka Utara 3,53%, Kota Kendari 3,29%, dan Kota Bau-
berjumlah 1,613 kasus yang terjadi di rumah sakit, sedangkan untuk kasus
2015).
Gejala seseorang yang terkena asma sangat khas, yang terdiri atas:
merupakan gejala pasti seseorang terkena asma. Asma yang berat selalu
disertai dengan hipoksia, meskipun sianosis baru terjadi pada tahap akhir
dan merupakan tanda bahaya. Hipoksia yang hebat jika tidak segera
ditangani dan tidak langsung diberikan oksigen pada penderita asma dapat
sulit saat ekspirasi (Guyton & Hall 2006 dalam Widodo, 2012). Sehingga
bronchial minimal 94% melalui masker Rebreathing mask (RM) atau non
dari pasien itu sendiri. Konsentrasi oksigen yang tinggi dalam pemberian
3
terapi dapat menyebabkan peningkatan kadar PCO2 dalam tubuh pada
secara sering dan luas dalam perawatan pasien asma, pemberian oksigen
Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh
4
Keperawatan pada Pasien Asma Bronchial Dengan Gangguan
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
5
e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien
1. Bagi Masyarakat
3. Bagi Penulis
Asma Bronkial.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah metode
6
Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Wawancara
berlangsung.
2. Observasi
Buton.
3. Studi Kepustakaan
4. Studi dokumentasi
Dokumentasi ini diambil dan dipelajari dari catatan medis dan catatan
5. Pemeriksaan fisik
tubuh.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi (A.price
2015).
lebih normal. Keadaan ini pada orang-orang yang rentang terkena asma
8
mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan yang menandakan suatu
lain:
a. Asma alergik/Ekstrinsik
9
adrenergik dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga dapat
menunjukan dasar gejala asma yaitu inflamasi dan respon saluran nafas
(Sudoyo Aru,dkk.2015).
(debu, kapuk, tunggau, sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau
asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-
10
bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian,
Gejala asma terdiri atas triad, yaitu dipsnea, batuk dan mengi. Gejala
yang disebutkan terakhir sering dianggap sebagai gejala yang harus ada
(sine qua non), data lain terlihat pada pemeriksaan fisik (Nurarif &
kusuma, 2015).
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh
molekul IgE dengan sel mast. Sebagian besar allergen yang mencetus
allergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu
khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat
dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis
11
polip nasal. Baru kemudian muncul asma progresif. Klien yang sensitive
peningkatan reaktivitas jalan nafas dan hal tersebut harus dihindari. Obat
natrium sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas dignakan dalam industri
mengandung senyawa ini, seperti salad, buah segar, kentang, karang, dan
anafilaktoksin. Hasil ini dari reaksi tersebut adalah timbulnya tiga gejala,
12
yaitu berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas kapiler, dan
Hipoventilasi
Distribusi ventilasi tidak merata dengan sirkulasi darah
paru-paru dan gangguan difusi gas di alveoli
Hipoksemia
Hiperkapnea
13
(Sumber: Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA, NIC,
NOC)
(Somantri, 2009).
1) Saatnya serangan
6. Komplikasi
a. Gagal napas
b. Bronkhitis
14
e. Pneumodiastinum penimbunan dan emfisema subkitus
g. Atelektasis
1. Pengkajian
a. Biodata
Asma bila terjadi dapat meyerang segala usia tetapi lebih sering
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma bal adalah
dan eskrim).
15
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya
anggota keluarganya.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
yang lainnya.
pernapasan.
inspirasi (I) dan fase eksipirasi (E). Rasio pada fase ini
16
ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL) /
2) Palpasi
(vibrasi).
3) Perkusi
17
c) Timpani: musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut
4) Auskultasi
dan vesikular
berlebihan
18
Batasan karakteristik
4) Sianosis
5) Kesulitan verbalisasi
7) Dispnea
10) Ortopnea
11) Gelisah
1) Mukus berlebihan
2) Terpajan asap
5) Perokok pasif
6) Perokok
Kondisi terkait
19
3) Asma
7) Infeksi
8) Disfungsi neuromuskular
Batasan Karakteristik
3) Bradipnea
8) Dispnea
11) Ortopnea
14) Takipnea
20
15) Penggunaan otot bantu pernapasan
1) Ansietas
3) Keletihan
4) Hiperventilasi
5) Obesitas
6) Nyeri
Kondisi terkait
1) Deformitas tulang
3) Sindrom hipoventilasi
4) Gangguan muskuloskeletal
5) Imunitas neurologis
6) Gangguan neurologis
7) Disfungsi neuromuscular
3. Perencanaan Keperawatan
21
NOC ( Nursing Outcome Classification ) : Respiratory Status: Airway
a. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust,
sebagaimana mestinya
22
i. Instruksikan bagaimana melakukan batuk efektif
sebagaimana mestinya
sebagaimana mestinya
mestinya
cairan
4. Implementasi Keperawatan
23
keperawatan. Keterampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan ini
5. Evaluasi Keperawatan
2012)
24
a. Saluran pernafasan bagian atas
atas :
setelah faring yang terdiri atas bagian dri tulang rawan yang di
25
b. Saluran nafas bagian bawah
dan kiri. Bagian kanan lebih lebih pendek dan lebar dari pada
bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah,
pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru terdiri atas dua bagian
26
paru kiri dan paru kanan. Pada bagian tengah organ ini terdapat
3. Proses Oksigenasi
a. Ventilasi
b. Difusi Gas
27
terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat
c. Transportasi gas
a. Saraf otonomi
28
seperti sulfat atropin dan ekstrak belladona, dapat melebarkan
batuk bila bila saluran pernafasan bagian atas, pada asma bronkiale
d. Perkembangan
seiring usia perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia
e. Lingkungan
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Kabupaten Buton pada tanggal 4 Maret 2019 pada jam 05.15 WITA
serangan sesak sering terjadi tiba-tiba dan terjadi di malam hari, klien
juga mengatakan pada saat tidur malam posisi yang di gunakan yaitu
atau terkena paparan debu, dan ketika serangan terjadi gejala lain
37
konsistensi kental dan berwarna kuning. Tekanan darah: 100/80
38
d. Irama napas cepat
e. Nampak batuk
berdahak dengan
konsistensi kental dan
berwarna kuning.
f. Tekanan darah 100/80
mmHg, Nadi
100x/menit dan Suhu
36°C
B. Diagnosa Keperawatan
Data Subjektif
dahak,
Data Objektif :
a. Nampak sesak.
c. pernapasan 28 x/menit.
39
d. Irama napas cepat
kuning.
40
C. Intervensi Keperawatan
41
dan dapat mengeluarkan
dahak secara maksimal.
4. Berikan Health Education 4. Health Education mengubah
mengenai penyakit pemahaman perilaku hidup
sehat menjadi sehat.
Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
4 Maret 2019 09.45 1. Memonitor tanda-tanda vital. Subjektif:
42
Hasil : a. Tn.J mengatakan masih merasa
Tekanan darah : 100/80 mmHg, sesak,
Respirasi : 28 kali permenit b. Tn.J mengatakan masih batuk dan
Nadi: 90 kali permenit sulit untuk mengeluarkan dahak
Suhu : 36,5°C Objektif:
09.50 2. Memberikan Tn. J posisi senyaman a. Keadaan umum lemah
mungkin. b. Tn. J nampak sesak dan batuk
Hasil : Pasin lebih nyaman dengan berdahak
posisi semifowler c. Sputum kental dan berwarna
09.55 3. Mengkaloborasikan pemberian obat kuning
nebulizer sesuai program terapi d. Pernapasan cepat dan terdapat
Hasil: suara napas tambahan (ronchi)
43
melakukan. Melatih batuk efektif Suhu : 36,5°C
dilakukan 2 kali dalam sehari Assesement
10.15 5. Mengajarkan Tn. J tentang penyakitnya Masalah keperawatan ketidakefektifan
dengan cara menghindari faktor pencetus. bersihan jalan nafas belum teratasi
Hasil : Planning
Menjelaskan Pengertian, asma bronkial, Intervensi 1, 2, 3, 4 dilanjutkan
Tanda dan gejala asma bronkial, Faktor
pencetus asma bronkial, Perawatan asma
bronkial di rumah, dan cara pencegahan
kekambuhan asma bronkial
5 Maret 2019 18.00 1. Memonitor tanda-tanda vital. Subjektif
Hasil : a. Tn. J mengatakan sesaknya
Tekanan darah : 100/60 mmHg, berkurang
Respirasi : 26 kali permenit b. Tn. J mengatakan masih batuk
Nadi: 98 kali permenit berdahak
Suhu : 36,3°C Objektif
18.05 2. Memberikan Tn. J posisi senyaman a. Keadaan umum mulai membaik
mungkin. b. Tn. J nampak batuk berdahak
Hasil : Pasin lebih nyaman dengan c. Tn J nampak tidak sesak
44
posisi semifowler d. Sputum berkurang dan berwarna
18.10 3. Mengkaloborasikan pemberia obat nebulizer putih
sesuai program terapi e. Terdapat suara napas tambahan
Hasil: (ronchi)
1 ampul obat combivent dosis yang diberi 2,5 f. Tanda-tanda vital
ml, 3 sampai 4 kali per hari diberikan. Tekanan darah : 100/60
18.15 4. Melelatih Tn. J batuk efektif, mmHg,
Hasil : Respirasi : 26 kali permenit
Tn.J nampak bisa melakukan batuk efektif Nadi: 98 kali permenit
namun masih dibantu oleh perawat untuk Suhu : 36,3°C
melatih batuk efektif (dilakukan 3 kali dalam Assesment
sehari) Masalah keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas belum teratasi
Planning
Intervensi 1, 2, 3, 4 dilanjutkan
45
6 Maret 2019 12.00 1. Memonitor tanda-tanda vital. Subjektif
Hasil : a. Tn. J mengatakan tidak sesak
Tekanan darah : 100/70 mmHg, b. Tn. J mengatakan tidak batuk dan
Respirasi : 18 kali permenit tidak ada dahak
Nadi: 89 kali permenit Objektif
Suhu : 36°C a. Keadaan umum baik
12.05 2. Memberikan Tn. J posisi senyaman b. Pasien nampak tidak sesak
mungkin. c. Pasien nampak tidak batuk
Hasil : Pasin lebih nyaman dengan d. Tidak terdapat suara napas
posisi semifowler tambahan
12.10 3. Mengkaloborasikan pemberia obat nebulizer e. Tanda-tanda vital
sesuai program terapi Tekanan darah : 100/70
Hasil: mmHg,
1 ampul obat combivent dosis yang diberi 2,5 Respirasi : 18 kali permenit
ml, 3 sampai 4 kali per hari diberikan. Nadi: 89 kali permenit
12.20 4. Melelatih Tn. J batuk efektif, Suhu : 36°C
Hasil : Assesement
Tn.J nampak bisa melakukan batuk efektif Masalah keperawatan ketidakefektifan
tanpa bantuan instruksi perawat mealtih bersihan jalan nafas teratasi
46
mealtih bantuk efektif (Dilakukan 3 kali
dalam sehari) Planning
Intervensi dihentikan
47
E. Evaluasi Keperawatan
sekret.
48
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kasus ini penelitian akan membandingkan antra kasus dan
teori, dengan aplikasi atau asuhan keperawatan pada Tn. J dengan kasus yang
telah di lakukan sejak tanggal 4-7 Maret 2019. Kegiatan yang dilakukan
A. Pengkajian
(Brunner & Suddard, 2002). Gejala asma sering terjadi pada malam hari
dan saat udara dingin, biasanya dimulai mendadak dengan gejala batuk
dan rasa tertekan di dada, disertai dengan sesak napas (dyspnea) dan
mengi.
dengan akan timbul mengi yang merupakan ciri khas asma saat pasien
49
sputum berwarna keputih-putihan. Menurut Smeltzer (2012), ciri
kasus Pada pemeriksaan fisik teori terdapat bunyi suara napas mengi
wheezing atau mengi merupakan salah satu ciri khas dari gejala asma.
Hal ini diakibatkan oleh penyempitan saluran napas yang terjadi namun
terjadi gejala lain yang di timbulkan yaitu pilek dan batuk berdahak.
asap roko dan stress. Menurut Sundaru (2009), pada awal serangan asma
gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada, pada asma alergik biasanya
disertai pilek atau bersin. Meski pada mulanya batuk tidak disertai
50
Terdapat sebagian kecil pasien asma yang hanya mengalami gejala batuk
penyakit asma yang di temukan pada pasien sama dengan teori faktor
B. Diagnosa Keperawatan
jumlah berlebih dan batuk yang tidak efektif. (NANDA 2015) Diagnosa
dispnea, sputum dalam jumlah berlebih dan batuk yang tidak efektif.
51
utama yang muncul adalah ketidak efektifan bersiahan jalan napas
(Muttaqin, 2008).
C. Intervensi Keperawatan
yang berpusat pada klien dari hasil perkiraan ditetapkan dan intervensi
52
berikan Tn. J posisi senyaman mungkin (semi folwer), Rasionalnya dengan
posisi dan meningkatkan kepala, tempat tidur akan merendahkan isi perut
Esi (2016) obat nebulizer atau combivent merupakan obat terapi pada
obstruksi kronik atau asma. Obat nebulizer ini bekerja dengan melebarkan
53
penumpukan mucus dalam jumlah berlebihan, adalah kaji warna,
kekentalan, dan jumlah sputum, atur posisi semi fowler ajarkan dengan
cara batuk efektif, bantu klien latihan napas dalam, pertahankan intake
54
D. Implementasi Keperawatan
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
diberi 2,5 ML, 3 sampai 4 kali per hari diberikan.. Berikan health
dan gejala asma bronkial, Faktor pencetus asma bronkial, Perawatan asma
55
memberikan Tn. J posisi yang nyaman (semi fdowler), kaloborasikan
pemberian obat nebulizer atau combivent dosis yang diberi 2,5 ML, 3
sampai 4 kali per hari diberikan., pada hari ke dua health education sudah
2018 jam 18.00 WITA monitor tanda-tanda vital, melatih Tn. Jbatuk
E. Evaluasi Keperawatan
2019.
Pada evaluasi hari pertama pada tanggal 4 Maret 2019, hasil evaluasi
56
respirasi 28 kali permenit, nadi 90 kali permenit, suhu 36,5°C,
Pada evaluasi hari ke dua pada tanggal 6 Maret 2019, hasil evaluasi
Pada evaluasi hari ke tiga pada tanggal 7 Maret 2019, hasil yang
berdahak sudah sudah tidak ada. Evaluasi objektif keadaan umum Tn. J
baik, tekan darah 100/70 mmHg, respirasi 18 kali permenit, nadi 89 kali
permenit, suhu 36,4°C, Nampak tidak sesak, Nampak tidak ada batuk,
permenit,tidak ada suara napas tambahan dapat batuk secara efektif, dan
57
BAB V
A. Kesimpulan
tanda vital, melatih Tn. J batuk efektif, memberikan Tn. J posisi yang
faktor pencetus.
58
4. Dalam tahap pelaksanaan yang dilakukan selama tiga hari penulis
suara napas tambahan dapat batuk secara efektif, dan pasien tidak
mengalami sesak.
B. Saran
1. Bagi masyarakat
dinebu dengan batuk efektif dan pasien yang batuk tanpa nebu.
59
4. Bagi pembaca
60
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, AAA. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 1. Yogyakarta:
Medication Publishing
World Health Organization (WHO). World Health Statistics 2016. 2016. Diakses
pada 12 Desember 2018. www.who.int
Price, Sylvia & Wilson, Lorrains M. 2005. Patofisiologi dan Konsep Klinis
Penyakit-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
61