Selain itu, Setikno Bronto dan Udi Hartono menyatakan bahwa pada
Cekungan Bandung atau yang kini lebih dikenal dengan Sesar Lembang,
terdapat pola menyerupai busur yang memanjang yang dikenal dengan Patahan
Bandung Raya yang merupakan gabungan dari Patahan Cimandiri, Karawang,
Subang, dan Baribis. Setiap patahan pada lempeng bumi sudah dapat dipastikan
bahwa dulunya bersumber dari aktivitas tektonik yang pada akhirnya
menghasilkan patahan. Tidak hanya diawal pembentukanya yang berkaitan
dengan aktivitas tektonik, kedepanya nanti pun patahan akan memiliki
mekanisme pergerakan yang pastinya berhubungan erat dengan aktivitas
tektonik.
Ditambah lagi, pada bulan Agustus 2019 lalu telah terjadi gempa bumi di
Sesar Lembang. Dengan kekuatan 3,3 SR dan pusat gempanya yang berada di
kedalaman 15 Km, cukup untuk menghancurkan 384 rumah warga di
Perkampungan Muril . Sebenarnya dengan kekuatannya tersebut, gempa
tersebut masih termasuk ke dalam gempa kecil (lindu). Akan tetapi karena letak
perkampungan tersebut yang berada persis di Sesar Lembang, gempa sekecil itu
mampu menghancurkan ratusan rumah warga.
Menurut Mudrik Lindu yang terjadi pada tanggal 11 Agustus 2019 ini,
adalah salah satu bentuk pelepasan energi, atas bayaran ketenangan Sesar
Lembang dari gempa besar sejak tahun 1400-an lalu. Dan juga menjadi salah
satu indikasi bahwa akan ada energi yang lebih besar lagi akan dilepaskan.
Sayangnya, kemajuan teknologi saat ini belum dapat memprediksi kapan gempa
besar tersebut akan terjadi dimasa depan nanti.