Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Agathis Rachmawan

NPM : 203507074
Kelas : B

Demokrasi, Demokratisasi dan Penyebaran Korupsi di Tingkat Daerah


Menurut Tsung dan vaylsteke (1989), demokrasi harus kita maknai sebagai suatu
keharusan dalam sejarah yang berlangsung saat ini, dan deemokrasi sebagai sebuah seejarah
yang sedang bergulir tidak akan mungkin untuk kita tarik mundur kebelakang. Dunia pada saat
ini sedang menggunakan Demokrasi sebagai objek “Penelitian” dalam proses mencari dan
menemukan serta menata kehidupan sosial politik yang paling ideal. Tak terkecuali di Indonesia,
Indonesia sendiri hingga saat ini masih belum bisa menemukan konsep demokrasi yang seperti
apa yang sesuai dan cocok untk keberlangsungan Negara Indonesia ini. Korupsi merupakan salah
satu musuh terbesar yang perlu dihadapi oleh negara kita Indonesia. Pasang-surutnya demokrasi
di Indonesia bisa kita lihat dari sejarah berdirinya bangsa Indonesia itu sendiri, menurut Suseno
(2003) mengapa Rezim Soeharto bisa jatuh? Menurutnya alasan dari kejatuhanya Rezim
Soeharto pada saat itu adalah korupsi yang merajalela, dia menganalogikan korupsi pada zaman
Soeharto itu seperti rayap yang terus memakan dan mengerogoti ketahanan ekonomis Indonesia,
sistem hukum, moral dan martabat bangsa serta menghancurkan ketahanan neegara Indonesia itu
sendiri. Hal tersebut menjadi tanda, bahwa korupsi memang sudah menjadi permasalahan di
Negara demokrasi terutama negara kita Indonesia sejak zaman dahulu.
Otonomi daerah atau desentralisasi ini menjadi salah satu upaya pemerintah pada masa
reformasi untuk menerapkan proses demokratisasi di negara kita Indonesia. Menurut Saiman
(1998), otonomi daerah atau desentralisasi ini bisa dilihat dari empat sudut pandang, yaitu :
1. Politik
Otonomi daerah atau desentralisasi apabila kita pandang melalui sudut pandang politik
ini dapat diartikan sebagai sebuah permainan keekuasaan, yang mana akan berpotensi
untuk terjadinya penumpukan kekuasaan yang seharusnya kepada penyebaran kekuasaan.
Akan tetapi, di sisi lain dapat juga menjadi sebuah prilaku demokrasi dalam melatih diri
untuk menggunakan hak demokrainya.
2. Teknik Organisator
Dari sudut pandang ini yaitu sudut pandang Teknik Organisator, otonomi daerah atau
desentralisasi dilihat sebagai upaya penerapan dan praktik dari pemerinthan yang bersifat
efisien.
3. Kultural
Dilihat dari sudut kultural, otonomi daerah atau desentraliasi ini berperan sebagai wadah
agar keberadaan daerah serta hal-hal khusus yang bersifat kedaerahan dapat lebih terlihat
dan terperhatikan terutama oleh pemerintahan daerah tersebut.
4. Pembangunan
Sudut pembangunan ini melihat otonomi daerah atau desentralisasi sebagai cara untuk
mempraktikan, melaksanakan serta memperhatikan segala pembangunan yang ada di
pemerintahan daerah.
Pada kenyataanya demokrasi dan demokratisasi ini memamng membuka peluang bagi
terciptanya kasus korupsi, terutama pada tingkat otonomi daerah. Akan tetapi menurut saya
korupsi yang terjadi disini bukan semata-mata karena aanya proses demokrasi dan demokratisasi
saja, salah satu yang diperhatikan adalah kualitas dari para pemilihnya, baik PEMILU ataupun
PILKADA. Buruknya kualitas dari pemilih ini, ditandai dengan adanya pemilih yang hanya
berpartisipasi dalam pemilihan tanpa mengetahui bagaimana latar belakang dan rekam jejak
orang yang ia pilih. Hal tersebut menyebabkan walaupun sebuah pemilihan baik PEMILU
ataupun PILKADA tadi telah dilakukan dengan cara seadil-adilnya, akan tetapi masih dapat
berpotensi untuk menciptakan pemimpin yang tidak sesuai harapan. Dengan buruknya pemimpin
dari hasil pemilihan dan otonomi daerah yang membabaskan pemerintah daerah dalam
mengelola sumber daya, keuangan serta pembangunanya, tidak dapat dipungkiri bahwa korupsi
di tingkat daerah ini dapat terjadi. Yang ingin penulis tekankan disini yaitu, kita tidak bisa
menilai secara mentah-mentah bahwa demokrasi dan demokratisasi ini sebagai sebuah aspek
yang menyebabkan merajalelanya korupsi terutama pada tingkat daerah, akan tetapi banyak hal
dibelakang itu yang mendukung terbentuknya korupsi, seperti tadi salah satunya yaitu kualitas
pemilih.
Jadi kesimpulan yang dapat penulis ambil yaitu, demokrasi dan demokratisasi memang
membuka peluang bagi terciptanya tindakan korupsi terutama pada tingkat daerah, akan tetapi
kita tidak sepatutnya menyalakan sepenunya bahwa demokrasi dan demokratisasi merupakan
sumbert dari terciptanya korupsi pada tingkat daerah, karena masih banyak aspek lain yang
mendukung terjadinya tindak korupsi di tingkat daerah ini. Saran dari penulis sebaiknya
pemeintah mengadakan edukai politik serta adanya sosialisasi bagi calon-calon pemimpin
ataupun alon anggota legislatif baik yang berada di pusat maupun yang ada di daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Tsung dan Vaylsteke, 1989, “Taiwan’s Democratization Part of The World Trend”, dalam The
Jakarta Post, 1989
Suseno, Frans Magnis, 2003, Pembangunan Berkelanjutan dalam Meningkatkan Keimanan dan
Ketaqwaan kepada Tuhan YME, BPHN Depkeh dan HAM, Denpasar, 14-18 Juli 2003.
Saiman, 1998, Otonomi Daerah sebagai Wujud Demokrasi dan Upaya mencegah Disintegrasi
Bangsa, Bestari, September-Desember 1998.

Anda mungkin juga menyukai