Anda di halaman 1dari 12

EFEKTIFITAS EKSTRAK ETANOL BUNGA TAHI KOTOK (Tagetes

erecta) SEBAGAI REPELLENT NYAMUK Aedes aegypti


Aldilla Amanda,1 Tinni Rusmartini,2 Ratna Dewi Indi Astuti2
1
Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Bandung
2
Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Abstrak

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah


kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Demam Berdarah Dengue
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Salah satu upaya
perlindungan terhadap gigitan nyamuk yaitu dengan menggunakan
repellent yaitu zat yang berfungsi sebagai penolak serangga atau hama
lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak
etanol bunga tahi kotok sebagai repellent nyamuk Aedes aegypti.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni in vivo. Ekstrak
etanol bunga tahi kotok (Tagetes erecta) dioleskan ke lengan bawah
relawan dan dimasukkan ke dalam kandang berisi 50 ekor nyamuk Aedes
aegypti betina selama 30 detik. Nyamuk sebelumnya dipuasakan terlebih
dahulu selama 24 jam. Perlakuan terbagi dalam empat kelompok
konsentrasi, yaitu kelompok dengan kontrol negatif dan tiga kelompok
perlakuan dengan dosis ekstrak 10 ml%; 15 ml%; dan 20 ml% dan diulang
tiga kali pada hari yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan daya
proteksi ekstrak etanol bunga tahi kotok pada konsentrasi 10 ml%, 15 ml%,
dan 20 ml% secara berturut-turut yaitu 63,6%, 76,2%, dan 79,2%. Ekstrak
etanol bunga tahi kotok memiliki sifat repellent, tetapi belum memenuhi
standar efikasi Komisi Pestisida Kementrian Pertanian.

Kata kunci: Aedes aegypti, daya proteksi, repellent, tahi kotok.

Korespondensi: Aldilla Amanda. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, Jalan 1


Hariangbanga No.2, Jawa Barat. E-mail: aldillast08@gmail.com
EFFECTIVENESS OF ETHANOL EXTRACT OF TAHI KOTOK FLOWER
(Tagetes erecta) AS A REPELLENT TO Aedes aegypti MOSQUITO

Abstract

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the main public health


problems in Indonesia. Dengue Hemorrhagic Fever is transmitted
through the bite of Aedes aegypti mosquitoes. One of the efforts to protect
against mosquito bites is by using repellent, a substance that functions as
an insect repellent or other pest. This study aims to determine the
effectiveness of ethanol extract of tahi kotok flower as a mosquito
repellent against Aedes aegypti mosquitos. This research is pure in vivo
experimental research. Ethanol extract of tahi kotok flower (Tagetes
erecta) was applied to the volunteers' forearms and put it into a cage
containing 50 female Aedes aegypti mosquitoes for 30 seconds.
Previously, mosquitoes were fasted for 24 hours. The treatment was
divided into four concentration groups, which is one negative control and
three treatment groups with 10 ml% extract dose; 15 ml%; and 20 ml%
and repeated three times on different days. The results showed the
protective power of ethanol extract of tahi kotok flower at a
concentration of 10 ml%, 15 ml%, and 20 ml%, respectively 63.6%, 76.2%,
and 79.2%. Ethanol extract of tahi kotok flower has repellent properties,
but not yet fulfill the efficacy standards of the Ministry of Agriculture's
Pesticide Commission.

Key words: Aedes aegypti, protection power, repellent, tahi kotok

2
Correspondence: Aldilla Amanda. Faculty of Medicine Bandung Islamic University, Jalan
Hariangbanga No.2, Jawa Barat. E-mail: aldillast08@gmail.com
Pendahuluan

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Pada tahun 2015 terdapat

sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia dan 1.229

orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebanyak 100.347 penderita DBD. 1

Upaya perlindungan individu dari risiko penularan virus DBD dapat

dilakukan dengan memasang kawat kasa pada jendela, menggunakan

kelambu, dan menggunakan obat nyamuk yang terdiri dari obat nyamuk

bakar, semprot, dan gosok atau repellent. Obat nyamuk bakar dan

semprot memiliki efek yang berbahaya bagi kesehatan karena terdapat

proses pembakaran yang membuat oksigen dalam ruangan berkurang.

Inhalasi (hirupan) merupakan jalur cepat insektisida menuju paru-paru

dan peredaran darah yang dapat menimbulkan gangguan saraf, fungsi

hati, sistem pernapasan, dan efek karsinogenik dalam jangka panjang.

Penggunaan repellent menjadi salah satu alternatif dalam menghindari

efek samping dari bahan kimia yang dapat terhirup dan juga praktis

digunakan dengan cara diaplikasikan pada permukaan kulit. 2,3, 4

Hampir semua lotion anti nyamuk yang beredar di Indonesia berbahan

aktif N,N-diethyl-meta-toluamide (DEET) yang merupakan bahan kimia

sintetis beracun dalam konsentrasi 10-15%. Daya tolak nyamuk yang

dimiliki DEET sangat baik, tetapi dalam penggunaannya dapat

menimbulkan reaksi hipersensitivitas dan iritasi. Reaksi hipersensitivitas

3
dan iritasi yang ditimbulkan oleh DEET dapat dihindari dengan

menggunakan repellent nabati. Indonesia merupakan negara yang sangat

kaya akan keanekaragaman hayati. Beberapa jenis tanaman yang ada di

Indonesia berpotensi sebagai anti nyamuk atau pengusir nyamuk, seperti

serai wangi, Geranium, kayu putih, kayu manis, rosemary, selasih, dan

bawang putih. Tanaman tahi kotok (Tagetes erecta) juga dikenal sebagai

penolak nyamuk selain sebagai hiasan, pewarna, obat, dan pakan ternak.

Tanaman ini memiliki bau yang menyengat dan mengandung saponin,

tagetiin, terthienyl, helenian, flavoxanthin, flavonoid tagetin, polifenol,

tannin, dan minyak atsiri. Minyak atsiri bersifat penolak serangga

sehingga dapat dijadikan repellent anti nyamuk. 5, 6,7,8, 9

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas daya

proteksi ekstrak bunga tahi kotok (Tagetes erecta) sebagai repellent

nyamuk Aedes aegypti.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen murni dengan

rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimen murni in vivo.

Ekstrak etanol bunga tahi kotok (Tagetes erecta) dioleskan ke lengan

bawah relawan yang telah menghindari penggunaan produk wewangian

pada saat 12 jam sebelum dan selama tes, tidak merokok, sehat, dan

berusia 17-44 tahun.

4
Lengan dimasukkan ke dalam kandang berisi 50 ekor nyamuk Aedes

aegypti betina yang diperoleh dari Laboratorium Entomologi Institut

Teknologi Bandung (ITB) selama 30 detik. Nyamuk sebelumnya

dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam. Perlakuan terbagi dalam

empat kelompok konsentrasi, yaitu kelompok dengan kontrol negatif

dan tiga kelompok perlakuan dengan dosis ekstrak 10 ml%; 15 ml%; dan

20 ml% dan diulang tiga kali pada hari yang berbeda. dilakukan di

laboratorium Analis Kesehatan Politeknik Negeri Bandung. Lamanya

pengambilan data penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu sejak

bulan Mei 2017 sampai bulan Juni 2017.

Setelah selesai perlakuan, dilakukan penghitungan persentase daya

proteksi yaitu jumlah nyamuk hinggap pada lengan kontrol dikurangi

jumlah nyamuk hinggap pada lengan perlakuan dibagi dengan jumlah

nyamuk hinggap pada lengan kontrol dikalikan seratus persen.

Data dari hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan uji

normalitas Shapiro-Wilk dan didapatkan data tidak terdistribusi

normal, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji beda Kruskal

Wallis.

Hasil

Hasil penelitian selengkapnya disajikan sebagai berikut ini.

5
Efektivitas Daya Proteksi Ekstrak Etanol Bunga Tahi Kotok

sebagai Repellent Nyamuk Aedes aegypti

Efektivitas daya proteksi ekstrak etanol bunga tahi kotok sebagai repellent

nyamuk Aedes aegypti pada konsentrasi 10 ml%, 15 ml%, dan 20 ml%

disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1.Gambaran Efektivitas Daya Proteksi Ekstrak Etanol

Bunga Tahi Kotok sebagai Repellent Nyamuk Aedes aegypti

Konsentrasi Pengulangan Pengulangan Pengulangan Rata-rata

I II III Daya

Proteksi
0 ml% 0% 0% 0% 0%

10 ml% 54,5% 66,6% 72,7% 63.6%


15 ml% 72,7% 83.3% 72,7% 76,2%
20 ml% 81,8% 83,3% 72,7% 79,2%

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa ekstrak etanol bunga tahi kotok

dengan konsentrasi 20% memiliki rata-rata daya proteksi yang paling

tinggi dibandingkan rata-rata daya proteksi ekstrak etanol bunga tahi

kotok dengan konsentrasi 15 ml% dan 10 ml% yaitu 79,2%.

Perbedaan Efektivitas Daya Proteksi Ekstrak Etanol Bunga Tahi

Kotok sebagai Repellent Nyamuk Aedes aegypti

6
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan Saphiro-wilk test

didapatkan sebagian besar data berdistribusi normal, tetapi terdapat data

yang tidak berdistribusi normal yaitu pada konsentrasi 15 ml% ekstrak

etanol bunga tahi kotok dengan nilai p<0,05 sehingga hasil uji normalitas

menyatakan data tidak terdistribusi normal, maka dilakukan uji beda

Kruskal-Wallis.

Uji beda efektivitas daya proteksi ekstrak etanol bunga tahi kotok

sebagai repellent nyamuk Aedes aegypti pada konstentrasi 10 ml%, 15 ml

%, dan 20 ml% yang dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis disajikan dalam

tabel 2.

Tabel 2. Uji Beda Efektivitas Daya Proteksi Ekstrak Etanol

Bunga Tahi Kotok sebagai Repellent Nyamuk Aedes aegypti

Konsentrasi Nilai p
10 ml% 15 ml% 20 ml%
Daya Proteksi 0,118
Mean Rank 2,50 5,83 6,67
*)
Kruskal Wallis Test

Berdasarkan tabel 2 uji beda menggunakan Kruskal Wallis test

menunjukkan nilai p>0.05, maka H0 diterima, artinya besarnya

konsentrasi ekstrak etanol bunga tahi kotok tidak berpengaruh terhadap

efektivitas daya proteksi terhadap nyamuk Aedes aegypti karena mean

rank antar kelompok konsentrasi tidak berbeda signifikan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa

7
daya proteksi ekstrak etanol bunga tahi kotok pada konsentrasi 20 ml%

adalah 79,2%, lebih tinggi dibandingkan daya proteksi ekstrak etanol

bunga tahi kotok pada konsentrasi 10 ml% dan 15 ml%, tetapi belum

memenuhi standar efikasi dari Komisi Pestisida Kementrian Pertanian

(2012) yang menyatakan bahwa bahan anti nyamuk memiliki efektivitas

daya proteksi sebesar 90% selama enam jam. 5

Penelitian ini memberikan hasil yang berbeda dari penelitian

sebelumnya oleh Suharno Zein. Pada penelitian sebelumnya, peneliti

menggunakan konsentrasi yang lebih rendah yaitu 6 ml%, 8 ml%, dan 10

ml%, namun didapatkan daya proteksi yang lebih tinggi, yaitu 88,86%.

Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan penggunaan metode serta

jumlah sampel yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Metode dan

jumlah sampel pada penelitian ini mengacu kepada pedoman dari World

Health Organization Pesticide Evaluation Scheme (WHOPES) sedangkan

penelitian sebelumnya mengacu kepada penelitian terdahulu. Walaupun

didapatkan hasil daya proteksi yang lebih tinggi, tetapi jumlah tersebut

pun sama belum memenuhi standar efikasi dari Komisi Pestisida

Kementrian Pertanian. 5,10

Ekstrak etanol bunga tahi kotok yang digunakan di dalam

penelitian ini terbukti memiliki daya proteksi terhadap nyamuk Aedes

aegypti walaupun belum memenuhi standar efikasi dari Komisi Pestisida

Kementrian Pertanian (2012). Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan

kimia aktif yang ada pada bunga tahi kotok seperti tagetiin 0,1%,

8
terthienyl, helenian 0,74%, dan flavoxanthin yang dapat mengusir

nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, minyak atsiri pada bunga tahi kotok

tersebut terkandung pada repellent ekstrak etanol bunga tahi kotok yang

bersifat penolak serangga. 5

Suatu zat dapat bekerja sebagai repellent untuk mengusir nyamuk

karena repellent baik kimia maupun nabati mempunyai target pada organ

reseptor nyamuk dimana organ tersebut sangat peka terhadap bau kimia.

Jika bau ekstrak mampu menutupi bau yang dikeluarkan tubuh manusia,

maka dapat mengganggu kemampuan nyamuk untuk mendeteksi manusia

sehingga nyamuk akan menghindari bau tersebut. Nyamuk memiliki

kemampuan untuk mencari mangsa dengan mencium bau

karbondioksida, asam laktat dan bau lainnya yang berasal dari kulit hingga

jarak 100 kaki atau 36 meter. Hal ini karena nyamuk memiliki organ

reseptor kimia yang terdapat pada palpus dan antena. 5

Bau khas dari senyawa kimia bunga tahi kotok akan masuk secara

ekstraseluler, kemudian ditangkap oleh kemoreseptor pada silia yang

terletak di antena nyamuk. Molekul bau tersebut selanjutnya akan

berikatan dengan OBPs (Odoran binding receptor), kemudian dibawa

oleh OBPs melewati cairan limfa di silia menuju olfactory receptor

neurons (ORNs). Selain membawa molekul bau, OBPs juga berfungsi

melarutkan molekul bau serta menyeleksi molekul tersebut untuk diterima

oleh Ors (olfactory receptor) tertentu. Molekul bau selanjutnya

berinteraksi dengan G-protein couple receptors ekstraseluler pada ORs

yang terletak di dendrit (ORNs) spesifik yang secara bergantian G-protein

9
couple receptors intraseluler aktif dan mengakibatkan perubahan

konformasi G-protein. Hal tersebut mengakibatkan depolarisasi saraf yang

akan memicu terjadinya transmisi impuls elektrik ke lobus antena nyamuk

untuk memunculkan respon penolakan atau memblok indra penciuman

nyamuk yang bertindak sebagai penghalang kinerja nyamuk untuk

mengenali mangsanya. Terhambatnya kerja reseptor tersebut

mengakibatkan nyamuk tidak mau hinggap dan menghisap darah. 5

Setelah dilakukan pengujian efektivitas daya proteksi dari ekstrak

etanol bunga tahi kotok, didapatkan perbedaan yang tidak signifikan antar

kelompok konsentrasi 10 ml%, 15 ml%, dan 20 ml%. Hal ini dapat

disebabkan oleh range perbedaan konsentrasi yang terlalu sempit dan

kurangnya kelompok konsentrasi.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektivitas daya proteksi ekstrak

etanol bunga tahi kotok sebagai repellent nyamuk Aedes aegypti, dapat

disimpulkan bahwa daya proteksi ekstrak etanol bunga tahi kotok

(Tagetes erecta) pada konsentrasi 10 ml%, 15 ml%, dan 20 ml% berturut-

turut yaitu sebesar 63,6%, 76,2%, dan 79,2% dan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antar kelompok konsentrasi ekstrak etanol bunga tahi

kotok (Tagetes erecta) terhadap efektifitas daya proteksi terhadap nyamuk

Aedes Aegypti.

Pertimbangan Masalah Etik

10
Penelitian ini telah lulus uji etik yang ditetapkan oleh persetujuan etik

dengan nomor 209/Komite Etik.FK/III/2018.

Daftar Pustaka

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia [database on the Internet].

InfoDatin Kementerian Kesehatan. Situasi DBD di Indonesia.

InfoDATIN.2016 [diunduh 1 Maret 2018]. Tersedia dari:

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin

dbd 2016.pdf

2. Yatim F. Macam-macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya.

Yayasan Pustaka Obor Indonesia; 2003

3. Kementerian Kesehatan RI. Demam Berdarah Dengue. Bul Jendela

Epidemiol. 2010;2:48.

4. Perbedaan Daya Proteksi Berbagai Ekstrak Kulit Jeruk Sebagai Repelen

terhadap Kontak Nyamuk Aedes aegepti dan Aedes albopictus dalam

Upaya Perlindungan Diri dari Penyakit DBD. [diunduh 5 Februari 2018];

Tersedia dari:

https://journal.unsil.ac.id/jurnal/prosiding/9/9dbd_kiki_11.pdf

5. Zen S, Asih T. Potensi Ekstrak Bunga Tahi Kotok (Tagetes erecta) Sebagai

Repellent Terhadap Nyamuk Aedes aegypti Yang Aman dan Ramah

Lingkungan. Bioedukasi (Jurnal Pendidik Biol [Internet]. 2017 Nov 2

[diunduh 27 Januari 2018];8(2):142–9. Tersedia dari:

http://fkip.ummetro.ac.id/journal/index.php/biologi/article/view/1072/764

11
6. Agus Kardinan. Potensi Selasih Sebagai Repellent Terhadap Nyamuk. 2007

[diunduh 25 Januari 2018];13(2):39–42. Tersedia dari:

https://media.neliti.com/media/publications/130814-ID-none.pdf

7. Balai Pengkajian Teknlogi Pertanian Sumatera Utara .Tagetes Erecta

Berguna Bagi Kita [database on the Internet]. [diunduh 27 Januari 2018].

Tersedia dari:

http://sumut.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/component/content/articl

e/15-benih/53-tagetes-erecta-berguna-bagi-kita

8. Sudarmiyatun S. Budi Daya Tanaman. PT Balai Pustaka (Persero); 2009

Hutagalung D, Marsaulina I, Naria E. Pengaruh Ekstrak Daun Kenikir

(Tagetes erecta L.) Sebagai Repllent Terhadap Nyamuk Aedes spp.

Lingkung dan Kesehat Kerja [Internet]. 2013 Feb 4 [diunduh 27 Januari

2018];2(2). Tersedia dari:

https://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/view/1218/618

9. Redaksi AgroMedia. Buku pintar tanaman obat: 431 jenis tanaman

penggempur aneka penyakit. AgroMedia; 2008

10. Indd S. Guidelines For Efficacy Testing Of Spatial Repellents World

Health Organization Control Of Neglected Tropical Diseases (NTD) WHO

Pesticide Evaluation Scheme (WHOPES). 2013 [diunduh 31 Januari 2018];

Tersedia dari:

http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/78142/1/9789241505024_eng.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai