Anda di halaman 1dari 9

Nama : Agista Rohani Yasmin Nasution

Wahana : RSU Mitra Kasih Kota Cimahi, Jawa Barat

Latihan kasus 1

1. Bagaimana prosedur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang perlu


diterapkan Dokter Lisa dan Ners Sita pada kasus di atas? APD apa sajakah yang harus
dikenakan?
Jawab :
Dalam penanganan kasus COVID-19 yang dapat ditularkan melalui droplet, perlu
diterapkan prinsip Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) untuk menjamin keselamatan
diri tenaga kesehatan dan pasien yang dilayani di fasilitas kesehatan terkait. Pasien dan
keluarga diharapkan dapat menerapkan prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi yang
adekuat, mulai dari penggunaan masker yang sesuai, mencuci tangan dengan langkah yang
tepat,  menerapkan etika batuk/bersin dan melakukan physical distancing. Sementara itu,
selain prosedur PPI yang diterapkan secara umum, tenaga kesehatan perlu memahami dan
menerapkan penggunaan alat pelindung sesuai dengan level tata laksana pasien COVID-19
yang dilakukan.
APD yang terdiri dari sarung tangan sebagai Alat Pelindung Tangan, respirator N95
sebagai Alat Pelindung Pernapasan, goggles sebagai Alat Pelindung Wajah dan Mata, dan
gaun medis sebagai Alat Pelindung Tubuh, perlu digunakan dengan perlengkapan lain sesuai
dengan level 1-3.
APD yang harus dikenakan oleh dokter adalah level 2 yang terdiri dari penutup kepala,
google, masker bedah, gaun, dan sarung tangan sekali pakai, kecuali jika dokter akan
melakukan prosedur intubasi, pada pasien khususnya pada pasien yang gagal nafas atau
mengambil swab atau secret tenggorok maka harus menggunakan APD level 3.
Prinsip Pencegahan Infeksi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan

Sesuai pedoman WHO tentang Penanganan Severe Acute Respiratory


Infections (SARI) terdapat beberapa hal prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu:

 Saat menatalaksana pasien di rumah sakit atau fasilitas kesehatan, seluruh standar kehati-
hatian termasuk hand hygiene harus diterapkan dengan konsisten.
 Saat menatalaksana pasien dengan infeksi saluran napas akut, perlu diterapkan prosedur
kewaspadaan terhadap droplet.
 Saat menatalaksana pasien dengan infeksi saluran napas akut dan berat (Severe Acute
Respiratory Infection) yang mungkin menderita flu burung, MERS-CoV, COVID-19 dan
infeksi virus baru lainnya, perlu ditambahkan prosedur kewaspadaan terhadap kontak. 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam PPI COVID-19 adalah sebagai berikut: 

 Instruksi untuk pasien

1. Berikan kepada pasien dengan kecurigaan COVID-19 masker medis dan arahkan
pasien ke lokasi/area terpisah atau ruang isolasi
2. Beri jarak kurang lebih 1 meter antar pasien-pasien dengan kecurigaan COVID-19
3. Instruksikan pasien untuk menutup hidung dan mulut saat bersin atau batuk
menggunakan tissue atau siku bagian dalam, dan instruksikan pasien untuk mencuci
tangan setelah kontak dengan sekret dari saluran napas

 Prosedur kewaspadaan terhadap droplet; bertujuan mencegah transmisi droplet ukuran


besar dari virus

1. Menggunakan masker medis bila bekerja dalam jarak 1 meter dari pasien.
2. Tempatkan pasien di ruang-ruang terpisah, atau kelompokkan mereka yang memiliki
diagnosis etiologi yang sama.
3. Bila diagnosis etiologi tidak memungkinkan, Kelompokkan pasien sesuai dengan
diagnosis klinis dan berdasarkan pertimbangan faktor risiko dalam ruangan dengan
separasi.
4. Saat menatalaksana pasien dengan jarak dekat, gunakan face
mask atau goggles  mengingat cipratan sekret dapat terjadi. 
5. Batasi pergerakan pasien dalam fasilitas pelayanan kesehatan dan pastikan pasien
menggunakan masker medis saat di luar ruang perawatan. 

 Prosedur kewaspadaan terhadap kontak; bertujuan mencegah transmisi langsung atau


tidak langsung dari kontak dengan permukaan atau alat yang terkontaminasi.

1. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD: masker medis, pelindung mata, sarung tangan
dan gown) saat memasuki ruangan, lepas APD saat keluar ruangan, dan praktikkan
hand hygiene setelah pelepasan APD.
2. Bila memungkinkan, gunakan perlengkapan seperti stetoskop, cuffs pengukur tekanan
darah, termometer dll yang disposable atau bersifat dedicated untuk pasien tersebut.
Jika terpaksa perlengkapan itu digunakan bersama pasien lain, bersihkan dan lakukan
disinfeksi sebelum penggunaan ke pasien lain. 
3. Pastikan tenaga kesehatan tidak menyentuh mata, hidung atau mulut dengan tangan
telanjang atau sarung tangan yang sudah terkontaminasi.
4. Hindari mencemari permukaan lingkungan yang tidak terkait langsung dengan tata
laksana pasien (contoh: pegangan pintu, saklar lampu).
5. Hindari pergerakan pasien yang tidak perlu.
6. Selalu terapkan hand hygiene. 

 Prosedur kewaspadaan saat melakukan Aerosol Generating Procedure (AGP)

1. Yakinkan bahwa tenaga kessehatan yang melakukan AGP (contoh: open suctioning


of respiratory tract, intubasi, bronkoskopi, resusitasi jantung paru) menggunakan
APD yang tepat termasuk sarung tangan, long-sleeved gowns, pelindung mata,
dan fit-tested particulate respirators (N95 or equivalent, or higher level of
protection). 
2. Bila memungkinkan, gunakan ruangan tersendiri dengan ventilasi adekuat saat
melakukan prosedur AGP, aatau  ruangan bertekanan negatif dengan minimum of 12
pertukaran udara/jam atau setidaknya 160 L/detik/pasien dalam fasilitas dengan
ventilasi netral. 
3. Hindari kehadiran individu yang tidak diperlukan dalam ruangan tersebut. 
4. Perawatan pasien dengan ventilator juga perlu dilakukan dalam ruangan bertekanan
negatif. 

2. Tentang triase dan skrining:

 Bagaimana Dokter Lisa dapat melakukan skrining dan triase (termasuk kebutuhan
tata laksana kegawatdaruratan) harus dilakukan pada pasien-pasien IGD dalam
kasus di atas? 

Jawab : Semua pasien yang datang harus dilakukan skrining terhadap COVID-19
menggunakan WHO Case Definition (demam, batuk, dispnea) pada saat pertama kali
pasien mengakses fasilitas pelayanan kesehatan. Pasien kemudian dibagi menjadi 2
kelompok yaitu, pasien dengan suspek COVID dan non-suspek COVID.
 Anamnesis dan pemeriksaan fisis apa saja yang harus dikerjakan untuk masing-
masing pasien?  

Jawab :

 Pasien pertama : gejala-gejala terkait covid-19(demam, batuk, nyeri kepala, dsb),


kontak transmisi local maupun luar, rw perjalanan ke daerah endemis, PF: TTV+
head-to-toe termasuk pulse oxymetri,
 Pasien Kedua : rw demam, rw makan sembarangan, diare berdarah atau tidak,
berlemak tidak, seperti air cucian beras atau tidak, serta gejala-gejala GI seperti
GEA(mual muntah, kembung, nyeri perut dsb). PF: TTV+ Derajat dehidrasi ( skin
turgor, mata cekung, oral basah) Bising usus.
 Pasien Ketiga : primary survery terlebih dahulu karena trauma. Kemudian
ditanyakan apakah terjadi perdarahan atau tidak, apakah terasa nyeri?, apakah bisa
digerakan ekstrimitasnya?penurunan kesadaran? Tanda-tanda TTIK( mual muntah
menyemprot, kejang, penurunan kesadaran). PF:TTV+ head to toe, Status lokalis
dilihat apakah terdapat fraktur, perdarahan, luka dll.
 Pasien Keempat: apakah terdapat gejala-gejala penyerta seperti dopamine
rash(discoid rash, oral ulcer, photosensitivity, athralgia, malar rash, immunology
reaction, neurologi seperti kejang) dsb. PF TTV+ head to toe.
 Pasien Kelima: primary surver terlebih dahulu ABCDE, kemudian ditanyakan
apakah terdapat trauma? Atau terjadi penurunan kesadaran secara tiba-tiba?
Kemudian ditanyakan apakah terdapat kelemahan salah satu sisi tubuh sebelum
penurunan kesadaran? mulut yang mencong? PF: TTV + Oxymetry, Pemeriksaan
fisik from Head to toe , GCS evaluation.

 Pemeriksaan lanjutan apa sajakah yang diperlukan untuk masing-masing pasien? 

Jawab :

 Pasien pertama : Rontgen dada , Tes darah rutin


 Pasien Kedua : Pemeriksaan darah rutin , ureum kreatinin (fungsi ginjal),
elektrolit, pemeriksaan feses rutin,
 Pasien Ketiga : Rontgen cruris , humerus sinistra (PA dan lateral)
 Pasien Keempat: Pemeriksaan darah rutin , ureum kreatinin, tes serology (ANA
test, Anti dsDNA).
 Pasien Kelima: Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, AGD, GDS, fungsi
ginjal, elektrolit. Pemeriksaan radiologi ( rontgen kepala, CT scan).
 Bagaimana urutan prioritas kelima pasien tersebut?
 Pasien kelima perempuan usia 70 tahun, dengan penurunan kesadaran
 Pasien pertama seorang perempuan usia 36 tahun dengan keluhan sesak napas
 Pasien ketiga laki-laki usia 54 tahun jatuh dari genting rumah saat memperbaiki
antena ada deformitas.
 Pasien keempat perempuan, 24 tahun, diketahui merupakan pasien tetap RS
dengan diagnosis otoimun, ia datang dengan keluhan demam dan sakit kepala
hebat
 Pasien kedua laki-laki 27 tahun dengan keluhan lemas pasca diare;
 Seorang anak laki-laki yang DOA ( triase hitam diakhir)

3. Bagaimana tata laksana pasien DoA pada kasus di atas? 

Jenazah dari luar rumah sakit yang memiliki riwayat suspek atau probabel, termasuk
pasien DOA (Death on Arrival)  yang dirujuk dari rumah sakit lain harus dilakukan prosedur
pemindahan dan penjemputan jenazah sebagai berikut:

 Tindakan swab nasofaring atau pengambilan sampel lainnya dilakukan oleh petugas


yang ditunjuk di ruang perawatan sebelum jenazah dijemput oleh petugas kamar
jenazah
 Jenazah ditutup/disumpal lubang hidung dan mulut menggunakan kapas, hingga
dipastikan tidak ada cairan yang keluar
 Bila ada luka akibat tindakan rnedis, maka dilakukan penutupan dengan plester
kedap air
 Petugas kamar jenazah yang akan menjemput jenazah, membawa:
1. Alat pelindung diri (APD) berupa: masker surgikal, goggle/kaca
mata pelindung, apron plastik, dan sarung tangan/hand schoen non-steril.
2. Kantong jenazah. Bila tidak tersedia kantong jenazah, disiapkan
plastik pembungkus.
3. Brankar jenazah dengan tutup yang dapat dikunci.

 Sebelum petugas memindahkan jenazah dari te mpat tidur perawatan ke brankar


jenazah, dipastikan bahwa lubang hidung dan mulut sudah tertutup serta Iuka-Iuka
akibat tindakan medis sudah tertutup plester kedap air, lalu dimasukkan ke dalam
kantong jenazah atau dibungkus dengan plastik pernbungkus. Kantong jenazah harus
tertutup sempurna
 Setelah itu jenazah dapat dipindahkan ke brankar jenazah, lalu brankar ditutup dan
dikunci rapat.
 Semua APD yang digunakan selama proses pemindahan jenazah dibuka dan dibuang
di ruang perawatan
 Jenazah dipindahkan ke kamar jenazah selama perjalanan, petugas tetap
menggunakan masker surgikal
 Surat keterangan kematian atau sertifikat medis penyebab kematian dibuat oleh
dokter yang merawat dengan melingkari jenis penyakit penyebab kematian sebagai
penyakit menular
 Jenazah hanya dipindahkan dari brankar jenazah ke meja pemulasaraan jenazah di
kamar jenazah oleh petugas yang menggunakan APD lengkap

Anda mungkin juga menyukai