Penggunaan APD merupakan salah satu bagian dari usaha tenaga Kesehatan untuk
menyediakan lingkungan yang bebas dari infeksi sekaligus sebagai upaya perlindungan diri
dan pasien terhadap penularan penyakit.
APD yang harus dikenakan oleh dokter adalah level 2 yang terdiri dari penutup
kepala, google, masker bedah, gaun, dan sarung tangan sekali pakai, kecuali jika dokter akan
melakukan prosedur intubasi, pada pasien khususnya pada pasien yang gagal nafas atau
mengambil swab atau secret tenggorok maka harus menggunakan APD level 3.
Saat menatalaksana pasien di rumah sakit atau fasilitas kesehatan, seluruh standar
kehati-hatian termasuk hand hygiene harus diterapkan dengan konsisten.
Saat menatalaksana pasien dengan infeksi saluran napas akut, perlu
diterapkan prosedur kewaspadaan terhadap droplet.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam PPI COVID-19 adalah sebagai berikut:
Instruksi untuk pasien
a) Berikan kepada pasien dengan kecurigaan COVID-19 masker medis dan arahkan
pasien ke lokasi/area terpisah atau ruang isolasi
b) Beri jarak kurang lebih 1 meter antar pasien-pasien dengan kecurigaan COVID-19
c) Instruksikan pasien untuk menutup hidung dan mulut saat bersin atau batuk
menggunakan tissue atau siku bagian dalam, dan instruksikan pasien untuk mencuci
tangan setelah kontak dengan sekret dari saluran napas
a) Menggunakan masker medis bila bekerja dalam jarak 1 meter dari pasien.
b) Tempatkan pasien di ruang-ruang terpisah, atau kelompokkan mereka yang memiliki
diagnosis etiologi yang sama.
c) Bila diagnosis etiologi tidak memungkinkan, Kelompokkan pasien sesuai dengan
diagnosis klinis dan berdasarkan pertimbangan faktor risiko dalam ruangan dengan
separasi.
d) Saat menatalaksana pasien dengan jarak dekat, gunakan face
mask atau goggles mengingat cipratan sekret dapat terjadi.
e) Batasi pergerakan pasien dalam fasilitas pelayanan kesehatan dan pastikan pasien
menggunakan masker medis saat di luar ruang perawatan.
b. Anamnesis dan pemeriksaan fisis apa saja yang harus dikerjakan untuk masing-
masing pasien? anamnesis secara umum , kemudian anamnesis khusus diantaranya
Pastikan terlebih dahulu pada pasien apakah benar-benar mengalaim DoA atau benar
sudah meninggal atau belum? dilakukan pertolongan CPR terlebih dahulu atau pijat jantung
hingga memenuhi kriteria pasien dinyatakan meninggal, seperti adanya tanda lebam mayat
atau telah dilakukan pertolongan selama 30 menit dan tidak menunjukkan tanda – tanda
kehidupan. Perkecualian bisa dilakukan bila pasien atau jenazah ditemukan dalam keadaan
pasti meninggal seperti ditemukan lebam mayat atau kaku mayat, atau kepala terputus atau
membusuk. Kemudian diambil swab sambil menunggu.
Sesuai dengan pedoman tatalaksana jenazah suspek covid termasuk jenazah dari luar
rumah sakit yang mengalami DoA atau Death on Arrival jika pasi
Penanganan jenazah di ruang rawat sebelum ditransfer ke kamar jenazah rumah sakit
3. Bila ada luka akibat tindakan medis, maka dilakukan penutupan dengan plester kedap
air.
4. Petugas kamar jenazah yang akan menjemput jenazah, membawa:
1. Jenazah yang masuk dalam lingkup pedoman ini dianjurkan dengan sangat untuk
dipulasara di kamar jenazah.
2. Tindakan pemandian jenazah hanya dilakukan setelah tindakan desinfeksi.
3. Petugas pemandi jenazah menggunakan APD standar.
4. Petugas pemandi jenazah dibatasi hanya sebanyak dua orang. Keluarga yang hendak
membantu memandikan jenazah hendaknya juga dibatasi serta menggunakan APD
sebagaimana petugas pemandi jenazah.
5. Jenazah dimandikan sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
6. Setelah jenazah dimandikan dan dikafankan/diberi pakaian, jenazah dimasukkan ke
dalam kantong jenazah atau dibungkus dengan plastik dan diikat rapat.
7. Bila diperlukan peti jenazah, maka dilakukan cara berikut: jenazah dimasukkan ke
dalam peti jenazah dan ditutup rapat; pinggiran peti disegel dengan sealant/silikon;
dan dipaku/disekrup sebanyak 4-6 titik dengan jarak masing-masing 20 cm. Peti
jenazah yang terbuat dari kayu harus kuat, rapat, dan ketebalan peti minimal 3 cm.
1. Petugas kamar jenazah harus memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai tata
laksana pada jenazah yang meninggal dengan penyakit menular, terutama pada
kondisi pandemi COVID- 19.
2. Pemulasaraan jenazah dengan penyakit menular atau sepatutnya diduga meninggal
karena penyakit menular harus dilakukan desinfeksi terlebih dahulu.
3. Desinfeksi jenazah dilakukan oleh tenaga yang memiliki kompetensi untuk itu, yaitu:
dokter spesialis forensik dan medikolegal dan teknisi forensik dengan menggunakan
APD lengkap:
c) Masker N-95.