Anda di halaman 1dari 13

LATIHAN KASUS 1

dr. Irghea Puti Raudha


PIDI Sumatera Barat
Periode 1 tahun 2021

Dokter Lisa dan Ners Sitta bekerja di rumah sakit (RS) swasta tipe B. Di era COVID-
19 ini, mereka cukup beruntung karena manajemen RS cukup sigap dalam antisipasi, bahkan
menargetkan “nol penularan staf RS” sebagai salah satu Key Performance
Indicator (KPI) RS. Dokter dan perawat wajib mengenakan APD level 2 saat
berhadapan dengan pasien di poliklinik dan IGD. Bahkan tersiar kabar, RS sedang dalam
proses pengadaan portable isolation chamber bertekanan negatif sebagai persiapan jika ada
pasien COVID-19 yang akan dirawat di RS tersebut.
Pagi ini, mereka berdinas di IGD RS. Satu saat, datang lima pasien dalam selang
waktu yang bersamaan. Jika dilihat dari waktu yang tertera di berkas pendaftaran, yang hanya
selisih sekitar 2 menit: 
1. Pasien pertama seorang perempuan usia 36 tahun dengan keluhan sesak
napas; (apakah ada wheezing?)
2. Pasien kedua laki-laki 27 tahun dengan keluhan lemas pasca
diare; (bagaimana kondisi pasien? Apakah sudah ada tanda dehidrasi?)
3. Pasien ketiga laki-laki usia 54 tahun jatuh dari genting rumah saat
memperbaiki antena, sekilas dr. Lisa melihat adanya deformitas pada tungkai
bawah dan lengan atas kiri; (bagaimana jenis fraktur? Fraktur tungkai bawah
bagian mana? Femurkah? Atau kruris kah?)
4. Pasien keempat perempuan, 24 tahun, diketahui merupakan pasien tetap RS
dengan diagnosis autoimun, ia datang dengan keluhan demam dan sakit kepala
hebat; (apa jenis autoimun yang diderita? Apakah ada keluhan menetap pasca
autoimun?)
5. Pasien kelima perempuan usia 70 tahun, dengan penurunan kesadaran. (apa
saja kondisi penyerta sebelum penurunan kesadaran?)
Tampak Ners Sitta membagikan masker pada pasien dan penunggu karena yang
mengenakan masker saat datang hanya pasien nomor 3 dan 4. Dokter Lisa menetapkan
prioritas mana yang akan ia datangi lebih dulu dari kelima pasien tersebut.
Saat hendak menuju pasien, tiba-tiba terdengar teriakan panik minta tolong seorang Ibu
yang datang tergopoh-gopoh membawa anaknya. Dari pengamatan cepat, Dokter Lisa
melihat anak laki-laki itu sudah tidak bernapas. "Jangan-jangan DoA", pikirnya.

PERTANYAAN KASUS :
1. Bagaimana prosedur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang perlu
diterapkan Dokter Lisa dan Ners Sita pada kasus di atas? APD apa sajakah
yang harus dikenakan?
JAWABAN :
Kasus Pasien 1 :
 Instruksi untuk pasien
- Berikan kepada pasien sesak napas dengan kecurigaan COVID-19 masker
medis dan arahkan pasien ke lokasi/area terpisah atau ruang isolasi
- Beri jarak kurang lebih 1 meter antar pasien-pasien dengan kecurigaan
COVID-19
- Instruksikan pasien untuk menutup hidung dan mulut saat bersin atau
batuk menggunakan tissue atau siku bagian dalam, dan instruksikan pasien
untuk mencuci tangan setelah kontak dengan sekret dari saluran napas
 Prosedur kewaspadaan terhadap droplet; bertujuan mencegah transmisi droplet
ukuran besar dari virus
- Menggunakan masker medis bila bekerja dalam jarak 1 meter dari pasien.
- Tempatkan pasien di ruang-ruang terpisah, atau kelompokkan mereka
yang memiliki diagnosis etiologi yang sama.
- Bila diagnosis etiologi tidak memungkinkan, Kelompokkan pasien sesuai
dengan diagnosis klinis dan berdasarkan pertimbangan faktor risiko dalam
ruangan dengan separasi.
- Saat menatalaksana pasien dengan jarak dekat, gunakan face
mask atau goggles  mengingat cipratan sekret dapat terjadi. 
- Batasi pergerakan pasien dalam fasilitas pelayanan kesehatan dan pastikan
pasien menggunakan masker medis saat di luar ruang perawatan. 
Kasus pasien 2 :
 Prosedur kewaspadaan terhadap kontak; bertujuan mencegah transmisi
langsung atau tidak langsung terhadap cairan tubuh pasien (kasus diare)
- Gunakan Alat Pelindung Diri (APD: masker medis, pelindung mata,
sarung tangan dan gown) saat memasuki ruangan, lepas APD saat keluar
ruangan, dan praktikkan hand hygiene setelah pelepasan APD.
- Hindari pergerakan pasien yang tidak perlu.
- Selalu terapkan hand hygiene.
- Berikan masker medis karena sedang berada di ruang IGD dengan
probabilitas terpapar COVID19 tinggi.
Kasus pasien 3 :
 Pastikan pasien menggunakan masker dengan benar
 Prosedur kewaspadaan terhadap infeksi pada daerah luka
- Bersihkan luka dari kontaminasi
- Disinfeksi luka dan tutup dengan kasa steril
Kasus pasien 4 :
 Pastikan pasien menggunakan masker dengan benar
 Prosedur kewaspadaan terhadap droplet
- Pasien autoimun cenderung mudah terinfeksi suatu penyakit.
- Menggunakan masker medis
- Tempatkan pasien di ruang-ruang terpisah, atau kelompokkan mereka
yang memiliki diagnosis etiologi yang sama.
- Bila diagnosis etiologi tidak memungkinkan, Kelompokkan pasien sesuai
dengan diagnosis klinis dan berdasarkan pertimbangan faktor risiko dalam
ruangan dengan separasi.
Kasus pasien 5 :
 Pada pasien ini tidak diberikan masker medis karena penurunan kesadaran,
dipertimbangkan untuk diberikan terapi oksigen/intubasi jika ada gagal napas.
 Prosedur kewaspadaan saat melakukan Aerosol Generating Procedure (AGP)
- Yakinkan bahwa tenaga kessehatan yang melakukan AGP (contoh: open
suctioning of respiratory tract, intubasi, bronkoskopi, resusitasi jantung
paru) pada pasien dengan penurunan kesadaran menggunakan APD yang
tepat termasuk sarung tangan, long-sleeved gowns, pelindung mata, dan
fit-tested particulate respirators (N95 or equivalent, or higher level of
protection).
- Bila memungkinkan, gunakan ruangan tersendiri dengan ventilasi
adekuat saat melakukan prosedur AGP, aatau ruangan bertekanan negatif
dengan minimum of 12 pertukaran udara/jam atau setidaknya 160
L/detik/pasien dalam fasilitas dengan ventilasi netral.
- Hindari kehadiran individu yang tidak diperlukan dalam ruangan
tersebut.
- Perawatan pasiendengan kondisi tidak sadar dengan ventilator juga perlu
dilakukan dalam ruangan bertekanan negatif.
Sebaiknya menggunakan APD Level 2 : headcap, googles, masker N95,
handschoen, gown, shoes cover.
2. Tentang triase dan skrining:
 Bagaimana Dokter Lisa dapat melakukan skrining dan triase (termasuk kebutuhan
tata laksana kegawatdaruratan) harus dilakukan pada pasien-pasien IGD dalam
kasus di atas? 
JAWABAN :
o Semua pasien yang datang harus dilakukan skrining terhadap COVID-19
menggunakan WHO Case Definition (demam, batuk, dispnea) pada saat
pertama kali pasien mengakses fasilitas pelayanan kesehatan. Pasien
kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu, pasien dengan suspek COVID
dan non-suspek COVID.
Pasien 1 : Respiratory distress (red)
Pasien 2 : ongoing diarrhea (yellow)
Pasien 3 : suspected dislocation/fracture (yellow)
Pasien 4 : autoimmune with severe headache (yellow)
Pasien 5 : Unresponsive (red)
 Anamnesis dan pemeriksaan fisis apa saja yang harus dikerjakan untuk masing-
masing pasien? 
JAWABAN :
Anamnesis :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi

- Pasien pertama dengan kasus sesak napas :


RPS :
 Sesak napas sejak kapan? Sudah berapa lama?
 Seberapa sering sesak napas muncul?
 Apakah yang memperberat sesak napas?
 Adakah yang mengurangi keluhan sesak napas?
 Apakah diertai demam, batuk, nyeri dada, badan terasa lemas,
berdebar, keringat dingin?
 Apakah disertai dengan penurunan berat badan?
 Apakah memiliki Riwayat alergi terhadap cuaca, debu, makanan?
RPD :
 Apakah pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya?
 Bila iya, sudah berapa lama dan telah diberi obat apa?
 Apakah punya Riwayat asma bronkial sebelumnya?
RPK :
 Apakah keluarga mempunyai riwayat keluhan yang sama?
 Apakah ada Riwayat asma bronkial di keluarga?
RSE :
 Apa pekerjaan pasien?
 Bagaimana pola tidur?
 Apakah sedang mengonsumsi obat tertentu?
 Apakah mengonsumsi alcohol atau merokok?
Pemeriksaan Fisik :
Vital Sign : Tekanan darah, heart rate, frekuensi napas, dan suhu
 Inspeksi
 Irama dan frekuensi pernapasan (N= 8-16x/i)
 Gerakan hemithorak apakah simetris atau ada yang tertinggal?
 Bentuk dada (tertarik ke dalam: atelectasis, fibrosis atau
mencembung: efusi pleura)
 Palpasi
 Menilai kelainan dinding dada
 Pergerakan hemithorak dada simetris
 Periksa fremitus taktil (meningkat: pneumonia, fibrosis atau
menurun: efusi pleura, pneumothorax)
 Menilai adanya krepitasi : pda emfisema
 Perkusi
 Normal: sonor
 Abnormal : redup (cairan), pekak (ada massa padat),
hipersonor (pneumothorax, emfisema)
 Menilai batas paru-jantung, paru-hepar, paru -ambung.
 Auskultasi
 Normal: Vesicular (inspirasi > ekspirasi)
 Bronchial : ekspirasi lebih terdengar jelas (seperti pada
trachea)
 Suara napas tambahan
 Amforik : ekspirasi jelas seperti meniup botol
kosong (cavitas)
 Rhonki
 Wheezing : pada pasien asma
 Pleural Friction rub : pleuritis
- Pasien kedua dengan kasus lemas pasca diare :
RPS
 Diare sejak kapan? Sudah berapa lama?
 Berapa kali frekuensi diare setiap harinya? Bagaimana konsistensi
BAB? Apakah tinjanya cair, berdarah, berbau busuk?
 Apakah yang memperberat keluhan diare?
 Adakah yang mengurangi keluhan diare? Apakah sudah konsumsi
obat anti diare?
 Apakah disertai demam, sesak napas, batuk, nyeri dada, badan
terasa lemas, berdebar, keringat dingin?
 Apakah disertai dengan penurunan berat badan?
 Apakah memiliki Riwayat alergi terhadap makanan?
 Apakah ada mual dan muntah?
 Apakah pasien masih mau minum?
RPD
 Apakah pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya?
 Bila iya, sudah berapa lama dan telah diberi obat apa?
 Apakah punya Riwayat diare lama sebelumnya?
RPK
 Apakah keluarga mempunyai riwayat keluhan yang sama?
 Apakah ada Riwayat diare lama di keluarga?
RSE
 Apa pekerjaan pasien?
 Bagaimana pola tidur?
 Apakah sedang mengonsumsi obat tertentu?
 Apakah mengonsumsi alcohol atau merokok?
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign : Tekanan darah, heart rate, frekuensi napas, dan suhu
 Inspeksi
 Permukaan perut: cembung, datar, cekung
 Kontur perut: darm contour, darm steifung
 Apakah ada kelainan pada dinging perut: venektasi, striae,
spider naevy, sikatrik
 Palpasi
 Turgor kulit : cepat / melambat
 Palpasi superfisial : apakah ada nyeri pada regio abdomen
tertentu
 Palpasi profunda : pada palpasi organ dalam seperti hepar,
limpa, ginjal
 Tes undulasi pada kecurigaan asites
 Perkusi
 Normal : timpani
 Redup/pekak : ada cairan. Shifting dullness pada asites
 Periksa apakah ada pembesaran hepar
 Auskultasi
 Bising usus: Normal 5-35x/i
 Apakah ada bunyi tambahan lain: metallic sound, bruit
 Pemeriksaan Rektum
 Pemeriksaan rectum dalam dilakukan dengan pasien posisi
berbaring terlentang, berbaring pada sisi kiri tubuh (posisi
sims)
 Tangan kanan pemeriksa memakai sarung tangan,
memeriksa anus dan jaringan di sekitarnya. Kulit harus
diperiksa apakah ada tanda peradangan, ekskoriasi, fisura,
nodulus, fistula, parut, tumor, atau hemoroid
 Pemeriksaan darah samar dalam tinja. Jari pemeriksaan
harus dilihat. Warna feses dicatat, tes darah samar
dilakukan dengan tes guaiak atau bensidine test.
- Pasien ketiga dengan kasus trauma disertai deformitas :
RPS
 Dimana letak cedera?
 Jatuhnya sejak kapan? Sudah berapa lama luka dibiarkan?
 Bagaimana rasa nyeri pada keluhan?
 Apakah bisa digerakkan?
 Adakah yang mengurangi keluhan nyeri pada cedera? Sudah
meminum obat anti nyeri?
 Apakah disertai demam, sesak napas, batuk, nyeri dada, badan
terasa lemas, berdebar, keringat dingin?
RPD
 Apakah pernah menderita keluhan di tempat yang sama
sebelumnya?
 Bila iya, sudah berapa lama dan telah diberi penanganan apa?
RPK
 (cedera dialami sendiri dan tidak ada hubungan cedera dengan
RPK)
RSE
 Apa pekerjaan pasien?
 Bagaimana pola tidur?
 Apakah sedang mengonsumsi obat tertentu?
 Apakah mengonsumsi alcohol atau merokok?
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign : Tekanan darah, heart rate, frekuensi napas, dan suhu
Pemeriksaan CRT pada distal ekstremitas yang cedera
 Look
 Apakah ada fraktur terbuka (tulang terlihat kontak dengan
udara luar).
 Apakah terlihat deformitas dari ekstremitas tubuh,
hematoma, pembengkakan
 Feel
 Palpasi seluruh ekstremitis dari proksimal hingga distal
termasuk sendi di proksimal maupun distal dari cedera
untuk menilai area rasa sakit, efusi, maupun krepitasi
 Pemeriksaan sensorik dan motorik
 Move
 Pemeriksaan ROM
- Pasien keempat dengan kasus demam + sakit kepala berat + riwayat
autoimun :
RPS
 Demam dan nyeri kepala sejak kapan? Sudah berapa lama?
 Seberapa sering nyeri kepala muncul?
 Apakah nyeri kepala menyeluruh, sebelah, atau dibelakang kepala?
 Bagaimana deskripsi rasa nyeri kepala? Seperti terikat, berat?
Berdenyut?
 Bagaimana intensitas nyeri kepala? Apakah ada penyerta seperti
melihat kilatan cahaya, atau mata dan hidung berair?
 Apakah yang memperberat nyeri kepala?
 Adakah yang mengurangi keluhan nyeri kepala? Sudah
mengonsumsi obat Pereda nyeri?
 Apakah diertai batuk, nyeri dada, sesak napas, badan terasa lemas,
berdebar, keringat dingin?
 Apakah disertai dengan penurunan berat badan?
 Apakah ada gejala dari penyakit autoimun yang pernah diderita
saat ini?
RPD
 Apakah pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya?
 Bila iya, sudah berapa lama dan telah diberi obat apa?
 Bagaimana progress pengobatan terhadap penyakit autoimun yg
diderita?
RPK
 Apakah keluarga mempunyai riwayat keluhan yang sama?
 Apakah ada keluarga yang menderita penyakit autoimun?
RSE
 Apa pekerjaan pasien?
 Bagaimana pola tidur?
 Apakah sedang mengonsumsi obat tertentu?
 Apakah mengonsumsi alcohol atau merokok?
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign : Tekanan darah, heart rate, frekuensi napas, dan suhu
Pemeriksaan pericranial tenderness (+ jika TTH)
Pemeriksaan adanya secret pada hidung atau mata unilateral (+ jika
Cluster)
Melakukan pemeriksaan fisik terkai dengan keluhan autoimun (jika ada)
- Pasien kelima dengan kasus penurunan kesadaran :
RPS
 Sejak kapan pasien terpantau mengalami penurunan kesadaran?
 Kapan terakhir kali pasien bisa diajak berkomunikasi?
 Apakah penurunan kesadaran terjadi bertahap atau tiba tiba?
 Apakah ada keluhan penyerta seperti demam, sesak napas, batuk,
nyeri dada, berdebar, keringat dingin sebelum pasien kehilangan
kesadaran?
RPD
 Apakah pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya?
 Bila iya, sudah berapa lama dan telah diberi obat apa?
 Apakah ada menderita penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
stroke, gangguan ginjal, pemyakit pada hati, dan penyakit jantung
coroner sebelumnya?
 Apakah pernah menderita stroke sebelumnya?
RPK
 Apakah keluarga mempunyai riwayat keluhan yang sama?
 Apakah ada Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, stroke,
gangguan ginjal, pemyakit pada hati, penyakit jantung koroner
pada keluarga?
RSE
 Apa pekerjaan pasien?
 Bagaimana pola tidur?
 Apakah sedang mengonsumsi obat tertentu?
 Apakah mengonsumsi alcohol atau merokok?
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign : Tekanan darah, heart rate, frekuensi napas, dan suhu
 Kulit, meliputi turgor, warna dan permukaan kulit ( dehidrasi,
ikterus, sianosis, bekas suntikan, luka karena trauma
 Orbita, apakah ada brill hematoma, trauma pada bulbus okuli,
kelainan pasangan bola mata (paresis N.III, IV, VI), pupil, celah
palpebra, ptosis
 Leher, apakah ada fraktur vertebra; bila yakin tidak ada fraktur
maka diperiksa apakah ada kaku kuduk
 Respirasi, meliputi frekuensi, keteraturan, kedalaman, dan bau
pernapasan (aseton, amonia, alkohol, bahan kimia tertentu). Pola
pernapasan : Cheyne Stokes, Kussmaul, apneustik
 Pemeriksaan dengan menggunakan GCS dan refleks fisiologis,
patologis pada pasien.
 Pemeriksaan lanjutan apa sajakah yang diperlukan untuk masing-masing pasien? 
JAWABAN :
- Pasien pertama dengan kasus sesak : Pemeriksaan darah perifer
lengkap, kimia klinik (ureum, kreatinin), elektrolit (Na, K, Cl, Ca), analisis
gas darah (AGD), foto toraks dan EKG
- Pasien kedua dengan kasus lemas pasca diare : Pemeriksaan darah perifer
lengkap, elektrolit (Na, K, Cl, Ca), gula darah sewaktu, kimia klinik
(SGOT, SGPT, ureum, kreatinin), dan feses lengkap
- Pasien ketiga dengan kasus trauma disertai deformitas :
Pemeriksaan darah perifer lengkap, dan foto X-Ray humerus sinistra
dan kruris sinistra
- Pasien keempat dengan kasus demam + sakit kepala berat + riwayat
otoimun : Pemeriksaan darah perifer lengkap, CRP kuantitatif, LED, kimia
klinik (profil lipid, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin)
- Pasien kelima dengan kasus penurunan kesadaran : Pemeriksaan darah
perifer lengkap, AGD, gula darah sewaktu, kimia klinik (Profil lipid,
SGOT, SGPT, ureum, kreatinin), elektrolit (Na, K, Cl, Ca), CT-
scan kepala, EKG
 Bagaimana urutan prioritas kelima pasien tersebut? 
JAWABAN :
1. Pasien 5 : Unresponsive (red)
2. Pasien 1 : Respiratory distress (red)
3. Pasien 2 : ongoing diarrhea (yellow)
4. Pasien 3 : suspected dislocation/fracture (yellow)
5. Pasien 4 : autoimmune with fever and severe headache (yellow)
       3. Bagaimana tata laksana pasien DoA pada kasus di atas? 
JAWABAN :
 Jenazah dari luar rumah sakit yang memiliki riwayat suspek atau probabel,
termasuk pasien DOA (Death on Arrival)  yang dirujuk dari rumah sakit
lain harus dilakukan prosedur pemindahan dan penjemputan jenazah sebagai
berikut:
- Tindakan swab nasofaring atau pengambilan sampel lainnya dilakukan
oleh petugas yang ditunjuk di ruang perawatan sebelum jenazah dijemput
oleh petugas kamar jenazah
- Jenazah ditutup/disumpal lubang hidung dan mulut menggunakan kapas,
hingga dipastikan tidak ada cairan yang keluar
- Bila ada luka akibat tindakan medis, maka dilakukan penutupan dengan
plester kedap air
 Petugas kamar jenazah yang akan menjemput jenazah, membawa:
1. Alat pelindung diri (APD) berupa: masker surgikal, goggle/kaca mata
pelindung, apron plastik, dan sarung tangan/hand schoen non-steril.
2. Kantong jenazah. Bila tidak tersedia kantong jenazah, disiapkan plastik
pembungkus.
3. Brankar jenazah dengan tutup yang dapat dikunci.
- Sebelum petugas memindahkan jenazah dari tempat tidur perawatan ke
brankar jenazah, dipastikan bahwa lubang hidung dan mulut sudah tertutup
serta Iuka-Iuka akibat tindakan medis sudah tertutup plester kedap air, lalu
dimasukkan ke dalam kantong jenazah atau dibungkus dengan plastik
pernbungkus. Kantong jenazah harus tertutup sempurna
- Setelah itu jenazah dapat dipindahkan ke brankar jenazah, lalu brankar
ditutup dan dikunci rapat.
- Semua APD yang digunakan selama proses pemindahan jenazah dibuka
dan dibuang di ruang perawatan
- Jenazah dipindahkan ke kamar jenazah selama perjalanan, petugas tetap
menggunakan masker surgikal
- Surat keterangan kematian atau sertifikat medis penyebab kematian dibuat
oleh dokter yang merawat dengan melingkari jenis penyakit penyebab
kematian sebagai penyakit menular
- Jenazah hanya dipindahkan dari brankar jenazah ke meja pemulasaraan
jenazah di kamar jenazah oleh petugas yang menggunakan APD lengkap

Anda mungkin juga menyukai