keterampilan, sikapnya secara keseluruhan dipersepsikan oleh karyawan sebagai suatu gaya
(style), dimana gaya tersebut bisa berbeda sesuai dengan perilaku pimpinan saat itu. Berdasarkan
hal tersebut teori kepemimpinan situasional merupakan teori kemungkinan yang memusatkan
perhatian pada para pengikut. Kepemimpinan yang berhasil dicapai dengan memilih gaya
kepemimpinan yang tepat tergantung pada tingkat kesiapan atau kedewasaan para pengikut.
Menurut Hersey dkk yang dikutip Robbinss (1996), ada empat perilaku pemimpin yang spesifik,
antara lain :
bagaimana, kapan dan dimana melakukan berbagai tugas, perilaku ini menekankan
pada perilaku pengarah (derektif). Orientasi tugas tinggi hubungan rendah disini
pimpinan harus memberikan pengarahan yang jelas dan spesifik dan pengawasan
Menurut Mifta Thoha (2003), bahwa pada kepemimpinan direktif bawahan tahu
senjatanya apa yang diharapkan darinya dengan pengarahan yang khusus diberikan
oleh pimpinan, dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan.
2. Menjual (selling)
4. Mendelegasikan (delegatin)
hubungan rendah yaitu member tanggung jawab dalam pembuatan keputusan dan
apabila dukungan dalam tugas yang diberikan pimpinan rendah dan sebaliknya.
Menurut Fildter dan Robbins (1996) perilaku pimpinan yang paling efektif mencocokkan
gaya kepemimpinan mereka dengan situasi yang meliputi gaya kerja yang mereka sukai dan
sifat-sifat kepribadian, serta hakikat dari tugas dan kelompok. Model kepemimpinan kontigensi
ini menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai dimana pemimpin bekerja.
Menurut Gary (2007) dalam bukunya kepemimpinan dalam organisasi, ada tiga jenis
kepemimpinan disini dapat dibedakan antara kepemimpinan efektif dan kepemimpinan tidak
efektif.
1. Perilaku yang berorientasi tugas. Para manajer yang efektif tidak mempergunakan
waktu dan usahanya untuk melakukan pekerjaan yang sama seperti bawahan.
Sebaliknya, para manajer yang lebih efektif berkonsentrasi pada fungsi-fungsi yang
dan bantuan teknis yang dibutuhkan, disamping itu para manajer efektif memandu
para bawahannya dalam menetapkan sasaran kinerja yang tinggi tetapi realistis.
2. Bagi para manajer yang efektif, perilaku yang berorintasi tugas tidak terjadi dengan
mengorbankan perhatian terhadap hubungan antar manusia. Para manajer yang efektif
lbih penuh perhatian, mendukung dan membantu para bawahan. Perilaku mendukung
3. Kepemimpinan partisipatif dan para manajer yang efektif menggunakan lebih banyak
pemecahan konflik. Para manajer dalam pertemuan kelompok yang utama adalah
Kepemimpinan partisipatif yang efektif, kepemimpinan ini dalam dunia modern sangat
disenangi/disukai bawahan dari tipe kepemimpinan lain, namun kepemimpinan ini dapat
berdampak negative bila bawahan tidak memiliki komitmen yang tinggi, tidak menguasai
Covey (1992), yang dikutip oleh Makmuri Mukchlas (2005) adalah sebagai berikut :
mendengarkan orang-orang lain, mereka belajar melalui telinga dan matanya, selalu
untuk pelayanan,
lain.
6. Mereka mengarahkan hidup seimbang, aktif secara social, banyak kawan dan
Keamanan mereka datang dari dalam diri sendiri daripada dari luar.
8. Mereka itu sinergis, yaitu dimana kesemuanya itu lebih besar dari jumlah bagian-
bagiannya. Mereka merobah berbagai katalis dan memperbaiki hamper semua situasi
dimana mereka terlibat, bekerja keras tetapi dengan cara yang pintar, sungguh-
sungguh mengagumkan, mereka produktif, dengan cara yang baru dan kreatif.
9. Mereka berlatih untuk memperbaharui diri, yaitu secara teratur melatih empat dimensi
kepribadian : fisikal, metal, emosional dan spiritual, ini dilakukan dalam kegiatan
normal sehari-hari.
Kepemimpinan yang efektif adalah seseorang yang memahami dan menguasai empat
hal prinsip ; 1). Harus mampu menarik dan mempunyai pengikut yang loyal, 2).
Harus mampu menggugah motivasi (memberdayakan) pengikut, 3). Harus mampu
member teladan, 4). Harus berani mengambil keputusan dan selalu siap
Tabel 2.1 : Hamlin (2007) Tentang Kepemimpinan Yang Efektif Terhadap Manajer-