Anda di halaman 1dari 5

LATIHAN KASUS

1. Bagaimana prosedur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang perlu


diterapkan Dokter Lisa dan Ners Sita pada kasus di atas? APD apa sajakah yang harus
dikenakan?
2. Tentang triase dan skrining:

 Bagaimana Dokter Lisa dapat melakukan skrining dan triase (termasuk kebutuhan tata
laksana kegawatdaruratan) harus dilakukan pada pasien-pasien IGD dalam kasus di atas? 
 Anamnesis dan pemeriksaan fisis apa saja yang harus dikerjakan untuk masing-masing
pasien?  
 Pemeriksaan lanjutan apa sajakah yang diperlukan untuk masing-masing pasien? 
 Bagaimana urutan prioritas kelima pasien tersebut? 

       3. Bagaimana tata laksana pasien DoA pada kasus di atas? 

JAWABAN

1. Secara garis besar, terdapat dua kewaspadaan dalam menangani pasien. Kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan risiko. Untuk kewaspadaan standar diantaranya:
a. Cuci tangan pada lima momen
b. Menerapkan etika batuk
c. Menggunakan alat pelindung diri sesuai risiko
d. Menerapkan praktik injeksi dan manajemen benda tajam yang aman
e. Disinfeksi
f. Menerapan kebersihan lingkungan
g. Manajemen sampah
Dalam menangani kewaspaadaan terhadap risiko COVID-19, perlu ditambahkan kewaspadaan
terhadap droplet dan kontak. Beberapa hal yang harus diperhatikan ialah:

Instruksi untuk pasien

1. Berikan kepada pasien dengan kecurigaan COVID-19 masker medis dan arahkan pasien ke
lokasi/area terpisah atau ruang isolasi. Hal ini sudah sesuai dengan yang dilakukan suster Nita
dalam ilustrasi kasus.
2. Beri jarak kurang lebih 1 meter antar pasien-pasien dengan kecurigaan COVID-19
3. Instruksikan pasien untuk menutup hidung dan mulut saat bersin atau batuk menggunakan tissue
atau siku bagian dalam, dan instruksikan pasien untuk mencuci tangan setelah kontak dengan
sekret dari saluran napas

Prosedur kewaspadaan terhadap droplet; bertujuan mencegah transmisi droplet ukuran besar


dari virus

1. Menggunakan masker medis bila bekerja dalam jarak 1 meter dari pasien.
2. Tempatkan pasien di ruang-ruang terpisah, atau kelompokkan mereka yang memiliki diagnosis
etiologi yang sama.
3. Bila diagnosis etiologi tidak memungkinkan, Kelompokkan pasien sesuai dengan diagnosis klinis
dan berdasarkan pertimbangan faktor risiko dalam ruangan dengan separasi.
4. Saat menatalaksana pasien dengan jarak dekat, gunakan face mask atau goggles mengingat
cipratan sekret dapat terjadi. 
5. Batasi pergerakan pasien dalam fasilitas pelayanan kesehatan dan pastikan pasien menggunakan
masker medis saat di luar ruang perawatan. 

Prosedur kewaspadaan terhadap kontak; bertujuan mencegah transmisi langsung atau tidak
langsung dari kontak dengan permukaan atau alat yang terkontaminasi.
1. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD: masker medis, pelindung mata, sarung tangan dan gown) saat
memasuki ruangan, lepas APD saat keluar ruangan, dan praktikkan hand hygiene setelah
pelepasan APD.
2. Bila memungkinkan, gunakan perlengkapan seperti stetoskop, cuffs pengukur tekanan darah,
termometer dll yang disposable atau bersifat dedicated untuk pasien tersebut. Jika terpaksa
perlengkapan itu digunakan bersama pasien lain, bersihkan dan lakukan disinfeksi sebelum
penggunaan ke pasien lain. 
3. Pastikan tenaga kesehatan tidak menyentuh mata, hidung atau mulut dengan tangan telanjang atau
sarung tangan yang sudah terkontaminasi.
4. Hindari mencemari permukaan lingkungan yang tidak terkait langsung dengan tata laksana pasien
(contoh: pegangan pintu, saklar lampu).
5. Hindari pergerakan pasien yang tidak perlu.
6. Selalu terapkan hand hygiene. 

Prosedur kewaspadaan saat melakukan Aerosol Generating Procedure  (AGP)

1. Yakinkan bahwa tenaga kessehatan yang melakukan AGP (contoh: open suctioning of respiratory
tract, intubasi, bronkoskopi, resusitasi jantung paru) menggunakan APD yang tepat termasuk
sarung tangan, long-sleeved gowns, pelindung mata, dan fit-tested particulate respirators (N95 or
equivalent, or higher level of protection). 
2. Bila memungkinkan, gunakan ruangan tersendiri dengan ventilasi adekuat saat melakukan
prosedur AGP, aatau  ruangan bertekanan negatif dengan minimum of 12 pertukaran udara/jam
atau setidaknya 160 L/detik/pasien dalam fasilitas dengan ventilasi netral. 
3. Hindari kehadiran individu yang tidak diperlukan dalam ruangan tersebut. 
4. Perawatan pasien dengan ventilator juga perlu dilakukan dalam ruangan bertekanan negatif. 

Alat pelindung diri yang perlu dipakai oleh dr. Lisa dan Ners Sitta menurut panduan alat pelindung diri di
RSCM, tenaga kesehatan yang bertugas di triage IGD perlu menggunakan APD level 2 yaitu masker, gaun,
google,

2. 2a) Langkah pertama triase pada fasililtas kesehatan di era COVID-19 adalah menerapkan definisi
kasus WHO yaitu demam, batuk, dan dispnea. Pasien yang diduga COVID-19 ditatalaksana sesuai
protokol COVID-19, sedangkan pasien yang tidak dicurigai COVID-19 akan ditatalaksana sebagai non-
covid.

2b) Anamnesis dan pemeriksaan fisis apa saja yang harus dikerjakan untuk masing – masing pasien?
Pada kasus dengan gejala akut, anamnesis dan pemeriksaan fisis yang dilakukan dr. Lisa meliputi
penilaian survei primer ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, dan Exposure) dan survey
sekunder.
- Airway: Adakah sumbatan jalan nafas yang ditandai dengan stridor, gurgle, atau benda padat.
- Breathing: Adakah pola nafas yang abnormal, hipoksia, bunyi nafas tambahan, tanda tension
pneumothorax
- Circulation: Adakah tanda perfusi yang buruk atau syok, pendarahan, tamponade jantung
- Disabilty: Adakah perubahahan status mental, kejang, hipoglikemi, tanda overdosis opiat, dsb
- Exposure: Jauhkan dari paparan yang memperburuk kondisi pasien misalnya pakaian yang basah,
yang ketat, perhiasan yang mengekang, sumber toksin, dsb.

Periksa tanda vital dan anamnesis SAMPLE (Sign and symptom, allergic, medication, past medical
history, last oral intake, events). Setelah itu lakukan survei sekunder.

Pemeriksaan lanjutan yang diperlukan untuk masing-masing pasien:

 Pasien pertama seorang perempuan usia 36 tahun dengan keluhan sesak napas: darah perifer
lengkap, analisa gas darah dan elektrolit, rontgen toraks, CRP kuantitatif, prokalsitonin,
pertimbangkan swab COVID-19
 Pasien kedua laki-laki 27 tahun dengan keluhan lemas pasca diare  darah perifer lengkap, gula
darah sewaktu, elektrolit (Na, K, Cl)
 Pasien ketiga laki-laki usia 54 tahun jatuh dari genting rumah saat memperbaiki antena, sekilas
dr. Lisa melihat adanya deformitas pada tungkai bawah dan lengan atas kiri  darah perifer
lengkap, rontgen tungkai atas dan bawah bilateral, USG pelvik abdomen untuk melihat
pendarahan internal.
 Pasien keempat perempuan, 24 tahun, diketahui merupakan pasien tetap RS dengan diagnosis
otoimun, ia datang dengan keluhan demam dan sakit kepala hebat  darah perifer lengkap, CRP
kuantitatif
 Pasien kelima perempuan usia 70 tahun, dengan penurunan kesadaran.  darah perifer lengkap,
analisa gas darah, Na, K, Cl, gula darah sewaktu, ureum, kreatinin, SGOT/SGPT, CT scan kepala
Bagaimana urutan prioitas kelima pasien?

– Pasien pertama dengan sesak nafas (merah)


– Pasien ketiga dengan jatuh dari genting dengan deformitas (merah)
– Pasien kelima dengan penurunan kesadaran (merah)
– Pasien keempat dengan demam dan sakit kepala berat disertai dengan riwayat autoimun (merah)
– Pasien dengan dehidrasi setelah diare (kuning)

3. Tatalaksana pasien DOA (Death on arrival)


Jenazah dari luar rumah sakit yang memiliki riwayat ODP atau PDP, termasuk pasien DOA (Death on
Arrival) yang dirujuk dari rumah sakit lain dianggap sebagai jenazah yang terpapar COVID-19 sehingga
diperlukan langkah khusus untuk pencegahan penularan bagi yang hidup. Prosedur penanganan jenazah
diantaranya:
- Tim pemulasaran jenazah memakai APD level 3
- Pemulasaran jenazah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. Edukasi keluarga penting
dilakukan.
- Selain tim pemulasaran jenazah, tidak diperkenankan memasuki ruangan
- Jangan menyuntik pengawet atau memberi balsem pada jenazah
- Lakukan disinfeksi pada jenazah
- Tutup semua lubang tubbuh dan bekas luka dengan plester kedap air
- Masukkan jenazah ke kantong yang tidak tembus air. Pastikan tidak bocor.
- Segel kantong jenazah dengan lem silikon, jangan dibuka lagi
- Disinfeksi bagian luar jenazah dan ruangan
- Masukkan ke peti kayu dan tutup rapat dengan lem silikon, paku dan skrup
- Bungkus peti dengan plastik kemudian disinfeksi
- Sebaiknya disemayamkan tidak lebih dari 4 jam setelah dinyatakan meninggal

Sumber: Pedoman pemulasaran dan penguburan jenazah akibat COVID-19 di masyarakat. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. 2020.

Anda mungkin juga menyukai