Anda di halaman 1dari 11

1.

Pembacaan Teks Proklamasi

Pembacaan teks Proklamasi pada 17 Agustus 1945 menjadi pertanda bangsa


Indonesia merdeka dan lepas dari penjajahan negara lain. Isi dari teks Proklamasi
memiliki makna yang dalam dan sangat penting bagi masyarakat Indonesia
Ir. Soekarno membacakan teks Proklamasi pada Jumat, 17 Agustus 1945, pukul
10.00 pagi didampingi oleh Mohammad Hatta. Peristiwa pembacaan teks Proklamasi
berlangsung di kediaman Soekarno, tepatnya di serambi depan, Jalan Pegangsaan Timur
Nomor 56 Jakarta. Saat ini alamat tersebut sudah berubah nama menjadi Jalan
Proklamasi Nomor 5, Jakarta Pusat.
 
Isi dari teks Proklamasi hasil ketikan Sayuti Melik

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.


Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan
dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05


Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta.

2. Sikap yang perlu dicontoh dari para pahlawan


Cara meneladani sikap pahlawan Menghargai jasa pahlawan tidak hanya mengenang
dalam hati dan berterima kasih, melainkan juga dengan meneladani sikap dan perbuatan
mereka. Dalam buku Jasa Pahlawan Bangsaku (2010) oleh Sri Widayati, cara meneladani
sikap pahlawan, di antaranya:
1. Rela berkorban
Sikap rela berkorban merupakan sikap mencerminkan adanya kesediaan dan
keikhlasan dalam memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain. Contoh sikap
rela berkorban, yaitu:
- Menyisihkan uang untuk membantu saudara atau teman-teman yang terkena
bencana
- Ikut kegiatan bersih-bersih di rumah maupun sekolah
- Membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti pajak kendaraan
dan bangunan.
- Membantu pekerjaan orangtua atau orang-orang di sekitar kita dengan ikhlas
2. Berani dalam kebenaran
Berani karena sesuatu yang dilakukan benar dan baik. Bentuk-bentuk sikap berani
dalam kebenaran, yakni:
- Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
- Menghormati hak-hak orang lain
- Memuji keberhasilan orang lain dan memberik kritik yang membangun atas
kegagalan orang lain
- Suka menolong kepada sesama
- Tidak melakukan perbuatan yang menyakiti atau merugikan orang lain
Menghargai orang lain
3. Berjiwa besar
Sikap berjiwa besar yaitu menerima kemenangan dan kekalahan dengan ikhlas. Sikap
ini dapat meredam dan menghindari konflik. Contoh sikap berjiwa besar, sebagai
berikut:
- Meminta maaf atas segala kesalahan yang dilakukan
- Cepat belajar dari kesalahan dan tidak terlalu lama dalam rasa penyesalan
- Bekerja dengan tim terbaik
- Jangan menyalahkan orang lain jika ada kekurangan dalam diri sendiri
- Tidak mudah putus asa
4. Sikap cinta tanah air
adalah rasa kebanggaan, memiliki, menghargai, menghormati, dan loyalitas dalam
setiap individu kepada negara. Bentuk-bentuk sikap cinta tanah air dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu:
- Mempelajari sejarah perjuangan pahlawan
- Menghormati upacara bendera sebagai wujud rasa cinta tanah air dan bangsa
Indonesia
- Menghormati simbol-simbol negara
- Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri
- Mengharumkan nama bangsa dan negara Indoensia
- Menggunakan bahsa Indonesia yang baik dan benar
- Belajar dengan tekun sehingga dapat ikut serta mengabdi dan membangun
Indonesia.

3. Menunjukan sikap menghargai sejarah


cara menghargai jasa pahlawan:
1. Dengan penganugerahan gelar pahlawan nasional.
Misalnya memberikan gelar pahlawan nasional kepada tokoh-tokoh kerajaah Islam,
seperti Sultan Hasanuddin, Sultan Iskandar Muda, Pangeran Diponegoro, Sultan
Ageng Tirtayasa, dan masih banyak lainnya.
2. Memakamkan pahlawan di temopat terhormat, yaitu makam pahlawan
3. Mengabadikan nama para pahlawan sebagai nama jalan, gedung, dan lainnya
4. Membangun tugu peringatan, monumen, atau patung untuk mengenang serta
menghormati jasa para pahlawan.
5. Memperingati peristiwa-peristiwa penting dalam perjuangan bangsa.
4. Memahami Persitiwa golongan tua dan golongan muda dalam mempersiapkan
kemerdekaan

Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah
pemuda antara lain Soekarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh dari perkumpulan
"Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus
1945 pukul 03.00 WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang,
untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,
sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan
Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan
dilaksanakan terutama setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.[1][2]
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian.
Sementara itu di Jakarta, Chaerul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk
merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena
tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno
dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di Lapangan IKADA (yang sekarang
telah menjadi Lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur No.
56. Akhirnya, dipilihlah rumah Bung Karno karena di Lapangan IKADA sudah tersebar
bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga tentara-tentara Jepang
sudah berjaga-jaga, untuk menghindari kericuhan, antara penonton-penonton saat terjadi
pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No.
56. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong. Bendera
Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16
Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding
dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto
hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad
Soebardjo ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur.
Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk
membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Pada tanggal 16
Agustus tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi
dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik
oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang "dipinjam" (tepatnya sebetulnya
diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr.
Hermann Kandeler.[3]

Latar belakang

Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar proklamasi
dilakukan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi
dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang.
Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh
Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya
merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan
pemberian dari Jepang.
Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu
lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam
pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan
hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir.
Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggung
jawab sebagai ketua PPKI.

5. Macam Bentuk dan Manfaat Peninggalan Sejarah

jenis-jenis peninggalan bersejarah ada banyak, antara lain:


- Tulisan: prasasti, naskah kuno,
- Bangunan: candi, benteng, masjid, istana atau keraton, makam, monumen, gedung
museum, situs
- Benda-benda: fosil, artefak, arca, patung
- Karya seni: tari, cerita rakyat, lagu daerah, seni pertunjukan, adat istiadat

Manfaat peninggalan bersejarah antara lain:


1. Menambah kekayaan dan khasanah budaya bangsa
2. Menambah pendapatan negara melalui kegiatan wisata
3. Sebagai bukti nyata peristiwa sejarah yang dapat diamati zaman sekarang
4. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan
5. Sangat membantu dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan
6. Dapat mempertebal rasa kebangsaan
7. Dapat memperkokoh rasa persatuan
6. Contoh Bentuk Peninggalan Sejarah di Indoensia
1. Arca
Arca adalah patung, baik terbuat dari batu atau yang terbuat dari perunggu.
Contoh arca yang ada di Indonesia, seperti archa Ganesha, Arca Prajnaparamita, arca
Buddha Amarawati, dan masih banyak lagi.
2. Benteng
Benteng merupakan bentuk bangunan yang sengaja dibuat untuk keamanan dan
pertahanan waktu perang.
Contoh peninggalan sejarah yang berupa benteng antara lain:
- Benteng Otanah di Sulawesi untuk melindungi raja
- Benteng Fort de Kock di Sumatera Barat dibangun oleh Belanda
- Benteng Portugis di Jepara Jawa Tengah
- Benteng Pendem di Cilacap Jawa Tengah
3. Candi
Candi adalah bangunan kuno yang dibuat dari batu sebagai tempat pemujaan,
penyimpanan abu jenazah raja atau pendeta Hindu dan Buddha pada zaman dulu.
Beberapa candi yang terdapat di Indonesia adalah:
- Candi Prambanan di Yogyakarta
- Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah
- Candi Mendut di Magelang, Jawa Tengah
- Candi Pawon di Magelang, Jawa Tengah
- Candi Panataran di Jawa Timur
- Candi Muara Takus di Riau
4. Gedung
Gedung yang pernah digunakan untuk berlangsungnya peristiwa sejarah, atau tempat
yang dijadikan sebagai peninggalan sejarah, misalnya:
- Gedung Lawang Sewu di Semarang
- Istana Presiden di Tampak Siring, Bali
- Keraton Cirebon, Surakarta, dan Yogyakarta.
- Istana Bogor
5. Makam
Banyak makam yang dijadikan sumber sejarah dan peninggalan sejarah.
Berikut ini adalah beberapa makam yang terkenal sebagai peninggalan sejarah: 
- Makam Raja-raja Surakarta dan Yogyakarta di Imogiri, Yogyakarta
- Makam Pangeran Diponegoro di Makassar, Sulawesi Selatan
- Makam RA. Kartini di Rembang Jawa Tengah
- Makam Ir. Soekarno di Blitar, Jawa Timur
- Makam Sunan Kalijaga di Demak, Jawa Tengah
6. Monumen
Monumen adalah bangunan yang sengaja dibuat untuk mengenang jasa seorang tokoh
kepada nusa dan bangsa, juga untuk memperingati peristiwa bersejarah yang ada di
Indonesia.
Beberapa monumen di Indonesia, yaitu:
- Monumen Nasional (Tugu Monas ) di Jakarta
- Monumen Tugu Muda di Semarang
- Monumen Proklamasi di Jakarta
- Monumen Palagan Ambarawa di Semarang
- Monumen Pers Nasional di Solo Jawa Tengah
7. Museum
Museum adalah gedung, rumah, atau tempat yang digunakan untuk menyimpan benda-
benda peninggalan sejarah.
Beberapa museum yang ada di Indonesia antara lain:
-  Museum Sudirman di Magelang Jawa Tengah.
- Museum Satria Mandala di Jakarta
- Museum Purbakala di Sangiran, Sragen Jawa Tengah.
- Museum RA. Kartini di Jepara Jawa Tengah.
8. Prasasti
Prasasti adalah tulisan pada batu yang bernilai sejarah. Prasasti yang merupakan
peninggalan pada masa kerajaan-kerajaan di Indonesia antara lain:
- Prasasti Citarum, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, dan Muara Cianten peninggalan
Kerajaan Tarumanegara.
- Prasasti Tuk Mas, Sojomerto, dan Canggal peninggalan Kerajaan Mataram.
9. Situs
Situs adalah daerah temuan benda-benda purbakala, seperti fosil binatang purba.
Banyak situs di Indonesia yang merupakan peninggalan zaman purba atau zaman Hindu
dan Buddha, misalnya:
- Situs Muara Jambi
- Situs Plawangan 
- Situs Cilongok
10.Tempat Ibadah
Beberapa tempat ibadah yang bernilai sejarah antara lain:
- Masjid Agung Demak, di Demak Jawa Tengah
- Masjid Menara Kudus, di Kudus Jawa Tengah
- Gereja Portugis di Jakarta
- Masjid Baiturrahman di Aceh (NAD)

7. Memahami Pengertian Prasasti dan contohnya di Indonesia


Prasasti adalah tulisan pada batu yang bernilai sejarah. Prasasti yang merupakan
peninggalan pada masa kerajaan-kerajaan di Indonesia antara lain:
- Prasasti Citarum, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, dan Muara Cianten peninggalan
Kerajaan Tarumanegara.
- Prasasti Tuk Mas, Sojomerto, dan Canggal peninggalan Kerajaan Mataram.

8. Memahami UU No. 5 Tahun 1992


Menimbang:

1. bahwa benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi
pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga pcrlu
dilindungi dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jatidiri bangsa dan kepentingan nasional;
2. bahwa untuk menjaga kelestarian benda cagar budaya diperlukan langkah pengaturan bagi
penguasaan, pemilikan, penemuan, pencarian, perlindungan, pemeliharaan, pengelolaan,
pemanfaatan, dan pengawasan benda cagar budaya;
3. bahwa pengaturan benda cagar budaya sebagaimana diatur dalam Monumenten Ordonnantie
Nomor 19 Tahun 1931 (Staatsblad Tahun 1931 Nomor 238), sebagaimana telah diubah dengan
Monumenten Ordonnantie Nomor 21 Tahun 1934 (Staatsblad Tahun 1934 Nomor 515) dewasa
ini sudah tidak sesuai dengan upaya perlindungan dan pemeliharaan demi pelestarian benda
cagar budaya; dan oleh karena itu dipandang perlu menetapkan pengaturan benda cagar budaya
dengan Undang-undang;

9. Contoh Kerajaan Islam dan Peninggalan Sejarahnya

1. Kerajaan Perlak (840-1292)


Kerajaan Perlak atau Kesultanan Peureulak merupakan kerajaan Islam di Indonesia yang
terletak di Peureulak, Aceh Timur pada 840-1292 Masehi. Perlak merupakan wilayah
yang dikenal memproduksi kayu perlak yang merupakan bahan baku pembuatan kapal.

Tak heran, Perlak ramai dikunjungi pedagang Gujarat, Arab, dan Persia, sehingga
komunitas Islam di wilayah ini berkembang pesat. Proses asimilasi dari hasil kawin
campur pedagang Muslim dengan wanita pribumi banyak terjadi pada masa itu.

Kerajaan Perlak berlangsung cukup lama. Raja pertama Kerajaan Perlak bernama Alaidin
Sayyid Maulana Aziz Syah. Kemudian raja terakhir Muhammad Amir Syah
mengawinkan putrinya dengan Malik Saleh. Malik Saleh inilah cikal bakal yang
mendirikan Kerajaan Samudra Pasai.

Bukti sejarah yang memperkuat Kerajaan Perlak yakni makam salah satu Raja Benoa--
negara bagian Kesultanan Perlak--yang terletak di pinggir Sungai Trenggulon. Diyakini,
batu nisan pada makam tersebut dibuat pada abad ke-11 M.

2. Kerajaan Ternate (1257)

Masjid Sultan Ternate. Kerajaan Ternate adalah salah satu kerajaan Islam pertama dan
tertua di Indonesia.
Kerajaan Gapi atau lebih dikenal sebagai Kerajaan Ternate terletak di Maluku Utara.
Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Marhum pada 1257 ini juga merupakan salah satu
kerajaan Islam tertua di Indonesia.

Kerajaan Ternate berkembang paling masif dibanding kerajaan di Maluku lainnya


lantaran sumber rempah-rempah yang begitu besar dan militer yang kuat.

Saat itu, banyak saudagar yang datang untuk melakukan perdagangan di Kerajaan
Ternate, di samping menyiarkan agama Islam. Setelah Sultan Mahrum wafat, diteruskan
oleh Sultan Harun dan kemudian digantikan oleh putranya, Sultan Baabullah.

Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mencapai puncak


kejayaannya. Usai Sultan Baabulah meninggal pada 1583, tampuk kekuasaan dialihkan
pada putranya, Sahid Barkat.

Sejarah peradaban Kerajaan Ternate yakni Masjid Sultan Ternate, Keraton Kesultanan
Ternate, Makam Sultan Baabullah, dan Benteng Tolukko.

3. Kerajaan Samudera Pasai (1267-1521)


Kerajaan Samudra Pasai merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia yang
didirikan oleh Meurah Silu atau lebih dikenal sebagai Sultan Malik al-Saleh pada 1267.

Kerajaan yang terletak di Aceh Utara Kabupaten Lhokseumawe ini diketahui merupakan
gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak yang ada sebelumnya.

Cukup banyak bukti arkeologis yang menunjukkan keberadaan Kerajaan Samudera Pasai.
Antara lain makam raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak
di dekat pusat kerajaan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe.

Pada masa kejayaan, Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan dengan komoditas
utamanya lada. Banyak saudagar dari berbagai penjuru negeri yang datang berniaga,
sebut saja dari India, Siam, Arab, Persia, hingga Tiongkok.

Jejak peninggalan lain yakni ditemukannya dirham atau mata uang emas murni. Pada
masa pemerintahan Sultan Malik At-Tahir, Kerajaan Samudera Pasai mengeluarkan
dirham sebagai alat tukar secara resmi.

Kerajaan ini runtuh pada 1521 akibat perebutan kekuasaan, perang saudara, dan diserang
Portugis.

4. Kerajaan Gowa (1300-1945)


Masjid Tua Katangka Gowa, Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa adalah salah satu
kerajaan Islam pertama dan tertua di Indonesia.
Kerajaan Gowa adalah kerajaan yang berkembang pesat di Sulawesi Selatan karena
letaknya yang berada di tengah jalur pelayaran yang strategis. Di wilayah ini mayoritas
dihuni oleh masyarakat suku Makassar.

Kerajaan Gowa kemudian mencapai puncak kejayaannya bersama Tallo menghegemoni


perdagangan dan militer di timur Nusantara.

Usai Gowa mengadopsi Islam sebagai agama resmi pada awal 1600-an, kerajaan kembar
ini kemudian mendirikan Kerajaan Islam Makassar dengan raja pertamanya Sultan
Alauddin.

Kerajaan Islam Makassar ini gemar menyebarkan dakwah Islam. Masa puncak kejayaan
Kerajaan Islam Makassar ini ialah pada saat pemerintahan Sultan Hasanuddin. Sultan
Hasanuddin adalah cucu dari Sultan Alauddin.

Tinggal di wilayah maritim membuat sebagian besar masyarakat Gowa bermata


pencaharian sebagai nelayan dan pedagang. Masyarakat Gowa juga dikenal sebagai
pembuat kapal Pinisi dan Lombo, yang hingga kini terkenal hingga mancanegara.

Beberapa peninggalan Kerajaan Gowa masih ada yang utuh hingga saat ini dan menjelma
menjadi tempat wisata yang dilindungi, seperti Masjid Tua Katangka, Istana Tamalate,
Museum Balla Lompoa, Benteng Ford Rotterdam, dan Benteng Somba Opu.

5. Kesultanan Malaka (1405-1511)


Kesultanan Malaka atau Melaka merupakan kerajaan Islam Melayu yang terletak di tanah
Malaka. Kerajaan ini pertama kali didirikan oleh Parameswara pada 1405. Kesultanan
Malaka terkenal sebagai penguasa jalur pelayaran dan perdagangan di selat Malaka
sekitar abad 15.

Mulanya, masyarakat Malaka belum memeluk Islam. Namun seiring perkembangan


Islam menjadi bagian dari Kerajaan Malaka yang ditandai oleh gelar sultan yang
disandang oleh penguasa Malaka pada 1455.

Sultan Mahmud Syah adalah raja kedelapan sekaligus yang terakhir dari Kesultanan
Malaka. Pemerintahannya berakhir akibat serangan Portugis pada 1511.

Mahmud Syah sempat memindahkan ibu kotanya ke Bintan, namun kembali


diluluhlantakkan Portugis. Peristiwa inilah yang menjadi awal mula invasi militer Eropa
ke Nusantara.

Peninggalan Kerajaan Malaka yang masih berdiri sampai sekarang antara lain Masjid
Raya Baiturrahman Aceh, dan Masjid Agung Deli.

6. Kerajaan Islam Cirebon (1430-1677)

Kerajaan Cirebon adalah salah satu kerajaan Islam pertama dan tertua di Indonesia.
Kerajaan Cirebon atau Kasultanan Cirebon adalah Kasultanan Islam yang cukup besar di
Jawa Barat pada abad 15-16 Masehi. Lokasinya yang berada di pantai utara Pulau Jawa
menjadikan Kerajaan Cirebon sebagai jalur perdagangan dan pelayaran yang penting.

Dari sinilah Cirebon tumbuh menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat.
Kasultanan Cirebon pertama kali didirikan pada 1430 oleh Pangeran Walangsungsang
yang dinobatkan sebagai Sultan Cirebon I. Kemudian pada 1479 Sultan Cirebon I
menyerahkan jabatan dan kekuasaannya kepada Sunan Gunung Jati yang tidak lain ada
keponakannya sendiri dan menjabat sebagai Sultan Cirebon II.

Sultan atau penguasa Kerajaan Cirebon selanjutnya adalah Sultan Abdul Karim yang
merupakan penguasa Kasultanan Cirebon terakhir sebelum terbagi menjadi dua yaitu
kesultanan Kasepuhan dan kesultanan Kanoman.

Peninggalan Kerajaan Cirebon yang paling terkenal yakni Keraton Kasepuhan Cirebon,
Keraton Keprabon, Patung Harimau Putih, Bangunan Mande, dan Kereta Kasepuhan
Singa Barong, dan Mangkok Kayu Berukir.

7. Kerajaan Demak (1478-1554)


Kerajaan Demak merupakan Kerajaan Islam pertama dan terbesar di pesisir Pulau Jawa.
Kerajaan yang berdiri pada 1478 ini dipimpin oleh Raden Patah. Kerajaan Demak
merupakan pelopor penyebaran agama Islam di Nusantara lantaran dukungan para Wali
Songo.

Kemunculan Kerajaan Demak terjadi pada masa kemunduran Kerajaan Majapahit.


Beberapa wilayah kekuasaan Majapahit memisahkan diri.

Kerajaan ini tercatat memiliki 5 raja tersohor yang pernah berkuasa, seperti Raden Fatah,
Pati Unus, Sultan Trenggono, Sunan Prawata, dan Arya Penangsang. Pada masa
kejayaannya, Kerajaan Demak ini tak tersaingi.

Kemunduran Kerajaan Demak dipicu oleh perang saudara antara Pangeran Surowiyoto
dan Trenggono yang berujung saling bunuh untuk merebut takhta.
Kemudian pada 1554, Kerajaan Demak runtuh akibat pemberontakan Jaka Tingkir yang
berhasil mengalihkan pusat kekuasaan ke daerah Pajang dan mendirikan Kerajaan
Pajang.

8. Kerajaan Islam Banten (1526-1813)

Kerajaan Banten pernah berjaya di tanah Pasundan, Banten pada 1526. Sultan pertama
Kerajaan Banten adalah Sultan Maulana Hasanudin yang merupakan anak dari Sunan
Gunung Jati.

Pemimpin yang paling terkenal di Kesultanan Banten adalah Sultan Agung Tirtayasa. Di
bawah kekuasaannya, ia banyak memimpin perlawanan terhadap Belanda lantaran VOC
menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten.

Islam menjadi pilar bagi Kesultanan Banten dan menempatkan ulama sebagai peranan
penting dalam kehidupan masyarakat.

Inilah yang membuat tarekat dan tasawuf berkembang di Banten. Tradisi lain yang
dipengaruhi perkembangan Islam juga dapat terlihat pada seni bela diri debus.

Runtuhnya Kesultanan Banten salah satunya diakibatkan oleh perang saudara. Anak dari
Sultan Ageng Tirtayasa, yakni Sultan Haji, berusaha merebut kekuasaan dari tangan sang
ayah.

9. Kerajaan Pajang (1568-1586)


Kerajaan Pajang berdiri sebagai kelanjutan Kerajaan Demak usai mengalami keruntuhan.
Kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah ini didirikan oleh Sultan Hadiwijaya atau dikenal
sebagai Jaka Tingkir yang berasal lereng Gunung Merapi.

Jaka Tingkir merupakan menantu Sultan Trenggono yang diberi kekuasaan di Pajang.
Usai merebut kekusaan Demak dari Aria Penangsang, seluruh kekuasaan dan benda
pusaka Demak dipindahkan ke Pajang. Jaka Tingkir mendapat gelar Sultan Hadiwijaya
dan sekaligus menjadi raja pertama Kerajaan Pajang.

Islam yang semula berpusat di pesisir utara Jawa (Demak) dipindahkan ke pedalaman
membawa pengaruh yang besar dalam penyebarannya. Semasa pemerintahannya, politik
dan agama Islam mengalami perkembangan.

Kemudian Jaka Tingkir melakukan ekspansi ke timur hingga Madiun tepatnya di tepi
aliran sungai Bengaawan Solo. Pada tahun 1554 Jaka Tingkir mampu menduduki Blora
dan Kediri pada 1577.

Bekas peninggalan Kerajaan Panjang yang masih ada antara lain Masjid dan Pasar
Laweyan, Makam Sultan Hadiwijaya, dan kompleks makam pejabat Panjang.

10. Kerajaan Mataram Islam (1588-1680)

Ilustrasi Kerajaan Mataram Islam Kerajaan Gowa adalah salah satu kerajaan Islam


pertama dan tertua di Indonesia.
Kerajaan Mataram Islam berpusat di Kotagede Yogyakarta pada 1588. Kerajaan ini
dipimpin oleh dinasti yang mengaku sebagai keturunan Majapahit, yakni keturunan Ki
Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan.

Awal mula Kerajaan Mataram Islam adalah dari Kadipaten yang berada di bawah
Kesultanan Pajang dan berpusat di Bumi Mentaok. Kemudian diberikan kepada Ki
Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasa yang diberikannya.

Raja pertama adalah Raden Mas Sutawijaya atau Penembahan Senapati yang tak lain
adalah putra Ki Ageng Pemanahan. Kerajaan Islam Mataram mengalami masa kejayaan
pada masa pemeritahan Mas Rangsang atau Sultan Agung.

Ia berhasil melakukan ekspansi dan menguasai hampir seluruh wilayah di tanah Jawa. Ia
juga melakukan perlawanan kepada VOC dengan bersama Kesultanan Banten dan
Cirebon.

Kerajaan Mataram Islam mengalami perpecahan usai konflik politik dan mengakibatkan
pembagian wilayah kekuasaan, yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan
Surakarta yang tertuang dalam Perjanjian Giyanti.

Peninggalan kerajaan yang hingga kini masih dapat dijumpai adalah Masjid Agung
Gedhe Kauman, Masjid Kotagede, Masjid Pathok Negara Sulthoni Plosokuning, Masjid
Agung Surakarta, dan Masjid Al Fatih Kepatihan Solo, batas administrasi wilayah, dan
aksara Jawa Hanacaraka.

10. Memhami Sistem tanam paksa dan tujuannya


Sejarah dan Latar Belakang Tanam Paksa
Tahun (1825-1830) Belanda telah berhasil menumpas pemberontakan yang terjadi di
Jawa dalam Perang Diponegoro. Namun hal itu menyebabkan keuangan Belanda menjadi
surut bahkan memiliki utang. Oleh sebab itu Raja Wiliam 1 mengutus Johannes van den
Bosch untuk mencari cara menghasilkan uang dari sumber daya di Indonesia.
Lahirlah Cultuurstelsel, para petani sangat menderita kala itu karena alih-alih mereka
berfokus menanam padi untuk makan sendiri, mereka malah harus menanam tanaman
ekspor yang harus diserahkan ke pemerintah kolonial.
Van den Bosch menyusun peraturan-peraturan pokok yang termuat pada lembaran negara
(Staatsblad) Tahun 1834 No.22 sebagai berikut:
1. Persetujuan-persetujuan akan diadakan dengan penduduk agar mereka menyediakan
sebagian tanah milik mereka untuk penanaman tanaman dagangan yang dapat dijual di pasar
Eropa.
2. Bagian tanah tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk tujuan ini tidak boleh
melebihi seperlima tanah pertanian yang dimiliki oleh penduduk di desa.
3. Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman dagang tidak boleh melebihi pekerjaan
yang diperlukan untuk menanam padi.
4. Bagian tanah yang disediakan untuk menanam tanaman dagangan dibebaskan dari
pembayaran pajak tanah.
5. Tanaman dagang yang dihasilkan di tanah-tanah yang disediakan wajib diserahkan kepada
pemerintah Hindia Belanda jika nilai hasil-hasil tanaman dagangan yang ditaksir melebihi
pajak tanah yang harus dibayar rakyat, selisih profitnya harus diserahkan kepada rakyat.
6. Panen tanaman dagangan yang gagal harus dibebankan kepada pemerintah, sedikit-dikitnya
jika kegagalan ini tidak disebabkan oleh kurang rajin atau ketekunan dari pihak rakyat.
7. Penduduk desa mengerjakan tanah-tanah mereka di bawah pengawasan kepala-kepala
mereka, sedangkan pegawai-pegawai Eropa hanya membatasi diri pada pengawasan apakah
membajak tanah, panen, dan pengangkutan tanaman-tanaman berjalan dengan baik dan tepat
pada waktunya.

Tujuan Tanam Paksa


Secara ringkas, berikut tujuan tanam paksa yang diberlakukan oleh Van den Bosch pada
rakyat Indonesia:
1. Mengisi kembali kas negara Belanda yang kosong karena pengeluaran negara yang
sangat banyak saat Perang Jawa.
2. Membantu menyediakan dana untuk membayar utang negara yang sangat besar
akibat peperangan.
3. Memberi suntikan dana untuk membiayai peperangan yang dilakukan di Eropa dan
di Indonesia.
4. Mendapatkan keuntungan sebesar – besarnya untuk pendapatan negara.

11. Awal mula kedatangan belanda di Indonesia


Proses kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia dimulai dengan keinginan Belanda
menemukan jalur langsung perdagangan rempah-rempah, sehingga mereka mengirim
eksedisi yang dipimpin oleh Cornelis De Houtman pada tahun 1592. Niatnya adalah
untuk berdagang maka kehadirannya diterima baik oleh rakyat, namun semakin lama niat
tersebut berubah dengan keinginan menguasai perdagangan. Kesuksesan ekspedisi De
Houtman ini diikuti dengan lahirnya VOC pada tahun 1602. Dengan adanya VOC hingga
terbentunya pemerintahan Hindia Belanda, tentunya mereka telah melalukan ekspansi
politik secara perlahan dan bertahap. Ekspansi atau sederhanya ialah penjajahan yang
dilakukan tidak serempak di seluruh  wilayah Indonesia, karena saat itu
wilayah Indonesia masih terpisah-pisah seperti kesultanan-kesultanan di setiap wilayah.
Sekitar tahun 1930-an Belanda kurang lebih memiliki seluruh wilayah dengan perbatasan
yang sekarang kita kenal sebagai Indonesia.
Dengan demikian awal mula bangsa Belanda melakukan penjajahan terhadap bangsa
Indonesia ialah ketika berubahnya tujuan Belanda yang berawal hanya ingin berdagang
dan mencari rempah-rempah menjadi kegiatan penguasaan dan ekspansi wilayah-wilayah
yang sekarang kita kenal sebagai Indonesia. Hal tersebut dilakukan secara perlahan
dilakukan selama ratusan tahun.

Anda mungkin juga menyukai