Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengaruh


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pengaruh adalah:
“Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.”
Menurut Winarto (1982:7) Pengaruh adalah
“Kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala
dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada
disekelilingnya.”
Dalam penelitian ini maka pengertian pengaruh adalah suatu keadaan ada
hubungan timbal balik, atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi
dengan apa yang dipengaruhi. Dua hal ini adalah yang akan dihubungkan dan dicari
apa ada hal yang menghubungkannya. Disisi lain pengaruh adalah berupan daya yang
bisa memicu sesuatu, menjadikan sesuatu berubah. Maka jika salah satu yang disebut
pengaruh tersebut berubah, maka akan ada akibat yang ditimbulkannya.

2.2 Pengertian Kompetensi

Kompetensi menurut Gondodiyoto (2007:35) artinya yang bersangkutan


terlatih (melalui suatu pendidikan formal) untuk mengerjakan suatu jenis
pekerjaan khusus/sulit yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan tinggi.
Mulyadi (2002:19) mengatakan bahwa:

“Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan


suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan
seseorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan
kecerdikan.”

6
7

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kompetensi auditor


adalah auditor yang dengan pengetahuan, pengalaman, pendidikan, dan pelatihan
yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat, dan seksama.
Maka, audit yang dilaksanakan dengan objektif, cermat, dan seksama akan
menghasilkan audit yang berkualitas tinggi.
Standar umum pertama menurut SA seksi 201 SPAP (2011) menyebutkan
bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
Prinsip-prinsip fundamental IFAC menyebutkan bahwa:

“Seorang akuntan profesional mempunyai kewajiban untuk memelihara


pengetahuan dan keterampilan profesional secara berkelanjutan pada
tingkat yang dipelukan untuk menjamin seorang klien atau atasan
menerima jasa profesional yang kompeten yang didasarkan atas
perkembangan praktik, legislasi, dan teknik.”

2.3 Pengertian Independensi

Menurut Standar Auditing Seksi 220.1 SPAP (2011) menyebutkan bahwa:


“Auditor harus bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi,
karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.”

Dengan demikian ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun,


sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan
sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan
pendapatnya.
Menurut Arens et al. (2012:111) independensi dalam auditing adalah :
“A member in public practice shall be independence in the performance a
professional service as require by standards promulgated by bodies
designated by a council.”

Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak


dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga
8

berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan
adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam merumuskan dan
menyatakan pendapatnya, maka audit yang dihasilkan akan sesuai dengan fakta tanpa
ada pengaruh dari luar.
Mulyadi (2002:26) menyebutkan bahwa:
“Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.
Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak
memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya.”

Menurut Rahayu dan Ely (2013:51-52) Profesi dan masyarakat memberi


perhatian besar tentang kepastian:
1. Auditor mempertahankan sikap yang tidak memihak dalam
melaksanakan pekerjaannya (independence in fact).
2. Para pemakai menganggap auditor bertindak independen
(independence in appearence).
Oleh karena itu dibutuhkan upaya pemeliharaan independensi. Upaya dapat
berupa persyaratan atau dorongan lain, hal-hal tersebut antara lain:
a. Kewajiban hukum, adanya sanksi hukum bagi auditor yang tidak
independen.
b. Standar auditing yang berlaku umum, sebagai pedoman yang
mengharuskan auditor mempertahankan sikap independen, untuk semua
hal yang berkaitan dengan penugasan.
c. Standar Pengendalian Mutu, salah satu standar pengendalian mutu
mensyaratkan kantor akuntan publik untuk menetapkan kebijakan dan
prosedur guna memberikan jaminan yang cukup bahwa semua staf
independen.
d. Komite Audit, merupakan sejumlah anggota dewan komisaris
perusahaan klien yang bertanggung jawab untuk membantu auditor
dalam mempertahankan independensinya dari manajemen. Komite audit
9

akan memutuskan kantor akuntan publik mana yang akan diberi tugas,
dan menentukan ruang lingkup pekerjaan, melakukan pertemuan untuk
membahas hasil audit, dan membantu menengahi bila terjadi
perselisihan antara manajemen dan auditor.
e. Komunikasi dengan auditor pendahulu, Auditor pengganti melakukan
komunikasi dengan auditor pendahulu sebelum menerima penugasan
dengan tujuan untuk mendapat informasi mengenai integritas
manajemen.
f. Penjajakan pendapat mengenai penetapan prinsip akuntansi, tujuan
untuk meminimasi kemungkinan manajemen menjalankan praktik
membeli pendapat, hal ini merupakan ancaman potensial terhadap
independensi.

2.3.1 Klasifikasi Independensi

Arens et al (2012:134) mengklasifikasikan independensi dalam dua aspek,


yaitu:
1. Independence in fact (independensi dalam fakta)
Artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi dan keterkaitan
yang erat dengan objektivitas. Independensi dalam fakta akan ada apabila
kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak
memihak sepanjang pelaksanaan auditnya.
2. Independence in appearance (independensi dalam penampilan)
Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan
pelaksanaan audit. Meskipun auditor telah menjalankan auditnya dengan
baik secara independen dan objektif, pendapat yang dinyatakan melalui
laporan audit tidak akan dipercaya oleh para pemakai jasa auditor
independen bila ia tidak mampu mempertahankan independensi dalam
penampilan sangat penting bagi perkembangan profesi auditor.
10

2.4 Kualitas Audit


Menurut De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003:25) mendefinisikan
kualitas audit sebagai kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan
dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Adapun
kemampuan untuk menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan
perusahaan tergantung dari kompetensi auditor sedangkan kemauan untuk
melaporkan temuan salah saji tersebut tergantung pada independensinya.

Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus


memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002:47) ada 8 prinsip yang
harus dipatuhi akuntan publik yaitu :
1. Tanggung jawab profesi.
Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan publik.
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas.
Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intregitas
setinggi mungkin.
4. Objektivitas.
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati,
kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesional.
6. Kerahasiaan.
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan.
11

7. Perilaku Profesional.
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan.
Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam
hal ini adalah standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan (SPAP,2001;150:1):
1. Standar Umum.
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan.
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus dapat diperoleh
untuk merencanakan audit dan menetukan sifat saat lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
3. Standar Pelaporan.
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
12

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atas suatu asersi.
Sehingga berdasarkan uraian di atas, audit memiliki fungsi sebagai proses
untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para
pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan
terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para
pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah
dibuat oleh auditor. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam
pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu auditor harus
menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan
yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik.
Moizer (1986) menyatakan bahwa pengukuran kualitas proses audit terpusat
pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan pada standar yang telah
digariskan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan
auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar
pengendalian mutu.

AAA Financial Accounting Commite (2000) dalam Christiawan (2002)


menyatakan bahwa:
“Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi (keahlian) dan
independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap
kualitas audit. Lebih lanjut, persepsi pengguna laporan keuangan atas
kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi mereka atas independensi
dan keahlian auditor.”

Dari pengertian tentang kualitas audit di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat
13

mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam

sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana

dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan

kode etik akuntan publik yang relevan.

Sehingga berdasarkan definisi di atas dapat terlihat bahwa auditor dituntut

oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk memberikan pendapat

tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan

dan untuk menjalankan kewajibannya ada 3 komponen yang harus dimiliki oleh

auditor yaitu kompetensi (keahlian), independensi dan due professional care. Tetapi

dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan

manajemen perusahaan. Manajemen ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak

berhasil, salah satunya tergambar melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud

untuk menciptakan penghargaan.

Berbagai penelitian tentang kualitas audit pernah dilakukan, salah satunya

oleh Deis dan Giroux (1992) mereka meneliti faktor penentu kualitas audit di sektor

publik dengan menggunakan sampel KAP yang mengaudit institusi sektor publik.

Studi ini menganalisis temuan-temuan Quality Control Review. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa lama hubungan dengan klien (audit tenure), jumlah klien, telaah

dari rekan auditor (peer review), ukuran dan kesehatan keuangan klien serta jam kerja

audit yang merupakan sub indikator dari kompetensi dan independensi secara

signifikan berhubungan dengan kualitas audit.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit adalah pendidikan,

struktur audit, kemampuan pengawasan (supervisor), profesionalisme dan beban


14

kerja. Semakin lama audit tenure, kualitas audit akan semakin menurun. Sedangkan

kualitas audit akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah klien, reputasi

auditor, kemampuan teknis dan keahlian yang meningkat.

2.5 Auditing
2.5.1 Definisi Auditing
Banyak para pakar memberikan batasan tentang audit. Pada dasarnya para
pakar memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan pengertian auditing sehingga
mudah dipahami. Perbedaannya hanya terletak pada sudut pandang yang digunakan
oleh masing–masing pakar dalam perumusannya.
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2012:24) mengemukakan definisi

Auditing adalah sebagai berikut:

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidience about


information todetermine and report on the degree of correspondence
between the informationand established criteria. Auditing should be done by
a competent, independentperson.”

Menurut Agoes (2004:3) adalah:

“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara teknis dan sistematis, oleh


pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun
oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”

Secara umum pengertian auditing menurut Mulyadi (2002:9):

“Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan


mengevaluasi bukti secara objektif mengenai penyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan.”

Sedangkan menurut Mulyadi (2002:11) ditinjau dari sudut pandang profesi


akuntan publik, auditing adalah:
15

“Pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu


perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah
laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.”

2.5.2 Jenis Audit


Menurut Gondodiyoto (2007:92), mengemukakan jenis-jenis audit sebagai
berikut:
1. Audit keuangan (general financial audit)
a. Memeriksa ada atau tidaknya salah saji materialitas terhadap seluruh
informasi keuangan perusahaan (financial statements).
b. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Keuangan.
c. Laporan audit bentuk baku dan dengan opni Akuntan/Auditor.
d. Pemakai laporan dari pihak ekstern & intern.
e. Periode audit segera setelah tahun buku berakhir, frekuensi 1x/tahun.
f. Untuk perusahaan PT Tbk. (go public) ditentukan oleh peraturan
g. Data aktual lazimnya historis (ada juga yang prospektif).
h. Lazimnya dilakukan oleh akuntan/auditor eksternal independen
2. Audit keuangan khusus (special audit)
a. Audit dilakukan secara lebih mendalam, bukan hanya audit terhadap
laporan keuangan (general financial audit).
b. Bersifat mendalam (special assignment, misalnya pemeriksaan
tuntas, due diligent), atau yang bersifat investigasi (investigative
audit).
3. Audit ketaatan (compliance audit)
a. Audit atas kepatuhan terhadap peraturan, penelitian upah untuk
menentukan kesesuaiannya dengan peraturan upah minimum,
memeriksa surat perjanjian kredit bank dengan nasabahnya dan
sebagainya.
b. Dilakukan oleh orang kompeten/ independen.
16

c. Penilaian terhadap kesesuaian antara pelaksanaan dengan kriteria


yang ditetapkan.
d. Kesimpulan/temuan, rekomendasi/usul/saran perbaikan.
4. Audit operasional (operational/management audit).
a. Dilakukan oleh orang kompeten/independen terhadap perasionalisasi
entitas/ segmen/ divisi tertentu.
b. Efektif/ efisien/ ekonomis tidaknya suatu operasionalisasi entitas.
c. Lebih berorientasi pemeriksaan kinerja.
d. Laporan pemeriksaan tidak baku.
e. Laporan dipakai pihak intern saja, khususnya atasan langsung.
f. Pelaksanaan & frekuensi tergantung kebutuhan/ kemauan pimpinan
organisasi.
g. Data potensial atau kecenderungan kedepan yang mungkin terjadi
h. Laporan audit bersifat kesimpulan/temuan dan rekomendasi/ usul/
saran perbaikan.
5. Audit sistem informasi
a. Ialah pemeriksaan atau audit yang dilaksanakan dalam rangka IT
Governance (sebenarnya merupakan audit operasional secara khusus
terhadap pengelolaan sumber daya informasi).
b. Berbeda dengan general audit yang bersifat memberikan keyakinan
kepada top management apakah pengelolaan sistem informasi di
perusahaannya sudah on the right track.
c. Karena yang diaudit ialah tata kelola TI (IT Governance), maka yang
diperiksa antara lain adalah teknologi informasi itu sendiri.
6. Investgative audit
a. Gabungan dari compliance & operational audit.
b. Dilakukan orang kompeten/independen.
c. Kriteria ditetapkan lebih dahulu dan jelas.
d. Bukti yang diperlukan cukup.
e. Informasi yang relevan dapat diperoleh.
17

f. Evaluasi atas kesesuaian antara bukti/ informasi dengan kriteria.


g. Evaluasi terhadap efisiensi & efektivitas.
h. Kesimpulan/ rekomendasi perbaikan terhadap kesesuaian
(compliance) dan efisiensi serta efektivitas.
7. Audit forensik (forensic audit).
a. Dilakukan dalam rangka untuk memberikan dukungan dalam opini
sebagai saksi ahli dalam proses legal.
b. Jenis-jenis penugasannya antara lain:
- Investigasi kriminal.
- Bantuan dalam konteks perselisihan para pemegang saham.
- Masalah gangguan usaha (business interruption)/ jenis lain dari klaim
asuransi.
- Bussiness/ employee fraud investigation.
8. Audit terhadap kecurangan (fraud audit)
a. Merupakan proses audit yang memfokuskan pada keanehan/
keganjilan obyek yang perlu dilakukan audit.
b. Mencegah terjadinya kecurangan (preventing fraud) mendeteksi
(detecting) maupun pemeriksaan kecurangan (investigating fraud).
9. Audit e-commerce/ webtrust
Audit terhadap e-commerce bersifat audit TI “front-office system”.

2.5.3 Jenis Auditor

Jenis-jenis auditor menurut Messier, Glover, Prawitt, dan Douglas (2006:5)


klasifikasi auditor terbagi menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Auditor eksternal (external auditor)
Sering disebut sebagai auditor independen atau bersertifikat akuntan
publik (disingkat BAP, atau certified public accountant-CPA).Disebut
eksternal atau independen karena mereka tidak dipekerjakan oleh entitas
yang diaudit.
18

2. Auditor internal (internal auditor)


Auditor yang dipekerjakan oleh satu perusahaan persekutuan, badan
pemerintah, individu, dan entitas lainnya.Institut Auditor Internal (Institte
of Internal Auditor IIA) adalah organisasi utama yang mendukung auditor
internal. Mereka dapat membanu auditor eksternal dengan audit laporan
keuangan tahunan.
3. Auditor Pemerintah (governance auditor)
Dipekerjakan oleh badan federal , Negara bagian, dan lokal. Secara umum
mereka dapat dianggap sebagai bagian dari kategori yang lebih luas dari
auditor internal.
4. Auditor Forensik (forensic auditor)
Dipekerjakan oleh perusahaan, badan pemerintah, kantor akuntan publik,
dan perusahaan jasa konsultasi dan investigasi. Mereka dilatih untuk
mendeteksi, menginvestigasi, dan mencegah kecurangan serta kejahatan
kerah putih.The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) adalah
organisasi utama yang mendukung auditor forensik.

2.5.4 Standar Auditing

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pertama kali diterbitkan per 1


Agustus 1994. SPAP merupakan adopsi dari AICPA Professional Standards atas izin
American Institute of Public Accountant.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) merupakan kodifikasi berbagai
pernyataan standar teknis dan aturan etika. Pernyataan standar teknis dalam SPAP
(2011:001.7) terdiri dari:
1. Pernyataan Standar Auditing
2. Pernyataan Standar Atestasi
3. Pernyataan Jasa Akuntansi dan Review
4. Pernyataan Jasa Konsultasi
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu
19

Aturan etika yang dicantumkan dalam SPAP merupakan Aturan Etika


Kompartemen Akuntan Publik yang dinyatakan berlaku oleh IAI-Kompartemen
Akuntan Publik sejak Mei 2000.
SPAP meliputi Standar Auditing yang berkaitan dengan kualitas profesional
auditor. Standar Auditing yang ditetapkan dan disahkan oleh IAI-Kompartemen
Akuntan Publik dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari
2001 (2011:150.1) adalah sebagai berikut:
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian internal harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melaui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang diaudit.
c. Standar Pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah


disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
20

laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan


prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat atas
laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Dalam hal nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor.

2.5.5 Kode Etik Auditor


Menurut Mulyadi (2002:53) Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntansi Indonesia
diputuskan dalam kongres VIII tahun 1998. Prinsip Etika profesi dalam Kode Etik
IAI menyatakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik, pemakai
jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku
profesionalnya.

2.5.6 Aturan Etika Profesi Akuntan Publik

Aturan Etika Profesi Akuntan Publik (IAI, 20000.1-20000.6) dalam Sukrisno


(2012,44-47) :
a. Keterterapan
Aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Publik
Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang
anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP (yang bekerja pada satu
Kantor Akuntan Publik (KAP))). Rekan pimpinan KAP bertanggungjawab atas
ditaatinya aturan etika oleh anggota KAP.
21

b. Definisi/Pengertian
Klien adalah pemberi kerja (orang atau badan), yang mempekerjakan atau
menugaskan seseorang atau lebih anggota IAI-KAP atau KAP tempat anggota
bekerja untuk melaksanakan jasa profesional. Istilah pemberi kerja untuk tujuan ini
tidak termasuk orang atau badan yang mempekerjakan Anggota.
Laporan Keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan
yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber
daya ekonomi (aset) dan/atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau
perubahan atas aset dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain
standar akuntansi yang berlaku umum.
Data keuangan lainnya yang digunakan untuk mendukung rekomendasi
kepada klien atau yang terdapat dalam dokumen untuk suatu pelaporan yang diatur
dalam standar atestasi dalam perikatan atestasi, dan surat pemberitahuan tahunan
pajak (SPT) serta daftar-daftar pendukungnya bukan merupakan laporan keuangan.
Pernyataan, surat kuasa atau tanda tangan pembuat SPT tidak merupakan pernyataan
pendapat atas laporan keuangan.
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik
yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha
di bidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi profesi akuntan
Indonesia yang diakui pemerintah.
Ikatan Akuntan Publik-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah
wadah organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan
publik atau bekerja di kantor akuntan publik.
Anggota Kantor Akuntan Publik (anggota KAP) adalah anggota IAI-KAP dan
staf profesional (baik yang anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP)
yang bekerja pada satu KAP.
Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan
atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik.
22

Praktik Akuntan Publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang
dilakukan oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa
akuntansi dan review, perpajakan, perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung
litigasi, dan lainnya yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik.
100 Independensi, Integritas, dan Objektivitas
1. 101 Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan sikap mental
independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam
Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental
independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun
dalam penampilan (in appearance).
2. 102 Integritas dan Objektivitas
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas
dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan
tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang
diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada
pihak lain.
200 Standar Umum dan Standar Akuntansi
1. 201 Standar Umum
Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interprestasi yang
terkait yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI :
a. Kompetensi profesional, Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian
jasa profesional yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan
dengan kompentensi profesional.
b. Kecermatan dan keseksamaan profesional. Anggota KAP wajib melakukan
pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional.
c. Perencanaan dan supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan
mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional.
23

d. Data revelan yang memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data relevan
yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau
rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.
2. 202 Kepatuhan terhadap Standar
Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi,
review,kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional
lainnya wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar
yang ditetapkan oleh IAPI.
203 Prinsip-prinsip Akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan :
1. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan
atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum atau
2. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang
harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut memuat
penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan atau data secara
keseluruhan dari standar akuntansi yang ditetapkan oleh badan
pengaturstandar yang ditetapkan IAPI. Dalam keadaan luar biasa, laporan
atau data mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut diatas. Dalam
kondisi tersebut, anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir
ini selama anggota KAP dapat menunjukan bahwa laporan atau data akan
menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara
mengungkapkan peyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis), serta
alasan mengapa kepatuhan atas standar akuntansi yang berlaku umum akan
menghasilkan laporan yang menyesatkan.
204 Standar Akuntansi
Standar Akuntansi di Indonesia kini berkembang menjadi 4 (empat) seturut
dengan perkembangan dunia usaha. Empat pilar standar itu adalah :
24

1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)


SAK digunakan untuk entitas yang memiliki akuntanbilitas publik, yaitu entitas
terdaftar atau dalam proses pendaftaran di pasar modal atau entitas fidusia (entitas
yang menggunakan dana masyarakat, seperti asuransi, perbankan dan dana pensiun)
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP)
SAK ETAP digunakan untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum.
Beberapa penyederhanaan yang terdapat dalam SAK ETAP adalah:

- Tidak ada Laporan Laba / Rugi Komprehensif. Pengaruh laba


komprehensif disajikan dalam laporan perubahan ekuitas atau
komponen ekuitas dalam neraca.
- Penilaian untuk aset tetap, aset tak berwujud dan propersi investasi
setelah tanggal perolehan hanya menggunakan harga perolehan, tidak
ada pilihan menggunakan nilai revaluasi atau nilai wajar.
- Tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan. Beban pajak
diakui sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak.
Entitas yang menggunakan SAK ETAP dalam laporan auditnya menyebutkan
laporan keuangan entitas telah sesuai dengan SAK ETAP. Standar ini efektif dapat
digunakan untuk laporan keuangan mulai tahun 2009. Entitas yang telah memenuhi
kriteria untuk menggunakan SAK ETAP pada tahun 2011 harus memilih
menggunakan SAK ETAP atau PSAK. Jika pada tahun 2011 tetap memakai PSAK
maka di atahun berikutnya harus konsisten menggunakan PSAK dan tidak boleh
berubah memakai SAK ETAP.

3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)


Standar ini digunakan untuk entitas yang memiliki transaksi syariah atau berbasis
syariah. Standar ini terdiri atas keraengka konseptual penyusunan dan pengungkapan
25

laporan, standar penyajian laporan keuangan dan standar khusus transaksi syariah
seperti mudharabah, murabahah, salam, ijarah dan istishna.
Bank syariah menggunakan dua standar dalam menyusun laporan keuangan.
Sebagai entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan, bank syariah
menggunakan PSAK, sedangkan untuk transaksi syariahnya menggunakan PSAK
Syariah.
4. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
Standar ini digunakan untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan,
baik pusat ataupun daerah. SAP berbasis akrual ditetapkan dalam PP No. 71 Tahun
2010. Instansi masih diperkenankan menggunakan PP No. 24 Tahun 2005, SAP
berbasis kas menuju akrual sampai tahun 2014.
SAP berbasis kas menuju akrual menggunakan basis kas untuk penyusunan
laporan realisasi anggaran dan menggunakan basis akrual untuk penyusunan neraca.
Pada SAP berbasis akrual, laporan realisasi anggaran tetap menggunakan basis
kas karena akan dibandingkan dengan anggaran yang disusun dengan menggunakan
basis kas, sedangkan laporan operasional yang melaporkan kinerja entitas disusun
dengan menggunakan basis akrual.

300 Tanggung Jawab kepada Klien


1. 301 Informasi Klien yang Rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien tentang yang
rahasia, tanpa persetujuan dari klien.
Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk :
(1) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan
aturan etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-standar akuntansi.
(2) Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi
penyidikan pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap
ketentuan pertauran yang berlaku.
26

(3) Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang Anggota sesuai
dengan kewenangan IAPI atau
(4) Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian
komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAPI-
KAP dalam rangka penegakan disiplin anggota.
Anggota yang terlibat dalam penyidikan dan review di atas, tidak boleh
memanfaatkannya untuk kepentingan diri pribadi mereka atau mengungkapkan
informasi klien yang harus dirahasiakan yang diketahuinya dalam pelaksanaan
tugasnya. Larangan ini tidak boleh membatasi anggota dalam pemberian informasi
sehubungan dengan proses penyidikan atau penegakan disiplin sebagaimana telah
diungkapkan dalam butir (4) di atas atau review praktik profesional (review mutu)
seperti telah disebutkan dalam butir (3) di atas.

2. 302 Fee Profesional


A. Besaran Fee
Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung pada: risiko
penugasan,kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan
untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan
pertimbangan profesional lainnya.
Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara
menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.
B. Fee Kontijen
Fee kontijen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau
hasil tertentu di mana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu
tersebut. Feedianggap tidak kontijen jika ditetapkan oleh pengadilan atau
badan pengatur atau dalam hal ini perpajakan, jika dasar penetapan adalah
hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur. Anggota KAP tidak
diperkenankan untuk menetapkan fee kotijen apabila penetapan tersebut dapat
mengurangi independensi.
27

400 Tanggung Jawab terhadap rekan seprofesi


1. 401 Tanggung Jawab kepada rekan seprofesi
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan
perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
2. 402 Komunikasi antar Akuntan Publik
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik terdahulu bila akan
mengadakan perikatan (engagement) audit menggantikan akuntan publik
pendahulu atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan
jenis dan periode serta tujuan yang berlainan.
Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan
komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai.
3. 403 Perikatan Asetasi
Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis
atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan
yang lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan
untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh
badan yang berwenang.
500Tanggung Jawab dan Praktik lain
1. 501 Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan
perkataan yang mencemarkan profesi.

2. 502 Iklan, Promosi dan Kegiatan Pemasaran Lainnya


Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari
klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan
pemasaran sepanjang tidak merendahkan citra profesi.
3. 503 Komisi dan Fee Referal
a. Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya
yang diberikan kepada atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh
28

perikatan dari klien/pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk


memberikan/menerima komisi apabila pemberian/penerimaan komisi tersebut
dapat mengurangi independensi.
b. Rujukan (Fee Referal)
Rujukan (Fee Referal) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari
sesama penyedia jasa professional akuntan publik. Rujukan (Fee Referal)
hanya diperkenankan bagi sesama profesi.
504 Bentuk Organisasi dan KAP
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang
diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau yang tidak
menyesatkan dan merendahkan citra profesi.

2.5.7 Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Menurut Sukrisno (2012:48) Sejak 1 Januari 2011, IAPI


memberlakukan Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang terdiri : Bagian A
Prinsip Dasar Etika Profesi dan Bagian B Aturan Etika Profesi. Kode etik ini
mengacu pada kode etik dari International Federation of Accountant (IFAC).
Kode etik IAPI yang baru disusun berdasarkan sistematik sebagai berikut:
(IAPI 2008).

Bagian A berisi Prinsip Dasar Etika Profesi yang terdiri atas:


Seksi 100 Prinsip-Prinsip Dasar Etika Profesi
Seksi 110 Prinsip Integritas
Seksi 120 Prinsip Objektivitas
Seksi 130 Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-
hatian Profesional
Seksi 140 Prinsip Kerahasiaan
Seksi 150 Prinsip Perilaku Profesional
29

Bagian B Aturan Etika Profesi yang terdiri atas:


Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan
Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP
Seksi 220 Benturan Kepentingan
Seksi 230 Pendapat Kedua
Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya
Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional
Seksi 260 Penerimaan Hadial atau Bentuk Keramah-tamahan lainnya
Seksi 270 Penyimpanan Aset Milik Klien
Seksi 280 Objektivitas Semua Jasa Profesional
Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance

2.5.8 Pemberian Opini Audit

Tahap akhir dalam proses pemeriksaan audit, yaitu auditor menyatakan


pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan yang didasarkan atas kesesuaian
penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Menurut Guy et al (2003) Opini audit merupakan satu bagian dari laporan
audit, yaitu kesimpulan yang ditarik. Dalam keadaan tersebut auditor dapat
memodifikasi kata-kata dalam laporan standar, namun masih tetap menyatakan
pendapat wajar tanpa pengecualian, yang pada gilirannya akan memerlukan
modifikasi kata-kata pada laporan standar, termasuk pendapatnya.
Standar Profesional Akuntan Publik (2001) menyatakan bahwa laporan
audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam semua hal jika nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan,
laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor,
jika ada, dan tingkat tanggung jawab auditor bersangkutan. Auditor menyatakan
pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan audit dalam semua hal yang
30

material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut


dengan prinsip akuntansi berterima umum (Mulyadi, 2002:19).
Menurut Rahayu dan Ely (2013:73-88) Laporan auditor dianggap sebagai
alat komunikasi formal untuk mengkomunikasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan tentang apa yang telah dilakukan auditor dan kesimpulan yang
dicapainya atas audit laporan keuangan.
Dalam Standar Profesi Akuntan Publik, standar pelaporan keempat
berbunyi sebagai berikut :

“Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai


laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan
dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan maka
laporan auditor harus memuat penjuntuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggung
jawab yang dipikuli oleh auditor.”
Tujuan standar pelaporan ini adalah mencegah agar tidak terjadi penafsiran
keliru mengenai tingkat tanggung jawab auditor, apabila namanya dikaitkan dengan
laporan keuangan.

Auditor dapat menyatakan pendapat-pendapat dalam laporan auditor sebagai


berikut :

- Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)


Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di indonesia. Kesimpulan ini dibuat hanya
bilamana auditor telah merumuskan pendapat demikian berdasarkan suatu
audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing.
Laporan auditor berbentuk baku harus menyebutkan laporan keuangan
auditan dalam paragraf pengantar, menggambarkan sifat audit dalam
31

paragraf lingkup audit, dan menyatakan pendapat auditor dalam paragraf


pendapat.

Kondisi yang harus dipenuhi untuk standard unqualified adalah:


1. Laporan keuangan lengkap
2. Ketiga standar umum dalam standar auditing dipenuhi
3. Ketiga standar pelaksanaan dipenuhi
4. Laporan keuangan disajikan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku
umum

Tidak ada kondisi yang memerlukan tambahan alenia penjelasan atau


modifikasi kalimat pada laporan.

- Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk


baku
Seringkali dalam keadaan tertentu mengharuskan auditor
menambahkan paragraf penjelasan (bahasa penjelasan lain) dalam laporan
auditor bentuk baku. Keadaan itu antara lain meliputi:
1. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen
lain.
2. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena
keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan
menyimpang dari suatu prinsip akuntansi.
3. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor
yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas,
namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor
berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.
4. Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam
penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya.
32

5. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas


laporan keuangan komparatif.
6. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh BAPEPAM
namun tidak disajikan atau tidak direview.
7. Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI telah dihilangkan, yang
penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan Dewan
tersebut, dan auditor tidak dapat menghilangkan keragu-raguan yang
besar apakah informasi tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang
dikeluarkan oleh Dewan tersebut.
8. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan
auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan.
- Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian, mengatakan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal
yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Jika auditor menyatakan
pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus:
1. Menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih
paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat.
2. Mencatumkan juga bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke
paragraf penjelasan di dalam paragraf pendapat.
3. Berisi kata kecuali atau pengecualian dalam suatu frasa.
Pendapat wajar dengan pengecualian ini dinyatakan bilamana:
a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan
bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian
dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.
Pembatasan terhadap lingkup audit (oleh klien atau oleh keadaan):
33

- Pembatasan waktu pelaksanaan audit


- Kegagalan memperoleh bukti kompeten yang cukup
- Ketidakcukupan catatan akuntansi
b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berdampak material, dan ia
berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
Apabila laporan keuangan secara material terpengaruh oleh suatu
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum dan auditor
telah mengaudit laporan keuangan tersebut berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan IAI, mak ia harus menyatakan pendapat wajar
dengan pengecualian, atau pendapat tidak wajar.
- Tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)
Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor
tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor dapat tidak
menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak
merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi.Jika auditor menyatakan tidak memberikan
pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif yang
mendukung pernyataan tersebut.
Pernyataan tidak memberikan pendapat cocok jika auditor tidak
melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya
memberikan pendapat atas laporan keuangan.Pernyataan tidak memberikan
pendapat harus tidak diberikan karena auditor yakin, atas dasar auditnya
bahwa terdapat penyimpangan material dari prinsip akuntansi. Jika
pernyataan tidak memberikan pendapat disebabkan pembatasan lingkup
audit, auditor harus menunjukan dalam paragraf terpisah semua alasan
substantif yang mendukung pernyataannya. Harus menyatakan bahwa
lingkup auditnya tidak memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan.
34

- Pendapat tidak wajar (adverse opinion)


Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entits
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat
ini dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan
secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Bila auditor menyatakan pendapat tidak wajar auditor harus
menjelaskan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat dalam
laporannya yaitu:
a. Semua alasan yang mendukung pendapat tidak wajar.
b. Dampak utama hal yang menyebabkan pemberian pendapat tidak wajar
terhadap posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas, jika secara praktis
untuk dilaksanakan.

2.5.9 Organisasi Akuntan Publik

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam (Standar Profesional Akuntan

Publik) SPAP (2001:20000.2) Akuntan Publik adalah:

“Akuntan yang memiliki ijin dari Menteri Keuangan atau pejabat yang
berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik”.

Menurut Mulyadi (2002:4) mengemukakan bahwa:

"Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan


publik yangmenyediakan berbagai jasa yang diatur dalam standar
profesional akuntan publik (auditing, asetasi, akuntansi, review).”

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntan publik


adalah akuntan- akuntan yang memiliki ijin dari Menteri keuangan dan bekerja di
kantor akuntan publik yang dapat mengerjakan berbagai penugasan dengan berbagai
35

jenis jasa seperti jasa audit ataslaporan keuangan, jasa atesasi atas laporan keuangan
prospektif, jasa akuntan dan review, danjasa konsultasi.
Menurut Mulyadi (2002:33), umumnya hirarki auditor dalam perikatan audit
dalam kantor akuntan publik dibagi menjadi berikut ini :
1. Partner (rekan)
2. Manajer/Supervisor
3. Auditor Senior
4. Auditor Junior
Adapun uraiannya sebagai berikut :
- Partner (rekan)
Partner menduduki jabatan tertinggi dalam perikatan audit; bertanggung jawab
atas hubungan dalam klien; bertanggung jawab secara menyeluruh mengenai
auditing. Partner menandatangani laporan audit dan management letter, dan
bertanggung jawab terhadap penagihan fee audit dari klien.
- Manajer/Supervisor
Manajer bertindak sebagai pengawas audit; bertugas untuk membantu auditor
senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit; mereview kertas
kerja, laporan audit, dan management letter. Biasanya manajer melakukan
pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor senior. Pekerjaan manajer tidak
berada di kantor klien, melainkan di kantor auditor, dalam bentuk pengawasan
terhadap pekerjaan yang dilaksanakan para auditor senior.
- Auditor Senior
Auditor senior bertugas untuk melaksanakan audit; bertanggung jawab untuk
mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana; bertugas untuk
mengarahkan dan mereview pekerjaan auditor junior. Auditor senior biasanya
akan menetap di kantor klien sepanjang prosedur audit dilaksanakan. Umumnya
auditor senior melakukan audit terhadap satu objek pada saat tertentu.
- Auditor Junior
Auditor junior melaksanakan prosedur audit secara rinci; membuat kertas kerja
untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. Pekerjaan ini
36

biasanya dipegang oleh auditor yang baru saja menyelesaikan pendidikan


formalnya di sekolah. Dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai auditor junior,
seorang auditor harus belajar secara rinci mengenai pekerjaan audit. Biasanya ia
melaksanakan audit di berbagai jenis perusahaan. Ia harus banyak melakukan
audit di lapangan dan di berbagai kota, sehingga ia dapat memperoleh
pengalaman dalam berbagai masalah audit. Auditor junior sering juga disebut
asisten auditor.

2.6 Penelitian Sebelumnya

Tinjauan Penelitian Sebelumnya

No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian


1 Rio Tirta, The Effects Of Variabel : Variabel pengetahuan yang
Mahfud Experience 1. Experience merupakan salah satu indikator
Sholihin and Task- Auditor dari kompetensi memiliki
(2004) Specific 2. Task-Specific pengaruh yang signifikan terhadap
Knowledge Knowledge kinerja auditor dan lebih
On Auditor’s 3. Auditor’s berpengaruh apabila secara
Performance Performance In simultan ditambah dengan
In Assessing Assessing A pengalaman dan pelatihan auditor
A Fraud Case Fraud Case dalam menjalankan tugasnya
untuk mendeteksi kecurangan
2 Ali Audit Variabel: Ada hubungan positif antara
Monsouri, Competence 1. Audit competence independensi audit dan kualitas
Reza and Audit 2. Audit Quality audit dan kompetensi audit.
Pirayesh, Quality : Kompetensi auditor memiliki
Mahdi Salehi Case in pengaruh paling besar terhadap
(2009) Emerging mendeteksi kecurangan
Economy
3 Gunasti Auditor’s Variabel: Pengalaman memiliki dampak
37

Hudiwinarsih Experience 1. Experience negatif pada sikap profesional


(2010) Competency, 2. Competence auditor. Artinya,semakin rendah
and Their 3. Independence pengalaman sebagai auditor, sikap
Independency 4. Profesional profesional auditor akan lebih
As The Attitude baik. Variabel kompetensi
Influencial berpengaruh positif dan signifikan
Factors In terhadap sikap profesional auditor.
Profesonalism Hal ini membuktikan bahwa
variabel independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap
variabel sikap profesional auditor
4 Razana The Effect Of Variabel: Terdapat hubungan positif antara
Juhaida Knowledge, 1. Knowledge knowledge dan audit judgement
Johari, Effort and 4. Ethical performance dan memiliki
Zuraidah Ethical Orientation pengaruh yang paling besar
Mohd Sanusi Orientation 5. Effort dibandingkan dengan variabel
(2010) On Audit 6. Audit Judgement lain, variabel effort memiliki
Judgement Performance hubungan yang signifikan tetapi
Performance negatif terhadap audit judgement 1.
performance, dan variabel ethical
memilki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel audit judgement
performance.
5 Sarah E. Experience Variabel: Auditor berpengalaman dilakukan
Bonner Effects in 1. Experience Effect secara signifikan lebih baik
(1990) Auditing : The 2. Audit Quality daripada auditor yang tidak
Role of Task- berpengalaman terhadap
Specific risikoanalitis.
Knowledge
38

6 Yenni An Emprical Variabel : Independensi dan Audit Tenure


Carolina Study of 1. Competence secara parsial memiliki pengaruh
(2013) Auditor 2. Independence terhadap kualitas audit, sedangkan
Independence, 3. Audit tenure kompetensi secara parsial tidak
Cmpetence, 4. Audit Quality memiliki pengaruh terhadap
and Audit kualitas audit.Kompetensi,
Tenure on independensi dan Audit tenure
Audit Quality- secara simultan memiliki
Evidence from pengaruhterhadap kualitas audit
North
Jakarta,
Indonesia

2.7 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis


2.7.1 Pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Kualitas Audit.

Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan


pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif,
cermat dan seksama. Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability)
dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan
pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam
laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor
berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan. Oleh
karena itu dapat dipahami bahwa seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah
secara lebih mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang
semakin kompleks dalam lingkungan audit kliennya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi kompetensi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula kualitas
audit yang dihasilkannya.
39

2.7.2 Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit.


Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik
untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang
bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Oleh karena itu cukuplah
beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap
independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka
laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak
dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

2.7.3 Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas


Audit.
Dalam melaksanakan proses audit, auditor membutuhkan pengetahuan dan
pengalaman yang baik karena dengan kedua hal itu auditor menjadi lebih mampu
memahami kondisi keuangan dan laporan keuangan kliennya. Kemudian dengan
sikap independensinya maka auditor dapat melaporkan dalam laporan auditan jika
terjadi pelanggaran dalam laporan keuangan kliennya. Sehingga berdasarkan logika
di atas maka kompetensi dan independensi memiliki pengaruh dalam menghasilkan
audit yang berkualitas baik itu proses maupun outputnya.
40

Gambar 1.1

Model Penelitian

KOMPETENSI AUDITOR (X1)

1. Pengetahuan.
2. Pengalaman. H1
KUALITAS AUDIT (Y)

1. Tanggung Jawab
Profesi.
2. Kepentingan Publik.
3. Integritas.
H3
4. Objektivitas.
INDEPENDENSI AUDITOR (X2) 5. Kompetensi dan Kehati-
hatian Profesional.
1. Lama hubungan dengan 6. Kerahasiaan.
klien. 7. Perilaku Profesional.
2. Tekanan dari klien. H2 8. Standar Teknis.
3. Telaah dari rekan auditor.
2.7.4
4. JasaHipotesis
Non Audit.
Ket:
: Parsial
: Simultan

2.7.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka penulis menyajikan hipotesis sebagai
berikut:
H1: Kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.
H2: Independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.
H3: Kompetensi dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.

Anda mungkin juga menyukai