Anda di halaman 1dari 20

PAULUS WIRUTOMO

KETANGGUHAN SOSIAL DI ERA BARU:


MEMBANGUN
INFRASTRUKTUR SOSIAL
PENDAHULUAN

• Kunci menangkal Virus Corona adalah :”Kedisiplinan Sosial” menjalankan 3 M.


• Pertanyaan Sosiologis: Mengapa terjadi : civil disobedience, penyelewengan, korupsi, penipuan,
bahkan “institutional distrust” dan kemarahan (social unrest) yang massif terhadap Pemeritah?
• Hasil penelitian Internasional: Indonesia berada di urutan 97 terburuk dalam penanganan
Covid 19. Penelitian lain: Sebagian besar masyarakat sudah mengetahui permasalahannya,
tetapi apakah itu sama dengan kesadaran?
• Inti persoalan: “berdasar pengalaman diatas, mampukah Pemerintah “sendirian”memimpin
perubahan sosial-budaya menuju Era baru?
SUMBANG-PIKIR SOSIOLOGI

• Cita-cita sosiologi adalah membangun kualitas kehidupan sosial-


budaya, tetapi semua masalah sosial selalu memiliki sisi obyektif dan
subyektif  “social order is negotiated order”.
Maka:
• Prinsip pembangunan di Era baru harus : “bersifat sosietal (sistemik-holistic),
bukan sektoral, dan harus memperhitungkan dinamika sosial seluruh warga
negara”
FOKUS DISKUSI:

• Tidak sekedar ad hoc: membenahi pendekatan


Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) untuk
menghasilkan “kedisiplinan masyarakat”, tetapi
menyiapkan Era baru: “menata infrastruktur
sosial”
MEMBENAHI: KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI
(KIE)
Tujuan: menghasilkan kedisiplinan Sosial mematuhi Protokol Kesehatan 3 M: memakai
Masker mencuci tangan, menjaga jarak (dengan benar), .
Apa target kedisiplinan?:
o Rasa bersalah?: internalisasi  inner control: paling sulit, lama  butuh KIE canggih 
kaji ulang!
o Rasa Malu?: menghasilkan civil society yang partisipatif melakukan social control
o Rasa Takut?: perlu kekuatan, kewibawaan dan konsistensi Pemerintah  sanksi tegas.
PRINSIP:

• Ketiganya bertingkat tetapi harus dilakukan secara serentak.


• Pendekatan KIE harus disesuaikan dengan Stratifikasi,
Diferensiasi Masyarakat dan pendekatan komunitas.
• Hukuman tidak perlu “mematikan” tetapi konsisten.
• Edukasi sosial harus menghasilkan “kecerdasan sosial” 
menghasilkan “Ketangguhan Sosial”
PERMASALAHAN

• Selama ini Pemerintah hanya mengandalkan Lembaga birokrasi.


• Pendekatan komunikasi bersifat “atomistic” tidak memperhitungkan
Stratifikasi, Diferensiasi dan potensi komunitas.
• Sebagian besar masyarakat (termasuk pejabat) belum paham benar
perilaku virus (yang unik)  komunikasi belum selesai!
• Membangun masyarakat yang “cerdas” dan “tangguh” perlu penataan
sosietal secara mendasar.
MEMBANGUN INFRASTRUKTUR SOSIAL (IS)

• IS adalah organisasi civil society non birokrasi yang dibangun oleh


Pemerintah sebagai wadah bagi warga komunitas untuk menciptakan
kohesi sosial, keberdayaan, kemandirian. Merupakan sel yang kuat
untuk menopang pembangunan masyarakat yang lebih luas (society).
• Infrastruktur sosial berbeda dengan Organisasi Kemasyarakatan yang
lebih berorientasi untuk kebutuhan anggotanya, dan tidak secara khusus
berfungsi membantu Pemerintah mewadahi kepentingan seluruh warga di
suatu komunitas.
INFRASTRUKTUR SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS

Mengapa Komunitas?:
Komunitas adalah unit sosial yang relatif kecil dan memiliki solidaritas (bukan sekedar
toleransi) serta kohesi sosial yang kuat karena diikat oleh kesamaan kepentingan dan ciri
sosial  secara sosiologis, ini simpul penting ditengah perkembangan masyarakat yang
semakin kompleks dan individualistik.
• Fungsi penting Komunitas:
Sumber Identitas sosial, harga diri, penyalur aspirasi, wadah partisipasi, pengawasan
sosial, edukasi sosial dsb.  komitmen lebih besar, pelayanan lebih murah daripada
professional, sumber potensi sosial (Kapital Sosial, Gotongroyong dsb.)
JENIS KOMUNITAS:

• Komunitas Primordial : Majlis Taklim, Paguyuban Etnis


• Komunitas Okupasional: Pasar
• Komunitas Profesional: Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Sosiologi Indonesia
• Komunitas hobby: Perkumpulan sepeda Ontel
• Komunitas Spatial: RT/RW
• Komunitas Digital
Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan sebagai I.S.  perlu sinergi
KEISTIMEWAAN: RT/RW SEBAGAI IS

• Bersifat inklusif
• Telah terlembaga secara resmi di seluruh pelosok Tanah Air
RT/RW sedang mengalami “krisis identitas dan fungsi”
sebagai Infrastruktur Sosial  hilangnya potensi Modal
Sosial!
FUNGSI RT/RW SEBAGAI INFRASTRUKTUR SOSIAL

• Penguat kohesi dan solidaritas sosial


• Wadah musyawarah memecahkan setiap masalah di
lingkungan ketetanggaan.
• Membantu administrasi Kelurahan dalam mengumpulkan data
kependudukan yang valid, pembagian bantuan sosial
• Sebagai agen control social dan Pendidikan warga (contoh?)
• Mengembangkan partisipasi sosial  usaha ekonomi Bersama (mis.
Balkondes)
• Menciptakan system keamanan lingkungan (mis. wabah)
• Sebagai sumber informasi antar warga (diperkuat oleh wa group dan
media sosial), dsb.
• Infrastruktur sosial memperkuat: sekaligus Bonding, Bridging dan
Linking Social Capital
KOMUNITAS PASAR (OKUPASIONAL) SEBAGAI IS

• Nasib Pasar jangan ditentukan oleh Pemda, tapi oleh para stake
holder (komunitas Okupasional)  self determination
• Jangan dikendalikan oleh Organisasi Primordial/preman.
• Perkuat: sense of organizing, edukasi sosial warga pasar dan
kontrol sosial  pembangunan brand: “Pasar Sehat dan Aman”.
MODAL MEMASUKI NEW ERA:

• Political will dan komitmen Pemerintah untuk merubah Praktek lama


Pembangunan.
• Dinamika interaksi sosial yang didasari Sistem nilai Gotong Royong
(?).
• Semangat menularkan “best practices” para Champion kepada
masyarakat luas (kemandirian Civil Society )
• Terbangunnya Infrastruktur Sosial berbasis Komunitas yang mampu
membangun sekaligus: Bonding, Bridging, Linking Social Capital.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

• Era baru menuntut pilihan politis: Pembangunan berpusat


Pemerintah atau berpusat Rakyat.
• Pembangunan berpusat rakyat tidak cukup mengandalkan
aspirasi Partai, tetapi penggalangan Dinamika Civil Society
berbasis komunitas. Big Push!
• Diperlukan polical will Pemerintah mengembangkan
infrastruktur sosial masyarakat yang Tangguh!!
• Semua Pemda perlu memberikan wewenang (political capital) pada
RT/RW untuk menerima dan mengelola dana Matching Fund (financial
capital) bagi pembangunan pada skala komunitas (tidak diserahkan pada
kontraktor).
• Kepemimpinan RT/RW harus dipilih secara demokratis, agar terpilih
SDM terbaik untuk memimpin Komunitasnya.
• Setiap Komunitas (unit RW) harus dilengkapi Lembaga Musyawarah
RW yang terdiri dari tokoh masyarakat lokal yang dipilih warga.
• Pengembangan Komunitas sebagai IS tidak perlu seragam secara
Nasional, harus diberi ruang bagi local knowledge atau local wisdom
• Perlu Kerjasama Pemerintah dengan Ikatan Profesi (sosiolog, ahli
Komunikasi, Epidemiolog dsb.) untuk melakukan kajian “Participatory
Action Research” di berbagai pelosok daerah untuk mencari cara
terbaik membangun komunitas menjadi Infrastruktur Sosial.
BUKU SAKU DESA TANGGUH

• Desa bukan komunitas (spt. RT/RW)


• Untuk siapa? Petani?, Lurah? berminat membaca (66 hal)? Ini buku instruksi untuk Lurah 
bahan bisa di pecah-pecah untuk TOT atau bahan informasi
• Mengapa kecil?  untuk dikantongi? Siapa yang diharapkan mengantongi?
• Penuh dengan Alur prosedur yang rumit dan makro
• RT/RW hanya jadi bagian kecil dari system, bukan IS
• Kader desa?  hati2
• Terlalu padat kata2  bisakah audio visual?
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai