Drs. EM adalah seorang pejabat Eselon III, di sebuah
Departemen dan telah ditunjuk sebagai ketua panitia / penanggung jawab proyek pengadaan barang, di Departemennya pada tahun anggaran 2006, berdasarkan SK Menteri. Proyek tersebut senilai Rp 175 M, yang bersumber dari APBN dan bantuan luar negeri sebesar 10% nilai proyek. Pada akhir tahun anggaran, Hs selaku salah seorang pemeriksa dari instansi yang berwenang melakukan pemeriksaan keuangan ditugaskan untuk memeriksa pertanggungjawaban keuangan pengadaan barang yang telah dilakukan Drs EM. Pada saat melakukan pemeriksaan, Hs menemukan adanya sejumlah indikasi penyimpangan dalam proses pengadaan yang mengakibatkan timbulnya kerugian negara, yang dinilai sebesar Rp 6 M. Drs EM yang mengetahui hal itu, lalu berusaha melakukan beberapa kali pendekatan kepada Hs, dengan cara antara lain mengajak makan di Hotel “Artharini”, dan menawarkan uang sebesar Rp 750 juta serta menyampaikan keinginannya agar Hs bersedia menghilangkan indikasi penyimpangan dalam hasil laporan pemeriksaan. Hs melaporkan hal tersebut kepada Penyidik, yang ditindak lanjuti dengan melakukan perekaman pembicaraan antara G dengan Hs, tentang proses pemberian uang yang akan dilakukan oleh Drs EM kepada Hs. Beberapa hari kemudian sesuai dengan rencana, pada saat Drs EM memberikan uang kepada Hs, di Cafe “ The Green”, Jaksa melakukan penangkapan terhadap dirinya. Latihan Kasus 2
Hm, S.H. seorang Panitera Pengadilan Negeri di Kabupaten
Deli Serdang , Prop Sumatera Utara, dalam perkara penipuan dengan terdakwa YZ (terdakwa tidak ditahan). Pada tanggal 14 Juli 2008, pk 9.30 wib, Hm S.H. didatangi YZ diruang kerjanya, dengan mengajukan permintaan agar melobi Ketua Majelis Hakim, yaitu Hakim BS, S.H. yang menangani perkaranya agar dalam persidangan ia dinyatakan tidak terbukti bersalah dan diputus bebas, untuk itu Hm, S.H. dijanjikan akan diberi uang sebesar Rp 500 Jt. Atas permintaan tersebut Hm, S.H. menyanggupi dengan meminta agar uang tersebut diserahkan terlebih dahulu kepadanya sebelum perkaranya diputus. Pada tanggal 29 Juli 2008, sekitar pk 14.20 wib, YZ mendatangi Hm. S.H. diruang kerjanya dengan membawa sebuah tas kresek warna hitam yang didalamnya berisi uang sebanyak Rp 500 Jt dan menyerahkannya kepada Hm, S.H. dan diterima oleh Hm, S.H. yang kemudian disimpan dalam meja kerjanya. Tanggal 27 Agustus 2008, dalam sidang perkara penipuan dengan terdakwa YZ, Majelis Hakim menyatakan terdakwa terbukti melakukan penipuan, dan menjatuhkan hukuman pidana penjara selama 2 tahun . Mendengar putusan tersebut terdakwa YZ langsung marah dan berteriak bahwa ia seharusnya bebas karena ia telah memberikan uang sebesar Rp 500 Jt kepada Panitera Hm, S.H. untuk disampaiakan kepada Hakim BS yang menangani perkaranya. Atas kejadian tersebut YZ melaporkan kepada Kejaksaan Negeri setempat. Dalam pengakuannya Hm, S.H. menyatakan telah melobi Hakim BS, S.H. selaku Ketua Majelis Hakim, Namun Hakim BS, S.H. tidak bersedia membantu YZ, sementara itu uang sebesar Rp 500 jt telah habis ia pergunakan untuk membayar utang- utangnya dan membeli perabot rumah tangga. Latihan Kasus 3
Dirut BUMN “ Bakti Negari” bernama Ir KW, yang diangkat
berdasarkan SK Meneg BUMN. Pada tahun 2006, ia selaku Dirut telah menjual aset BUMN, yang dipimpinnya, berupa tanah negara. Aset tersebut dijual kepada FC seluas 50 ha. Sebelum melakukan transaksi penjualan Ir KW mengadakan beberapa kali pertemuan dengan FC antara lain tanggal 24 Nopember 2005 di Restauran “Nataboan”, tanggal 5 Desember 2005 di Cafe “Rock n Roll”, dan tanggal 20 Desember 2005 di Hotel “Horaison”, dari beberapa kali pertemuan tersebut dicapai kesepakatan bahwa Ir KW akan menurunkan NJOP tanah serta mengatur sistem pembayaran dari FC yang dilakukan secara bertahap. Ir KW juga meminta agar FC menyertakan 2 perusahaan pendamping untuk memenuhi syarat formal dalam proses lelang. Ir KW, selanjutnya mengupayakan penurunan harga NJOP sebesar 10%, sehingga harga tanah tersebut sesuai dengan kesepakatan harga yang telah dibuatnya dengan FC dan meminta perusahaan appresial untuk membuat taksiran harga sesuai dengan permintaan. Ir KW pun mengatur siasat agar penjualan seakan-akan sesuai prosedur dengan cara membentuk panitia penjualan, dengan terlebih dahulu memberi pengarahan kepada panitia penaksir harga agar menetapkan harga jual sesuai apa yang ia inginkan, dan memerintahkan panitia penjualan agar penawaran dibatasi hanya untuk FC dan 2 perusahaan yang diajukan FC serta sistem pembayaran dalam RKS dilakukan secara bertahap. Perbuatan Ir KW ini pada dasarnya bertentangan dengan SK Men Keuangan tentang penjualan aset negara dengan prosedur lelang dimuka umum. Tanggal 16 Januari 2006 terjadi transaksi jual beli aset BUMN berupa tanah, antara BUMN dengan FC di hadapan Notaris LB dengan harga Rp 125 M, pada hal menurut SK Meneg BUMN penjualan tanah aset BUMN harus sesuai dengan NJOP dan harga pasar, sehingga menurut perhitungan, aset BUMN tersebut, harga sebetulnya adalah Rp 200 M. Dalam proses penjualan aset tersebut FC mentrasfer uang sebesar Rp 15 M kerekening milik Ir KW di bank “Rindu Bunga” Atas perbuatan Ir KW, negara c.q. perusahaan BUMN “Bakti Negari” telah dirugikan sebesar Rp 75 M. Latihan Kasus 4
Seorang anggota DPR-RI bernama JN, mendatangi pejabat
departemen mitranya yang bernama QZ, dan menginformasikan bahwa di departemennya untuk tahun anggaran 2005, ada proyek pengadaan barang berupa 40 buah lokomotif dan 400 gerbong kereta api penumpang, dan 200 gerbong kereta barang, dan 200 gerbong kereta pengangkut batubara, yang secara keseluruhan bernilai Rp 5 Trilyun. Untuk itu yang terhormat tersebut telah meminta kepada pejabat QZ agar dalam pembelian barang-barang tersebut, menentukan spesifikasi barang-barang, dan ia menujuk PT “ Angin Ribut” sebagai pemenang tender pengadaan barang, serta mengatur perusahaan-perusahaan yang pendamping tender. Untuk informasi tersebut yang terhormat JN, dalam beberapa kali pertemuan dengan QZ mengisyaratkan agar ia diberikan imbalan uang sebesar 1% dari nilai proyek, disertai ancaman apabila itu tidak dipenuhi maka proyek pengadaan barang tersebut dibatalkan atau diberi bintang, selain itu JN juga minta kepada PT “Angin Ribut” agar memberikan dana sebesar 2,5% dari nilai proyek dengan alasan untuk dibagibagikan kepada rekan-rekan satu komisi di DPR QZ sebagai pejabat Eselon II, memerintahkan anak buahnya yang bertanggung jawab di bidang pengadaan barang tersebut, untuk melaksanakan segala perintahnya, sejak mulai pembentukan panitia pengadaan sampai dengan pelaksanaan penjualan dan penyerahan barang. Dari hasil pemeriksaan instansi yang berwenang memeriksa keuangan Departemen tersebut diperoleh temuan adanya kerugian negara sebesar Rp 55 M. Latihan Kasus 5
GK seorang wiraswasta yang memiliki berbagai usaha antara
lain di bidang perkebunan, dibawah bendera PT “Lahan Hijau Lestari”. Pada tahun 2005 ia memperoleh kredit sebesar Rp 98,5 M dari bank DS, sebuah bank yang sebagian sahamnya (45%) dimiliki oleh pemerintah. Kredit tersebut akan digunakan untuk mendanai replanting perkebunan karet seluas 35 ribu ha ( sesuai dengan proposal yang diajukan ke Bank) di Kabupaten VF, Propinsi QB. Pada pelaksanaannya dana tersebut tidak sepenuhnya digunakan untuk kegiatan replanting (yaitu hanya 30% ). Sisanya dana tersebbut digunakan untuk kepentingan pribadinya yaitu membangun rumah mewah seluas 1200 m2, membeli 3 buah mobil mewah, perhiasan, jam tangan dan jalan-jalan ke luar negeri. Akibat dari perbuatan tersebut ia diajukan ke Pengadilan Negeri sebagai terdakwa. Vonis Hakim Pengadilan Negeri menghukum yang bersangkutan dengan pidana penjara 3 (tiga) tahun. Melalui pengacaranya ia mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi, dengan harapan ia dapat bebas dari jeratan penjara. Untuk maksud itu ia menemui hakim Wt S.H. yang menangani kasusnya sebanyak 3 kali (tgl 12 Juli 2006 di Hotel Peninsula, tgl 9 Agustus 2006 di Hotel Sadewa, dan tgl 18 Agustus 2006 di Plaza Ombak ). Pada pertemuan yang terakhir itu ia menyerahkan uang sebanyak Rp 750 Jt kepada hakim Wt,S.H. Pada saat yang bersamaan ia ditangkap oleh pihak yang berwajib. Yang selanjutnya ia disidik, diperiksa, perkaranya diberkas, dan diajukan ke Pengadilan untuk kedua kalinya dengan kasus yang berbeda dengan kasusnya yang pertama Latihan Kasus 6
Ds seorang pegawai negeri di Kabupaten HG, Propinsi Jp,
diberi kepercayaan oleh pimpinan SKPD nya untuk mengurusi dan mengawasi proyek pembangunan gedung kantor SKPD, dengan biaya sebesar Rp 3.67 M, dana proyek tersebut diperoleh dari APBD 75% dan APBN 25% tahun 2007. Proyek tersebut harus sudah selesai pada akhir tahun anggaran 2007. Untuk melaksanakan proyek tersebut Ds dengan seksama mempelajari ketentuan-ketentuan dari peraturan yang berkaitan dengan tugasnya tersebut. Selain itu Ds juga mendirikan perusahaan dalam bentuk PT yang diberi nama “Bangun Perkasa”, dengan Istrinya sebagai Dirut, dan seorang anaknya sebagai Direktur Operasional, dan menantunya sebagai tenaga akuntansi, serta dibantu oleh 4 orang karyawan. Selain mendirikan perusahaan ia juga menujuk 3 (tiga) perusahaan lainnya sebagai pendamping tender. PT “ Bangun Perkasa” menang tender pembangunan gedung SKPD, dan melaksanakan pekerjaan dengan tepat waktu. Pada saat diadakan pemeriksaan oleh instansi yang berwenang mengadakan pemeriksaan proyek tersebut diperoleh temuan- temuan, bahwa telah terjadi selisih harga, jumlah, dan kualitas barang-barang bangunan ( antara lain keramik lantai , bahan utk sanitary, atap baja ringan, cat tembok) yang secara keseluruhan sebanyak Rp 1.58 M. Selama dalam pemeriksaan Ds, selalu kooperatif, dan menjelaskan selisih harga tersebut tidak dia nikmati sendiri akan tetapi digunakan untuk biaya overhead antara lain , beaya pengurusan jaminan bank, beaya pengukuran lokasi oleh BPN, beaya pemeriksaan volume dan kualitas pekerjaan, beaya pengurusan termijn pembayaran di kas negara, sumbangan sosial, lingkungan dan organisasi politik, kemasyarakatan, asosiasi badan usaha dan profesi, beaya kunjungan dan intertainment pejabat, yang semuanya tercatat dengan rapi. Latihan Kasus 7
Tiba-tiba saja tanpa suatu sebab, atap gedung SD “ Anak Ceria
“ di Kabupaten HL, Propinsi Nn, roboh pada sore hari, dan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Gedung SD tersebut baru 6 (enam) bulan direnovasi (sebanyak 10 unit kelas, satu ruang guru, dan satu rumah jaga, ruang olah raga), proyek ini senilai Rp 895 jt yang bersumber dari dana APBD tahun anggaran 2007, dan LSM “Peduli Anak Sekolah” sebesar 1% dari nilai proyek. Proyek dikerjakan oleh PT “ Anak Negeri” sebuah BUMD. Sebagai pengawas proyek Dd, diperiksa oleh Polisi, dan dari hasil pemeriksaan tersebut, diperoleh pengakuan bahwa Dd, pada dasarnya mengetahui kalau material yang digunakan untuk merenovasi gedung SD tersebut banyak yang tidak sesuai dengan spesifikasi barang , antara lain, kualitas dan jenis kayu untuk kuda-kuda, usuk dan reng, genting, campuran semen dengan pasir. Dari hasil pemeriksaan, negara ditaksir menderita kerugian sebesar Rp 150 jt. Ketika Dd ditanya pada saat pemeriksaan “mengapa ia membiarkan saja hal tersebut” Menurut pengakuannya setiap ia selesai mengadakan pemeriksaan penerimaan barangbarang di lokasi proyek ia menerima uang rata-rata sebanyak Rp 300 ribu (sebanyak 10 kali), dan diajak makan di Warteg “mbak Sumi” dekat lokasi proyek. Uang selama ini ia terima dari Bn, orangnya toko bahan bangunan UD “ Kajengan”.