Anda di halaman 1dari 15

Peradaban Islam Masa al-khulafa 'al-Rasyidin

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Dr. Zakiya Darojat M.A

Disusun oleh:
 Andi NurAzizah 11200360000058
 Ayu Nadya. 11200360000059
 M. Rizqi Yazid 11200360000040
 Aqiela Akhmad Muzzaki 11200360000010

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021/2022

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, atas limpahan rahmat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Doa dan salam semoga
senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman kebodohan menuju dunia yang penuh ilmu seperti yang kita rasakan
saat ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam dengan judul "Peradaban Islam Masa Al Khulafaur Rasyidin”, Fakultas
Ushuluddin, Program Studi Ilmu Hadits, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan kali ini para penulis mengucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini. Semoga senantiasa dalam
lindungan Allah SWT dan juga kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah sederhana ini. Selain itu penulis juga berharap
semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis sangat
membutuhkan masukan dari semua pihak khususnya dari dosen pengampu.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, apabila terdapat
kekurangan dalam penulisan makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Terima kasih.

Tangerang, 18 September 2021

Penulis Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pengertian Khulafaur Rasyidin.....................................................................2
B. Pada Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq...............................................3
C. Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab........................................................7
D. Pada Masa Khalifah Utsman bin Affan........................................................9
E. Kondisi Islam dan Umat Muslim Pada Masa Khulafaur Rasyidin.............10

PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, status sebagai Rasulullah tidak dapat
diganti oleh siapapun (khatami al-anbiya’ wa al-mursalin), tetapi kedudukan
beliau yang kedua sebagai pimpinan kaum muslimin mesti segera ada
gantinya. Orang itulah yang dinamakan “Khalifah” artinya yang
menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan komunitas
Islam) dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan
hukum-hukum Agama Islam.

Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran.


Maka setelah Nabi Muhammad SAW wafat, pemuka-pemuka Islam segera
bermusyawarah untuk mencari pengganti Rasulullah SAW. Setelah terjadi
perdebatan sengit antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin, akhirnya
terpilihlah sahabat Abu Bakar sebagai Khalifah, artinya pengganti Rasul
SAW yang kemudian disingkat menjadi Khalifah atau Amirul Mu’minin.
Keputusan Rasulullah SAW yang tidak menunjuk penggantinya sebelum
beliau wafat dan menyerahkan pada forum musyawarah para sahabat
merupakan produk budaya Islam yang mengajarkan bagaimana cara
mengendalikan negara dan pemerintah secara bijaksana dan demokratis
(Yatim,1997:35).
Terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah yang pertama dalam ketatanegaraan
Islam merupakan salah satu refleksi dari konsep politik Islam. Abu Bakar
menerima jabatan Khalifah pada saat sejarah Islam dalam keadaan krisis dan
gawat. Yaitu timbulnya perpecahan, munculnya para nabi palsu dan terjadinya
berbagai pemberontakan yang mengancam eksistensi negeri Islam yang masih
baru. Memang pengangkatan Abu Bakar berdasarkan keputusan bersama
(musyawarah di balai Tsaqifah Bani Sa’idah) akan tetapi yang menjadi sumber
utama kekacauan ialah wafatnya nabi dianggap sebagai terputusnya ikatan dengan
Islam, bahkan dijadikan persepsi bahwa Islam telah berakhir. Abu Bakar bukan
hanya dikatakan sebagai Khalifah, namun juga sebagai penyelamat Islam dari
kehancuran karena beliau telah berhasil mengembalikan ummat Islam yang telah
bercerai berai setelah wafatnya Rasulullah SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pengertian Khulafaur Rasyidin?
2. Bagaimana peradaban Islam pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq?
3. Bagaimana peradaban Islam pada Masa Umar bin Khattab?
4. Bagaimana Perababan Islam pada Masa Ustman bin Affan?
5. Bagaimana Kondisi Islam dan Umat Muslim pada masa Khulafaur
Rasyidin?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Khulafaur Rasyidin
2. Mengetahui peradaban Islam pada masa Abu bakar Ash-Shiddiq
3. Mengetahui peradaban Islam pada masa Umar bin Khattab
4. Mengetahui Peradaban Islam pada masa Utsman bin Affan
5. Mengetahui Kondisi Islam dan umat muslim pada masa Khulafaur Rasyidin
PEMBAHASAN

1. Khulafaur Rasyidin

Secara bahasa, Khulafaur Rasyidin berasal dari kata Khulafa dan Ar-
Rasyidin. Kata Khulafa’ merupakan jamak dari kata Khalifah yang berarti
pengganti. Sedangkan Ar-Rasyidin artinya mendapat petunjuk. Arti
bebasnya adalah orang yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin atau
pemimpin yang selalu mendapat petunjuk dari Allah SWT. Para Khulafaur
Rasyidin merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu :
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq.
2. Umar bin Khattab.
3. Usman bin Affan.
4. Ali bin Abi Thalib.

Wafatnya Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin agama maupun Negara


menyisakan persoalan pelik. Nabi tidak meninggalkan wasiat kepada
seorangpun sebagai penerusnya. Akibatnya, para sahabat
mempermasalahkan dan saling berusaha untuk mengajukan calon pilihan
dari kelompoknya. Dan diperolehlah 3 calon penerus nabi dari kelompok
yang berbeda, yaitu :
1. Ali bin Abi Thaalib dari kelompok Ahul Bait.
2. Saad bin Ubadah dari kelompok Anshar.
3. Abu Bakar Ash-Shiddiq dari kelompok Muhajirin.
Namun perselisihan ini mengakibatkan tertundanya pemakaman Rasulullah
SAW. Dan akhirnya Abu Bakar Ash-Shiddiq lah yang terpilih dan di baiat
sebagai penerus Nabi Muhammad SAW. Dan Abu Bakar di baiat sebagai
Khalifah atau penerus Nabi di balai pertemuan bani Saidah.

2. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq


Abu Bakar Ash Shiddiq lahir pada tahun 568 M atau 55 tahun sebelum
hijrah. Dia merupakan khalifah pertama dari Al-Khulafa’ur Rasyidin,
sahabat Nabi Muhammad SAW yang terdekat dan termasuk di antara orang-
orang yang pertama masuk Islam (as-sabiqun al-awwalun). Nama
lengkapnya adalah Abdullah bin Abi Kuhafah at-Tamini.
Pada masa kecilnya Abu Bakar bernama Abdul Ka’bah. Nama ini diberikan
kepadanya sebagai realisasi nazar ibunya sewaktu mengandungnya.
Kemudian nama itu ditukar oleh Nabi Muhammad SAW menjadi Abdullah
bin Kuhafah at-Tamimi. Gelar Abu Bakar diberikan Rasulullah SAW
karena ia seorang yang paling cepat masuk Islam, sedang gelar as-Siddiq
yang berarti ‘amat membenarkan’ adalah gelar yang diberikan kepadanya
karena ia amat segera memberiarkan Rasulullah SAW dalam berbagai
macam peristiwa, terutama peristiwa Isra Mikraj. [1]

Kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq


Khalifah Abu Bakar adalah khalifah yang sangat berjasa diawal masa
khulafaur rasyidin, meski banyak sekali cobaan dan hambatan yang datang.
Masa Abu Bakar di mulai dengan munculnya permasalahan tentang siapa
pemimpin yang akan memimpin umat Islam pasca wafatnya Rasulullah
SAW. Kemudian masa ini dihadapkan dengan banyaknya masyarakat yang
murtad serta enggan membayar zakat kembali. Hingga bermunculan orang-
orang yang mengaku sebagai Nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Berkat
ketegasan khalifah Abu Bakar serta keteguhan hati para sahabat,
permasalahan yang muncul bisa ditangani dan distabilkan kembali.

Kemajuan yang diraih dimasa Abu Bakar


Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia
meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan
dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa
Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Madinah. Karena
sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan
agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan
apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan) dan
pahlawan yang banyak berjasa dalam perang tersebut adalah Khalid bin
Walid.

Kemajuan yang telah dicapai pada masa pemerintahan Abu Bakar selama
kurang lebih dua tahun, antara lain:
1. Perbaikan sosial (masyarakat).
Perbaikan sosial yang dilakukan Abu Bakar ialah usaha untuk menciptakan
stabilitas wilayah Islam dengan berhasilnya mengamankan tanah Arab dari
para penyeleweng (orang-orang murtad, nabi-nabi palsu dan orang-orang
yang enggan membayar zakat).
1. Perluasan dan pengembangan wilayah Islam.
Adapun usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan wilayah
Islam Abu Bakar melakukan perluasan wilayah ke luar Jazirah Arab. Daerah
yang dituju adalah Irak dan Suriah yang berbatasan langsung dengan
wilayah kekuasaan Islam. Kedua daerah itu menurut Abu Bakar harus
ditaklukkan dengan tujuan untuk memantapkan keamanan wilayah Islam
dari serbuan dua adikuasa, yaitu Persia dan Bizantium
1. Pengumpulan ayat-ayat Al Qur’an.
Sedangkan usaha yang ditempuh untuk pengumpulan ayat-ayat Al Qur’an
adalah atas usul dari sahabat Umar bin Khattab yang merasa khawatir
kehilangan Al Qur’an setelah para sahabat yang hafal Al Qur’an banyak
yang gugur dalam peperangan, terutama waktu memerangi para nabi palsu.
Alasan lain karena ayat-ayat Al Qur’an banyak berserakan ada yang ditulis
pada daun, kulit kayu, tulang dan sebagainya. Hal ini dikhawatirkan mudah
rusak dan hilang.
1. Sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam.
Kemajuan yang diemban sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam,
Abu Bakar senantiasa meneladani perilaku rasulullah SAW. Bahwa prinsip
musyawarah dalam pengambilan keputusan seperti yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW selalu dipraktekkannya. Ia sangat memperhatikan
keadaan rakyatnya dan tidak segan-segan membantu mereka yang kesulitan.
Terhadap sesama sahabat juga sangat besar perhatiannya.
1. Meningkatkan kesejahteraan umat.
Sedangkan kemajuan yang dicapai untuk meningkatkan kesejahteraan
umum, Abu Bakar membentuk lembaga “Baitul Mal”, semacam kas negara
atau lembaga keuangan. Pengelolaannya diserahkan kepada Abu Ubaidah,
sahabat Nabi SAW yang digelari “amin al-ummah” (kepercayaan umat).
Selain itu didirikan pula lembaga peradilan yang ketuanya dipercayakan
kepada Umar bin Khattab. [2] Sebelum Abu Bakar Wafat, beliau sempat
menunjuk Umar bin Khattab sebagai khalifah yang berikutnya.

3. Khalifah Umar bin Khatthab


Umar bin Khatthab (583-644) memiliki nama lengkap Umar bin Khathab
bin Nufail bin Abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin razail bin
‘Adi bin Ka’ab bin Lu’ay, adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu
Bakar Ash-Shiddiq.[1] Umar bin khattab lahir di Mekkah pada tahun 583
M, dua belas tahun lebih muda dari Rasulullah Umar juga termasuk kelurga
dari keturunan Bani Suku Ady (Bani Ady).
Umar bin Khatthab adalah salah satu sahabat terbesar sepanjang sejarah
sesudah Nabi Muhammad SAW. Peranan umar dalam sejarah Islam masa
permulaan merupakan yang paling menonjol kerena perluasan wilayahnya,
disamping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan
besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui
kebenarannya oleh para sejarahwan. Bahkan, ada yang mengatakan, bahwa
jika tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar,
Isalm belum tentu bisa berkembang seperti zaman sekarang.

Kekhalifahan Umar bin Khatthab


Masa kekhalifahan Umar bin Khatthab itu sepuluh tahun enam bulan, yaitu
dari tahun 13 H/634 M sampai dengan tahun 23 H/644 M, dan wafat karena
dibunuh diusia 63 tahun. Tragedi itu merupakan pembunuhan politik yang
pertama didalam sejarah Islam.
Masa pemerintahannya yang sepuluh tahun itu paling sibuk dan paling
menentukan bagi masa depan selanjutnya. Pada masa pemerintahannya itu
imperium Roma Timur (Byzantium) kehilangan bagian terbesar dari
wilayah kekuasaannya pada pesisir barat Asia dan pesisir utara Afrika. Pada
masa pemerintahannya kekuasaan Islam mengambil alih kekuasaan didalam
seluruh wilayah imperium Parsi sampai perbatasan Asia Tengah.
Seperti halnya dengan khalifah Abu Bakar, ia tinggal dirumah biasa dan
hidup sebagai rakyat biasa di Madinah al-Munawwaroh.Dengan
kesederhanaannya itu ia disegani oleh segala pihak dan ditakuti oleh lawan
dengan sangat takzim.
Kemajuan yang diraih dimasa Umar
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat.
Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti
Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta
mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari
kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu
Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan islam pada jaman
Umar. Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal
penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus.
20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70
ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari
dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk
daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya
sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan
untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid
Nabawi di Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar
dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya
hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat
sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar
mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai
dihitung saat peristiwa hijrah. Secara garis besar seperti berikut ini :
1. Peletak dasar-dasar administrasi Negara atau pemerintahan Islam.
2. Industry dan pertanian mengalami kemajuan yg pesat.
3. Kemajuan dalam bidang keilmuan umat islam.
4. Ekspansi ke luar daerah islam besar-besaran.
5. Mengadakan baitul maal.
Kemudian setelah khalifah Umar wafat, Islam dipimpin oleh Khalifah
Usman dengan pemilihan yang dilakukan oleh dewan syuura yang dibentuk
oleh Khalifah Umar.

4. Khalifah Usman bin Affan


Usman ibn ‘Affan ibn Abdillah ibn Umayyah ibn ‘Abdi Syams ibn Abdi
mannaf ibn Qushayi lahir pada tahun 576 M di Thaif. Ibunya adalah Urwah,
putrinya Ummu hakim al-Baidha, putri Abdul muttalib, nenek nabi SAW.
Ayahnya ‘Affan adalah seorang saudagar yang kaya raya dari suku Quraisy-
Umayyah. Usman ibn ‘Affan menikah dengan dua orang putri Rosulullah
SAW, yaitu Roqayyah dan Ummu kulsum, sehingga ia mendapat julukan
Dzu al-Nurain.

Kekhalifahan Usman bin Affan


Dalam menjadi khalifah Usman ibn ‘Affan dipilih melalui majelis khusus
yang dibentuk oleh Umar ibn Khottob. Majelis atau panitia pemilihan itu
terdiri dari enam sahabat dari berbagai kelompok sosial yang ada. Mereka
adalah Ali bin Abi thalib, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair,
Sa’ad bin Abi waqas, dan Thalhah. Namun pada saat pemilihan
berlangsung, Thalhah tidak sempat hadir, sehingga lima dari enam anggota
panitia yang melakukan pemilihan.
Setelah kaum muslim bersepakat membaiat Usman bin Affan sebagai
khalifah ketiga setelah Abu Bakar al-shiddiq r.a. dan Umar bin Khattab r.a.
ketika ditinggalkan oleh Umar bin Khattab, umat islam berada dalam
keadaan yang makmur dan bahagia. Kawasan dunia muslimpun telah
bertambah luas. Khalifah Umar berhasil menciptakan stabilitas sosial politik
didalam negeri sehingga ia dapat membagi perhatiannya untuk memperluas
wilayah islam. Dan ketika Usman menjabat sebagai khalifah, ia meneruskan
sebagian besar garis politik Umar. Ia melakukan berbagai Ekspedisi untuk
mendapatkan wilayah-wilayah baru. Perluasan itu memunculkan situasi
sosial yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Kemajuan yang diraih dimasa Usman


1. Pembukuan Al-Quran pada akhir 24 H.
2. Penyatuan Qiraat Quraisy.
3. Ekspansi wilayah Islam.
4. Perluasan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.
5. Ali bin Abi Thalib
Khlifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dan
menantu Nabi. Ali adalah putra Abi Thalid bin Abdul Muthalib. Ali adalah
seseorang yang memiliki kelebihan, selain itu ia adalah pemegang
kekuasaan. perumus kebijakan dengan wawasan yang jauh ke depan. Ia
adalah pahlawan yang gagah berani, penasehat yang bijaksana, penasihat
hukum yang ulung dan pemegang teguh tradisi, seorng sahabat sejati, dan
seorang lawan yang dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir hayatnya
dan merupakan orang kedua yang berpengaruh setelah Nabi Muhammad[3]

Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.


Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi
Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa
pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa
sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan setabil. Setelah
menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang di angkat
oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi
karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang
dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak
tahunan dia antara orang-orang Islam sebagaimana pernah ditetapkan Umar.

Kemajuan yang diraih dimasa Ali


Dikalangan kaum muslim dibeberapa daerah, terutama di basrah, mesir, dan
kuffah, pada masa akhir kepemimpinan khalifah usman bin affan terjadi
fitnah besar-besaran. Fitnah tersebut sengaja disebarkan oleh kaum munafik
yang dipimpin oleh abdullah bin saba. Fitnah tersebut berhasil menghasud
beberapa pihak untuk memberontak dan menuntut mundurnya khalifah
usman bin affan.
Suatu ketika para pemberontak berhasil menyerbu rumah khalifah usman
bin affan dan membunuhnya. Saat Kejadian tersebut, khalifah usman bin
affan sedang menjalani puasa sunah dan membaca Al-qur’an. Muslimin
dalam kesedihan yang sangat mendalam, dan dalam kebingungan setelah
kematian usman. Selama lima hari berikutnya mereka tanpa pemimpin.
Sejarah sedang kosong buat madinah, selain pemberontakan yang selama itu
pula membuat kekacauan dan menanamkan ketakutan di hati orang.
Kaum pemberontak mengadakan pendekatan kepada Ali bin Abi thalib
dengan maksud mendukungnya sebagai khalifah, dipelopori oleh al-gafiqi
dari pemberontakan mesir sebagai kelompok besar. Tetapi ali menolak.
Setelah kematian khalifah usman tak ada lagi oarang yang pantas menjadi
khalifah dari pada Ali bin abi thalib. Dalam kenyataannya ali memang
merupakan tokoh yang paling populer saat itu. Disamping itu, memang tak
ada seorang pun yang mengklaim atau mau tampil mencalonkan diri
menjadi khalifah untuk menggantikan usman bin affan termasuk mu’awiyah
bin abi sofyan selain nabi ali bin abi thalib. Di samping itu mayoritas umat
muslimin di madinah dan kota-kota besar lainnya sudah memberikan pilihan
kepada Ali, kendati ada juga beberapa kalangan, kebanykan dari bani
umayyah yang tidak mau membai’at ali, dan sebagian dari mereka ada yang
pergi ke suria.[4]
Sepeninggal Usman bin Affan dalam kondisi kacau, kaum muslimin
meminta Ali bin Abi Thalib untuk menjadi khalifah. Akan tetapi muawiyah
menolak usulan tersebut, karena keluarga besar khalifah usman bin affan
(muawiyah bin abi sofyan) menuntut pembunuh khalifah usman bin affan
ditangkap terlebih dahulu.
Sedangkan pihak ali berpendapat bahwa masalah kepemimpinan sebaiknya
diselesaikan terlebih dahulu, setelah itu barulah pembunuh khalifah Usman
bin affan dicari bersama-sama. Perbedaan pendapat tersebut menjadi awal
pecahnya persatuan kaum muslimin saat itu. Akhirnya Ali bin abi thalib
tetap diangkat sebagai khalifah.
Prestasi-prestasi khalifah ali bin abi thalib adalah sebagai berikut[5]
1. Memajukan dalam bidang ilmu bahasa
Pemerintahan wilaya islam pada masa khalifah ali bin abi thalib sudah
mencapai india. Akan tetapi pada saat itu, penulisan huruf ijayyah belum
dilengkapi dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhammad dan
syaddah, sehingga menyebabkan banyaknya kesalahan-kesalahan bacaan
teks Al-qur’an dan hadits di daerah-daerah yang jauh dari jazirah Arab.
Untuk menghindari kesalahan fatal dalam membaca Al-qur’an dan hadits,
khalifah ali bin abi thalib memerintahkan abu aswad ad-duali untuk
mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari
tata bahasa Arab.
1. Membenahi keuangan negara (baitul mal)
Harta pejabat yang diperolehnya dengan cara yang tidak benar disita oleh
khalifah ali bin abi thalib. Harta tersebut kemudian disimpan di baitul mal
dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
1. Mengganti pejabat yang kurang konsisten
Para pejabat yang kurang konsisten dalam bekerja, semuanya diperbaiki dan
diganti oleh khalifah ali bin abi thalib. Akan tetapi, pejabat-pejabat yang
diganti tersebut banyak yang dari keluarga khalifah usman bin affan (bani
umayyah). Akibatnya makin banyak kalangan bani umayyah yang tidak
menyukai khalifah ali bin abi thalib.
1. Bidang pembangunan
Pembangunan kota Kuffah telah menjadi perhatian khusus bagi khalifah ali
bin abi thalib. Pada awalnya, kota Kuffah disiapkan untuk pusat pertahanan
oleh Mu’awiyah bin abi Sofyan. Akan tetapi kota Kuffah kemudian
berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu nahwu, dan ilmu
pengetaahuan lainnya. Perselisihan antar pendukung khalifah ali bin abi
thalib dan Mu’awiyah bin abu Sofyan mengalami berakhirnya pemerintahan
islam di bawah khulafaurrasyidin. Para ahli sejarah menyatakan bahwa
pemerintah islam yang paling mendekati masa pemerintahan rasulullah saw.
6. Gambaran Kehalifahan
7. Masa Kepemimpinan
Adapun masa pemerintahan khulafa al rasyidun adalah sebagai berikut :
No Nama Mulai Berakhir Lama Umur
1. Abu Bakar 11H/632M 13H/634M 2 Th 3 Bln 63 Tahun
2. Umar 13H/634M 23H/644M 10 Th 6 Bln 63 Tahun
3. Usman 23H/644M 35H/656M 12 Th 82 Tahun
4. Ali 35H/656M 40H/661M 4 Th 9 Bln 63 ahun

KONDISI ISLAM DAN UMAT MUSLIM PADA MASA KHULAFAUR


RASYIDIN

Pada masa khulafaur rasyidin, Islam dan umat muslim mengalami berbagai
macam permasalahan, yaitu :
No Khalifah Kondisi
1. Abu Bakar ash-shiddiq 1. Kondisi Islam menjadi tidak stabil sepeninggal
nabi.
2. Muncul nabi-nabi palsu (Musailamah Al-kadzab).
3. Muncul kelompok yang murtad.
4. Fokus pada penstabilan politik masih dalam jangkauan internal.
5. Setelah kondisi politik stabil, Abu Bakar focus pada ekspansi ke luar.
Yaitu Persia dan Romawi Timur.
2. Umar bin Khattab 1. Islam mengalami masa yang gemilang.
2. Politik dalam negeri stabil.
3. Sehingga ekspansi difokuskan ke luar wilayah.
3. Usman bin Affan 1. Masa ini lebih bersifat merebut kembali wilayah
yang sudah ditaklukkan pasukan Islam sebelumnya.
2. Masa ini menguasai wilayah Tripoli di Barat sampai seluruh Asia Tengah
di Timur, Yaman, Azerbaijan, Turkistan.
4. Ali bin Abi Thaalib 1. Masa ini tidak terjadi ekspansi.
2. Masa ini terlalu disibukkan oleh perpecahan di kalangan umat islam sejak
terbunuhnya Usman.
3. Terjadinya Waqiah al Jamal dan Tahkim sebagai bukti adanya kejadian
dalam negeri yang harus diselesaikan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Islam dimasa Khulafaur Rasyidin mengalami berbagai macam kemajuan di
berbagai bidang. Meski ada beberapa permasalahan yang harus mereka
hadapi. Masa Khulafaur Rasyidin inilah yang mengawali kemajuan Islam
dimasa setelahnya.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Salabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: pustaka Al husna, 1983)
hal: 226
[2] Maidir harun, Sejarah Peradaban Islam, (Padang : 2001), hal. 52
[3] Samsul Munir Amin.Hlm. 109
[4] Ali Audah, Ali bin Abi Thalib Sampai kepada Hasan dan Husen. Cet ke-
6. (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2008) Hlm. 187
[5] Ali Mahfudz, “Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah
Tsanawiyah”(Surakarta: Udo Brother, 2013) hlm. 22-23

Anda mungkin juga menyukai