Anda di halaman 1dari 7

METODE ANALISIS DATA AGRIBISNIS

oleh:
La Ode Muhamad Yusuf Marsal
D1A118133

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
1. Judul Skripsi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Cengeh di
Desa Totallang Kecamatan Lasusua Kabupaten Kolaka Utara
Oleh: Mega Silvia Sahudini
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai
berikut:
1. Berapa besar pangsa pengeluaran pangan rumah tangga petani cengkeh di Desa
Totallang?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga petani cengkeh
di Desa Totallang?

3. Teori yang digunakan:


1. Konsep Rumah Tangga Petani
Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah pertanian. Definisi
petani menurut Anwas (1992) adalah orang yang melakukan bercocok tanam dari lahan
pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari
kegiatan itu. Pengertian petani yang dikemukakan tersebut tidak terlepas dari pengertian
pertanian. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pertanian adalah kegiatan manusia yang
mengusahakan terus dengan maksud memperoleh hasil-hasil tanaman ataupun hasil hewan,
tanpa mengakibatkan kerusakan alam. Bertolak dari pengertian dia atas, dapat dikatakan
bahwa antara petani dan pertanian tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Oleh karena itu perbedaannya hanya terletak pada obyek saja.
Menurut slamet (2000), petani asli adalah petani yang memiliki tanah sendiri, bukan
penyakap maupun penyewa petani asli memiliki lahan sendiri dan dikerjakan sendiri. Sekecil
apapun tanah yang dimiliki seorang petani, dia tetap disebut petani asli jika dia memiliki
tanah sendiri. Sebaliknya, meskipun seseorang mampu menguasai tanah luas, tetapi tanah
yang dikuasainya itu bukan miliknya sendiri, dia tidak bisa disebut petani asli, melainkan
petani ketengan. Oleh karena itu yang dimaksud petani asli adalah petani yang memiliki
tanah sendiri, bukan penyewa maupun penyakap, terlepas dari apakah tanahnya itu digarap
sendiri secara langsung maupun digarap oleh buruh tani.

2. Konsep Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga


Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang selalu berkaitan dengan konsumsi, apakah
itu untuk memenuhi kebutuan makanan, pakaian, hiburan, atau kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Setiap orang sepanjang hidupnya melakukan pengeluaran untuk konsumsi. Oleh karena itu,
kegiatan konsumsi memegang peran penting dalam kehidupan manusia berbagai jenis barang
dan jasa diproduksi dan ditawarkan kepada masyarakat untuk digunakan oleh setiap orang
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Munculnya kegiatan produksi disebabkan karena
adanya kegiatan konsumsi, sebaliknya kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi.
Karena itu keputusan rumah tangga dalam berkonsumsi sangat mempengaruhi keseluruhan
perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek
Sukimo dalam Agustin (2012), mengungkapkan bahwa konsumsi Merupakan
perbelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga untuk barang-barang Akhir (final goods) dan
jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan orang tersebut. Menurutnya,
pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian dan Barang-barang kebutuhan mereka lain
digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan
oleh masyarakat untuk Memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.
Menurut BPS (2018), pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup Semua
pengeluaran atas pembelian barang dan jasa yang tujuannya untuk konsumsi selama perode
satu tahun, dikurangi dengan hasil penjualan netto dari barang-barang dan jasa barang-barang
yang memiliki kegunaan ganda, yaitu selain untuk keperluan rumah tangga juga digunakan
sebagai penunjang dalam kegiatan usaha, pembelian dan biaya-biayanya harus dialokasikan
secara optimal.
3. Konsep Pangan dan Pengeluaran Pangan
Pangan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan
komponen ini memberikan kontribusi dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang
berkualitas, sehingga mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Oleh karena
begitu penting peranannya, pangan dapa dianggap sebagai kebutuhan dan modal dasar
pembangunan serta dijadikan indikator atas keberhasilan pembangunan. Dengan demikian,
setiap pemerintah suatu negara berkewajiban untuk menghormati, melindungi dan memenuhi
kebutuhan pangan dan gizi. Kegagalan pemerintah memenuhi kewajiban tersebut berarti
melanggar hak asasi (Karsin, 2004).
Pangan merupakan elemen penting dalam siklus kehidupan dan menjadi hak asasi
manusia untuk mendapatkannya dalam jumlah dan mutu yang diinginkan. Peran pangan yang
sangat strategis tersebut mewajibkan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) untuk mewujudkan ketahanan pangan yang sangat menentukan bagi keberlanjutan
kehidupan berbangsa dan bertanah air. Kewajiban tersebut tercakup dalam amanat undang-
undang no 7
Tahun 1996 (Widowati, 2011)
Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan
hidup dan kecukupan pangan bagi setiap orang pada setiap waktu yang merupakan hak azasi
yang layak dipenuhi. Sesuai undang-undang no 18 tahun 2012, pangan dalam arti luas segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, perairan dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan
dan pembuatan makanan atau minuman. Meskipun secara umum ketersediaan pangan telah
melebihi standar kecukupan pangan, namun kecukupan di tingkat nasional tidak menjamin
kecukupan pangan di tingkat rumah tangga (Rahayuning, dkk., 2012).
Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Suatu bangsa dapat dapat
dikatakan sejahtera apabila kebutuhan pangan tercukupi bagi warganya pengeluaran pangan
merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai ketahanan pangan rumah
tangga. Pangsa pengeluaran pangan merupakan ratio antara pengeluaran pangan dengan
pengeluaran total rumah tangga per bulan hukum working seperti dikutip oleh pakpahan et
al., (1993) dalam ariningsi dan handewi (2008) menyatakan bahwa pangsa pengeluaran
pangan dan rumah tangga mempunyai hubungan yang negatif, begitu pula dengan ketahanan
pangan dan pangsa pengeluaran pangan mempunyai hubungan negatif juga. Apabila suatu
rumah tangga semakin besar pangsa pengeluaran pangan untuk pangan berarti semakin
rendah ketahanan pangannya. Sedangkan makin tingginya kesejahteraan suatu rumah
tangganya semakin kecil pangsa pengeluaran pangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya pendapatan, pendidikan ibu rumah tangga, harga bahan pokok beras,
pengetahuan gizi, konsumsi protein hewani serta dummy konsumsi harian protein nabati dan
hewani.

4. Kerangka Pikir Penelitian


Pengeluaran pangan rumah tangga merupakan proporsi atau alokasi pengeluaran yang
diperuntukkan untuk kebutuhan pangan rumah tangga. Kebutuhan pangan rumah tangga
tersebut, meliputi: (1) padi-padian. (2) umbi-umbian, (3) ikan/udang/ cumi/kerang, (4)
daging, (5) telur dan susu, (6) sayur-sayuran, (7) kacang-kacangan, (8) buah-buahan, (9)
minyak dan kelapa. (10) bahan minuman, (11) bumbu-bumbuan, (12) konsumsi lainnya, (13)
makanan
dan minuman jadi dan (14) rokok.
Bagi rumah tangga petani cengkeh yang hanya mengusahakan usahatani cengkeh
tentunya dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokoknya harus membeli atau mendatangkan
dari luar rumah tangga. Dengan kondisi demikian maka akan semakin meningkatkan
pengeluaran pangan rumah tangga rumah tangga petani cengkeh dalam pemenuhan
kebutuhan pangannya sangat bergantung kepada pendapatan yang diperoleh dari usahatani
cengkeh. Oleh karena itu semakin tinggi tingkat pendapatan, maka kemampuan rumah tangga
untuk membeli aneka kebutuhan pangan menjadi semakin besar atau mungkin juga pola
hidup menjadi semakin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik.
Disamping pendapatan, faktor lain yang turut berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan
pangan rumah tangga petani cengkeh adalah tingkat pendidikan formal kepala rumah tangga,
ibu rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga.
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pangsa pengeluaran pangan. Petani yang
berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam jumlah dan
mutunya dibanding mereka yang berpendidikan lebih rendah. Kemudian jumlah anggota
rumah tangga yang besar akan mendorong semakin meningkatnya pangsa pengeluaran
pangan rumah tangga, karena jumlah Pangan yang harus dibeli akan semakin banyak untuk
memenuhi kebutuhan setiap anggota rumah tangga.
5. Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian terdiri atas :
1. Identitas responden, meliputi: umur, pengalaman berusahatani cengkeh dan luas lahan
usahatani cengkeh.
2. Pengeluaran pangan, meliputi: (1) padi-padian, (2) umbi-umbian, (3) ikan/udang/
cumi/kerang, (4) daging. (5) telur dan susu, (6) sayur-sayuran, (7) kacang-kacangan, (8)
buah-buahan, (9) minyak dan kelapa. (10) bahan minuman, (11) bumbu-bumbuan, (12)
konsumsi lainnya, (13) makanan dan minuman jadi dan (14) rokok.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan, meliputi: pendapatan rumah
tangga, pendidikan kepala rumah tangga, pendidikan ibu rumah tangga dan jumlah
anggota rumah tangga.
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan teknik wawancara dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan dan lembar pencatatan
Daftar pertanyaan digunakan sebagai pedoman atau panduan dalam melakukan
wawancara untuk mendapatkan data dan informasi dari responden penelitian.
Sedangkan lembar pencatatan digunakan untuk mencatat data sekunder yang
bersumber dari instansi terkait.

7. Jenis dan Sumber Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Data primer yaitu data yang bersumber dan diperoleh secara langsung dari Rumah tangga
petani cengkeh yang menjadi responden penelitian.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait yang ada hubungannya
dengan penelitian ini, yaitu Kantor Desa Totallang. Dinas Perkebunan Kabupaten Kolaka
Utara, Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka Utara dan Kantor Badan Pusat
Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara.
8. Analisis Data
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka teknik analisis Data yang
digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga dianalisis menggunakan analisis Deskriptif
kuantitatif (Rachman dan Supriyati, 2004), yaitu mengitung dan Mendeskripsikan alokasi
pengeluaran pangan rumah tangga, meliputi: padi Padian, umbi-umbian,
Ikan/udang/cumi/kerang daging, telur dan susu, Sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-
buahan, minyak dan kelapa, bahan Minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lainnya,
makanan dan minuman jadi dan Rokok
2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengeluaran pangan rumah tangga Dianalisis
menggunakan analisis regresi non linear berganda menurut Sianipar dkk (2012) dengan
persamaan sebagai berikut:
Y = a + b₁X₁ + b₂X2 + b3X3 + b₁X₁ + e
Untuk mempermudah pengolahan data, maka fungsi diatas diubah menjadi Fungsi linear
sebagai berikut :
Log y = log a + bilog X₁ + b₂log X₂ + balog X₁ + balog X₁ + e
Keterangan:
Y = Pengeluaran Pangan Rumah Tangga (Rp/Tahun)
A = Konstanta
B₁...b4 Koefisien Regresi
X₁ = Pendapatan Rumah Tangga Petani (Rp/Tahun)
X₂= Pendidikan Kepala Rumah Tangga (Tahun)
X3 = Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun)) Tangga (Orang)
X4 = Jumlah Anggota Rumah
E = Kesalahan (error term)

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X) secara bersama-sama terhadap variabel
terikat (Y) digunakan uji F, dengan kriteria sebagai berikut:
- Jika nilai signifikansi F-hitung < taraf kesalahan 5% (α = 0,05), maka secara bersama-
sama variabel bebas (X) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).
- Jika nilai signifikansi F-hitung > taraf kesalahan 5% (a = 0,05), maka secara bersama-
sama variabel bebas (X) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y) secara sendiri-sendiri digunakan uji t, dengan kriteria sebagai berikut:
- Jika nilai signifikansi t-hitung taraf kesalahan 5% (a = 0,05), maka secara sendiri-sendiri
variabel bebas (X) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).
- Jika nilai signifikansi t-hitung > taraf kesalahan 5% (a = 0,05), maa secara sendiri-sendiri
variabel bebas (X) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).

Anda mungkin juga menyukai