ASMA BRONKHIAL
NIM : 12450674
2. Etiologi
Sampai saat ini etiologi Asma Bronkhial belum diketahui.Suatu hal
yang menonjol pada penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas
bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan
imunologi maupun non imunologi.
a. Menurut (Putri, 2013:188) Etiologi asma dapat dibagi atas:
1) Asma Ekstrinsik/Alergik
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya
sejak anak-anak seperti alergi protein, serbuk sari, bulu halus,
binatang, dan debu.
2) Asma Intrinsik/Idiopatik
Asma yang tidak diketahui faktor pencetus yang jelas, tetapi
adanya faktor-faktor non spesifik seperti: flu, latihan fisik tau
emosi yang sering memicu serangan asma. Asma ini sering
muncul sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi
sinus/cabang trakeobronchial.
4
5
3) Asma Campuran
Asma yang terjadi karena adanya komponen ekstrinsik dan
intrinsik
3. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkeolus
yang menyebabkan sulit bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitibilitas bronkeolus terhadap benda asing di udara. Reaksi
yang timbul pada asma tipe alergi di duga terjadi dengan cara sebagai
berikut : sesorang yang alergi di duga mempunyai kecenderungan
besar dan antibody ini terutama melekat pada sel mast yang melekat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkeolus dan
bronkus kecil. Bila sesesorang menghirup alergen maka antibody Ig.E
orang tersebut meningkat, alergen beraksi dengan antibody yang sudah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin zat anafilaksis yang bereaksi
lambat.
Efek gabungan dari semua faktor ini akan menghasilkan edema
lokal pada dinding bronkeolus kecil maupun sekresi mukus yang
kental dalam lumen bronkeolus dan spasme otot polos bronkeolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat
meningkat.
Pada asma bronkhial, diameter bronkeolus lebih kurang selama
ekspirasi daripada inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
selama sekresi paksa menekan bagian luar bronkeolus. Karena
bronkeolus tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi. Pada penderita asma biasanya bisa melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal
ini menyebabkan dispnea (Wahid dan Suprapto, 2013:89).
Bagan 2.1
Patofisiologi Asma Bronkhial
Faktor Pencetus Serangan Asma: Allergen, Infeksi Saluran Nafas, Tekanan Jiwa, Olahraga/Kegiatan Jasmani
Yang Berat, Obat-Obatan, Polusi Udara, Lingkungan Kerja
5. Klasifikasi Asma
Menurut (Putri, 2013:190) berdasarkan episodik serangan asma, dapat
dibedakan menjadi:
a. Asma episodik yang jarang
Biasanya terjadi pada anak usia 3-6 tahun, serangan umumnya
dicetuskan oleh infeksi virus pada saluran nafas. Frekuensi
serangan 3-4kali/th. Lama serangan beberapa hari dan langsung
menjadi sembuh.
Gejala menonjol pada malam hari dapat berlangsung 3-4 hari,
sedangkn batuk 10-14 hari, serangan tidak ditemukan kelainan.
b. Asma episodik sedang
2/3 golongan ini serangan pertama timbul pada usia sebulan
sampai 3 tahun, serangan berhubungan dengan infeksi saluran
nafas akut, pada usia 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi
yang jelas.
c. Asma kronik/persisten
Serangan asma terjadi pada usia 6 bulan (25%), sebelum usia 3
tahun (75%), pada usia 2 tahun pertama (50%) biasanya serangan
episodik pada usia 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi jalan
nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat wheezing setiap
hari. Pada malam hari sering terganggu oleh batuk/wheezing dan
waktu ke waktu serangan yang berat dan sering memerlukan
perawatan rumah sakit.
6. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Muttaqin, 2012:172) prinsip-prinsip penatalaksanaan asma
bronkial adalah:
a. Pengobatan Non farmakologi
1) Penyuluhan : ditujukan untuk peningkatkan pengetahuan klien
tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari
faktor-faktor pencetus, menggunakan obat secara benar.
2) Menghindari faktor pencetus
3) Fisioterapi : dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi,
fibrasi dada
b. Pengobatan Farmakologi
1) Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya
aerosol, bekerja lebih cepat, diberikan sebanyak 3-4 kali
semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah
10 menit.
2) Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200mg 4 x sehari.
Golongan ini adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan
bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan.
3) Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metixantin tidak
memberikan respon dengan baik, harus diberikan
kortikosteroid. Dalam bentuk aerosol dengan dosisi 4 xsemprot
setiap hari. Pemberian obat ini dalam jangka yang lama
mempunyai efek samping, maka klien yang mendapat steroid
jangka lama harus diawasi dengan ketat.
4) Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin
merupakan obat pencegah asma khususnya untuk anak-anak.
Dosis Iprutropioum bromide diberikan 1-2 kapsul 4x sehari.
7. Pemeriksaan diagnostik
Menurut pernyataan (Putri, 2013:192) pemeriksaan diagnostik asma
adalah:
a. Sinar X (Ro. Thorax): terlihat adanya hiperinflsi paru-paru
diagfragma mendatar
b. Tes fungsi paru
1) Menentukan penyebab dispnea
2) Volume residu meningkat
3) FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dan kapasitas vital
c. AGD
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat
hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik.
1) PaO2menurun, PaCO2 normal/me/turun
2) pH normal/meningkat
d. Sputum (Lab): menentukan adanya infeksi biasanya pada asma
tanpa disertai infeksi
8. Komplikasi
(Putri, 2013:192) Menyatakan bahwa komplikasi asma adalah sebagai
berikut:
a. Pneumothorak
b. Pneumomediastinum dan emfisema sub kutis
c. Atelektasis
d. Aspirasi
e. Kegagalan jantung/gangguan irama jantung
f. Sumbatan saluran nafas yang meluas/gagal nafas
g. Asidosis
9. Manajemen terapeutik
Menurut (Putri, 2013:193) Tujuan terapi asma adalah sebagai berikut:
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta
mempertahankannya
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk
melakukan exercise
e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversible
B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi: nama, usia, jenis kelamin, ras, dll
b. Informasi dan diagnosa medik yang penting
c. Data riwayat kesehatan
d. Riwayat kesehatan dahulu: pernah menderita penyakit asma
sebelumnya, menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosis
pada ujung jari.
e. Riwayat kesehatan sekarang
1) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah,
pucat tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan
nafas.
2) Sesak setelah melakukan aktivitas/menghadapi suatu krisis
emosional
3) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
4) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat keluarga (+) Asma
2) Riwayat keluarga (+) menderita penyakit alergi, seperti rinitis
alergi, sinusitis, dematitis, dll
E. Rencana Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan
yang dapat mencapai tiap tujuan khusus perencanaan keperawatan
meliputi, perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatan.Rencana asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronkial
dibawah ini berdasarkan diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan,
tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan disusun berdasarkan (Muttaqin,
2012:135) yaitu :
Tabel 2.1
Rencana Keperawatan
Klien dengan Asma Bronkhial
G. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nurjannah (2005:19) evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.
evaluasi terus-menerus dilakukan pada respon klien terhadap keperawatan
yang telah dilaksanakan, digunakan komponen SOAP:
S : Data objektif, data yang didapatkan dari keluhan klien langsung
O : Data objektif, data yang didapatkan dari hasil observasi perawat
secara langsung
A : Analisa, merupakan interprestasi dari subjektif dan objektif.
Analisa merupakan diagnose keperawatan yang masih terjadi atau
dapat dituliskan masalah baru yang terjadi akibat perubahan status
kesehatan klien
P : Planning, dari perencanaan keperawatan yang akan dilakukan,
dilanjutkan, dimodifikasi dari rencana tindakan yang telah dilakukan
sebelumnya.