Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONKHIAL

MAHASISWA : ZELLY SEPRIANSYAH

NIM : 12450674

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


PALEMBANG
2021
LAPORAN
PENDAHULUAN

A. Konsep Teori Penyakit


1. Pengertian
Asma adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara
reversibel yang ditandai dengan inflamasi, dan peningkatan reaksi
jalan nafas terhadap berbagai stimulan. Dimana keadaan saluran nafas
mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan
tertentu, yang menyebabkan peradangan. Penyempitan ini bersifat
berulang namun reversible (Yuliani, 2010:14) dan (Kusuma, 2015:65)

2. Etiologi
Sampai saat ini etiologi Asma Bronkhial belum diketahui.Suatu hal
yang menonjol pada penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas
bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan
imunologi maupun non imunologi.
a. Menurut (Putri, 2013:188) Etiologi asma dapat dibagi atas:
1) Asma Ekstrinsik/Alergik
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya
sejak anak-anak seperti alergi protein, serbuk sari, bulu halus,
binatang, dan debu.
2) Asma Intrinsik/Idiopatik
Asma yang tidak diketahui faktor pencetus yang jelas, tetapi
adanya faktor-faktor non spesifik seperti: flu, latihan fisik tau
emosi yang sering memicu serangan asma. Asma ini sering
muncul sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi
sinus/cabang trakeobronchial.

4
5

3) Asma Campuran
Asma yang terjadi karena adanya komponen ekstrinsik dan
intrinsik

b. Menurut Soemantri (2009:51) faktor-faktor pencetus yang akan


menimbulkan asma sebagai berikut:
1) Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung
sari rerumputan
2) Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan
3) Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus
4) Kegiatan jasmani yang berlebihan
5) Obat-obatan
6) Emosi

3. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkeolus
yang menyebabkan sulit bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitibilitas bronkeolus terhadap benda asing di udara. Reaksi
yang timbul pada asma tipe alergi di duga terjadi dengan cara sebagai
berikut : sesorang yang alergi di duga mempunyai kecenderungan
besar dan antibody ini terutama melekat pada sel mast yang melekat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkeolus dan
bronkus kecil. Bila sesesorang menghirup alergen maka antibody Ig.E
orang tersebut meningkat, alergen beraksi dengan antibody yang sudah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin zat anafilaksis yang bereaksi
lambat.
Efek gabungan dari semua faktor ini akan menghasilkan edema
lokal pada dinding bronkeolus kecil maupun sekresi mukus yang
kental dalam lumen bronkeolus dan spasme otot polos bronkeolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat
meningkat.
Pada asma bronkhial, diameter bronkeolus lebih kurang selama
ekspirasi daripada inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
selama sekresi paksa menekan bagian luar bronkeolus. Karena
bronkeolus tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi. Pada penderita asma biasanya bisa melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal
ini menyebabkan dispnea (Wahid dan Suprapto, 2013:89).

Bagan 2.1
Patofisiologi Asma Bronkhial

Faktor Pencetus Serangan Asma: Allergen, Infeksi Saluran Nafas, Tekanan Jiwa, Olahraga/Kegiatan Jasmani
Yang Berat, Obat-Obatan, Polusi Udara, Lingkungan Kerja

Hipereaktivitas bronkus Edema mukosa dan dinding bronkhus Hipersekresi mukus

Peningkatan usaha dan frekuensi nafas, penggunaan otot bantu pernafasan

Keluhan psikososial, kecemasan,


ketidaktahuan akan prognosis
Ketidakefektifan bersihan jalan Keluhan sistemis, mual, intake nutrisi
nafas tidak adekuat, malaise, kelemahan,
dan keletihan fisik

Peningkatan kerja pernafasan,  Intoleransi aktivitas Kecemasan


hipoksemia secara reversibel  Perubahan pemenuha Ketidaktahuan/ pemenuhan informasi
nutrisi kurang
n dari Gangguan pola tidur
kebutuhan
tubuh
Ketidakefektifan pola nafas Status asmatikus
Gangguan pertukaran gas
Gagal nafas Kematian

(Sumber : Arif Muttaqin, 2012:133)


4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis merupakan tanda dan gejala penyakit asma. Tanda
dan gejala :
a. Menurut (Padila, 2012:106) adalah:
1) Batuk
2) Dispnea
3) Mengi
4) Hipoksia
5) Berkeringat
6) Pelebaran tekanan nadi
b. Menurut (Yuliani, 2010:15) tanda dan gejala asma adalah:
1) Wheezing
2) Dispnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori
pernafasan, cuping hidung, retraksi dada dan stridor
3) Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen
jalan nafas sempit
4) Tachypnea, orthopnea
5) Gelisah
6) Berbicara sulit atau pendek karena sesak nafas
7) Nyeri abdomen karena terbitnya otot abdomen dalam
pernafasan
8) Tidak toleran terhadap aktivitas
9) Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran

5. Klasifikasi Asma
Menurut (Putri, 2013:190) berdasarkan episodik serangan asma, dapat
dibedakan menjadi:
a. Asma episodik yang jarang
Biasanya terjadi pada anak usia 3-6 tahun, serangan umumnya
dicetuskan oleh infeksi virus pada saluran nafas. Frekuensi
serangan 3-4kali/th. Lama serangan beberapa hari dan langsung
menjadi sembuh.
Gejala menonjol pada malam hari dapat berlangsung 3-4 hari,
sedangkn batuk 10-14 hari, serangan tidak ditemukan kelainan.
b. Asma episodik sedang
2/3 golongan ini serangan pertama timbul pada usia sebulan
sampai 3 tahun, serangan berhubungan dengan infeksi saluran
nafas akut, pada usia 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi
yang jelas.
c. Asma kronik/persisten
Serangan asma terjadi pada usia 6 bulan (25%), sebelum usia 3
tahun (75%), pada usia 2 tahun pertama (50%) biasanya serangan
episodik pada usia 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi jalan
nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat wheezing setiap
hari. Pada malam hari sering terganggu oleh batuk/wheezing dan
waktu ke waktu serangan yang berat dan sering memerlukan
perawatan rumah sakit.

6. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Muttaqin, 2012:172) prinsip-prinsip penatalaksanaan asma
bronkial adalah:
a. Pengobatan Non farmakologi
1) Penyuluhan : ditujukan untuk peningkatkan pengetahuan klien
tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari
faktor-faktor pencetus, menggunakan obat secara benar.
2) Menghindari faktor pencetus
3) Fisioterapi : dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi,
fibrasi dada
b. Pengobatan Farmakologi
1) Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya
aerosol, bekerja lebih cepat, diberikan sebanyak 3-4 kali
semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah
10 menit.
2) Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200mg 4 x sehari.
Golongan ini adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan
bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan.
3) Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metixantin tidak
memberikan respon dengan baik, harus diberikan
kortikosteroid. Dalam bentuk aerosol dengan dosisi 4 xsemprot
setiap hari. Pemberian obat ini dalam jangka yang lama
mempunyai efek samping, maka klien yang mendapat steroid
jangka lama harus diawasi dengan ketat.
4) Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin
merupakan obat pencegah asma khususnya untuk anak-anak.
Dosis Iprutropioum bromide diberikan 1-2 kapsul 4x sehari.

7. Pemeriksaan diagnostik
Menurut pernyataan (Putri, 2013:192) pemeriksaan diagnostik asma
adalah:
a. Sinar X (Ro. Thorax): terlihat adanya hiperinflsi paru-paru
diagfragma mendatar
b. Tes fungsi paru
1) Menentukan penyebab dispnea
2) Volume residu meningkat
3) FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dan kapasitas vital
c. AGD
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat
hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik.
1) PaO2menurun, PaCO2 normal/me/turun
2) pH normal/meningkat
d. Sputum (Lab): menentukan adanya infeksi biasanya pada asma
tanpa disertai infeksi
8. Komplikasi
(Putri, 2013:192) Menyatakan bahwa komplikasi asma adalah sebagai
berikut:
a. Pneumothorak
b. Pneumomediastinum dan emfisema sub kutis
c. Atelektasis
d. Aspirasi
e. Kegagalan jantung/gangguan irama jantung
f. Sumbatan saluran nafas yang meluas/gagal nafas
g. Asidosis

9. Manajemen terapeutik
Menurut (Putri, 2013:193) Tujuan terapi asma adalah sebagai berikut:
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta
mempertahankannya
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk
melakukan exercise
e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversible
B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Menurut Abraham Maslow (psikolog dari Amerika) mengembangkan


teori tentang kebutuhan dasar manusia yang dikenal dengan istilah hierarki
kebutuhan dasar manusia maslow. Teori ini membagi kebutuhan dasar
manusia menjadi 5 kelompok, yaitu sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis
2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman nyaman
3. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki
4. Kebutuhan harga diri
5. Kebutuhan aktualisasi diri

Pada kasus asma penulis membatasi pada kebutuhan dasar manusia


yang terganggu adalah kebutuhan fisiologis tepatnya yang berhubungan
dengan kebutuhan oksigen. Oksigenasi merupakan kebutuhan manusia
paling vital. Oksigen dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga kelangsungan
metabolisme sel sehingga dapat mempertahankan hidup dan aktivitas.
Penambahan oksigen kedalam tubuh dapat dilakukan secara alami dengan
cara bernafas. Berdasarkan teori maslow, kasus asma pada pasien kelolaan
mengalami gangguan kebutuhan fisiologis yang disebabkan oleh pola nafas
tidak efektif. Kebutuhan fisiologis adalahkebutuhan paling dasar dan
menjadi prioritas tertinggi dalam hierarki maslow(Saputra, 2013:124)
Ada beberapa metode pemenuhan kebutuhan oksigen yaitu:
1. Menurut (Saputra, 2013:142-149)
a. Fisioterapi dada
b. Terapi oksigen
c. Nafas dalam dan batuk efektif
d. Penghisapan lendir (suction)
2. Menurut (Ikawati, 2016:126)
a. Fisioterapi nafas (senam asma)
b. Vibrasi dada
c. Batuk yang efisien
C. Proses Keperawatan
Konsep Asuhan Keperawatan Klien dengan Asma
(Menurut Putri, 2013:193-194)

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi: nama, usia, jenis kelamin, ras, dll
b. Informasi dan diagnosa medik yang penting
c. Data riwayat kesehatan
d. Riwayat kesehatan dahulu: pernah menderita penyakit asma
sebelumnya, menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosis
pada ujung jari.
e. Riwayat kesehatan sekarang
1) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah,
pucat tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan
nafas.
2) Sesak setelah melakukan aktivitas/menghadapi suatu krisis
emosional
3) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
4) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat keluarga (+) Asma
2) Riwayat keluarga (+) menderita penyakit alergi, seperti rinitis
alergi, sinusitis, dematitis, dll

2. Data dasar pengkajian klien


a. Aktivitas/istirahat
Gejala:
1) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena
sulit bernafas
2) Ketidakmampuan untuk tidur perlu tidur dalam posisi duduk
tinggi
3) Dispnea pada saat istirahat aktivitas dan hiburan
b. Sirkulasi
Gejala: Pembengkakan pada ekstremitas bawah
c. Integritas ego
Gejala:
1) Peningkatan faktor resiko
2) Perubahan gaya hidup
d. Makanan dan cairan
Gejala:
1) Mual/muntah
2) Nafsu makan menurun
3) Ketidakmampuan untuk makan
e. Pernafasan
Gejala:
1) Nafas pendek, dada rasa tertekan dan ketidakmampuan untuk
bernafas
2) Batuk dengan produksi sputum berwarna keputihan
Tanda:
1) Pernafasan biasanya cepat, fase ekspirasi biasanya memanjang
2) Penggunaan otot bantu pernafasan
3) Bunyi nafas mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan
kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan/tidak
adanya bunyi nafas
f. Keamanan
Gejala: Riwayat reaksi alergi/sensitif terhadap zat
g. Seksualitas: Penurunan libido
h. Psikososial
1) Cemas, takut dan mudah tersinggung
2) Kurang pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnya
D. Diagnosa Keperawatan
(Muttaqin, 2012:180) menyatakan bahwa pada penyakit asma diagnosa
keperawatan yang akan muncul adalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
bronkhokontriksi, bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkus
serta sekresi mukus yang kental.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot bantu
pernafasan.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan serangan asma menetap
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan nafsu makan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik umum,
keletihan.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan.
7. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian yang dibayangkan.
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak
adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan.

E. Rencana Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan
yang dapat mencapai tiap tujuan khusus perencanaan keperawatan
meliputi, perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatan.Rencana asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronkial
dibawah ini berdasarkan diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan,
tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan disusun berdasarkan (Muttaqin,
2012:135) yaitu :
Tabel 2.1
Rencana Keperawatan
Klien dengan Asma Bronkhial

Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 2 3
Bersihan jalan nafas Status Pernafasan : Kepatenan Manajemen Jalan Nafas
tidakefektif Jalan Nafas (3140)
berhubungandengan (0410)
adanya
bronkhokontriksi,bronkh 1. Frekuensi pernafasan 1. Posisikan pasien untuk
ospasme,edemamukosad dalam rentang normal : 16- memaksimalkan ventilasi
an dindingbronkusserta 24x/menit 2. Lakukan fisioterapi dada
sekresi mukus yang 2. Irama pernafasan teratur 3. Motivasi pasien untuk
kental 3. Mampu mengeluarkan sekret bernafas pelan,
4. Tidak ada suara nafas dalam, berputar dan
tambahan: wheezing, batuk
ronchi, crackles, stridor 4. Instruksikan bagaimana
5. Dispnea berkurang cara agar bisa
melakukan batuk efektif
5. Auskultasi suara nafas
6. Kelola
pemberian
bronkodilator
7. Kelola nebulizer
sebagaimana mestinya
Pola nafas tidak efektif Status pernafasan: Ventilasi Manajemen Jalan Nafas
berhubungan dengan (0403) (3140)
keletihan otot pernafasan
1. Frekuensi pernafasan
1. Berikan posisi untuk
dalam batas normal
meringankan sesak nafas
2. Irama pernafasan teratur
2. Monitor pola nafas
3. Tidak ada suara
tambahan
nafas tambahan
3. Monitor bunyi nafas
4. Tidak menggunakan
tambahan: wheezing
otot bantu nafas
5. Tidak dispnea
Managemen Asma
saat beristirahat
(3210:155)

1. Ajarkan teknik non


farmakologi inhalasi uap
air panas diberi minyak
kayu putih
2. Beri pendidikan kesehatan
klien untuk : menghindari
pemicu sesak nafas
3. Monitor tanda-tanda vital:
Pernafasan, Tekanan
darah, Nadi, Suhu
4. Anjurkan minum air
hangat
5. Kolaborasi dalam
pemberian obat nebulizer
1 2 3
Gangguan Pertukaran Status Pernafasan : Manajemen Jalan Nafas
gas berhubungan dengan Pertukaran Gas (3140)
serangan asma menetap (0402)

1. Tekanan PaO2 dalam rentang 1. Posisikan pasien untuk


normal(75-100 mmHg) memaksimalkan ventilasi
2. Tekanan PaCO2 dalam 2. Lakukan fisioterapi dada
rentang normal(38-42mmHg) 3. Motivasi pasien untuk
3. pH arteri dalam rentang bernafas pelan, dalam,
normal (7,38-7,42) berputar dan batuk
4. Saturasi oksigen dalam 4. Instruksikan bagaimana
rentang normal (95-100%) cara agar bisa melakukan
5. Tidak ada dispnea batuk efektif
6. Tidak ada sianosis 5. Auskultasi suara nafas
6. Kelola pemberian
bronkodilator
7. Kelola nebulizer
sebagaimana mestinya

Defisit Status Nutrisi : Asupan Nutrisi (1009) Manajemen Nutrisi


nutrisiberhubungandeng (1100)
anpenurunannafsu 1. Asupan kalori terpenuhi
makan 2. Asupan protein terpenuhi 1. Tentukan status gizi
3. Asupan karbohidrat terpenuhi pasien dan kemampuan
4. Asupan serat terpenuhi untuk memenuhi
5. Asupan vitamin terpenuhi kebutuhan gizi
6. Asupan kalsium terpenuhi 2. Identifikasi adanya alergi
atau intoleransi makanan
3. Tentukan apa yang
menjadi preferensi
makanan bagi pasien
4. Tentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
5. Pastikan makanan
disajikan secara menarik
dan pada suhu yang paling
cocok
Intoleransi aktivitas Toleransi terhadap aktivitas Manajemen Energi
berhubungan dengan (0005) (0180)
keletihan 1. Kemudahan bernafas
setelah beraktivitas 1. Kaji sistem
2. Kemudahan dalam
kardiorespirasi pasien
melakukan aktivitas
(Frekuensi pernafasan)
harian
2. Anjurkan klienuntuk
3. Tidak mengalami
memilih aktivitas sesuai
perubahan warna kulit
dengan kebutuhannya
3. Bantu klien dalam
aktivitas fisik
1 2 3
Daya Tahan(0001) 4. Monitor /catat jumlah
1. Klien tidak kelelahan jam tidur
5. Anjurkan klien
untuk tidur disiang
hari
6. Berikan kegiatan
pengalihan yang
menenangkan untuk
meningkatkan relaksasi
Gangguan pola tidur Tidur Peningkatan tidur
berhubungan dengan (0004) (1850)
suhu lingkungan sekitar
1. Jam tidur terpenuhi 7-8
1. Monitor/catat pola tidur
jam perhari
dan jumlah jam tidur
2. Kualitas tidur baik
2. Anjurkan klien untuk
3. Tidak mengalami
meningkatkan jumlah jam
kesulitan tidur
tidur
3. Anjurkan klien
menyesuaikan lingkungan:
(kebisingan, suhu, cahaya,
lingkungan)
4. Anjurkan klien untuk
menghindari makanan
sebelum tidur dan
minuman yang
mengganggu tidur
5. Anjurkan langkah-langkah
kenyamanan seperti pijat,
pemberian posisi
6. Mengajarkan klien untuk
terapi musik (penghantar
tidur)

Cemas berhubungan Tingkat kecemasan Pengurangan kecemasan


dengan adanya (1211) (5820)
ancaman kematian yang
dibayangkan 1. Tidak ada perasaan gelisah 1. Gunakan pendekatan
(ketidakmampuan untuk 2. Tidak ada wajah tegang yang tenang dan
bernafas) 3. Mampu berkonsentrasi menyakinkan
4. Tidak ada peningkatan 2. Berada disisi klien
tekanan darah untuk meningkatkan
5. Tidak ada peningkatan rasa aman dan
frekuensi nadi mengurangi ketakutan
3. Dorong keluarga
untuk mendampingi
klien dengan cara yang
tepat
4. Dengarkan klien
1 2 3
5. Identifikasi saat terjadi
perubahan tingkat
kecemasan
6. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Kurang pengetahuan Pengetahuan : Manajemen Asma Manajemen Asma (3210)
berhubungan dengan (1832)
informasi yang tidak
adekuat mengenai 1. Mampu mengetahui 1. Ajarkan
tanda dan gejala asma penggunaan
proses penyakit dan
2. Mampu mengetahui pengobatan dan alat
pengobatan.
manajemen 2. Ajarkan klien untuk
penyakit mengidentifikasi
3. Mampu mengetahui dan menghindari
penyebab dan faktor-faktor pemicu
yang berkontribusi 3. Ajarkan teknik
4. Mampu mengetahui relaksasi napas dalam
komplikasi potensial 4. Bantu untuk mengenal
asma tanda dan gejala
5. Mengetahui terapi obat sebelum terjadi reaksi
yang digunakan asma
F. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah
direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan yang
mencakup tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi dan
tindakan rujukan/ketergantungan. (Tarwoto, 2015:14)

G. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nurjannah (2005:19) evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.
evaluasi terus-menerus dilakukan pada respon klien terhadap keperawatan
yang telah dilaksanakan, digunakan komponen SOAP:
S : Data objektif, data yang didapatkan dari keluhan klien langsung
O : Data objektif, data yang didapatkan dari hasil observasi perawat
secara langsung
A : Analisa, merupakan interprestasi dari subjektif dan objektif.
Analisa merupakan diagnose keperawatan yang masih terjadi atau
dapat dituliskan masalah baru yang terjadi akibat perubahan status
kesehatan klien
P : Planning, dari perencanaan keperawatan yang akan dilakukan,
dilanjutkan, dimodifikasi dari rencana tindakan yang telah dilakukan
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai