Anda di halaman 1dari 4

Setelah saya membaca keseluruhan artikel, saya melihat bahwa hampir keseluruhan artikel tersebut

memiliki atau menemui kesulitan kesulitan yang sama dalam listening comprehension. 4 dari 5
author mengkategorikan kesulitan-kesulitan tersebut ke dalam beberapa hal. Diora dan Rosa
mengkategorikan kesulitan-kesulitan tersebut ke dalam 3 hal; kesulitan yang berhubungan dengan
listening material, kesulitan yang berhubungan dengan listener, dan juga kesulitan yang
berhubungan dengan speaker dan physical setting.

kesulitan yang dihadapi siswa yang berhubungan dengan listening material menurut diora dan Rosa
adalah kompleks grammatical structure, tidak menguasai kosakata, sulit untuk menjelaskan atau
menyimpulkan makna dari teks yang panjang, dan juga topik teks tersebut yang unfamiliar bagi
siswa. Menurut diora dan Rossa permasalahan utama yang dihadapi siswa ketika listening yang
berhubungan dengan listening material adalah para siswa tidak menguasai banyak kosakata. Padahal
penguasaan vocabulary merupakan salah satu hal yang penting didalam listening. Teks dalam
listening biasanya sangat panjang dan juga mengangkat topik topik yang tidak terlalu familiar bagi
siswa. Teks ini biasanya menggunakan kata-kata yang jarang didengar atau di diskusikan oleh para
siswa oleh karena itu penguasaan vocabulary ini sangat penting. Apabila para siswa tidak menguasai
vocabulary yang banyak mereka akan kesulitan untuk mengerti setiap kata dari apa yang mereka
dengar dan juga mereka tidak mengerti apa inti dari teks yang sedang dibicarakan. Hal ini membuat
mereka malas untuk mendengarkan teks tersebut sehingga mereka akan mengantuk dan memilih
untuk tidak mendengarkan listening itu lagi. Hal lain yang dapat terjadi karena tidak menguasai
vocabulary yang banyak adalah mereka akan terlalu fokus untuk mencari arti dari kata yang tidak
mereka ketahui sehingga mereka akan melewati kalimat-kalimat berikut nya padahal audio dari
listening hanya diputar sekali saja. Oleh karena itu, penting bagi siswa untuk menguasai vocabulary
yang banyak.

Selain itu menurut Diora dan Rosa, penguasaan grammar yang kurang juga menjadi kesulitan siswa
saat listening. Hal ini dapat terjadi karena teks yang digunakan atau teks yang didengarkan ketika
listening memiliki grammatical structure yang kompleks. Inilah kenapa siswa sulit ketika listening
karena mereka tidak menguasai grammar sepenuhnya sehingga mereka tidak mengerti apa yang
dibicarakan.

Sama halnya dengan diora dan Rossa, Sofyan dan Musrihah juga mengelompokkan kesulitan yang
dihadapi siswa yang berhubungan dengan learning material atau listening material. Mereka juga
menemukan kalau keterbatasan kosakata merupakan salah satu kesulitan siswa saat listening. Hal ini
akan menghambat para siswa untuk mengerti sepenuhnya apa yang sedang dibicarakan oleh
speaker. Selain keterbatasan vocabulary, Sofyan dan Musrihah juga menemukan kesulitan-kesulitan
lain yang berhubungan dengan learning material. Kesulitan tersebut yakninya Problems in
interpretation, sulit untuk berkonsentrasi, phonemes yang mirip, dan juga the speed of speech. The
speed of speech merupakan kesulitan yang paling sering dijumpai ketika listening. Para siswa
dituntut agar membiasakan diri dengan kecepatan bicara para native speaker.

Izzah dan Keeya juga mengkategorikan Kesulitan yang dihadapi siswa saat listening yang
berhubungan dengan listening material (the passage). Menurut hasil finding mereka, teks yang
panjang dan juga kompleks sangatlah menyulitkan siswa dalam listening. Teks ini banyak
mengandung kata yang tidak familiar bagi siswa dan sulitnya bagi mereka untuk mengetahui apa
maksud dari teks tersebut atau inti dari teks tersebut. Hal inilah yang menyulitkan siswa saat
listening.

Menurut saya pribadi, kesulitan yang paling sulit saya hadapi saat listening, yang berhubungan
dengan listening material adalah teks yang sangat panjang dan juga phonemes yang similar. Teks
yang panjang akan menyulitkan siswa untuk mengerti apa sebenarnya inti dari teks tersebut. Apalagi
kalau teks tersebut membahas hal yang tidak familiar bagi siswa, dan juga mengandung kosakata
yang sulit. Selain itu, phonemes yang similar benar-benar akan menyulitkan siswa. Siswa dapat
menyalahkan arti teks tersebut karena hal ini, dan hal ini dapat membuat mereka tidak menemukan
jawaban pertanyaan yang ada. Mereka akan ragu untuk mengisi jawaban mereka.

Selanjutnya, diora dan Rosa mengkategorikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa saat listening
berhubungan dengan listener. Kesulitan-kesulitan yang ditemukan oleh diora dan rosa di kategori ini
yakninya adalah siswa yang cemas, tidak pernah berpikir tentang arti dari kata yang tidak ketahui,
tidak bisa berkonsentrasi, dan sulit untuk mengingat. Diora dan Rosa mengemukakan kalau
kebanyakan siswa akan merasa cemas sebelum listening sehingga hal ini membuat mereka sulit
untuk fokus ataupun berkonsentrasi. Selain itu banyaknya gangguan dari luar ataupun dari dalam
ruangan kelas juga dapat mengurangi konsentrasi para siswa. selain itu para siswa juga apabila
menemui suatu kata yang tidak mereka ketahui mereka hanya akan terus mendengarkan audio
tersebut tanpa memikirkan apa arti dari kata tersebut padahal audio dari teks hanya diputar sekali
saja. selain itu banyaknya siswa yang sulit untuk mengingat juga akan mengalami kesulitan saat
listening. Mereka akan cepat lupa apa yang baru saja dengar padahal mengingat sangat penting
dalam rekening karena audio hanya diputar sekali jadi siswa harus bisa mengingat apa yang speaker
baru saja katakan. Unclear pronunciation juga menjadi kesulitan yang dihadapi siswa saat listening.

Sofyan dan Musrihah juga mengategorikan kesulitan saat listening yang berhubungan dengan
listener atau siswa itu sendiri. Menurutnya kesulitan yang dihadapi siswa pada kategori ini yakninya
the speed of speech, problem in interpretation, limited vocabulary, accent atau pronunciation,
problem in reduction Dan juga tidak adanya pengulangan saat listening. Problem in interpretation
dapat terjadi karena na kurangnya vocabulary siswa dan juga kecepatan dari speaker. Kedua hal ini
akan membuat siswa panik sehingga mereka tidak bisa menangkap makna dari teks yang
dibicarakan. Sama halnya dengan Diora dan Rosa, Sofyan dan Musrihah pun juga menemukan kalau
aksen juga menjadi kesulitan siswa saat listening. Speaker yang berbicara menggunakan aksen yang
berbeda benar-benar akan menyulitkan para siswa.

Izzah dan keeyah pun juga mengemukakan kesulitan saat listening yang Berhubungan dengan
listener. Menurut mereka, kesulitan yang dihadapi siswa dibagian ini yakninya adalah the lack of
lexical knowledge Dan inability to identify phonemes. Untuk mengatasi kedua hal ini, kebanyakan
siswa hanya akan menggunakan basic knowledge mereka untuk menjawab pertanyaan, padahal bisa
jadi bukan itu jawaban yang sebenarnya. Sama halnya dengan kedua author yang telah disebutkan
tadi, Izzah dan Keeya juga menemukan kalau aksen juga menjadi masalah bagi siswa saat listening.
Hal ini akan menambah beban siswa saat listening. Perasaan cemas dan tidak tertarik dengan apa
yang dibicarakan juga merupakan kesulitan yang dihadapi siswa saat listening.

Sari dan Fithriyana ternyata juga menemukan kesulitan-kesulitan yang diberhubungan dengan
listener. Kesulitan-kesulitan tersebut yakninya sulitnya bagi siswa untuk mengetahui informasi
umum dari spoken text yang hanya dibacakan sekali saja, sulit untuk memprediksi apa apa yang akan
terjadi selanjutnya, sulit untuk mengingat, sulit untuk mengetahui kapan suatu hal dimulai ataupun
finish, sulit untuk mendengarkan tanpa melihat teks, dan juga sulit saat menjawab pertanyaan. Dari
kesulitan-kesulitan tersebut Sari dan Fithriyana menemukan bahwa kesulitan yang paling sulit
dihadapi siswa yakninya adalah sulitnya bagi mereka untuk memprediksi apa yang akan terjadi
selanjutnya dan juga sulit bagi mereka untuk mendengarkan tanpa melihat teks bacaan.

Dari kesulitan-kesulitan yang disebutkan diatas, saya rasa yang paling sulit dihadapi siswa saat
listening adalah sulitnya untuk Mengontrol rasa cemas, sulitnya untuk mengingat, dan juga accent.
Rasa cemas yang timbul saat sebelum mengerjakan sebuah teks listening itu benar-benar akan
menganggu konsentrasi siswa. Siswa akan cemas akan mendapatkan nilai yang jelek. Tanpa disadari,
perasaan tersebut akan membuat mereka terjebak dalam kesulitan yang lainnya, mereka akan sulit
berkonsentrasi dan sulit untuk mengingat apa yang baru saja speaker katakan. Otak mereka tidak
bisa menangkap apa yang speaker katakan karena mereka sulitnya mereka untuk konsentrasi. Pada
ujungnya, siswa pun tidak bisa menjawab pertanyaan karena tidak berkonsentrasi sama sekali saat
mendengarkan. Selain itu, aksen yang dipakai speaker juga akan menyulitkan siswa saat listening.
Saya sendiri pun merasa sangat kesulitan saat mendengarkan speaker yang menggunakan British
accent. Hal ini terjadi karena Saya dari dulu hanya terbiasa mendengarkan American accent, jadi sulit
bagi saya untuk mendengar seorang speaker yang menggunakan accent selain American accent.

Terakhir, Diora dan Rosa mengategorikan kesulitan yang dihadapi siswa berhubungan dengan
speaker dan juga physical setting. Berdasarkan penelitian Diora dan Rosa, kesulitan yang dihadapi
dibagian ini yakninya adalah poor quality of tapes/disks, poor equipment, lack of pauses, inability to
get repeated, noises. Disks,tapes, ataupun equipment yang memiliki kualitas rendah akan
menyulitkan siswa saat listening. Mereka tidak bisa mengerti atau mendengar dengan jelas apa yang
speaker katakan. Audio listening yang hanya bisa diputar sekali membuat para siswa tidak bisa
mengulang lagi audio tersebut terlebih hal tersebut juga berbicara tanpa henti. Hal ini akan
membuat siswa sulit untuk menangkap inti dari pembicaraan tersebut. Selain itu, adanya gangguan
dari luar juga akan menggangu siswa. Siswa membutuhkan konsentrasi tinggi saat listening, oleh
karena itu diharapkan agar ruangan listening yang digunakan merupakan ruangan yang soundproof.
Diora dan Rosa juga mengemukakan kalau aksen dan speed of delivery merupakan kesulitan yang
dihadapi siswa saat listening yang berhubungan dengan speaker dan physical setting. Diora dan Rosa
mengatakan bahwa kebanyakan siswa terbiasa mendengarkan American accent, jadi sulit bagi
mereka untuk mengerti speaker yang menggunakan aksen lain.

Sari dan Fithriyana juga mengategorikan kesulitan saat listening yang berhubungan dengan speaker
dan physical setting. Hasil dari penemuan hampir sama dengan penemuan Diora dan Rosa. Menurut
hasil penemuan Sari dan Fithriyana, kesulitan yang dihadapi siswa berhubungan dengan speaker dan
physical setting yakninya adalah difficult to understand the natural speech which is full of hesitation
and pauses, Difficult to understand the meaning of word which are not pronounced clearly, the
speaker using various accents, speak too fast, does not pause long enough, and without repetition.
Sari dan Fithriyana juga menemukan kalau tanpa melihat speaker ataupun body language sang
speaker juga akan menyulitkan siswa saat listening.

Sofyan dan Musrihah pun juga mengategorikan kesulitan listening yang berhubungan dengan
speaker. Hasil penemuan nya pun sama dengan Para author yang telah disebutkan diatas. Kesulitan-
kesulitan tersebut yakninya adalah permasalahan aksen, speed of speech, sulit berkonsentrasi, dan
juga lack of pauses.

Berbeda dengan author yang diatas, Izzah dan Keeya tidak mengategorikan kesulitan yang
berhubungan dengan speaker, tapi mereka hanya mengategorikan kesulitan yang berhubungan
dengan physical setting. Hasilnya penelitian nya pun sama dengan yang telah disampaikan diatas.
Menurut Izzah dan Keeya, kesulitan yang dihadapi siswa dibagian ini yakninya sulitnya para siswa
untuk mendengarkan apa yang dibicarakan karena poor acoustic conditions. Hal ini akan menjadi
tantangan terbesar bagi siswa saat listening.

Ada satu lagi author yang meneliti tentang kesulitan yang dihadapi siswa listening. Hanya saja dia
Tidak mengategorikan kesulitan kesulitan tersebut. Author tersebut adalah Amir, Salija, dan Weda.
Pada dasarnya, hasil penemuan mereka Sama saja dengan author sebelumnya. Mereka
menyimpulkan bahwa kesulitan yang dihadapi siswa saat listening yakninya adalah speed speaker,
can’t repeat the audio, limited vocabulary, interpretation, dan juga established laguage habits.
Established language habits bisa terjadi karena siswa belum terbiasa dengan English circumstances.
Mereka mengatakan bahwa hal ini bisa saja terjadi karena Sang guru yang tidak menggunakan full
bahasa Inggris saat menerangkan di kelas. Hal ini mereka lakukan karena Mereka
mempertimbangkan level kemampuan siswa. Jadi bisa dikatakan bahwa memiliki kemampuan
bahasa Inggris yang memadai.

Selain itu, Amir, Salija, & Weda juga menyimpulkan bahwa apakah speaker merupakan native
speaker atau bukan juga akan sangat mempengaruhi kemampuan listening siswa. Dari hasil
penelitian mereka, mereka menemukan bahwa para siswa bisa menjawab soal dengan baik apabila
mendengarkan audio dari non-native speaker daripada native speaker. Hal ini bisa terjadi karena
suara non-native speaker jauh lebih familiar bagi siswa. Hal ini juga menjadi bukti lainnya bahwa
kemampuan berbahasa Inggris siswa belum memadai sama sekali.

Selain mengemukakan tentang kesulitan yang dihadapi siswa saat listening, beberapa author juga
meneliti tentang faktor yang menyebabkan siswa kesulitan saat listening.

Menurut Diora dan Rosa, faktor yang mempengaruhi siswa saat listening yakninya adalah karena
siswa malu untuk bertanya ke guru dan dia akan lebih memilih untuk bertanya ke temannya. Apabila
siswa tersebut tidak mengerti materi yang sedang diterangkan, mereka jauh lebih memilih untuk
bertanya ke teman mereka daripada guru mereka. begitu juga saat mereka mencoba untuk
menjawab pertanyaan, apabila mereka tidak menemukan jawabannya sendiri mereka akan bertanya
ke orang lain, mereka tidak pernah mengandalkan diri mereka sendiri, karena Hal inilah yang
membuat mereka tidak bisa mengerti materi dan juga malaikat menjadi tidak belajar dari kesalahan
mereka sendiri. Faktor selanjutnya yaitu siswa mengalami emotional disturbances. Hal ini akan
membuat mereka Sulit untuk berkonsentrasi saat mendengarkan audio. Faktor terakhir menurut
Diora dan Rosa adalah karena guru menerangkan materi terlalu cepat, sehingga membuat siswa
tidak menangkap sepenuhnya tentang apa yang diajarkan.

Sari dan Fithriyana juga menuliskan faktor yang mempengaruhi permasalahan siswa saat listening,
yakninya faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terjadi karena siswa itu
sendiri. Faktor di sini ininya siswa yang tidak mempunyai kepercayaan diri pada skill listening
mereka, dan Effort yang kurang untuk mendapatkan hasil yang baik di listening. Sedangkan eksternal
faktor adalah faktor yang datang dari luar, seperti poor quality equipment Dan suasana sekitar.

Diora dan Rosa juga menyarankan beberapa hal agar para siswa dapat meningkatkan kemampuan
listening mereka. Pertama, siswa harus banyak berlatih dan memperbanyak vocabulary mereka. Hal
ini dapat mereka lakukan dengan cara mendengarkan lagu berbahasa Inggris ataupun menonton film
berbahasa Inggris. Kedua, guru harus bisa menentukan strategi bagus yang dapat meningkatkan
antusiasme siswa sehingga mereka mau belajar listening dengan nyaman dan menyenangkan.

Berbeda dengan Diora dan Rosa, Amir, Salija, & Weda meneliti apa saja yang dilakukan guru di
tempat penelitian mereka agar murid mereka bisa meningkatkan kemampuan listening mereka.
Hasil penemuan mereka yakninya adalah Sang guru menggunakan strategi top-down, dimana
mereka mendengarkan audio ke mulut mereka per paragraf, dan kalau misalnya siswa masih belum
mengerti audio tersebut, maka Sang guru akan mengulang lagi lebih tersebut per kalimat. Selain itu,
guru juga akan membuat para siswa lebih familier lagi dengan suasana English speaking, lebih
banyak mengadakan listening practice, dan mereka juga akan membantu siswa untuk memperkaya
vocabulary mereka.

Anda mungkin juga menyukai