Anda di halaman 1dari 60

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN SMARTPHONE TERHADAP


PERKEMBANGAN SOSIAL PADA REMAJA KELAS 1 USIA
12-14 TAHUN di SMP BANGUN BENUA
KEC.SIMPANG EMPAT

MUHAMMAD AMRUL SETIAWAN


NIM. 1114160495

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL AZHAR
BATULICIN
2020

i
PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN SMARTPHONE TERHADAP


PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA SMP KELAS 1 USIA 12-
14 TAHUN DI SMP BANGUN BENUA KEC SIMPANG EMPAT

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh


Gelar S1 Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Darul Azhar

Disusun Oleh :
MUHAMMAD AMRUL SETIAWAN
1114160495

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL AZHAR


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)
BATULICIN
2020

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Smartphone Terhadap


Perkembangan Sosial Rema Kelas 1 Usia 12-14 Tahun di SMP Bangun Benua
Kec.Simpang Empat” ini telah disetujui untuk diseminarkan pada :
Hari :
Tanggal :
Jam :
Tempat :

Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II

Farhandika Putra, S.Kep., Ns., M.Kep Bayu Purama A, S.Kep., Ns., M.Kep
NIDN : 1102019002 NIDN : 1107068701

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena kenakalan remaja yang sering dilansir media massa baik surat

kabar maupun televise tanah air merupakan bukti telah terjadi kecendrungan

pelecehan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, terlebih kenyataan ini dilakukan

oleh anak-anak usia sekolah. semakin maraknya penyimpangan perilaku

dikalangan remaja, seperti minuman keras, mengonsumsi narkoba, mengakses

film porno, pergaulan bebas dan tindakan penyimpangan amoral lainya. Potret

tersebut tentu menjadi bagian dari keprihatinan bersama, terutama oleh para

pelaku pendidikan. Selanjutnya sebagai suatu bentuk refleksi, apa mungkin

dewasa ini pada praktiknya pendidkan masih berorientasi kepada ratio atau

pencapaian kemampuan lain diabaikan bahkan dianggap kurang penting.

Dewasa ini para remaja khususnya, gaya pacaranya sudah melanggar norma

agama, moral, etika, dan nilai budaya, mereka melakukan hubungan seksual di

luar nikah (berzina).Padahal zina menurut agama merupaka dosa besar,dan

bertentangan dengan nilai moral, etika dan budaya (Yusuf.LN,dkk 2010).

Telepon cerdas (smartphone) adalah telepon genggam yang memiliki

sistem operasi untuk masyarakat luas, fungsinya tidak hanya untuk SMS dan

telepon saja tetapi pengguna dapat dengan bebas menambahkan aplikasi,

menambah fungsi-fungsi atau mengubah sesuai keinginan pengguna. Dengan

kata lain, telepon cerdas merupakan komputer mini yang mempunyai kapabilitas

1
sebuah telepon. Samartphone merupakan salah satu alat komunikasi yang sering

dipakai saat ini, mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua.

Pada awalnya handphone hanya untuk berkomunikasi saja, dengan seiring

perkembangan zaman teknologi hingga bisa mengirim data dan menambah

aplikasi yang disukai. Dewasa ini penggunaan media komunikasi merupakan

kebutuhan pokok bagi individu, kelompok, maupun organisasi. Pada saat ini,

peranan handphone sudah menjadi kebutuhan primer sehari-hari (ddwi

purwati,2017).

Perkembangan teknologi dan informasi mengalami kemajuan yang

sangat yang di tandai dengan kemajuan pada bidang informasi dan teknologi.

Salah satunya yaitu perkembangan gadget yang semakin meluas, hampir semua

individu baik anak-anak hingga orang dewasa kini sudah memiliki handphone

atau smartphone. Kebutuhan komunikasi dan informasi sangat dibutuhkan bagi

semua kalangan masyrakat, ditambah sekarang semakin mudah mengakses

informasi dan berbagai macam fitur-fitur menarik yang ditawarkan oleh jasa

pelayanan smartphone/handphone itu sendiri sehingga anak-anak sering kali

cepat akrab dengannya. Pada usia anak di bawah 5-7 tahun, boleh saja diberikan

smartphone. Tapi harus diperhatikan durasi pemakaiannya, misalnya boleh

mengguakan tapi hanya setengah jam dan hanya pada saat senggang, kenalkan

gadget seminggu sekali. Misalnya hari Sabtu atau Minggu. Lewat dari itu, ia

harus tetap berinteraksi dengan orang lain. Karena jika penggunan smartphone

lebih dari 2 jam setiap hari akan mempengaruhi psikologis anak (Feliana, 2016).

2
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam

hubungan sosial. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses

perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam berbagai aspek

kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong

dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma

ini dalam kehidupan sehari-hari. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar

untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi,

meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan

bekerjasama (Susanto, 2011).

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 5-25% dari

remaja menderita gangguan perkembangan sosial. Berbagai masalah

perkembangan sosial, seperti keterlambatan motorik, bahasa, dan perilaku sosial

dalam beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat. Angka kejadian masalah

perkembangan sosial pada remaja di Indonesia antara 13-18% (Brauner &

Stephens, 2016).

Di Indonesia pada tahun 2016 menduduki peringkat 111 dari 176 negara

63.06% dan Indonesia memasuki 10 besar Negara paling dinamis dengan

kenaikan indeks teknologi informasi dan komunikasi. Sekitar 9.5% sampai

14.2% anak memiliki masalah sosial emosional yang berdampak negatif

terhadap perkembangan dan kesiapan sekolahnya Profil masalah kesehatan

perkembangan anak pada tahun 2016 dilaporkan bahwa dari jumlah anak

sebanyak 3.634.505 jiwa, ditemukan 54.03% anak dideteksi memiliki

3
kemampuan sosial dan kemandirian yang baik, akan tetapi cukupan tersebut

masih bawah target yakni 90% (Brauner & Stephens, 2016).

Internet juga telah digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat dan

kelompok umur termasuk anak-anak usia 5-7 tahun, ada sekitar 15,3 persen anak

di Indonesia berusia 5-17 tahun pernah mengakses internet dalam tiga bulan

terakhir. Hampir separuh (44,66%) anak berusia 16-17 tahun pernah mengakses

internet dalam 3 bulan terakhir. Proposi terkecil adalah pada kelompok umur 5-6

tahun (0.47 %) (Iswidharmanjaya, 2013).

Berdasarkan studi yang dilaksanakan oleh Kementerian Kominfo di

Banjarmasin ditemukan bahwa 98% anak tahu tentang internet dan 79.5%

diantaranya adalah pengguna internet. Sayangnya, kemajuan teknologi dan

penggunaan smartphone dapat mempengaruhi kesehatan mata anak, masalah

tidur, kesulitan konsentrasi, menurunnya prestasi belajar, perkembangan fisik,

perkembangan sosial, perkembangan otak, dan penundaan perkembangan bahasa

anak (Mulyadi, 2017).

Di Kabupaten Tanah Bumbu berdasarkan indikator perangkat daerah

mengenai presentase yang menggunakan smartphone (Hp/Telepon) 2016

mencapai 43.53% dan pada tahun 2017 mencapai 49,05% hingga dengan

sampai tahun 2018 mencapai 49.53%, pada tahun 2019 di targetkan untuk

menggunakan internet dengan KK 9.69% mencapai 9.66% (Diskominfo, 2018).

Masuknya smartphone di kalangan pelajar dengan berbagai faktor,

dengan perlahan mereka menjadi korban dalam perkembangan teknologi.

Smartphone bukan hanya sebagai wahana atau alat komunikasi, akan tetapi

4
menjadikan sebuah ajang bergengsi yang menuntut semua pelajar untuk selalu

mengikuti barang yang diminati banyak orang, serta menjadikan gaya hidup (life

style). Adanya aplikasi seperti facebook, whasapp, instagram, dan wechat,

bahkan games pun menjadi sebuah daya tarik untuk menggunakan smarphone.

Menjadi sebuah prioritas dan penciptaan keuntungan yang sebesar-besarnya

pada pemilik modal. Suatu totalitas, ide, perilaku, citra dan fenomena lainnya

yang dipilih dan diadopsi sebagai sebuah budaya, masuk menyentuh kebutuhan

dalam lingkup libido, hasrat, dan ambisi. Budaya yang menuntun masyarakat

lebih konsumtif, materialis dan cenderung bertingkah hedonis. Hal ini cenderung

merusak tatanam aturan dan melanggar nilai-nilai budaya tradisioal. Pelajar di

sekolah sebagai subkultural dalam masyarakat yang merupakan suatu kelompok

yang sangat rentan terpengaruh. Pola pikir remaja yang cenderung terbuka lebih

mudah menerima hal-hal baru yang bersifat inovatif dibandingkan orangtua.

Pelajar dalam pemakaian smartphone, mudah untuk menggunakan dan

berkomunikasi dengan siapa saja, menghabiskan waktu berjam-jam, serta

merusak atau berdampak bagi perilaku pelajar itu sendiri. Hal ini bisa

memudarkan nilai-nilai dalam berinteraksi, serta merujuk pada pemuasan

keinginan semata, mudah hilang, dan mengikuti kehidupan modern. Penggunaan

smartphone yang semakin berkembang di kalangan remaja ini, menimbulkan

berbagai macam perubahan sikap dan perilaku di kalangan remaja itu sendiri.

Remaja lebih memilih untuk berkomunikasi dengan teman-teman yang berada

dalam satu komunitas pengguna smartphone daripada berkomunikasi dengan

teman yang ada di sebelahnya. Kecenderungan ini merupakan kondisi yang

5
memprihatinkan karena ditinjau dari usia sekolah, di usia yang masih labil

mereka seharusnya terbiasa untuk bergaul dan berkomunikasi secara langsung

dengan teman atau orang lain di lingkungan sosialnya. Dengan kebiasaan

mereka yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan berkomunikasi

melalui handphone, otomatis waktu yang mereka gunakan untuk berinteraksi

secara langsung akan berkurang.

Perilaku sosial atau tindakan sosial Max Weber adalah tindakan individu

sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan

diarahkan kepada tindakan orang lain (Ritzer, 2010). Sebagai makhluk sosial,

manusia senantiasa akan hidup dengan melakukan tindakan-tindakan untuk

mencapai tujuan tertentu. Tindakan mereka merupakan perbuatan, perilaku, atau

aksi yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya guna mencapai

tujuannya.

Penggunaan smartphone secara terus menerus akan berdampak buruk

terhadap pola pikir dan perilaku anak dalam kehidupan kesehariannya, anak-

anak yang cenderung terus menerus menggunakkan smartphone akan sangat

tergantung dan menjadi kegiatan yang rutin dalam aktivitas sehari-hari, dalam

hal ini sering kali anak-anak lebih memilih menggunakan smartphone dan

menyebabkan anak-anak lebih memilih bermain smartphone jadi pemalu, kurang

percaya diri, menyendiri keras kepala, malas bergerak, mengganggu

pertumbuhan otak, perkembangan social terganggu, Obesitas, kurang tidur,

kelainan mental, kecanduan, jadi pelupa, dan paling buruk adalah terkena nya

6
sinar radiasi dari smartphone dapat berpengaruh baik fisik maupun mental anak

(Ameliola & Nugraha, 2013).

Pengaruh smartphone tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti frekuensi, durasi, dan pengawasan orang tua. Penggunaan smartphone

sebagai bahan dasar pembelajaran pada anak akan berdampak positif seperti

meningkatkan kreativitas dan daya pikir anak. Hal tersebut dapat muncul apabila

orang tua pandai mengontrol dan mengarahkan anak, serta tegas dalam

memberikan batasan-batasan waktu kepada anak dalam bermain smartphone.

Begitupun sebaliknya, apabila pengawasan orang tua kurang serta tidak ada

upaya tegas dalam memberikan batasan waktu bermain gadget pada anak, dapat

menimbulkan sisi negatif. Maka batasi kebiasaan anak memegang gadget,

perbanyak aktivitas diluar atau dalam rumah, dan bersikap tegas pada anak

(Iswidharmanjaya, 2014).

Berdasarkan data di atas peneliti tertarik untuk meneleti apakah ada

pengaruh penggunaan smartphone terhadap tingkat perkembangan social pada

remaja smp kelas 1 di SMP Bangun Benua Kec. Simpang Empat tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diumusankan masalah

dalam penelitian ini adalah“ Apakah ada pengaruh penggunaan smartphone

terhadap tingkat perkembangan sosial remaja kelas 1di SMP Bangun Benua

Kecamatan Simpang .

7
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Pengaruh Penggunaan Smartphone Terhadap Tingkat

Perkembangan Sosial Remaja Kelas 1 di SMP Bangun Benua Kec.Simpang

Empat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Penggunaan Smartphone Pada Remaja Kelas 1 di SMP

Bangun Benua Kec. Simpang Empat.

2. Mengidentifikasi Tingkat Perkembangan Social Remaja di SMP Bangun

Benua Kec. Simpang Empat.

3. Menganalisis Pengaruh Penggunaan Smartphone Terhadap Tingkat

Perkembangan Sosial Remaja Kelas 1 di SMP Bangun Benua

Kec.Simpang Empat.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan pengetahuan lebih

dalam mengenai penggunaan smartphone pada remaja SMP kelas 1.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan informasi mengenai pengaruh penggunaan smartphone terhadap

tingkat perkembangan sosial remaja smp kelas 1, sehingga pihak sekolah

nantinya dapat memberikan pengarahan atau cara penanganan yang sesuai agar

para siswanya mau membatasi kebiasaan dirinya dalam penggunaan smartphone.

8
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan secara teorotis bagi teori kebidanan

anak mengenai pengaruh penggunaan smartphone terhadap tingkat

perkembangan sosial remaja SMP kelas 1

1.4.4 Bagi Pembaca

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh penggunaan

smartphone terhadap tingkat perkembangan social remaja.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Smartphone

2.1.1 Definisi Smartphone

Telepon cerdas (smartphone) adalah telepon genggam yang memiliki

sistem operasi untuk masyarakat luas, fungsinya tidak hanya untuk SMS dan

telepon saja tetapi pengguna dapat dengan bebas menambahkan aplikasi,

menambah fungsi-fungsi atau mengubah sesuai keinginan pengguna. Dengan

kata lain, telepon cerdas merupakan komputer mini yang mempunyai kapabilitas

sebuah telepon. Samartphone merupakan salah satu alat komunikasi yang sering

dipakai saat ini, mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua.

Pada awalnya handphone hanya untuk berkomunikasi saja, dengan seiring

perkembangan zaman teknologi hingga bisa mengirim data dan menambah

aplikasi yang disukai. Dewasa ini penggunaan media komunikasi merupakan

kebutuhan pokok bagi individu, kelompok, maupun organisasi. Pada saat ini,

peranan handphone sudah menjadi kebutuhan primer sehari-hari (ddwi

purwati,2017).

2.1.2 Sejarah Smartphone

Smartphone ditemukan oleh seorang bernama Martin Cooper sekitar

tahun 1973, ia tercatat sebagai Motorola, sehingga tak salah bila banyak yang

menyebut kalau handphone adalah hasil karya tim Motorola. Tapi ide pembuatan

10
Smartphone berasal dari Cooper yang mengharapkan ada alat komunikasi yang

bisa dibawa kemana-mana.

2.1.3 Dampak Positif Dan Dampak Negatif Penggunaan Smartphone

Menurut Hadrianto (2013), mengatakan bahwa Smartphone memiliki dampak

positif dan juga negatif. Dampak tersebut anatara lain adalah :

2.1.3.1 Dampak positif penggunaan Smartphone

a. Mempermudah komunikasi

Tidak bisa dipungkiri jika komunikasi saat ini sangat dipermudah dengan

kehadiran smartphone. Hal ini juga berlaku dalam dunia pendidikan, di

mana komunikasi antara guru – pelajar – orang tua dapat berjalan dengan

lebih mudah dan dapat dilakukan secara massal melalui grup yang tersedia

di aplikasi komunikasi, seperti whatsapp, line atau telegram. Hal ini dapat

mengurangi resiko terputusnya informasi seperti yang sering terjadi sebelum

adanya smartphone, tidak sampainya pesan berantai karena berbagai alasan

misalnya tidak adanya pulsa, atau ada yang tidak menerima pesan karena

terlewat. Proses berbagi informasi atau melakukan video konferensi untuk

mengerjakan tugas juga dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja dengan

bantuan smartphone, dan hal ini bisa sangat membantu dalam proses belajar.

Misalnya dalam tugas kelompok, ada anak yang tidak bisa datang, dia tetap

bisa mengikuti proses mengerjakan tugas kelompok melalui grup

komunikasi yang ada.

11
b. Media hiburan

Smartphone memiliki banyak fitur hiburan dan ini dapat menjadi media

untuk membantu para pelajar atau guru untuk beristirahat sejenak dari

kejenuhan mereka. Banyak aplikasi hiburan yang bisa menjadi sarana untuk

belajar sekaligus bermain bagi mereka. Misalnya games yang dapat

meningkatkan kemampuan murid-murid yang dapat dipraktikkan dalam

kehidupan mereka, atau games yang mengasah kemampuan mengingat atau

berhitung.

c. Meningkatkan pengetahuan

Salah satu dampak positif smartphone adalah dapat membantu murid-murid

untuk mendapatkan informasi di berbagai mata pelajaran dengan sangat

mudah. Smartphone dilengkapi dengan berbagai aplikasi termasuk aplikasi

pendidikan. Selain itu, dengan bantuan mesin pencari seperti google, murid-

murid dapat mengakses berbagai informasi dan mengecek keakuratan

informasi yang telah mereka kumpulkan. Hal ini sangat membantu mereka

dalam mengerjakan tugas-tugas mereka dan dapat meningkatkan

pengetahuan mereka dan membantu mereka untuk meningkatkan prestasi

akademik mereka.

d. Meningkatkan kenyamanan dalam belajar

Banyak pelajar atau guru yang merasa lebih nyaman dengan penggunaan

smartphone saat belajar ketimbang harus menghabiskan banyak waktu

mereka untuk mencari sumber informasi yang mereka perlukan dengan

pergi ke perpustakaan. Smartphone membantu mereka untuk menghemat

12
banyak waktu dengan satu kali klik saja di dalam kamar mereka dan dapat

memanfaatkan waktu mereka untuk belajar atau berkomunikasi dengan

teman, keluarga atau guru mereka dalam waktu yang bersamaan.

e. Tersedianya teknologi yang lebih canggih

Smartphone memberikan banyak pilihan aplikasi berguna yang dapat

membantu proses belajar, mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.

Selain itu, dengan smartphone, kelas dapat diadakan melalui telepon

pintar.Tambahan lagi, murid-murid dan guru-guru dapat mempelajari

berbagai kemampuan baru dan hobi melalui smartphone. Misalnya belajar

bahasa baru, teknik menggambar, memasak atau meningkatkan kemampuan

public speaking dengan belajar melalui telepon pintar mereka.

f. Mempertajam kemampuan mengingat murid

Smartphone dapat menjadi media untuk mempertajam ingatan murid dalam

proses belajar. Dengan menggunakan smartphone, mereka dapat merekam,

mengambil gambar, dan mencatat seluruh pelajaran yg diberikan secara

lengkap dan mempelajari kembali di rumah. Hal ini bisa mempermudah

proses belajar bagi para murid sebelum ujian, atau saat mengerjakan tugas

dengan mendengarkan kembali atau menghafal materi yang telah mereka

simpan di dalam smartphone mereka.

g. Meningkatkan kemampuan dalam mengatur waktuDampak positif dari

penggunaan smartphone adalah meningkatkan kemampuan dalam mengatur

waktu mereka. Banyak aplikasi yang dapat membantu mereka untuk lebih

terorganisir dalam mengatur waktu mereka dalam belajar.Beberapa aplikasi

13
seperti notes, stopwatch, kalender, alarm, perekam, google drive, office dan

banyak lagi mampu membantu mereka dalam mencatat, menerima dan

mengirim dokumen. Mengatur waktu belajar mereka sehingga mereka bisa

lebih tepat waktu dalam belajar dan mengatur skala prioritas dalam

mengerjakan tugas-tugas mereka.Dengan bantuan smartphone, murid-murid

dapat menjadi murid terbaik dalam belajar dan meningkatkan berbagai

aspek dalam hidup mereka melalui manajemen waktu yang tepat.

2.1.3.2 Dampak negatif dari Smartphone adalah :

Menurut Harfiyanto (2015), beberapa dampak buruk yang terjadi akibat

penggunaan gadget adalah:

a. Lebih banyak waktu yang digunakan untuk bermain gadget. Hal ini biasanya

digunakan remaja untuk berkomunikasi di media sosial dibandingkan dengan

belajar.

b. Aplikasi yang ada didalam gadget membuat remaja lebih mementingkan diri

sendiri. Seringkali remaja mengabaikan orang disekitarnya bahkan tidak

menganggap orang yang mengajaknya mengobrol.

c. Remaja menjadi kecanduan dalam bermain gadget. Awalnya remaja

menggunakan gadget hanya untuk bermain game. Akan tetapi remaja lama-

kelamaan menemukan kesenangan dengan gadget sehingga hal ini akan

menjadi sebuah kebiasaan.

d. Gadget memudahkan remaja mengakses berbagai situs yang tidak selayaknya

diakses. Berbagai hal yang marak diakses remaja adalah bermacam bentuk

pornografi dan video kekerasan.

14
e. Media sosial yang ada didalam gadget sering menimbulkan berbagai kasus.

Dimana kasus tersebut seperti penculikan, pemerkosaan. Hal ini biasanya

diawali dengan perkenalan di media sosial.

f. Remaja seringkali tidak dapat mengontrol kata-katanya. Mereka

menggunakan kata-kata kasar, mengejek, serta seringkali remaja mencemooh

dengan sesama teman sebaya di media sosial yang ada didalam gadget. g.

Gadget membuat remaja menjadi malas bergerak dan beraktifitas. Biasanya

remaja dalam keseharian penuh untuk bermain gadget

2.1.4 Durasi Pengguna Smartphone

Orang tua harus mempertimbangkan berapa banyak waktu yang

diperbolehkan untuk anak-anak dalam bermain gadget, karena total lama

penggunaan Smartphone dapat mempengaruhi perkembangan anak. Starburger,

(2011) berpendapat bahwa seorang anak hanya boleh berada didepan layar < 1

jam setiap harinya. Pendapat tersebut didukung oleh Sigman yang

mengemukakan bahwa waktu ideal lama anak-anak dalam menggunakan

Smartphone yaitu 30 menit hingga 1 jam dalam sehari. Sedangkan menurut

asosiasi dokter anak Amerika dan Canada, mengemukakan bahwa anak usia 0-2

tahun alangkah lebih baik apabila tidak terpapar oleh smartphone, sedangkan

anak usia 3-5 tahun diberikan batasan durasi bermain Smartphone sekitar 1 jam

perhari, dan 2 jam perhari untuk anak usia 6-18 tahun. Akan tetapi, faktanya di

Indonesia masih banyak anak-anak yang menggunakan Smartphone 4-5 kali

lebih banyak dari jumlah yang direkomendasikan. Pemakaian gadget yang

terlalu lama dapat berdampak bagi kesehatan anak, selain radiasinya yang

15
berbahaya, penggunaan Smartphone yang terlalu lama dapat mempengaruhi

tingkat agresif pada anak. Anak akan cenderung malas bergerak dan lebih

memilih duduk atau terbaring sambil menikmati cemilan yang nantinya dapat

menyebabkan anak kegemkan atau berat badan bertambah secara berlebihan.

Selain itu, anak menjadi tidak peka terhadap disekelilingnya. Anak terlalu asik

dengan Smartphonenya berakibat lupa untuk berinteraksi ataupun berkomunikasi

dengan orang sekitar maupun keluarga dan itu akan berdampak sangat buruk

apabila dibiarkan secara terus

Tabel 2.1 Kriteria penggunaan smartphone

Rendah 1-3 jam/hari

Tinggi 5-7 jam/hari

Sangat Tinggi >7 jam/hari

Kriteria Kelas skor

2.2 Konsep remaja

2.2.1 Definisi

Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti to

grow maturity (Jahja, 2011). Istilah adolescence mengarah pada kematangan

psikologis individu, sedangkan pubertas mengarah pada saat dimana telah ada

kemampuan reproduksi (Potter dan Perry, 2009).

Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia

yang menghubungkan masa kana-kanan dan masa dewasa (Santrock,2011)

16
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai dengan adanya

perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni usia 10 -19 tahun, adalah

periode pematangan organ repsoduksi manusia, dan sering disebut sebagai masa

pubertas (Wisyastuti,2009).

Pada tahun 1974, WHO (World Health Organization) mendefinisikan

remaja secara konseptual yaitu dari tiga kriteria yaitu biologis yang ditandai

dengan kematangan seksual sekunder, psikologis yang ditandai dengan

perkembangan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dan sosial

budaya terjadi peralihan dari ketergantungan penuh kepada keadaan yang relatif

lebih mandiri.

Dengan demikian disimpulkan bahwa remaja merupakan masa transisi

dari masa kanak-kanan dan masa dewasa yang memiliki kriteria biologis,

psikologis dan sosial budaya.

Fase Masa Remaja

1) Masa Pra-Pubertas (12-13 tahun) Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu

masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini

lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki.pada masa ini terjadi

perubahan yang besar pada remaja, yaitu menigkatnya hormon seksualitas

dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ reproduksi

remaja.

2) Masa Pubertas (14-16 tahun) Masa ini disebut juga dengan masa remaja

awal, dimana perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu

menunjukkan bahwa memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi

17
remaja menjadi sengat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon

seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksualnya juga semakin kuat pada

remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedang

pada remaja laki-laki ditandai dengan mimpi basah yang pertama.

3) Masa Akhir Pubertas (17-18 tahun) Pada masa ini,remaja yang mampu

melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya,

baik sebagai wanita ataupun sebagi laki-laki. Mereka juga bangga karena

tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka.

4) Periode Remaja Adolesensi (19-21 tahun) Pada periode ini, umumnya

remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna segi fisik, emosi,

maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang

abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dipikiran

mereka (Nirwana, 2011:28)

2.3.2. Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja

1) Perkembangan fisik Perkembangan fisik terjadi perubahan pada tubuh

ditandai dengan pertambahan tingi dan berat badan, pertumbuhan tulang dan

otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja

mulai berubah dari tubuh kanakkanak menjadi tubuh orang dewasa yang

mempunyai ciri ialah kematangan. Perubahan fisik struktur otak semakin

sempurna untuk meningkatkan kemampuan kognitif (Yusuf, 2011).

2) Perkembangan kognitif Salah satu bagian perkembangan kognitif masa

kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah

kecenderungan cara berfikir egosentrisme. Egosentrisme adalah

18
ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudutpandang orang lain. Cara

berfikir egosentrisme dikenal dengan istilah personal fable adalah keyakinan

remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hokum alam

(Papalia Olds dalam Yusuf, 2011)

3) Perkembangan kepribadian dan sosial Adalah perubahan cara individu

berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik, sedangkan

perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang

lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja ialah

pencarian identitas diri. Perkembangan sosial pada remaja lebih melibatkan

kelompok teman sebaya dibandingkan orangtua (Yusuf, 2011).

2.2.3 Tugas-tugas perkembangan remaja

Havighurst, 1961 dalam Yusuf, 2011, menyebutkan ada 10 tugas-tugas

perkembangan pada remaja, meliputi:

1). Menerima keadaan diri dan menggunakannya secara efektif Pada periode pra

remaja, anak tumbuh demikian cepat yang mengarah pada bentuk orang

dewasa, diiringi dengan perkembangan sikap dan citra tubuh. Remaja dapat

menerima keadaan diri sendiri, menjaga dan memelihara kedaan fisikn ya

secara efektif sehingga timbul kepuasan diri

2). Menerima peranan sosial sebagai pria atau wanita Remaja menerima kedaan

diri sebagai pria atau wanita sesuai dengan kodratnya dengan sifat dan

tanggung jawab gender masing-masing

3). Mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab sosial Remaja

berpartisipasi sebagai orang dewasa yamg bertanggung jawab sebagai

19
masyarakat dan memperhitungkan nilai-nilai sosial dalam tingkah laku

dirinya.

4). Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya

5). Belajar bergaul dengan kelompok wanita dan laki-laki Ketika konflik dan

permasalahan terjadi, remaja dapat menyelesaikan dengan cara yang matang.

Keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangan ini

mengantarkan ke dalam kondisi penyesuaian sosial yang baik dalam

keseluruhan hidupnya. Namun, apabila gagal maka remaja akan mengalami

kurang mampu dalam bergaul dengan orang lain, bersifat kekanakkanakan

dan melakukan dominasi secara sewenang-wenang.

6). Memperoleh seperangkat nilai sebagai pedoman hidup Beberapa atauran

yang ada dalam kehidupan masyarakat menuntut remaja untuk berperilaku

sesuai dengan norma yang ada di masyarakat sehingga membentuk arti

kehidupan bagi remaja.

7). Memiliki perilaku beriman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

8). Mencapai kemandirian berperilaku ekonomis Remaja merasa mampu

menciptakan suatu kehidupan. Tugas ini sangat penting bagi remaja pria,

namun tidak begitu penting bagi remaja wanita.

9). Memiliki wawasan dan persiapan karir Tugas perkembangan ini menuntut

kesanggupan remaja untuk memikirkan karir dimasa depan sehingga dapat

memperoleh kesuksesan dan berdiri sendiri dalam hal yang berhubungan

dengan ekonomi. Hal ini berkaitan dengan ketrampilan fisik yang dimiliki.

20
10).Mengembangkan keterampilan intelektual Remaja sudah memiliki

kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu yang berada di luar pengalaman

atau sistem nilai yang dimiliki. Remaja dapat memikirkan kemungkinan

sesuatu yang abstrak secara sistematis untuk memecahkan persoalan atau

masalah. Remaja diharapkan dapat mengembangkan konsep hokum,

pemerintahan, ekonomi, politik, geografi, hakikat manusia dan lembaga

sosial yang cocok dengan dunia modern.

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja

Menurut Hurlock (2011), faktor penting yang mempengaruhi tugas

perkembangan remaja, meliputi; Lingkungan sosial Lingkungan sosial

merupakan wadah untuk pencapian tugas perkembangan. Dimensi

lingkungan sosial terdiri dari:

1). Transactions, merupakan interaksi seseorang dengan orang lain

dalam lingkungan yang bersifat aktif dan dinamis.

2). Energy, merupakan kekuatan alami yang dimiliki seseorang untuk

terlibat aktif dengan lingkungannya.

3). Interface, merupakan penghubung dari suatu interaksi, seperti bahan

pembicaraan yang menyebabkan seorang individu berinteraksi dengan

individu lain.

4). Adaptation, merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri untuk

menyatu dengan kondisi lingkungan.

21
5).Coping, merupakan bentuk penyesuaian diri manusia untuk mengatasi

masalah. Bentuk penyesuaian ini ada yang bersifat positif namun ada

juga yang bersifat negatif.

6). Interdependence, merupakan hubungan saling ketergantungan atau

kepercayaan diri seorang individu dengan individu lain.

2.2.5 Ciri-Ciri Remaja

Terdapat beberapa perubahan atau ciri-ciri yang terjadi selama masa remaja

yaitu:

1) Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat.

2) Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai dengan

kematangan seksual.

3) Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan

orang lain.

4) Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa

kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.

5) Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan

yang terjadi.

2.2.6 Fase Pertumbuhan Remaja

Berikut ini terdapat beberapa fase pertumbuhan remaja, terdiri atas:

1. Masa pra-pubertas (12 – 13 tahun)

Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-

kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan

dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada

22
remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya

organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja.

Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat jga

terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap suka

mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam

bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai

menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai

“hero” atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala yang

dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan

kebiasaan hidup pujaan tersebut.

Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani

mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya,

bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang

sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin

diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan

kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya.

Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang

dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang

menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain

selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk

bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung

dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke

23
tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah

saudara.

Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan

yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu

menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua

tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang

terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua harus ingat,

bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu merupakan

masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat.

2. Masa pubertas (14 – 16 tahun)

Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik

mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan

fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang

bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil

akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat.

Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini.

Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang

pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi

basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini,

sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian

yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan

baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan

24
diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi

banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.

Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan,

dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya

emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami

perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka

melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini

semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya

dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.

3. Masa akhir pubertas (17 – 18 tahun)

Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya

dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun

perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap

menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada

remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria,

sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan

remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah

tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai

sepenuhnya.

4. Periode remaja Adolesen (19 – 21 tahun)

Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang

sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan

mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan

25
suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari

bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya

terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya,

bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang

menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.

2.2.7 Permasalahan dalam Remaja

Berikut ini terdapat beberapa permasalahan dalam remaja, terdiri atas:

1. Kebutuhan akan figur teladan

Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang berlangsung

dan keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar nasehat-nasehat

bagus yang tinggal hanya kata-kata indah

2. Sikap Apatis

Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada

saat yang bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini

terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di

masyarakatnya.

3. Kecemasan dan kurangnya harga diri

Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak

kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk

“pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang,

seks dan lainnya).

4. Ketidakmampuan untuk melibatkan diri

26
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir

ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara emosional

maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di

masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan dengan

uang.

5. Perasaan tidak berdaya

Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin

menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi

mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa kita

untuk berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah-tengah masyarakat.

Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya menggunakan segala

cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijazah

6. Pemujaan akan pengalaman

Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan minumam

keras, obat-obatan dan seks pada mulanya berawal dan hanya mencoba-

coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan

yang keliru tentang pengalaman.(Dosen pendidikan,2019)

2.3 Konsep Perkembangan Sosial

2.3.1 Pengertian Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif melalui kegiatan yang

terarah dari individu dalam pemahaman atas warisan sosial dan formasi pola

tingkah lakunya yang luwes. Hal itu disebabkan oleh adanya kesesuaian yang

layak antara dirinya dengan warisan sosial itu.

27
Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah kemampuan

seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan

unsur sosialisasi dimasyarakat. Menururut Singgih D Gunarsah, perkembangan

sosial merupakan kegiatan manusia sejak lahir, dewasa, sampai akhir hidupnya

akan terus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya yang

menyangkut norma-norma dan social budaya masyarakatnya. Perkembangan

sosial akan menekankan perhatiannya kepada pertumbuhan yang bersifat

progresif. Seorang individu yang lebih besar tidak bersifat statis dalam

pergaulannya, karena dirangsang oleh lingkungan sosial, adat istiadat,

kebiasaan-kebiasaan kelompok dimana ia sebagai salah satu anggota

kelompoknya. Jadi pengertian perkembangan sosial adalah sebuah proses

interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial

ini berupa jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua,

saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan sosial

adalah proses belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas.

Manusia akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial

adalah mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan

diri.

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi perkembangan social remaja

Fatimah,Enung (2010).menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan social meliputi:

28
1. Keluarga

merupakan lingkungan utama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai

aspek perkembangan anak. Termasuk perkembangan sosialnya. Proses

pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak

ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam

menetapkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan.

2. Kematangan

mampu bersosialisasi dengan bauk diperlukan kematangan fisik sehingga setiap

fisiknya telah mampu menjlankan fungsinya dengan baik.

3. Status Sosial Ekonomi 

kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial

keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang

anak, bukan sebagai anak yang independent, tetapi akan dipandang konteksnya

yang utuh dalam keluarga anak itu,”ia anak siapa”. Secara tidak langsung

pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan

norma yang berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri,

perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normative yang telah

ditanamkan oleh keluarganya. Sehingga anak akan menjaga status soisal dan

ekonomi keluarganya.

4. Pendidikan 

merupakan proses sosialisais anak yang terarah. Karena pendidikan merupakan

proses pengoperasian ilmu yang normative. Pendidikan dalam arti luas harus

29
diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan

keluarga, masyarakat, dan agama.

5. Kapasitas Mental, Emosi Dan Intelegensi.

Kemapuan berfikir dapat mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,

memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi sangat berpengaruh

sekali terhadap perkembangan sosial anak. Pada hakekatnya anak yang

berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik.

Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan

pengendalian emosi secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam

perkembangan sosial anak.

2.4 Konsep Interaksi Sosial

2.4.1 Definisi Interaksi Sosiaol

Kata interaksi secara umum dapat diartikan saling berhubungan atau

saling bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial

adalah berkenaan dengan masyarakat (Novitasari, 2010). Oleh karena itu, secara

umum interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan yang terjadi dalam

sekelompok induvidu yang saling berhubungan baik dalam berkomunikasi

maupun melakukan tindakan sosial. Interaksi sosial merupakan pula salah satu

prinsip integritas kurikulum pembelajaran yang meliputi keterampilan

berkomunikasi, yang bekerja sama yang dapat untuk menumbuhkan komunikasi

yang harmonis antara individu dengan lingkungannya (Santosa, 2010).

Tindakan interaksi sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat

mempengaruhi individu-individu lainnya dalam lingkungan sosial. Dalam

30
bertindak atau berperilaku sosial, seorang individu hendaknya memperhitungkan

keberadaan individu lain yang ada dalam lingkungannya. Hal tersebut penting

diperhatikan karena tindakan interaksi sosial merupakan perwujudan dari

hubungan atau interaksi sosial. Dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah

hubungan atau komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan

tujuan untuk saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya untuk mencapai

tujuan tertentu, dalam hal ini dapat diartikan bahwa dalam interaksi sosial

terdapat dalam hubungan antar individu, kelompok, yang merupakan hubungan

yang dilakukan oleh manusia untuk bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna

yang dimiliki oleh manusia.

2.4.2 Ciri Ciri Interaksi Sosial Dalam interaksi sosial terdapat beberapa ciri ciri yang

tekandung di dalamnya, diantaranya adalah menurut Santosa (2010) mengatakan

bahwa ciri ciri interaksi sosial adalah adanya hubungan; adanya individu; adanya

tujuan; dan adanya hubungan dengan struktur dan fungsi sosial”. Secara rinci

adalah sebagai berikut :

1. Adanya hubungan. Setiap interaksi terjadi karena adanya hubungan antara

individu dengan individu maupun antara individu dengan kelompok.

2. Ada Individu. Setiap interaksi sosial menurut tampilnya individu – individu

yang melaksanakan hubungan.

3. Ada Tujuan. Setiap interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti

mempengaruhi individu lain.

31
4. Adanya Hubungan dengan struktur dan fungsi sosial. Interaksi sosial yang

ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok ini terjadi karena

individu dalam hidupnya tidak terpisah dari kelompok.

2.4.3 Faktor yang mempengaruhi perkembangan interaksi sosial

Faktor faktor yang mempengaruhi berlangsungnya interaksi sosial, baik secara

tunggal maupun secara bergabung menurut Gabriel Tarde (dalam Ahmadi.2010)

adalah :

1. Faktor Imitasi. Faktor imitasi seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya

berdasarkan pada faktor imitasi saja. Hal tersebut misalnya pada anak yang

sedang belajar bahasa, seakan akan mereka mengimitasi dirinya sendiri,

mengulang bunyi kata kata, melatih fungsi lidah, dan mulut untuk berbicara.

Kemudian ia mengimitasikan kepada orang lain, dan memang sukar orang

belajar bahasa tanpa mengimitasi orang lain, tidak hanya berbahasa saja,

tetapi tingkah laku tertentu, cara memberi hormat, cara berterima kasih, cara

memberi isyarat.

2. Faktor Sugesti Menurut Ahmadi (2007), Sugesti yang dimaksud adalah

pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang

lain, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada

umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Sugesti dapat dirumuskan

sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara

penglihatan, atau pedoman pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik

terlebih dahulu.

32
3. Faktor Identifikasi Berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan

orang lain, baik secara lahiriah maupun secara bantiniah. Misalnya

identifikasi seorang anak perempuan untuk menjadi sama seperti ibunya.

Proses identifikasi ini mula mula berlangsung secara tidak sadar (secara

dengan sendirinya) kemudian irrasional, yaitu berdasarkan perasaan perasaan

atau kecenderungan kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara

rasional, dan yang ketiga identifikasi berguna untuk melengkapi sistem norma

norma, cita cita, dan pedoman pedoman tingkah laku orang yang

mengidentifikasi itu. 4. Faktor Simpati Simpati adalah perasaan tertariknya

orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar

logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada

proses identifikasi. Bahkan orang dapat tiba tiba merasa tertarik kepada orang

lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara cara bertingkah laku menarik

baginya. Proses simpati dapat pula berjalan secara perlahan lahan secara sadar

dan cukup nyata dalam hubungan dua atau lebih orang. Simpati hanya akan

berlangsung dan berkembang dalam relasi kerja sama antara dua orang atau

lebih, bila terdapat saling pengertian.

2.4.5 Syarat Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Ada dua syarat pokok terjadinya interaksi sosial (Dayakisni dan Hudaniah,

2009) yaitu:

1. Kontak sosial. Kontak sosial dapat terjadi antara individu dengan individu,

individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Ada

Kontak primer, terjadi apabila seseorang mengadakan hubungan secara

33
langsung seperti : tatap muka, saling senyum, berjabat tangan, dan lain lain.

Sedangkan kontak sekunder, yaitu kontak tidak langsung atau memerlukan

perantara seperti : menelpon dan berkirim surat. Apabila dicermati, baik

dalam kontak primer maupun kontak sekunder terjadi hubungan timbal balik

antara komunikator dan komunikan. Dalam percakapan tersebut agar kontak

sosial dapat berjalan dengan baik, harus ada rasa saling pengertian dan

kerjasama yang baik antara komunikator dengan komunikan.

2. Komunikasi Komunikasi baik verbal maupun non verbal merupakan saluran

untuk menyampaikan perasaan ataupun gagasan dan sekaligus sebagai media

untuk dapat menafsirkan atau memahami pikiran atau perasaan orang lain.

Menurut De Vito dalam (Sugiyo, 2010) menyatakan bahwa ciri ciri

komunikasi meliputi lima ciri yaitu: keterbukaan, empati, dukungan, rasa

positif, dan kesamaan.

2.4.6 Karakteristik dan karakteristik Interaksi Sosial

Menurut (Gerungan, 2010) bahwa interaksi sosial itu memiliki karakteristik

yang dinamis dan tidak statis sebagai berikut:

1. Interaksi antara individu dengan individu, interaksi ini terjadi karena

hubungan masing-masing personil atau individu. Perwujudan dari interaksi

ini terlihat dalam bentuk komunikasi lisan atau gerak tubuh, seperti berjabat

tangan, saling menegur, bercakap-cakap, atau saling bertengkar.

2. Interaksi Antara Individu dengan Kelompok, bentuk interaksi ini terjadi antara

individu dengan kelompok. Individu memiliki kepentingan untuk berinteraksi

dengan kelompok tersebut. Misalnya seorang guru memiliki hubungan

34
dengan individuatau siswa di sekolah. Bentuk interaksi semacam ini juga

menunjukkan bahwa kepentingan seseorang individu berhadapan dengan

kepentingan kelompok.

3. Interaksi Antara Kelompok dengan Kelompok, jenis interaksi ini saling

berhadapan dalam bentuk berkomunikasi,namun bisa juga ada kepentingan

individu di dalamnya atau kepentingan individu dalam kelompok tersebut.Ini

merupakan satu kesatuan yang berhubungan dengan kepentingan individu

dalam kelompok yang lain. Indikator dari interaksi sosial yaitu

1. Percakapan

2. Saling pengertian

3. Bekerjasama

4. Keterbukaan

5. Empati

6. Memberikan dukungan atau motivasi

7. Rasa positif

8. Adanya kesamaan dengan orang lain.

2.4.8 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Menurut (Gerungan, 2010) terdapat bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu

sebagai berikut:

1. Interaksi Antar status, adalah hubungan antara dua pihak dalam individu yang

berbeda dalam satu lingkungan yang bersifat formal sehingga masing-masing

pihak dapat melakukan interaksinya didasarkan pada status masing-masing.

35
2. Interaksi Antar kepentingan, interaksi antara kepentingan merupakan

hubungan antara pihak induvidu yang berorientasi terhadap kepentingan dari

masingmasing pihak. Dalam hubungan ini,masing-masing pihak saling

memberikan solidaritasnya untuk mendukung terciptanya suatu sikap yang

harmonis sehingga komunikasi tersebut dapat tercapai dengan baik.

3. Interaksi antara Keluarga, interaksi antar keluarga merupakan suatu hubungan

yang terjadi antar pihak yang mempunyai hubungan darah. Pada hubungan

ini,solidaritas antara anggota yang relatif lebih tinggi dan bentuk

hubungannya lebih bersifat informal.

4. Interaksi antar Persahabatan,interaksi ini merupakan hubungan antara dua atau

lebih dimana masing-masing individu sangat mendambakan adanya

komunikasi yang saling menguntungkan untuk menjalin suatu hubungan yang

sedemikian dekat atau kekerabatan.

2.4.8 Karakteristik perkembangan social remaja

Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi

sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Anak mulai memiliki kesanggupan

menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja

sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Dalam

penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan

dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang

berlaku sebelumnya di dalam keluarganya.

1. Pada masa remaja, anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma

pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan sangat penting,

36
tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan

sesama remaja juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk

memilih teman hidup.

2. Pada masa remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk

memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang

unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya.

3. Menurut “Erick Erison” Bahwa masa remaja terjadi masa krisis, masa

pencarian jati diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang

didorong oleh sosiokultural. Sedangkan menurut Freud, Kehidupan sosial

remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual.

4. Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan

untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran

atau keinginan orang lain (teman sebaya). Apabila kelompok teman sebaya

yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama

dapat dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan

menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu

menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka

sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya

tersebut.

5. Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan

emosional. Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial yang tertutup

sehubungan dengan masalah yang dialaminya.

37
6. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok – kelompok,

baik kelompok besar maupun klelompok kecil Selama masa dewasa, dunia

sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks

dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini,

individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku

sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda.

Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang

berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa

kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga, lingkungan, dan

pekerjaan.Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya

dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat

sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan

sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas

kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang

membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang

sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung

jawab.

Adapun Kriteria perkembangan dan penyesuaian remaja sebagai berikut :

1. Kriteria perkembangan social remaja

1) Egosentris

2) Bekerja sama

3) Sosiosentris

38
2. Karakteristik Penyesuaian Sosial Remaja

1) Di Lingkungan Keluarga

a. Menjalin hubungan yg baik dengan anggota keluarga (orang tua dan

saudara)

b. Menerima otoritas orang tua (mau mentaati peraturan yg ditetapkan

orang tua)

c. Menerima tanggung jawab batasan-batasan (norma) keluarga

d. Berusaha untuk membantu anggota keluarga, sebagai individu

maupun kelompok dlm mencapai tujuannya

2) Di Lingkungan Sekolah

a. Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah

b. Berpartisipasi dlm kegiatan-kegiatan sekolah kegiatan sekolah

c. Menjalin persahabatan dg teman-teman di sekolah

d. Bersikap hormat thd guru, pemimpin sekolah, dan staf lainnya

e. Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan

3) Di Lingkungan Masyarakat

a. Mengakui dan respek terhadap hak

b. Memelihara jalinan persahabatan dg orang lain

c. Bersikap simpati terhadap kesejahteraan orang lain

d. Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum,tradisi, dan kebijakan-

kebijakan masyarakat

39
2.5.1 Pengaruh Penggunaan Smartphone Terhadap Tingkat Perkembangan

Sosial Remaja SMP

Menurut Baihaqi & Sugiarmin (2011), pengaruh bermain smartp hone

pada remaja akan mempengaruhi tingkat perkembangan nya dalam

peningkatan aktivitas motorik anak hingga menyebabkan aktivitas anak yang

tidak lazim dan cendrung berlebihan. smartphone juga dapat mengganggu

kesehatan manusia karena efek radiasi dari tekhnologi sangat berbahaya bagi

kesehatan manusia terutama pada anak-anak berusia 12 tahun kebawah.

smartphone juga memiliki fiture-fiture yang canggih seperti kamera, video,

games dan lain-lainnya. Fiture itu semua dapat mengganggu proses

pembelajaran di sekolah misalnya ketika guru menerangkan pelajaran didepan

siswa nya. smartphone juga dapat mempengaruhi perilaku anak, tanpa di sadari

anak makin hari makin lemah dalam hal kesabaran serta konsentrasi dan cepat

menuntut orang untuk memberi apa yang diinginkannya dengan segera.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh

Saryono, (2013) mengatakan bahwa penggunaan smartphone dapat

memberikan pengaruh terhadap tingkat perkembangan remaja karena aspek

tingkat perkembangan anak yang terganggu berdampak pada kemampuan anak

untuk mendengar respon sesuatu yang didengar, berbicara komunikasi, motorik

kasar dan motorik halus akan mengalami keterlambatan sesuai dengan usia

nya.

Penelitian ini sesuai juga dengan hasil penelitian Novitasari, (2016) dan

Khotimah, (2016) yang menyatakan bahwa pengenalan smartphone terlalu dini

40
pada anak dapat mempengaruhi perkembangan anak, penggunaan smartphone

berlebihan atau terlalu sering dapat mempengaruhi kepribadian anak sehingga

mudah marah ketika dinasehati, tidak mau mendengarkan nasehat dan tidak

memperdulikan orang-orang sekitar.

41
BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Teor

Kerangka Teori merupakan kesimpulam dari tinjauan pustaka yang berisi

tentang konsep teori yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan

( Notoatmodjo, 2010). Kerangka teori penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut :

Penggunaan smartphone Tingkat Perkembangan Sosial

1. Berkembangnya kesadaran Faktor yang mempengaruhi


akan kesunyian dan
dorongan akan pergaulan 1. Keluarga
2. Adanya upaya nilai-nilai 2. Kematangan Anak
<2 Jam >2 Jam
social 3. Status social ekonomi
3. Meningkatkan ketertarikan 4. Pendidikan
pada lawan jenis 5. Kapasitas mental, emosi
4. Mulai cenderung emilih dan integensi
karier tertentu.

Cara Penanganan:

Dampak Posistif Dampak Negatif 1. Batasi kebiasaan anak


1. Mempermudah menggunakan
Komunikasi 1. Penurunan konsentrasi
2. Malas Menulis dan smartphone
2. Media Hiburan 2. Perbanyak aktivitas
Membaca
3. Meningkatkan diluar atau dalam
3. Penurunan dalam
Pengetahuan bersosialisasi rumah yang tidak
4. Meningkatkan 4. Gangguan Kesehatan berhubungan dengan
Kenyaman dalam 5. .Menutup Diri smartphone
Belajar
3. Bersikap tegas pada
5. Tersedianya Teknologi anak
yang lebih canggih

Skema 3.1 Kerangka Teori Pengaruh penggunaan smartphone Terhadap Tingkat


Perkembangan sosial remaja SMP kelas 1 di Bangun Banua Kec.Simpang Empat

42
3.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui

penelitian yang dimaksud (Notoatmodjo, 2012)

Variabel Independen Variabel Dependen

Penggunaan Tingkat Perkembangan


smartphone social

Faktor yg mempengaruhi
perkembangan sosial

1 .Keluarga
2. Kematangan Anak
3. Status Sosial ekonomi
4. Pendidikan
5.Kapasitas mental,emosi dan integensi

Keterangan :

: Tidak Diteliti

: Diteliti

Skema 3.2 Kerangka Konseptual Pengaruh penggunaan smartphone Terhadap Tingkat


Perkembangan social remaja kelas 1 di SMP Bangun Banua Kec.Simpang Empat

43
3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan awal penelitian mengenai hubungan antara

variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil

penelitian (Dharma K.K, 2012).

H0 : Tidak ada Pengaruh penggunaan smartphone Terhadap Tingkat

Perkembangan social remaja SMP kelas 1 Bangun Banua Kec

Simpang Empat.

Ha : Ada Pengaruh penggunaan smartphone Terhadap Tingkat

Perkembangan social remaja SMP kelas 1 Bangun Banua Kec.

Simpang Empat.

44
BAB 4

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

4.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian pengambilan data awal dilakukan pada tgl 10 bulan maret

tahun 2020

4.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Bangun Banua Kec. Simpang Empat.

Adapun yang menjadi alasan peneliti mengambil lokasi peneliti SMP Bangun

Banua Kec. Simpang Empat adalah:

a. Banyak siswa/i yang menggunakan smartphone 31 di SMP Bangun Banua

Kec. Simpang Empat.

b. Banyak siswa/i yang mengalami gangguan tingkat perkembangan social 31

di SMP Bangun Banua Kec. Simpang Empat

4.2 Desain Penelitian

Rancangan penelitian adalah rencana atau struktur penelitian yang

disusun sedemikian rupa agar dapat memperoleh jawaban mengenai

permasalahan penelitian (Nursalam, 2013).

Penelitian ini adalah penelitian analitik yang merupakan penelitian atau

penelaah hubungan antara 2 variabel pada suatu situasi sekelompok subjek.

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan analitik Cross Sectional

yang bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh antara penggunaan

45
smartphone terhadap tingkat perkembangan social remaja di SMP kelas 1

bangun banua Kec. Simpang Empat.

4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang di teliti

Nursalam, (2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas 1 Siswa/i

SMP Bangun Banua Kec. Simpang Empat sebanyak 31 siswa/i.

4.3.2 Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i di SMP

Bangun Banua Kec. Simpang Empat yang berjumlah 31 responden.

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total Sampling

teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan

tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa representatif.

a. Kriteria Inklusi

Adalah karakteristik untuk subjek penelitian dari suatu populasi target

yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2013). Kriteria Inklusi

penelitian adalah :

1) Siswa/i kelas 1

2) Siswa/i yang menggunakan smartphone

3) Siswa/i yang hadir pada saat penelitian

4) Siswa/I yang bersedia menjadi responden

46
Populasi : Seluruh Kelas 1 SDN 10 Kampung Baru Kec. Simpang Empat
Selama Bulan Juli Sebanyak 45 orang
Sampel : Siswa/i kelas 1 usia 6-7 tahun sebanyak 25

b. Kriteria Ekslusi

Adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang tidak

memenuhi kriteria inklusi dari studi (Nursalam, 2013). Kriteria Ekslusi

penelitian ini adalah yang tidak ada termasuk dalam kriteria inklusi:

1) Siswa/i yang izin/sakit pada saat penelitian

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Penelitian

Adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri sifat atau ukuran yang

memiliki atau yang didapatkan oleh satuan-satuan penelitian tentang suatu

konsep tertentu.

4.4.2 Variabel Independen (bebas)

Adalah variabel (Notoatmodjo, 2010) yang menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini

adalah menggunakan smartphone.

4.4.3 Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) (Notoatmodjo, 2010) variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah tingkat perkembangan sosial.

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini meliputi penjelasan masing-masing variabel

yang diteliti, cara ukur, alat ukur, skala ukur. Untuk lebih jelas nya dapat dilihat

pada tabel 4.5 berikut ini.

47
Tabel 4.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Hasil ukur


Operasional
Variabel Sebuah alat Durasi penggunaan Kuesioner Ordinal Dikatakan Rendah
Independen komunikasi smartphone jika jawaban Ya ≤5.
Penggunaanss yang Dampak negatif
martphone mempunyai penggunaansmartphone Dikatakan Tinggi
fungsi sama Konten yang di tonton jika jawaban Ya >5
dengan telpon Kepemilikan smartphone
konvensional
tetapi dapat
dibawa kemana-
mana
Variabel Perkembangan 1.berkembanganya Kuesioner Ordinal
dependen social adalah kesadaran dan Normal
Tingkat berkembangnya dorongan pergaulan -Dapat melakukan
perkembangan tingkat 2.adanya upaya nilai- semua tugas
social hubungan antar nilai social perkembangan
manusia 3.meningkatkan social sesuai usia
sehubungan ketertarikan pada dengan skor >50%
dengan lawan jenis 2. Terlambat
meningkatnya 4.Mulai cederung -Tidak dapat
kebutuhan hidup memilih karier tertentu melakukan
manusia semua tugas
perkembangan
social sesuai usia
dengan skor ≤50%

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah pada waktu penelitian menggunakan sesuatu

metode (Arikunto, 2011)

1. Instrumen penggunaan smartphone

Kuesioner penggunaan smartphone yang dimodivikasi dan sudah di validasi

serta reabilitas di SMP Bangun Banua Kec. Simpang Empat.

48
2. Instrumen Tingkat Perkembangan sosial

Pengukuran tingkat perkembangan menggunakan kuesioner Strengh

Difficulties Questionnaire (SDQ) dengan 20 item yang sudah di validasi di

SMP Bangun Banua Kec. Simpang Empat

Tabel 4.2 Kisi-kisi Instrumen penggunaan smartphone.

No Pertanyaan No Butir Jumlah


1 Durasi penggunaan smartphone 1 1
2 Kepemilikan smartphone 2,3 2

3 Konten yang digunakan di smartphone 4,7,8,9,10 5

4 Dampak negatif penggunaan smartphone 5,6 2

Jumlah 10

Tabel 4.3 Kisi-kisi Instrumen Tingkat Perkembangan Sosial Remaja

No Pertanyaan No Butir Jumlah


1 Kesadaran akan nilai dan norma social 1,2,3,4,14,15 6
2 Kemampuan untuk memahami orag lain 7,9,10 3
3 Dorongan akan pergaulan 11,12,18,19,20 5
4 Aspek perkembangan social 5,6,8,13,16,17 6
Jumlah 20

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Untuk variabel penggunaan smartphone pengumpulan data dilakukan dengan

mengambil data primer dan data sekunder. Sedangkan untuk variabel tingkat

perkembangan anak dapat dilihat dari lembar kuesioner.

4.8 Pengambilan Data

Menurut Nursalam, (2013). Teknik pengolahan data terdiri dari

4.8.1 Editing

49
Pada tahap ini tiap lembar kuesioner diteliti apakah sama item sudah

terisi oleh responden dari lembar kuesioner yang sudah diberikan

4.8.2 Coding

Merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data

yang terdiri atas dari beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Biasanya dalam

pemberian kode dan artinyadalam satu buku (code book) untuk memudahkan

kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel (Hidayat,2010)

a. Data penggunaan smartphone

Dikatakan Rendah jika jawaban Ya ≤ 5

Dikatakan Tinggi jika jawaban Ya > 5

b. Data Tiperkembangan sosial

Normal = > 50%

Terlambat = ≤ 50%

4.8.3 Data Entry (Memasukkan Data)

Pada tahap ini dilakukan data yang telah diubah menjadi kode kedalam

mesin pengolahan data. Pemproses data dapat dilakukan dengan memasukkan

data ke paket program komputer yang sesuai dengan paket program data ke

program komputer yang sesuai variabel masing-masing yaitu dengan

menggunkanan SPSS (Software Product And Service Solution).

4.8.4 Cleaning Data (Pembersih Data)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan

50
kode dan ketidak lengkapaan, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

4.8.5 Tabulating

Tabulating adalah membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah

diberi kode sesuai dengan yang dibutuhkan.

4.9 Analisa Data

4.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisa data yang digunakan dalam penelitian

untuk mengidentifikasi karakteristik masing-masing variabel dengan

menggunakan distribusi frekuensi dan ukuran presentase (Notoatmodjo, 2010).

Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah pengaruh

penggunaan smartphone. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian

tingkat perkembangan sosial.

Analisa univariat ini dilakukan dengan mengunakan rumusan sebagaii berikut

(Arikunto, 2007).

Keterangan:
F
P : Presentase P= x 100%
N
F : Frekuensi

N : Jumlah Responden

Menurut Sugiyono, (2014). Hasil pengolahan data tersebut dibuat dalam

bentuk presentase, kemudian diinterpretasikan dengan skala sebagai berikut:

1. 100% = Seluruhnya

2. 76%-99% = Hampir seluruhnya

3. 51%-75% = Sebagian besar

51
4. 50% = Setengahnya

5. 26%-49% = Hampir setengahnya

6. 1%-25% = Sebagian kecil

7. 0% = Tidak satupun

4.9.2 Analisis Bivariat

Dalam melakukan analisis, khusus nya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistic terapan dan program komputer SPSS 16 yang

disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Untuk mencari data

pengaruh penggunaan smartphone terhadap tingkat perkembangan social

remaja umur 12-14 tahun di SMP Bangun Banua Kec. Simpang Empat

dihitung dengan menggunakan Uji Pearsone Chisquare dengan a = 0,05.

Tingkat signifikansi a = 0,05, H0 diterima jika nilai sig > a = 0,05

artinya antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu tidak ada

pengaruh penggunaan smartphone terhadap tingkat perkembangan social

remaja usia 12-14 thun di SMP Bangun Banua Kec. Simpang Empat.

Tingkat signifikansi a = 0.05, H0 ditolak jika nilai sig ≤ a = 0,05, maka

H0 diterima artinya pengaruh penggunaan smartphone terhadap tingkat

perkembangan social remaja umur 12-14 th di SMP Bangun Banua Kec.

Simpang Empat

5.1 Etika Penelitian

52
Etika penelitian mencakup norma untuk berprilaku, memisahkan apa

yang seharusnya dialkukan dan tidak boleh dilakukan. Butir-butir etika

penelitian menurut Sukadinata, (2012) yaitu:

a. Kejujuran

Jujur dalam pengumpulan data, bahan pustaka, metode pelaksanaan dan

prosedur penelitian serta publikasi hasil.

b. Objektivitas

Upayakan minimalisasi kesalahan dalam rancangan percobaan, analis dan

interpretasi data, hasil penelitian dan keputusan individu.

c. Integritas

Selalu tepat janji dan perjanjian, lakukan penelitian dengan tulis, upayakan

selalu konsentrasi pikiran.

d. Ketelitian

Berlaku teliti dan hindari kesalahan karena ketidak pedulian,

e. Keterbukaan

Secara terbuka saling berbagi data, hasil ide, alat dan sumber daya

penelitian,

f. Tanggung jawab

Upayakan tanggung jawab anda untuk meningkatkan taraf hidup,

memudahkan kehidupan dan meningkatkan hidup masyarakat.

g. Kompetisi

Tingkatkan kemampuan dan keahlian peneliti melalui pendidikan dan

pembelajaran seumur hidup.

53
h. Tidak Melakukan Diskriminatif

Hindari melakukan perbedaan perlakuan pada rekan atau siswa/I dalam hal

apapun.

i. Legalitas

Pahami dan patuhi peraturan institusional dan kebijakan pemerintahan

yangh terkait dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

54
Ahmadi A& Sholeh M (2010) .Psikologi perkembangan.Jakarta: Rineka

Cipta; Dayakisni & Hudaniah ( 2009). Psikologi Sosial. Malang:

UMM Press.

Ameliola, Nurgraha. (2013). Perkembangan Media Informasi Dan

Teknologi Terhadap Anak Dalam Era Globalisasi. pada tanggal 10

Desember 2016.

Arikunto. 2011. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Brauner C.B. & Stephens B.C. (2016). Estimating the prevalence of early

childhood serious emotional/behavioral disorder:challenges and

recommendations.

Dinas Kominfo. (2018). Pencapaian Kerja Dinas Komunikasi dan

Informasi. Tanah Bumbu: DisKominfo.

Feliana, Maria. (2016). Anak dan Gadget Yang Penting Aturan Main. Di

unduh pada 10 januari 2016 dari http://nakita.grid.id/balita/anak-

dangadgetyang-penting-aturan-main?page=2.

Hertmada, Kendek Sinta, (2017). Dampak penggunaan handphone terhadap

proses interaksi sosial dikalangan mahasiswa akademi

kebidana sinar kasi tana toraja. Naskah Publikasi Skripsi Fakultas

Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanudin Makassar.

Hurlock, B. E. (2011). Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga

55
Iswidharmanjaya D & Agency B. Panduan bagi orang tua untuk memahami

faktor-faktor anak kecanduan gadget. Bisakimia; 2013.

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana

Manumpil B, Ismanto Y OF (2015). Hubungan penggunaan gadget dengan

tingkat prestasi siswa di SMA negeri 9 Manado. Ejournal

keperawatan.

Notoadmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, Jakarta :

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Nova, Ristina Yersika, 2018. Hubungan antara penggunaan Smartphone

dengan Interaksi Sosial. Naskah Publikasi Skripsi Program Studi

Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Novitasari W & Khotimah N (2016). Dampak penggunaan gadget terhadap

interaksi social remaja.

Nursalam (2013). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu

Keperawatan; pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian

Keperawatan. Ed 2. Jakarta: Salemba Medika;

Raj,Aliffatullah Alyu, (2017). Perilaku Kecanduan Internet terhadap

Interaksi Sosial pada remaja di Lingkungan Kos. Naskah

56
Publikasi Skripsi Program Studi Pskologi Fakultas Psikologi

Universitas Muhmadiyah Surakarta.

Santosa A. (2010). Proses Interaksi Sosial sebagai dasar berkembangnya

keteraturan dan dinamika kehidupan sosial. Diakses dari

http:/agsasman3yk.files.wordpress.com/2009/08/interaksi-sosial-

dalam- dinamika sosial-budaya.pdf/pada tanggal 31 April 2018.

Santrock, W. J. (2011). Adolescence: Perkembangan Remaja.

Terjemahanoleh Shinto B. Adelar & Sherly Saragih.Jakarta :

Erlangga.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian . Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. 2012.

Syamsu Yusuf L.N,dkk 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Bandung: Remaja Rosda Karya.

Werner J. Severin, dan James W. Tankard. Jr, Teori Komunikasi

(Jakarta:Kencana, 2017)

WHO 2010 Yusuf S.(2008) Psikologi perkembangan anak. Bandung:

Remaja Rosdakarya;

WHO. (2010). Perkembangan Remaja.Jakarta.

Yusuf (2015). Buku ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba

Medika.

57

Anda mungkin juga menyukai