Anda di halaman 1dari 4

GAMIFIKASI: MERUBAH PERSEPSI, MULAI DARI DIRI SENDIRI, MEMBENTUK

MENTAL MANDIRI DEMI KESUKSESAN ABADI

(Syarah Nilai Keksatriaan Gus Dur)

Oleh: Hamid Afkar Aulia

‫اِ َّن ال ٰلّهَ اَل ُيغَِّي ُر َما بَِق ْوٍم َح ٰتّى ُيغَِّي ُر ْوا َما بِاَْن ُف ِس ِه ۗ ْم‬

Berangan-angan adalah suatu hal yang manusiawi dan sebenarnya merupakan suatu hal
yang baik, bahkan dianjurkan jika digiring terhadap hal ynag positif. Akan tetapi hal ini juga bisa
berakibat tidak baik, bahkan tidak logis dipikir jika angan-angan tersebut ditelantarkan tanpa ada
usaha mewujudkannya. Bagaimana mungkin seseorang memiliki suatu ambisi namun tidak ada
usaha nyata untuk mewujudkannya? Seakan-akan menganggap bahwa kesuksesan semudah
memetik buah manga dari pohon tetangga. Buah tidak mungkin berbuah jika tidak ada pohon.
Pohon tidak mungkin tumbuh jika tidak mendapatkan nutrisi dan energi yang dibutuhkan. Nutrisi
dan energi tidak mungkin diperoleh tanpa adanya kesabaran, pengorbanan, dan kegigihan orang
untuk terus merawat pohon tersebut. Kesuksesan pun tidak bisa kita peroleh dari orang lain,
melainkan hanya bisa dicapai dengan usaha dan tekad diri sendiri.

Nilai kekesatriaan Gus Dur hadir sebagai rambu arah bagi kita untuk mengembangkan
potensi dan karakter-karakter positif, menjauhi nilai-nilai dan karakter-karakter negatif, serta
menjadi peneguh bahwa segala sesuatu harus dimulai dari diri sendiri. Hal tersebut berasaskan
nilai dan prinsip serta percaya dalam menjalani proses demi menggapai tujuan yang ada.

Nilai Kekesatriaan Gus Dur merupakan salah satu pedoman hidup yang harus dipegang
teguh oleh setiap orang, khususnya generasi kini. Sebagaimana halnya setiap pedoman, kita tidak
akan bisa membekas di hati dan mengimplementasikannya secara utuh jika tidak kita pahami dan
resapi dengan baik. Oleh karena itu, patutlah kita kenali dan pahami terlebih dahulu, apa yang
dimaksud dengan Nilai Kekesatriaan Gus Dur.

Nilai Kekesatriaan Gus Dur adalah nilai ajaran K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
dalam membentuk karakter manusia yang independen dan berintegritas. Nilai ini bertumpu pada
tiga poin pokok, yaitu nilai dan prinsip konkrit, proses perkembangan diri, serta keutuhan dan
kejelasan tujuan. Melalui ajaran ini, Gus Dur meneguhkan pentingnya memiliki tujuan yang utuh
dan jelas, sehingga bisa direalisasikan dengan sistematis. Tujuan tersebut pun tidak akan bisa
teguh dan tercapai tanpa ditopang dan diiringi keberanian untuk berkomitmen terhadap nilai dan
prinsip, serta rasa percaya, sabar, dan istiqamah dalam menjalani proses.

Dengan mengaktualisasi poin-poin dari nilai kesatriaan tersebut secara total, maka
substansi seorang kesatria bisa dicapai, yaitu selalu berusaha bermanfaat untuk orang lain. Hal
inilah yang selalu dihayati oleh Gus Dur dalam memanifestasi pemikirannya melalui berbagai
gerakannya.

Tiga poin di atas merupakan gambaran yang paling akurat mengenai suatu proses yang
harus dilalui seseorang untuk mencapai kesuksesan dan target-target yang hendak diraih.
Sayangnya, banyak orang yang tidak memahami hal ini, atau bahkan lebih parah; sejatinya
mereka memahami namun tidak mau melakukan. Terutama jika kita meneliti karakter generasi
kini (Generasi Z dan Alpha) yang mengidap budaya hedonisme, yaitu pandangan bahwa
kesenangan materi dan kenikmatan jasmani adalah tujuan utama. Untuk mengatasi hal ini, tentu
merupakan suatu hal yang tidak mudah. Karena kebanyakan generasi kini mengidap budaya
hedonisme, maka pendekatan dan metode aktualisasi yang cocok adalah suati metode yang jika
dipandang bisa dianggap menyenangkan, seperti gamifikasi.

Gamifikasi adalah pandangan di mana kita menganggap suatu perbuatan atau proses yang
kita lakukan (jalani) layaknya bermain sebuah game. Metode ini cocok sekali diintegrasikan
dengan Nilai Kekesatriaan Gus Dur. Di mana fokus Nilai Kekesatriaan Gus Dur dan bermain
game sama-sama mengajarkan untuk menggapai tujuan melalui rentetan proses tertentu.

Sebagaimana halnya bermain sebuah game, untuk mencapai kemenangan pasti terdapat
challenge-challenge yang harus dilalui dan diselesaikan. Semakin banyak level yang kita
selesaikan dan seiring mendekatnya kita pada kemenangan dalam game, challenge-challenge
yang menghadangi tentu semakin berat. Namun, kenapa kita tidak putus asa dan mundur
menghadapi tantangan-tantangan tersebut, justru bersemangat untuk melibas setiap tantangan
yang menghadang? Karena kita memiliki suatu tujuan yang konkrit, yaitu meraih kemenangan
yang didasari prinsip dan motivasi yang kuat untuk selalu bangkit setiap kali terjatuh. Untuk
terus maju tak peduli seberat apapun tantangannya.
Diagram Gamifikasi Nilai Kekesatriaan Gus Dur

Nilai & Proses


Eksplor
Prinsip

Senang
Percaya
Mantap

Berani

Manfaat

Tujuan

Jika ditinjau dari segi psikologi, kenapa manusia suka dengan tantangan? Melalui
penelitian, telah dibuktikan bahwa proses menganalisis tantangan serta tempat menghitung
reward terjadi di bagian otak yang sama. Oleh karena itu tidak heran bahwa manusia suka
tantangan karena bagian otak yang menganalisis tantangan adalah tempat di mana semua
kenangan yang menyenangkan terjadi. Setiap kali kita terjatuh, secara otomatis kita pasti berpikir
bagaimana caranya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Ketika mencoba cara A lalu
tidak bekerja dengan baik, maka kita beralih ke cara B, C, dan seterusnya sehingga tanpa sadar
pikiran kita semakin berkembang baik dari segi kreativitas maupun inovatif. Rasa sabar dan
istikamah pun tak kalah pentingnya karena tanpa disertai dua hal tersebut, maka tekad dan usaha
untuk bangkit setiap kali jatuh akan pupus.

Meraih kesuksesan meamng bukan suatu hal yang mudah namun simpel. Sesimpel tiga
poin esensial Nilai Kekesatriaan Gus Dur. Akan tetapi banyak orang yang dibutakan oleh
berbagai pertimbangan, perhitungan, dan spekulasi yang buruk ketika akan menjalani proses
tanpa ada keinginan untuk mencoba memulai. Justru ketika membayangkan kesuksesan, kita
membawa angan-angan setinggi langit tanpa ada usaha untuk mewujudkannya.

Terkait dengan hal ini, menarik untuk melihat al-Qur’an Surat al-Ra’du: 11 yang telah
dielaborasi oleh Imam Musthofa al-Maroghi dalam kitab Tafsir al-Maroghi. Menurut penafsiran
beliau, maksud dari ayat tersebut adalah manusia diciptakan atas dasar fitrah yang sama. Fitrah
tersebut bisa tercabut apabila kita melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengannya.
Setiap manusia, khususnya Generasi Z maupun Alpha memiliki potensi yang sama. Yang
membuat tiap orang berbeda adalah kemauan dan keberanian untuk menggali potensi yang
dimiliki, atau sebaliknya, justru menyia-nyiakannya.

Oleh karena itu, silahkan bermimpi dan berangan-angan sampai manapun imajinasi kita
mampu membawa kita terbang. Akan tetapi semua mimpi itu tak ada gunanya bila tidak dibawa
dan diwujudkan di dunia nyata. Jangan karena terlena dengan game yang bersifat imajiner dan
tidak nyata, kita justru melupakan “Game Kehidupan” kita yang sebenarnya. Karena banyak
orang yang enggan memainkan “Game Kehidupan” mereka sendiri sehingga tergerus zaman dan
diambil alih kendali hidupnya oleh orang lain.

‫و احلمد هلل رب العلمني‬

Anda mungkin juga menyukai