Anda di halaman 1dari 39

Laporan Kasus Bedah

Disusun Oleh:
Steven Wilson (07120080021)

Pembimbing:
dr. Dwi Adang, Sp.B.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Rumkital Marinir Cilandak
Periode 8 Juli – 13 September 2013
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

No. MR : 31.76.07
Nama : Nn. Y.N
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 53tahun
Alamat : Depok
Agama : Islam
Status : Menikah
Tanggal MRS : 25 Agustus 2013
Tanggal Pemeriksaan : 25 Agustus 2013

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 Agustus 2013.

Keluhan Utama

Benjolan pada leher sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien baru menyadari adanya benjolan pada leher kedika sedang bercermin.
Dalam kurun waktu 2 minggu tersebut benjolan tidak semakin membesar.
Benjolan pada leher tidak terasa gatal, panas, nyeri ataupun berdenyut. Pasien
tidak merasakan adanya penekanan pada leher oleh benjolan tersebut. Tidak
dirasakan adanya perubahan suara, sesak nafas ataupun nyeri menelan oleh
pasien.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 2
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

Pasien tidak merasa demam, batuk ataupun pilek. Pasien tidak merasa cepat
haus, lelah, lemas maupun mudah berkeringat. Nafsu makan pasien normal,
tidak berlebih ataupun kurang. BAB dan BAK pasien normal, tidak terdapat
peningkatan ataupun penurunan frekuensi. Berat badan pasien stabil, tidak ada
peningkatan atau penurunan dalam waktu dekat. Pasien tidak merasa cemas,
pengelihatan kabur, ataupun sulit beradaptasi dengan lingkungan yang panas
atau dingin. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya pada leher pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat sering terkena infeksi berulang, TBC, karies gigi
maupun alergi.

Riwayat Pengobatan

Pasien tidak pernah diwat di rumah sakit sebelumnya. Pasien tidak pernah
menjalani terapi radiasi. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan tertentu
dalam jangka waktu yang lama.

Riwayat Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang pernah memiliki benjolan pada leher
sebelumnya.

Riwayat Kebiasaan

Pasien makan lauk pauk dan sayuran yang umum dimakan dan tidak berada
dalam diet khusus. Frekuensi makan pasien sehari 3 kali. Pasien tidak merokok
ataupun menggunakan jarum suntik tanpa tujuan medis.

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien berasal dari keluarga dengan latar belakang sosial ekonomi kelas
menengah.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 3
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

III. STATUS GENERALIS


Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis (E4, M6, V5)
Tekanan darah : 120/70mmHg
Nadi : 74x/menit, kuat, regular
Suhu tubuh : 36,6°C
Pernapasan : 18x/menit

KEPALA
Bentuk : Normocephaly
Rambut : Lebat, hitam, tidak mudah rontok.
Wajah : Simetris
Kulit : Merah muda, terasa hangat.
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor,
reflek cahaya +/+, sekret -/-.
Exophthalmos -/-, lid lag -/-, pergerakan simetris.
Hidung : Bentuk normal, septum ditengah, sekret (-).
Mulut
Mukosa : Lembab
Lidah : Merah muda, hygiene baik
Gigi : Lengkap
Gusi : Merah muda
Tenggorokan
Tonsil : T1-T1 tenang
Faring : Hiperemis (-)

LEHER
Inspeksi : Trakea terletak di tengah.
Leher tidak simetris, nampak massa, kemerahan (-)
massa nampak bergerak pada saat menelan.

Palpasi : teraba massa pada sisi medial dextra anterior colli


Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 4
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

konsistensi kenyal, diameter ± 2cm,

permukaan rata, berbatas tegas, immobile,

nyeri tekan (-). Pembesaran KGB (-)

Perkusi : Tidak dilakukan.

Auskultasi : Bruit (-)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 5
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

THORAX
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi : Iktus kordis teraba pada garis midklavikularis kiri
intercostal 5.
Perkusi : Tidak dilakukan.
Auskultasi : S1S2 murni, murmur (-), gallop (-).
Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, retraksi (-).
Palpasi : Simetris.
Perkusi : Sonor.
Auskultasi : Suara napas vesikular, rhonki -/-, wheezing -/-.

ABDOMEN
Inspeksi : Datar, pergerakan simetris.
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-),
tidak ditemukan adanya massa,
hepar dan limpa tidak teraba.
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.

ANUS/GENITALIA : Tidak dilakukan pemeriksaan.

EKSTREMITAS : Tremor (-), deformitas, akral hangat, edema (-),

capilarry refill < 2 detik.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 6
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium

Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


DARAH RUTIN
Hemoglobin 12,1 12 – 16 g/dl
Hematokrit 37 37 – 54%
Leukosit 6,2 5 – 10 ribu/ul
Trombosit 275 150 – 400 ribu/ul
Masa pembekuan 5 2 – 6 menit
Masa perdarahan 2 1 – 3 menit
Glukosa Sewaktu 105 < 200 mg/dL

Ultrasonografi

Thyroid kanan: membesar, tampak multiple nodul solid dengan ukuran

bervariasi, terbesar 1.3 x 1.2 cm. Kalsifikasi (+), tampak

peningkatan flow vasculer dengan doppler.

Thyroid kiri : ukuran normal, tak tampak lesi hypo/hyperechoic. Kalsifikasi (-).

Tak tampak peningkatan flow dengan doppler.

Ithmus : tampak nodul ukuran 1.3 x 0.9 cm. Pembesaran KGB (-).

Kesan: Struma multinoduler kanan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 7
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 8
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

EKG

Kesan: Normal

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 9
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

V. RESUME
Seorang pasien datang dengan keluhan benjolan yang muncul sejak 2 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Benjolan tersebut tidak semakin membesar, tidak
nyeri, gatal, panas maupun mengganjal. Pasien tidak merasa demam, nafsu
makan baik, BAB dan BAK normal. Berat badan stabil, pasien tidak merasa
mudah lelah ataupun berkeringat. Tidak ada perubahan suara ataupun nyeri pada
saat menelan.
Pada pemeriksaan fisik leher nampak adanya massa pada sisi medial dextra
anterior colli dengan konsistensi kenyal, immobile berdiameter 2 cm, permukaan
rata dan batasnya tegas. Tidak terdapat nyeri tekan, ataupun pembesaran kelenjar
getah bening.
Pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutih dalam batas normal.
Sedangkan pemeriksaan USG pada leher, menunjukan adanya struma
multinoduler pada sisi kanan. Pemeriksaan EKG dalam batas normal.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Struma Multinoduler
VII. DIAGNOSIS BANDING
Karsinoma Tiroid

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 10
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

VIII. PENATALAKSANAAN
 Terapeutik
Surgikal  Strumectomy (26 Agustus 2013 pk. 11.00-11.45 WIB)
Laporan Operasi:
o D/ pre-op : Struma Multinoduler
o D/ post-op : Struma Multinoduler
o Langkah operasi :
1. Anestesi dilakukan secara general
2. Dilakukan tindakan asepsis/ antisepsis dengan povidone iodine dan
alcohol 70%
3. Batasi lapangan operasi dengan doek steril
4. Insisi dilakukan sesuai garis lipatan kulit (Langer)
5. Bebaskan kulit yang diinsisi dan jaringan sekitarnya dengan hati-hati
menggunakan klem atau gunting
6. Rawat perdarahan
7. Tumor dibebaskan dari jaringan sekitarnya, kapsul diangkat
8. Luka dijahit dan dipasang drain tube
9. Operasi selesai

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 11
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 12
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

o Instruksi Pasca Bedah


 Pasien boleh makan/ minum setelah sadar betul
 Awasi perdarahan pada luka
 Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr (1 hari saja)
 Injeksi Tramadol 2x100 mg (1 hari saja)
 Diagnostik
o Pemeriksaan histopatologi
 Edukatif
o Konsumsi makanan/ garam beryodium
o Perawatan luka
o Kontrol apabila terdapat keluhan di kemudian hari

IX. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanactionam : bonam
Ad cosmeticam : bonam

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 13
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

X. FOLLOW UP

27 Agustus 2013
 S : Nyeri pada daerah leher sehingga nafsu makan ↓
 O : sakit ringan, kesadaran CM
Kepala  lesi (-), edema (-)
Mata  CA -/-, SI -/-, RL+/+ Isokor
THT  Faring hiperemis (-), tonsil tenang T1/T1
Leher  pembesaran KGB (-), terdapat lesi tertutup verban
pada daerah midline dengan terpasang drain tube berisi
cairan darah merah segar ± 1-2mL
Thorax  Retraksi (-), simetris
Cor S1 S2 Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo  SN Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abd  Supel, datar, BU (+) dbn, NT (-), timpani, H/L ttb
Ekst  Akral hangat, CRT <2 detik
 A : post-op Strumectomy hari ke-1, perdarahan minimal
 P : Mobilisasi Aktif
Rawat Jalan
Cefadroxyl 2x500 mg
Asam Mefenamat 2x500 mg
Diazepam 1x5 mg

Kontrol hari Senin, tanggal 2 September 2013

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 14
TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi Leher
Tulang hyoid, kartilago tiroid dan krikoid terletak pada bagian sentral
leher. Kelenjar tiroid dapat diraba pada garis tengah tepat dibawah kartilago
tiroid. Muskulus sternokleidomastoid dapat seluruhnya teraba pada sepanjang
sisi superior hingga inferior leher, terutama dengan posisi leher menoleh. Pada
daerah ini terdapat kelenjar getah bening jugular, yang dapat teraba sebagai
benjolan apabila terjadi pembesaran akibat proses infeksi dan inflamasi atau
neoplasma.

Terdapat tiga kelenjar


mayor yaitu kelenjar parotis,
submandibula dan sublingual.
Kelenjar parotis yang dilandasi
oleh otot masseter memiliki saluran
yang bermuara ke rongga mulut
melalui parotid duct. Bagian kutub
inferior kelenjar parotis terdapat
memanjang ke bawah hingga
membatasi bagian atas leher dan
menutupi bagian superior otot
Sternocleidomaostoideus. Oleh
sebab itu sulit dilakukan pemeriksaan fisik untuk membedakan pembengkakan
bagian inferior kelenjar parotis dari pembesaran kelenjar getah bening pada
daerah tersebut. Nervus fasialis berada menembus kelenjar parotis melalui aspek
posteromedial dan dari dalam kelenjar terbagi menjadi dua cabang, percabangan
ini disebut juga pes anserinus. Percabangan ini membentuk percabangan
terminal nervus fasialis. Kelenjar submandibula memiliki saluran yang bermuara
ke dasar mulut melalui submandibular duct yang terdapat di bawah lapisan
mukosa berdekatan dengan nervus lingual. Kelenjar submandibula terdapat pada
segitiga submandibula yang membungkus batas posterior dari otot mylohyoid
pada dasar mulut. Kelenjar sublingual memiliki saluran yang berakhir dalam
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

beberapa duktus di bawah lidah. Kelenjar sublingual terdapat pada lantai mulut
yang setiap kelenjarnya memiliki duktus-duktus kecil yang bermuara ada dasar
mulut.

Arteri karotis terletak


bilateral pada leher dan
merupakan percabangan dari
arkus aorta. Arteri karotis
komunis kanan merupakan
cabang dari arteri braciocephalic
yang berasal dari sisi kanan arkus
aorta, sedangkan arteri karotis
komunis kiri berasal langsung
dari arkus aorta. Pada tingkat
tiroid, arteri karotis komunis kiri
dan kanan bercabang dua menjadi arteri karotis interna dan arteri karotis
eksterna. Terletak dekat percabangan kedua arteri ini yatu pada sinus karotis,
terdapat kemoreseptor karotis yang sensitif terhadap perubahan kadar karbon
dioksida dan oksigen dalam darah, serta terdapat baroreseptor yang membantu
mengatur tekanan darah. Arteri karotis eksterna menyuplai darah ke struktur di
kepala dan leher, kecuali mata dan otak. Arteri karotis interna menghubungkan
arteri oftalmikus dan arteri serebri posterior dengan arteri serebri anterior dan
arteri serebri media, yang membantu menyuplai darah ke otak.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 16
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

II. Etiologi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 17
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

III. Diagnosis

a. Anamnesis

b. Pemeriksaan Fisik

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 18
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

c. Pemeriksaan Penunjang

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 19
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

IV. Diferensial Diagnosis

1. Infeksi dan Inflamasi

Infeksi akut yang


menyebabkan limfadenitis
servikal seringkali
disebabkan oleh infeksi
dental, tonsillitis, faringitis,
infeksi saluran pernapasan
atas, atau infeksi kulit. Pada
keadaan ini, pembesaran
kelenjar getah bening
terjadi pada bagian
posterior dan inferior dari angulus maindibula. Gejala klinis menunjukkan gabaran
terjadinya infeksi akut, seperti demam, malaise, dan nyeri tenggorokan. Selain itu
infeksi akut hingga menyebabkan abses subkutan dapat dipertimbangkan, seperti
kelenjar sebasea yang terinfeksi atau karbunkel. Penanganan dilakukan menggunakan
pemberian antibiotik dan drainase pada abses. Infeksi kronik juga dapat
melatarbelakangi pembesaran kelenjar getah bening pada daerah servikal, seperti TBC,
limfadenitis fungal, syphilis, cat-scratch fever, dan AIDS. Biopsi tidak selalu dilakukan
dengan pemeriksaan darah dan serologi lebih bermanfaat dalam menegakkan diagnosis.
Terapi yang diberikan secara konservatif dengan pembedahan hanya dilakukan apabila
terdapat kemungkinan terjadinya komplikasi.1

2. Lesi Kistik Kongenital

Thyroglossal Duct Cysts


Kista ductus throglossalis merupakan suatu kista pada garis tengah leher yang muncul
akibat terdapatnya sisa penurunan foramen secum dalama masa pembentukan kelenjar
tiroid yang seharusnya menjadi ductus thyroglossalis. Kelainan kongenital ini mencakup
70% kelainan bawaan di daerah leher. Penderita dapat dijumpai dalam berbagai

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 20
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

golongan usia, namun lebih sering pada decade pertama kehidupan. Bentuknya dapat
berupa kista yang terdapat pada garis tengah leher pada daerah tulang hyoid, tidak
menimbulkan nyeri, yang bergerak pada penelanan atau pada penjuluran lidah, karena
terdapatnya perlekatan menetap ke foramen secum. Terapi bedah melibatkan eksisi kista
dan saluran penyertanya, yang dapat meluas melalui tulang hyoid ke basis linguae.
Terapi yang tidak adekuat dapat menyebabkan kekambuhan kista dan infeksi berulang
atau kista pada perkembangan sinus atau terjadinya fistula eksterna.1,12

3. Neoplasma Jinak

Tumor Kelenjar Saliva


Tumor kelenjar saliva atau air liur dapat dipertimbangkan ketika terdapat massa pada
daerah depan dan bagian bawah telinga, daerah angulus mandibula, atau daerah
submandibula. Tumor kelenjar saliva yang bersifat jinak biasanya tidak menimbulkan
gejala, sedangkan yang bersifat maligna seringkali menimbulkan gejala yang terkait
dengan saraf cranial fasialis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa CT
Scan atau MRI untuk mengetahui deskripsi tumor yang diikuti pemeriksaan
histopatologi untuk mengetahui jenis sel.

Nodul Tiroid
Gangguan pada kelenjar tiroid seringkali bermanifestasi sebagai massa di daerah leher,
yaitu pada daerah garis tengah leher. Penting untuk ditanyakan mengenai gejala-gejala
klinis seperti rasa nyeri, disfagia, rasa tertekan pada leher atau adanya perubahan suara
serta durasi dan gejala sistemik yang mungkin terjadi, yaitu yang mengarah terhadap
keadaan hipo atau hipertiroid. Nodul pada anak-anak, orang tua, ibu hamil atau
penderita dengan riwayat terapi radiasi atau riwayat keluarga karsinoma tiroid
cenderung bersifat maligna. Nodul biasanya soliter dengan konsistensi keras, semakin
membesar dalam jangka waktu singkat, dan dinyatakan tidak berfungsi dalam
pemeriksaan thyroid scan. Penegakkan diagnosis dilakukan menggunakan biopsy FNA
yang disertai pemeriksaan histopatologi. Tindakan bedah dianjurkan pada nodul yang
bersifat maligna. Sedangkan pada kasus nodul yang bersifat jinak, dapat dilakukan
terapi supresi dengan observasi lebih lanjut.1

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 21
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

Chemodectomas (Carotid Body Tumors)


Chemodectoma merupakan tumor badan carotid yang berasal dari jaringan kemoreseptif
pada kepala dan leher, pada daerah kepala dan leher, tumor ini seringkali muncul pada
badan timpani telinga tengah, glomus jugulare basis cranial, sekitar daerah vagal body
dekat dengan basis cranial, dan badan carotid pada bifurkasi carotid. Tumor ini dapat
terjadi familial dan terkadang muncul bilateral. Tumor yang teraba berkonsistensi keras,
bulat, pertumbuhan lambat, dan terkadang berdenyut. Tumor ini tidak dapat dipisahkan
dari arteri carotid ketika dipalpasi namun dapat digerakkan ke arah lateral dan medial.
Diagnosis ditegakkan melalui CT Scan atau arteriografi.1

4. Neoplasma Maligna

Tumor Primer

Limfoma
Limfadenopati servikal merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada kasus
Hodgkin atau Non-Hodgkin Limfoma, dengan nodul yang berkonsistensi lunak, halus,
elastic dan lebih mobile daripada nodul metastasis. Pertumbuhan tumor terjadi dengan
cepat pada NHL dan seringkali melibatkan pembesaran Waldeyer’s tonsillar ring.
Diagnosis ditegakkan melalui biopsy FNA pada kelenjar getah bening yang intak.
Penanganan yang dilakukan berupa terapi radiasi dan kemoterapi atau kombinasi
keduanya yang disesuaikan jenis dan derajatnya.1

Karsinoma Tiroid
Nodul tiroid yang telah menjalani pemeriksaan histopatologi dan dinyatakan suatu
keganasan sebaiknya diatasi dengan terapi pembedahan. Tiroid lobektomi dilakukan
pada karsinoma tiroid papiler yang memiliki diameter <1cm yang terbatas pada kelenjar

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 22
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

tiroid dan pada karsinoma tiroid folikuler invasi minimal, dengan prognosis yang baik
untuk kedua jenis kasus ini. Sedangkan pada kasus karsinoma tiroid folikuler, papiler,
sel Hurthle, dan karsinoma tiroid meduler dilakukan total tiroidektomi yang dapat
mengurangi tingkat rekurensi dan memungkinkan dilakukannya terapi tambahan ablasi
menggunakan Iodine-131.1

Tumor Metastasis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 23
1. Struma (Goiter/ Gondok)
Suatu keadaan pembesaran kelenjar tiroid apapun sebabnya.4 Pembesaran dapat bersifat
difus, yang berarti bahwa seluruh kelenjar tiroid membesar atau nodosa, yang berarti
bahwa terdapat nodul dalam kelenjar tiroid. Pembesaran nodosa dapat dibagi lagi
menjadi uninodosa, bila hanya terdapat 1 nodul, dan multinodular, bila terdapat lebih
dari satu nodul pada satu lobus atau kedua lobus.

i. Epidemiologi
Nodul tiroid yang dapat dipalpasi terjadi dalam 4-7% populasi penduduk Amerika
Serikat, dengan nodul yang tidak sengaja terdeteksi melalui pemeriksaan USG
mencapai 19-67%.17,18 Berdasarkan sebuah studi,19 ditemukan nodul secara incidental
pada 30% persen sampel dengan golongan usia 19-50 tahun dengan kebanyakan kasus
massa yang teraba memiliki lebih dari 1 nodul. Karsinoma tiroid terjadi pada 5-10%
nodul yang dapat teraba.17 Pada tahun 2001, diperkirakan terdapat 1.268.000 kasus
keganasan baru yang terdiagnosa, dengan 19.500 kasus dari jumlah tersebut merupakan
keganasan tiroid yang diperkirakan mengakibatkan 1.300 kematian.20 Nodul tiroid lebih
banyak ditemukan pada wanita dibandingkan dengan laki-laki dan kasusnya lebih
banyak dijumpai pada daerah geografik dengan defisiensi iodine.18,21

ii. Jenis-jenis Nodul Tiroid

Nodul koloid merupakan nodul yang paling banyak dijumpai dan tidak memiliki resiko
tinggi keganasan. Pada kebanyakan kasusnya adenoma folikuler bersifat jinak, dengan
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

5% kasusnya merupakan adenoma mikrofolikuler yang bersifat maligna.17 Karsinoma


tiroid biasanya muncul sebagai nodul soliter yang dapat teraba, dengan jenis yang
paling banyak kasusnya ialah jenis papiler yaitu mencapai 75%.17

iii. Anamnesis
Mayoritas kasus nodul tiroid tidak menimbulkan gejala, dengan kebanyakan kasusnya
tergolong euthyroid dan tercatat <1% nodul menyebabkan hipertiroid atau
tirotoksikosis.3 Penderita dapat mengeluhkan rasa tertekan pada leher atau rasa nyeri
apabila terjadi perdarahan spontan di dalam nodul. Gejala-gejala yang mengarah pada
keadaan hipo atau hipertiroid penting untuk ditanyakan dan riwayat anggota keluarga
yang pernah mengalami gondok serta riwayat adanya gangguan tiroid yang disebabkan
proses autoimun (Hashimoto’s thyroiditis, Grave’s disease), karsinoma tiroid, atau
familial poliposis (Gardner’s Syndrome).

 Hashimoto’s thyroiditis, merupakan peradangan kelenjar tiroid akibat proses


autoimun yang kronik. Secara klinis terdapat pembesaran kelenjar tiroid yang
disertai rasa nyeri. Proses autoimun biasanya dinilai dengan adanya peningkatan
kadar TSH dan terdapatnya antibodi antitiroid.
 Grave’s disease, merupakan keadaan hypertiroidism dengan struma difus yang
disertai ophthalmopathy dan dermopathy. Keadaan ini diduga disebabkan oleh
proses autoimun yaitu dengan adanya thyroid stimulating immunoglobulin.
 Gardner’s Syndrome, dikenal juga dengan familial adenomatous polyposis
dengan manifestasi ekstraintestinal yaitu, terdapatnya kista sebasea, osteoma
(biasanya pada mandibula, cranium, dan tulang panjang), dan tumor desmoids.
Keadaan ini disebabkan terjadinya mutasi genetik.

iv. Pemeriksaan Fisik


Nodul seringkali dirasakan pasien sebagai massa yang teraba dengan permukaan yang
halus sebgai massa soliter atau massa nodular dengan permukaan yang tidak rata.
Konsistensinya bervariasi antara lunak atau keras, dapat termobilisasi atau terfiksasi,
dan terasa nyeri atau tidak. Palpasi nodul oleh pemeriksa mengandalkan kemampuan
pemeriksa dalam menilai keadaan nodul. Nodul dengan diameter <1cm biasanya tidak
dapat teraba kecuali letaknya terdapat pada bagian anterior lobus tiroid. Tanda-tanda

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 25
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

klinis yang mengarah pada keganasan meliputi, nodul yang berkonsistensi keras, tidak
dapat mobilisasi, disertai pembesaran kelenjar getah bening sekitar, nodul dengan
diameter >4cm dan pertumbuhan nodul menyebabkan perubahan suara.

v. Diagnosis

 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan fungsi tiroid penting untuk dilakukan untuk menilai adanya keadaan hipo
atau hipertiroid. Pemeriksaan ini mencakup nilai T3, T4, dan TSH, dimana nilai TSH
dapat menentukan adanya keadaan thyrotoxicosis atau hypothyroidism. Pada nodul
tiroid dengan nilai TSH yang normal, aspirasi dapat dipertimbangkan. Sedangkan pada
hasil TSH yang rendah, diagnosis hypertiroid dapat dipertimbangkan dan sebaliknya
nilai TSH yang tinggi diagnosis mengarah pada keadaan hypotiroid. Serum kalsitonin
sebaiknya diukur pada penderita dengan riwayat keluarga karsinoma tiroid meduler.
Pemeriksaan fungsi tiroid tidak dapat membedakan jenis massa yang bersifat ganas atau
jinak. Pemeriksaan T4, antithyroid peroxidase antibodies, dan thyroglobulin tidak dapat
membedakan keganasan nodul tiroid, namun dapat membantu menegakkan diagnosis
Grave’s disease or Hashimoto’s thyroiditis.

 Fine-needle Aspiration
Pada kasus nodul tiroid dengan keadaan eutiroid, pemeriksaan FNA dapat dilakukan
untuk menegakkan jenis nodul secara histopatologi apakah tergolong sebuah keganasan
atau tidak. Menurut American Association of Clinical Endocrinologists, metode ini
merupakan metode yang paling efektif dalam menentukan keganasan sebuah nodul
tiroid dengan tingkat akurasi mencapai 95% yang dipengaruhi keterampilan pemeriksa
dalam melakukan biposi serta kemampuannya dalam penilaian histopatologi.22,23 Metode
ini memiliki sensitivitas 68-98% dan spesifisitas72-100%. Kesalahan dalam
pengambilan sampel seringkali terjadi pada nodul yang berdiameter >4cm dan <1cm,
dimana kesalahan ini dapat diatasi dengan bantuan ultrasonografi.

 Radiologi
Aspirasi dengan bantuan USG dianjurkan pada kasus nodul yang berukuran >1cm atau
<1cm, berbatas tegas dan menunjukkan gambaran hipoekoik pada USG. Walaupun

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 26
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

dalam penggunaannya USG tidak dapat membedakan massa dari keganasan,


pemeriksaan penunjang ini dapat membantu dalam mengamati perubahan ukuran yang
merupakan faktor resiko massa keganasan.

Pemeriksaan lainnya yaitu thyroid scan berfungsi dalam menilai iodine yang dapat
ditangkap nodul tiroid. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dengan pemeriksaan fungsi
tiroid untuk menilai keadaan hipo atau hipertiroid. Hasil pemeriksaan tiroid scan
digolongkan menjadi:24

 Cold nodule, disebut juga dengan hypofunctioning nodule, merupakan nodul


yang tidak menangkap atau sedikit menangkap iodium dibandingkan dengan sel
kelenjar normal.
 Warm nodule, atau nodul hangat merupakan nodul yang menangkap iodium
radioaktif sama banyak dengan sel kelenjar normal.
 Hot nodule, disebut juga hyperfunctioning nodule, merupakan nodul yang
menangkao iodium radioaktif lebih banyak dibandingkan dengan sel kelenjar
normal.

Pada kebanyakan kasusnya, nodul tiroid yang menjalani pemeriksaan tiroid scan
menunjukkan hasil cold nodule, dengan 5-15% dari nodul-nodul ini merupakan
keganasan.25 Pemeriksaan ini dapat membantu menegakkan diagnosis pada nodul yang
belum dapat ditegakkan jenisnya secara histopatologi. Hyperfunctional nodule hampir
selalu bersifat jinak sehingga dapat diatasi dengan terapi ablasi radioaktif atau
pembedahan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 27
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

Thyroid Nodule Task Force of the American Association of Clinical Endocrinologists


and the American College of Endocrinology 1996 Diagnostic Algorthm

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 28
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

vi. Terapi
Jenis-jenis pembedahan tiroid:4

Jenis Contoh Indikasi


Biopsi insisi Struma difus pradiagnosis

Biosi eksisi Tumor (nodul) terbatas pradiagnosis

Tiroidektomi Hipertiroid (Graves)

Subtotal Struma nodosa benigna

Hemitiroidektomi
Kelainan unilateral (adenoma)
(istmolobektomi)

Tiroidektomi total Keganasan terbatas tanpa kelainan kelenjar limf

Keganasan tiroid dengan kemungkinan metastasis ke


Tiroidektomi radikal
kelenjar limf regional

Berikut merupakan indikasi tindakan bedah struma nontoksik:4

 Kosmetik (tiroidektomi subtotal)


 Eksisi nodulus tungga (yang mungkin ganas)
 Struma multinodular yang berat
 Struma yang menyebabkan kompresi laring atau struktur leher lain
 Struma retrosternal yang menyebabkan kompresi trakea atau struktur lain

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 29
2. Karsinoma Tiroid

i. Epidemiologi 26-32
Karsinoma tiroid termasuk kanker kelenjar endokrin terbanyak jumlahnya yang
menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan terbanyak. Sebanyak 3-5% dari semua
tumor kelenjar tiroid bersifat maligna. Angka insidensi tahunan kanker tiroid bervariasi
di seluruh dunia, yaitu dari 0.5-10/ 100.000 populasi. Insidensinya lebih tinggi di
negara-negara dengan struma endemik. Insiden karsinoma tiroid diIndonesia belum
diketahui hingga sekarang, karena belum adanya pendataan keganasan yang terpadu. Di
Amerika Serikat insiden karsinoma tiroid pada tahun 1970 adalah 5.5/100.000 pada
wanita dan 2.4/100.000 pada laki-laki.

Karsinoma tiroid didapat pada segala usia dengan puncaknya terjadi pada golongan usia
7-20 tahun dan golongan usia 40-60 tahun. Berdasarkan usia penderita, karsinoma tiroid
terjadi sekitar 1.5% dari semua karsinoma dewasa dan 3% dari semua karsinoma anak.
Menurut distribusi umur, kasus-kasus di RSCM Jakarta tersering berkisar pada
golongan usia 40-60 tahun (1984). Berdasarkan jenis histopatologi, sebarannya adalah
karsinoma tiroid jenis papilar (71.4%); karsinoma tiroid jenis folikular (16.7%);
karsinoma tiroid jenis anaplastik (8.4%); dan karsinoma tiroid jenis medular (1.4%).

Di Amerika serikat sekitar 80% dari semua karsinoma tiroid adalah karsinoma tiroid
papilar. Dari semua insiden yang muncul dari tahun 1935 (1.3 per 100.000 wanita dan
0.2 per 100.000 laki-laki) hingga tahun 1991 (5.8 per 100.000 wanita dan 2.5 per
100.000 laki-laki.

ii. Jenis-jenis Karsinoma Tiroid


Karsinoma tiroid termasuk kelompok penyakit keganasan dengan prognosis baik.
Karsinoma tiroid berdasarkan histologinya dibagi menjadi:

 Karsinoma papiler

Adalah jenis keganasan tiroid berdifferensiasi baik yang paling sering ditemukan
(McKenzie 57%, Ramli M. dkk 48%, Tjindarbumi dkk 52%). Sebagian besar disertai
pembesaran kelenjar getah bening regional. Massa yang teraba umumnya tumbuh
lambat hingga bertahun-tahun. Keganasan ini memiliki prognosis paling baik di antara
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

semua keganasan tiroid, dengan pengobatan yang adekuat dapat dicapai ketahanan
hidup sampai 20 tahun atau lebih. Karsinoma papiler mempunyai insiden puncak pada
usia dekade ke 3-4. Karsinoma jenis ini dijumpai tiga kali lebih sering pada wanita
dibanding laki-laki, dan 60-70% dari kanker tiroid dijumpai pada orang dewasa adalah
jenis ini dan 70% dari kanker tiroid yang dijumpai pada anak-anak.

Nodul tiroid pada tipe ini ditemukan pada leher bagian depan sehingga dapat dipalpasi
dengan mudah, dimana nodul akan ikut bergerak ketika menelan. Pada stadium lanjut
dimana nodul telah menginfiltrasi jaringan sekitar, tumor dapat menjadi terfiksasi. Hal
ini menjadi indicator bahwa nodul sudah tidak dapat diangkat. Gambaran
histopatologisnya menunjukkan struktur papiler dari sel-sel ganas yang uniform baik
ukuran maupun inti, dengan terkadan disertai psamoma bodies. Metastasis terutama
terjadi melalui sistem limfatik, dengan organ target utama yaitu sternum dan paru-paru.

 Adenokarsinoma folikuler

Jenis ini merupakan golongan terbanyak ke dua setelah papiler (25%) namun lebih
ganas dari tipe papiler. Jenis keganasan ini dapat mengenai semua umur namun lebih
sering pada wanita setengah baya. Nodul soliter yang besar seringkali ditemukan pada
tulang klavikula atau humerus yang merupakan tumor metastasis, dimana nodul
utamanya sering tidak ditemukan karena kecil dan tidak bergejala. Gambaran
histopatologi memperlihatkan struktur sel tiroid yang merupakan folikel-folikel.
Metastasis utama adalah secara hematogen, yang melibatkan paru-paru, tulang, dan
hepar. Kemungkinan jenis ini bertransformasi ke bentuk anaplastik dua kali lipat lebih
besar dari tipe papiler.

 Karsinoma anaplastik

Adalah bentuk yang paling ganas dengan perjalanan penyakit yang sangat cepat dan
berakibat fatal. Dalam hitungan minggu keganasan ini dapat menunjukkan gejala
penekanan pada struktur sekitar misalnya nyeri pada telinga dan suara menjadi serak
akibat infiltrasi ke nervus recurrens. Biasanya penderita datang dengan keadaan yang
sudah parah sehingga prognosisnya buruk. Namun kejadiannya jarang dan lebih sering
terjadi pada usia tua dan lebih banyak pada wanita. Gambaran histopatologis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 31
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

menunjukkan sel-sel yang anaplastik, terdiri dari anaplastic spindle cell, gambaran


mitosis, ukuran bentuk dan inti yang sangat variatif. Metastasis terjadi melalui sistem
limfatik, dengan penderita kebanyakan meninggal dalam kurun waktu 6 bulan - 1 tahun
pascadiagnosis.

 Karsinoma meduler

Meliputi 5-10% dari keganasan tiroid, yang berasal dari sel parafolikuler yang
memproduksi tirokalsitonin. Tumor maligna ini juga dapat menghasilkan
carcinoembryonic antigen. Kasusnya sering ditemukan pada usia tua (50-60
tahun). Keganasan ini juga dikenal dengan apudoma, karena sel parafolikuler berfungsi
sebagai APUD (Amine Precursor Uptake and Decarboxylation cell) atau sebagai
karsinoma sodium karena nodulnya sangat keras seperti batu. Sering didapatkan
bersama kelainan hormonal yang lain seperti adenoma paratiroid dan pheokromositoma.
Tipe ini bersifat familial dan herediter dengan metastasis terjadi melalui system
limfatik.

iii. Etiologi
Etiologi yang pasti belum diketahui, namun telah dikemukakan 3 teori yang mungkin
menjadi penyebab karsinoma tiroid:

1. Intake Iodium yang rendah. Hal ini menyebabkan produksi hormon tiroid yang
lebih rendah yang dapat memicu peningkatan produksi thyroid stimulating
hormone (TSH) yang mengakibatkan stimulasi yang berlebihan dari folikel
tiroid yang menyebabkan timbulnya penyakit nodular tiroid dan mungkin
merangsang perubahan ke arah keganasan pada sel folikuler.
2. Radiasi ion pada daerah leher terutama pada anak-anak yang pernah mendapat
terapi radiasi dan atau kontak lama dengan zat radioaktif pada leher dan
mediastinum.
3. Faktor genetik.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 32
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

iv. Faktor Resiko


Berikut merupakan faktor-faktor resiko karsinoma tiroid: 21

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 33
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

v. Klasifikasi

Tx Tumor primer tidak dapat dinilai


T0 Tidak didapat tumor primer

T1 Tumor dengan ukuran ≤ 2 cm, masih terbatas pada tiroid

T2 Tumor dengan ukuran 2-4 cm, masih terbatas pada tiroid

T3 Tumor dengan ukuran terbesar > 4 cm, masih terbatas pada tiroid atau

tumor dengan ukuran berapa saja dengan ekstensi ekstratiroid minimal

(misalnya ke m.sternocleidomastoideus atau jaringan lunak paratiroid)

Tumor telah berekstensi keluar kapsul dan menginvasi ke tempat-

T4 tempat berikut: jaringan subkutan, laring, trakea, esophagus, n.

laryngeus recurrens.

Nx Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai


N0 Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening

N1 Terdapat metastasis kelenjar getah bening

N1a Metastasis kelenjar getah bening servikal VI (pretaracheal, paratracheal, prelaryngeal dan
delphian)

N1
Metastasis pada kelenjar getah bening servikal unilateral, bilateral,
b
ataukontralateral atau ke kelnjar getah bening mediastinal atas.

Mx Metastasis tidak dapat dinilai


M0 Tidak terdapat metastasis

M1 Terdapat metastasis jauh

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 34
vi. Manifestasi Klinis
Gejala karsinoma tiroid adalah sebagai berikut:

1. Kista bisa cepat membesar, nodul jinak perlahan, sedang nodul ganas agak cepat,
dan nodul anaplastik cepat sekali (dihitung dalam minggu), tanpa nyeri.
2. Merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher, seperti gangguan menelan
yang menunjukkan adanya desakan esophagus, atau perasaan sesak yang
menunjukkan adanya desakan/infiltrasi ke trakea.
3. Pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher (mungkin metastasis)
4. Penonjolan/kelainan pada tulang tempurung kepala (metastasis di tengkorak)
5. Perasaan sesak dan batuk-batuk yang disertai dahak berdarah (metastasis di paru-
paru bagi jenis folikuler).

Dari pemeriksaan fisik didapatkan:

1. Nodul soliter pada tiroid kemungkinan ganasnya 15-20%, sedang nodul multiple
mempunyai kemungkinan 5%. Kadang-kadang nodul soliter yang ganas lama-
lama dapat berubah menjadi bernodul-nodul. Pembesaran difus mungkin
merupakan suatu tirotoksikosis.
2. Pemeriksaan pada tempat-tempat kemungkinan terdapatnya penyebaran tumor
(pembesaran kelenjar getah bening dan organ-organ). Metastasis jauh karsinoma
tiroid ialah paru-paru, tulang (pelvis, vertebra, sternum, tengkorak dan humerus),
hati, ginjal, dan otak. Bagian tulang yang terkena ialah yang spongiosa dan kaya
vaskularisasi.

vii. Tatalaksana
1. Pembedahan (Surgical)

Pengobatan pilihan dari karsinoma tiroid adalah pembedahan. Jenis pembedahan


ditentukan oleh ekstensi dari tumor. Dari indikasi pembedahan dapat dipilih jenis
pembedahan dari kelenjar gondok yang bersangkutan. Bila diagnosis kemungkinan telah
ditegakkan dan operable, operasi yang dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologik
(Kaplan), atau lobektomi subtotal dengan risiko bila ganas kemungkinan ada sel-sel
karsinoma yang tertinggal. Pembedahan umumnya berupa tiroidektomi total. Enukleasi
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

nodulnya saja adalah berbahaya karena bila ternyata nodul tersebut ganas, telah terjadi
penyebaran (implantasi) sel-sel tumor dan operasi ulang untuk tiroidektomi secara
teknis akan menjadi lebih sukar. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan sediaan beku dan
ada persangkaan keganasan, pemeriksaan preparat sediaan beku dilakukan dengan
potongan-potongan ke beberapa arah. Bila hasilnya jinak, lobektomi tersebut sudah
cukup. Bila ganas, lobus kontra lateral diangkat seluruhnya (tiroidektomi totalis) dan
untuk kelangsungan hidup penderita selanjutnya, dilakukan terapi hormonal sebagai
terapi lanjutan. Dapat pula dilakukan near total thyroidectomy. Bila dari hasil
pemeriksaan kelenjar getah bening dicurigai adanya metastasis, dilakukan diseksi
radikal kelenjar getah bening pada sisi yang bersangkutan. Komplikasi-komplikasi
operasi antara lain terputusnya nervus laringeus rekurens dan cabang eksterna dari
nervus laringeus superior, hipoparatiroidisme, dan ruptur esophagus.

2. Non pembedahan

Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobus kontralateral,
dilakukan:

a. Radiasi interna dengan I(131)

Hanya tumor berdifferensiasi baik yang mempunyai afinitas terhadap I(131) terutama
yang folikuler. Radiasi interna dilakukan dengan syarat jaringan tiroid normal yang
afinitasnya lebih besar harus dihilangkan dulu dengan operasi atau ablasio dengan
pemberian I(131) dosis yang yang lebih tinggi sehingga jaringan tiroid normal rusak
semua, baru sisa I(131) bisa merusak jaringan tumor.

b. Kemoterapi

Cara ini masih dalam penyelidikan. Cara baru ini mendapat tempat bila cara yang lain
sudah mengalami kegagalan. Sitostatika yang dipakai adalah vincristin, adriablastin,
ciosplatinum. Hasilnya belum memuaskan.

c. Hormonal

Digunakan sebagai terapi suplemen/supresi terutama untuk tipe papiler atau campuran
papiler-folikuler, juga untuk mengobati hipotiroidisme pada tipe yang lain. Prinsip cara

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 36
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

pengobatan ini adalah menekan stimulasi dari hormon TSH yang dapat merangsang
sekresi hormon sel kelenjar gondok tiroksin yang pada gilirannya dapat merangsang
pertumbuhan karsinoma yang ada pada kelenjar tiroid.

Preparat yang digunakan adalah triyodotironin atau tiroksin. Crile mengatakan bahwa
pemberian dessicated thyroid dapat mengontrol pertumbuhan karsinoma papiler. Jika
hasil pemeriksaan potong beku menunjukkan kista folikuler tiroid maka lobus tiroid
yang bersangkutan diangkat seluruhnya bersama dengan sinus tiroid.

5 year survival rate adenokarsinomaa tiroid


Tipe adenokarsinoma Persentase
Papiler 80-90%

Folikuler 50-70%

Meduler 30-40%

Anaplastik < 5%

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 37
DAFTAR PUSTAKA

1. Roseman BJ & Clark OH. Neck Mass. In LR Kaiser & WH Pearce. ACS surgery:
Principles and practice. : BC Decker Inc; 2008. pp.1-13.
2. Schwetschenau E, Kelley DJ. The Adult Neck Mass. Am Fam Physician 2002;
66(5):831-8.
3. Welker MJ, Orlov D. Thyroid Nodules. Am Fam Physician 2003; 67(3):559-66.
4. Sjamsuhidajat R & De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2012.
5. Werner & Ingbar’s THE THYROID A fundamental and clinical text. 8 th edition. Eds:
Braverman, Utiger Lipincott Williams & Wilkins., 2000.
6. Monaco F. CLINICAL PERSPECTIVE Classification of Thyroid Diseases: Suggestions
for a Revision. J Clin Endocrinol Metab 2003; 88(4):1428-32.
7. Cunningham’s Manual of Practical Anatomy, Thirteenth edition, volume III. Head
and Neck and Brain. London, Oxford University Press, 1967, Page 109-112.
8. Harold H. Lindner, MD, A Lange Medical Book Clinical Anatomy, Appleton &
Lange, Connenticut, 1989. Page 132-138.
9. John B. Christensen, Ira R, Telford, Fifth edition, J.B. Lippincott Company, 1988,
Washington DC. Page 316-318.
10. N.C.Chakrabarty, D. Chakrabarty, Fundamentals of Human Anatomy, New
Central Book Agency (P) LTD, Calcutta, 1997. Page 162-167.
11. Richard S. Snell, MD, PhD, Clinical Anatomy for Medical Students, Fifth edition,
New York. Page 652-653, 796.
12. Sabiston DC. Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian 1. Cetakan ke-2. Jakarta: EGC; 1995.
Hal. 415-429.
13. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip Prinsip Ilmu Bedah. Edisi ke-6. Jakarta:
EGC; 2000. Hal. 535-45.
14. Grace PA, Borley NR. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga; 2007.
Hal. 132-35.
15. Reksoprodjo S, Pusponegoro AD, Kartono D et al. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah
Bagian Bedah Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta:
Binarupa Aksara; 1995. Hal. 366-76.
16. Henry MM, Thompson JN. Principles of Surgery. 2 nd edition. Elseviers Saunders;
2005. Page 567.
17. Mazzaferri EL. Thyroid cancer in thyroid nodules: finding a needle in the haystack.
Am J Med 1992; 93:359-62.
18. Tan GH, Gharib H. Thyroid incidentalomas: management approaches to
nonpalpable nodules discovered incidentally on thyroid imaging. Ann Intern Med
1997;126:226-31.
19. Brander A, Viikinkoski P, Nickels J, Kivisaari L. Thyroid gland: US screening in a
random adult population. Radiology 1991;181:683-7.
20. Cancer facts & figures 2001. Atlanta: American Cancer Society, 2001.
21. Mazzaferri EL. Management of a solitary thyroid nodule. N Engl J Med
1993;328:553-9.
Laporan Kasus Bedah Struma Multinoduler

22. Feld S. AACE clinical practice guidelines for the diagnosis and management of
thyroid nodules. Thyroid Nodule Task Force. Endocr Pract 1996;2: 78-84.
23. Gharib H, Goellner JR. Fine-needle aspiration biopsy of the thyroid: an appraisal.
Ann Intern Med 1993;118:282-9.
24. Castro MR, Gharib H. Thyroid nodules and cancer. When to wait and watch,
when to refer. Postgrad Med 2000;107:113-6, 119-20, 123-4.
25. Giuffrida D, Gharib H. Controversies in the management of cold, hot, and occult
thyroid nodules. Am J Med 1995;99:642-50.
26. Lukitto, P dkk. 2004. Protokol PERABOI 2003. Protokol Penatalaksanaan Kanker
Tiroid. Hal 18-32. Editor: Albar,ZA dkk; Bandung; PERABOI.
27. Mansjoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Karsinoma Tiroid. Hal 287-
292. Editor: Mansjoer A; Jakarta; Media Aesculapius.
28. Manuaha, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Sistem Endokrin. Hal 691-694.
Editor: Sjamsuhidajat, de Jong W; Jakarta; EGC.
29. Price Sylvia A. et al. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC: Edisi
4 (1995).
30. Powell JG, Hay ID, 2003. Surgery of the Thyroid and Parathyroid Glands. Editor:
Randolph, GW;Philadelphia; WB Saunders.
31. Tjindarbumi, 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Karsinoma Tiroid. Hal 366-376.
Editor: Reksoprodjo, S; Jakarta; Binarupa Aksara.
32. Snell, Richard S. Anatomi Klinik Bagian 3. Hal 36-37. Jakarta; EGC.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumkital Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Periode 8 Juli – 13 September 2013 Page 39

Anda mungkin juga menyukai