Anda di halaman 1dari 15

1

Mengenal Pedoman Good Corporate Governance di Indonesia


Oleh:
Mahifal, SH., MH.

ABTRAKSI

Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu model pengelolaan yang
mengedepankan kemajuan dan kesinambungan perusahaan secara terpadu dan menyeluruh.
Tiga pilar penting dalam konsep GCG ini diantaranya, yaitu (i) negara dan perangkatnya
sebagai regulator, (ii) dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan (iii) masyarakat sebagai pengguna
produk dan jasa dunia usaha. Artinya bahwa dalam pengelolaan perusahaan yang terpadu dan
berkelanjutan, perusahaan tidak bisa sendiri, karena terdapat dua peran lain yang diperankan
oleh pihak eksternal perusahaan yang harus ditaati dan dilayani agar kepuasan kedua pihak
tersebut dapat memberikan jaminan bagi keberlangsungan perusahaan di masa mendatang.

TARIF, merupakan asas-asas GCG yang sangat krusial harus menjadi landasan tata kelola
perusahaan yang baik. Asas-asas tersebut diantaranya yaitu (i) transparansi (transfarency), (ii)
akuntabilitas (accountability), (iii) responsibilitas (responsibility), (iv) independensi
(independency) serta (v) kewajaran dan kesetaraan (fairness) diperlukan untuk mencapai
kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku
kepentingan (stakeholders). Dan, untuk menjalankan tata kelola perusahaan yang baik, maka
perusahaan sebaiknya menyusun pedoman pelaksanaan GCG dengan muatan sebagai berikut :
(i) visi, misi dan nilai-nilai perusahaan; (ii) kedudukan dan fungsi RUPS, Dewan Komisaris,
Direksi, komite penunjang Dewan Komisaris, dan pengawasan internal; (iii) kebijakan untuk
memastikan terlaksananya fungsi setiap organ perusahaan secara efektif; (iv) kebijakan untuk
memastikan terlaksananya akuntabilitas, pengendalian internal yang efektif dan pelaporan
keuangan yang benar; (v) pedoman perilaku yang didasarkan pada nilai-nilai perusahaan dan
etika bisnis; (vi) sarana pengungkapan informasi untuk pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya; dan (vii) kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan dalam
rangka memenuhi prinsip GCG.

Selanjutnya, agar pelaksanaan GCG dapat berjalan efektif, maka diperlukan proses
keikutsertaan semua pihak dalam perusahaan melalui tahapan sebagai berikut: (i) membangun
pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan GCG oleh semua anggota Direksi
dan Dewan Komisaris, serta Pemegang Saham Pengendali, dan semua karyawan; (ii) elakukan
kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan GCG dan tindakan
korektif yang diperlukan; (iii) menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG perusahaan;
(iv) melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk rasa memiliki dari semua
pihak dalam perusahaan, serta pemahaman atas pelaksanaan pedoman GCG dalam kegiatan
sehari-hari; dan (v) melakukan penilaian sendiri atau dengan menggunakan jasa pihak eksternal
yang independen untuk memastikan penerapan GCG secara berkesinambungan. Hasil penilaian
tersebut diungkapkan dalam laporan tahunan dan dilaporkan dalam RUPS tahunan.

Kata kunci : GCG, pilar, asas, muatan

ABSTACTION

Good Corporate Governance (GCG) represents one of the management model placing forward
progress and company continuity inwroughtly and totally. Three important pillar in this

Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=1677808


2

concept GCG among others, that is (i) state and its peripheral as regulator, (ii) corporate world
as market perpetrator, and (iii) society as consumer of product and corporate world service. Its
meaning that in inwrought company management and have continuation, it cannot be
conducted by the company itself, because there are two other role, which is played the part of
parties of eksternal company which must be adhered and served, so that satisfaction of the
parties can give the guarantee to taking place company in period to come.

TARIF, representing very ground and krusial value of GCG that have to become the base
arrange the good corporate governance. The ground among others that is (i) transparency, (ii)
accountability, (iii) responsibility, (iv) independency and also (v) equity and equivalence
(fairness) needed to reach the continuity of effort (sustainability) of company by paying
attention stakeholders. And, to run arrange the good company management, hence company
better compile the guidance of execution GCG with the the following payload : (i) vision,
mission and company values; (ii) domicile and function RUPS, Board Of Comisioner, Board of
directors, committee of Board Of Comisioner supporter, and internal observation; (iii) policy to
ascertain executing of function of each;every company organ effectively; (iv) policy to
ascertain executing of akuntabilitas, effective internal operation and real correct financial
reporting; (v) of behavior guidance which is relied by values of company and business ethics;
(vi) of medium of information expression for the stockholder of other and pemangku
importance; and (vii) of completion policy of various company regulation in order to fulfilling
principle GCG.

Hereinafter, to be effective ambulatory execution GCG, hence needed process that taking part
in all parties in company through the following step: (i) develop; build the understanding,
caring and komitmen to execute the GCG by all member of Board of directors and Board Of
Comisioner, and also Controller Stockholder, and all employees; (ii) study to condition of
company that related to execution of needed corectional GCG action and; (iii) compile the
program and guidance of execution of GCG company; ( iv) conducting internalization of
execution GCG, so that formed sense of belonging from all parties in company, and also
understanding to the execution of guidance GCG in everyday activity; and (v) conducting the
assessment by company itself or by using other party of service independent eksternal to
ascertain the applying GCG chronically. Result of the assessment laid open in annual report
and reported in annual RUPS.

Key Words: GCG, pillar, ground, payload

APA ITU PEDOMAN GCG ?

Komite Nasional Kebijakan Governance atau disingkat KNKG (2006) 1 mencatat bahwa
pada tahun 1999, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang
dibentuk berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 telah
mengeluarkan Pedoman Good Corporate Governance (GCG) yang pertama. Pedoman
tersebut telah beberapa kali disempurnakan, terakhir pada tahun 2001. Berdasarkan
pemikiran bahwa suatu sektor ekonomi tertentu cenderung memiliki karakteristik yang
sama, maka pada awal tahun 2004 dikeluarkan Pedoman GCG Perbankan Indonesia dan
pada awal tahun 2006 dikeluarkan Pedoman GCG Perasuransian Indonesia.

1
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Pedoman Umum Good Corporate Governance
Indonesia, (Jakarta : Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006), hal 1.

Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=1677808


3

Sejak Pedoman GCG dikeluarkan pada tahun 1999 dan selama proses pembahasan
pedoman GCG sektor perbankan dan sektor perasuransian, telah terjadi perubahan-
perubahan yang mendasar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Walaupun peringkat
penerapan GCG di dalam negeri masih sangat rendah, namun semangat menerapkan GCG
di kalangan dunia usaha dirasakan ada peningkatan. Perkembangan lain yang penting dalam
kaitan dengan perlunya penyempurnaan Pedoman GCG adalah adanya krisis ekonomi dan
moneter pada tahun 1997-1999 yang di Indonesia berkembang menjadi krisis multidimensi
yang berkepanjangan. Krisis tersebut antara lain terjadi karena banyak perusahaan yang
belum menerapkan GCG secara konsisten, khususnya belum diterapkannya etika bisnis.
Oleh karena itu, etika bisnis dan pedoman perilaku menjadi hal penting yang dituangkan
dalam bab tersendiri.2

KNKG (2006) 3 juga mencatat bahwa di luar negeri terjadi pula perkembangan dalam
penerapan GCG. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) telah
merevisi Principles of Corporate Governance pada tahun 2004. Tambahan penting dalam
pedoman baru OECD adalah adanya penegasan tentang perlunya penciptaan kondisi oleh
Pemerintah dan masyarakat untuk dapat dilaksanakannya GCG secara efektif. Peristiwa
WorldCom dan Enron di Amerika Serikat telah menambah keyakinan tentang betapa
pentingnya penerapan GCG. Di Amerika Serikat, peristiwa tersebut ditanggapi dengan
perubahan fundamental peraturan perundang-undangan di bidang audit dan pasar modal. Di
negara-negara lain, hal tersebut ditanggapi secara berbeda, antara lain dalam bentuk
penyempurnaan pedoman GCG di negara yang bersangkutan.

Fenomena pelaksanaan GCG tersebut kemudian memberikan stimulans kepada Pemerintah


Indonesia untuk semakin menyadari perlunya penerapan good governance di sektor publik,
mengingat pelaksanaan GCG oleh dunia usaha tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa
adanya good public governance dan partisipasi masyarakat. 4 Pemerintah dengan latar
belakang perkembangan dan fenomena pelaksanaan GCG tersebut, pada bulan November
2004 kemudian menyetujui pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG), dengan Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor:
KEP/49/M.EKON/11/2004 yang terdiri atas Sub-Komite Publik dan Sub-Komite
Korporasi. Dengan telah dibentuknya KNKG. Dengan demikian Keputusan Menko Ekuin
Nomor: KEP.31/M.EKUIN/06/2000 yang juga mencabut keputusan No.
KEP.10/M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan KNKCG dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia atau disingkat Pedoman GCG
merupakan acuan bagi perusahaan untuk melaksanakan GCG dalam rangka : (i)
Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan
pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan
kesetaraan; (ii) Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ

2
Ibid.
3
Ibid.
4
Ibid.
4

perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham; (iii)
Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar dalam
membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi
dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; (iv) Mendorong timbulnya
kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian
lingkungan terutama di sekitar perusahaan; (v) Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi
pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya; serta (vi)
Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga
meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan
ekonomi nasional yang berkesinambungan. 5

PRINSIP DAN PERANAN TIGA PILAR GCG

KNKG (2006) 6 menegaskan bahwa Pedoman GCG dikeluarkan bagi semua perusahaan di
Indonesia termasuk perusahaan yang beroperasi atas dasar prinsip syariah. Pedoman GCG
memuat prinsip dasar dan pedoman pokok pelaksanaan GCG dan merupakan standar
minimal yang akan ditindaklanjuti dan dirinci dalam Pedoman Sektoral yang dikeluarkan
oleh KNKG. Berdasarkan pedoman tersebut, masing-masing perusahaan perlu membuat
manual yang lebih operasional.

Lebih lanjut KNKG (2006) 7 menegaskan bahwa perusahaan yang sahamnya telah tercatat
di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan
mengelola dana masyarakat, dan perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh
masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian
lingkungan, diharapkan menjadi pelopor dalam penerapan Pedoman GCG. Regulator juga
diharapkan dapat menggunakan Pedoman GCG sebagai acuan dalam menyusun peraturan
terkait serta sanksi yang perlu dikenakan.

Pedoman GCG juga memberikan acuan penciptaan situasi kondusif untuk melaksanakan
good corporate governance. Dalam konteks ini, terdapat tiga pilar yang saling
berhubungan, yaitu (i) negara dan perangkatnya sebagai regulator, (ii) dunia usaha sebagai
pelaku pasar, dan (iii) masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha.
Gambaran interaksi tiga pilar GCG selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.

5
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Op.Cit., hal 2.
6
Ibid.
7
Ibid.
5

Gambar 1.
Tiga Pilar Good Corporate Governance (GCG) 8

Prinsip Dasar Tiga Pilar GCG

KNKG (2006)9 menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-
masing pilar. Prinsip dasar Negara dan perangkatnya adalah menciptakan peraturan
perundang-undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan,
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten
(consistent law enforcement).

Prinsip dasar dunia usaha sebagai pelaku pasar adalah menerapkan GCG sebagai pedoman
dasar pelaksanaan usaha. Sedangkan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia
usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, mempunyai prinsip
dasar untuk menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social control) secara
obyektif dan bertanggung jawab.

Peranan Tiga Pilar GCG

Peranan tiga pilar GCG secara garis besar merupakan penjabaran dari prinsip-prinsip dasar
masing-masing pilar. 10 Masing-masing pilar mempunyai peranan yang sangat signifikan
dalam mengawal segenap proses dan implementasi penerapan GCG. Interaksi peranan
antar pilar GCG digambarkan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.

8
Dimodifikasi dari Bappenas, Penerapan Tata Kepemerintahan Yang Baik : Good Public
Governance in Brief, (Jakarta: Sekretariat Pengembangan Kebijakan Nasional Tata Kepemerintahan yang
Baik BAPPENAS, 2005), hal 1.
9
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Op.Cit., hal 2.
10
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Op.Cit., hal 3-4.
6

Gambar 2.
Interaksi Peranan Antar Pilar Good Corporate Governance (GCG) 11

Peranan Negara

Negara dalam hal ini berdasarkan prinsip dasar yang melekat kepadanya mempunyai
beberapa peranan sebagai berikut : 12

a) Melakukan koordinasi secara efektif antar penyelenggara negara dalam penyusunan


peraturan perundang-undangan berdasarkan sistem hukum nasional dengan
memprioritaskan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan dunia usaha dan
masyarakat. Untuk itu regulator harus memahami perkembangan bisnis yang terjadi
untuk dapat melakukan penyempurnaan atas peraturan perundangundangan secara
berkelanjutan.
b) Mengikutsertakan dunia usaha dan masyarakat secara bertanggungjawab dalam
penyusunan peraturan perundang-undangan (rule-making rules).
c) Menciptakan sistem politik yang sehat dengan penyelenggara negara yang memiliki
integritas dan profesionalitas yang tinggi.
d) Melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten.
e) Mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
f) Mengatur kewenangan dan koordinasi antar-instansi yang jelas untuk meningkatkan
pelayanan masyarakat dengan integritas yang tinggi dan mata rantai yang singkat serta
11
Dimodifikasi dari Bappenas, Op.Cit, hal 13.
12
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Op.Cit., hal 3-4.
7

akurat dalam rangka mendukung terciptanya iklim usaha yang sehat, efisien dan
transparan.
g) Memberlakukan peraturan perundang-undangan untuk melindungi saksi dan pelapor
(whistleblower) yang memberikan informasi mengenai suatu kasus yang terjadi pada
perusahaan. Pemberi informasi dapat berasal dari manajemen, karyawan perusahaan
atau pihak lain.
h) Mengeluarkan peraturan untuk menunjang pelaksanaan GCG dalam bentuk ketentuan
yang dapat menciptakan iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan.
i) Melaksanakan hak dan kewajiban yang sama dengan pemegang saham lainnya dalam
hal Negara juga sebagai pemegang saham perusahaan.

Peranan Dunia Usaha

Peranan dunia usaha berdasarkan Pedoman GCG diantaranya adalah sebagai berikut : 13

a) Menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat terwujud iklim usaha yang
sehat, efisien dan transparan.
b) Bersikap dan berperilaku yang memperlihatkan kepatuhan dunia usaha dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan.
c) Mencegah terjadinya KKN.
d) Meningkatkan kualitas struktur pengelolaan dan pola kerja perusahaan yang didasarkan
pada asas GCG secara berkesinambungan.
e) Melaksanakan fungsi ombudsman untuk dapat menampung informasi tentang
penyimpangan yang terjadi pada perusahaan. Fungsi ombudsman dapat dilaksanakan
bersama pada suatu kelompok usaha atau sektor ekonomi tertentu.

Peranan Masyarakat

Beberapa peranan masyarakat menurut Pedoman GCG adalah sebagai berikut : 14

a) Melakukan kontrol sosial dengan memberikan perhatian dan kepedulian terhadap


pelayanan masyarakat yang dilakukan penyelenggara negara serta terhadap kegiatan
dan produk atau jasa yang dihasilkan oleh dunia usaha, melalui penyampaian pendapat
secara obyektif dan bertanggung jawab.
b) Melakukan komunikasi dengan penyelenggara negara dan dunia usaha dalam
mengekspresikan pendapat dan keberatan masyarakat.
c) Mematuhi peraturan perundang-undangan dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab.

13
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Op.Cit., hal 4.
14
Ibid.
8

ASAS GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

KNKG (2006) 15 menegaskan bahwa setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG
diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas-asas GCG
diantaranya yaitu (i) transparansi, (ii) akuntabilitas, (iii) responsibilitas, (iv) independensi
serta (v) kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha
(sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).
Gambaran lima sisi asas GCG selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3.
Lima Asas Good Corporate Governance (GCG)

Asas Transparansi (Transparency)

Prinsip dasar asas transparansi (transparency) adalah untuk menjaga obyektivitas dalam
menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan
dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan
harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan
oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. 16 Lebih
lanjut KNKG (2006) menyebutkan beberapa hal sebagai berikut : 17

1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat
dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai
dengan haknya.

15
Ibid.
16
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Op.Cit., hal 5.
17
Ibid.
9

2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi,
sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi
pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan
perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian
internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting
yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.
3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk
memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada
pemangku kepentingan.

Asas Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip dasar asas akuntabilitas (accountability) adalah bahwa perusahaan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan
harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan
tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.
Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan. 18 Dalam konteks ini KNKG (2006) 19 menyebutkan beberapa hal
sebagai berikut :

1) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ
perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai
perusahaan (corporate values), dan strategi perusahaan.
2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan
mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam
pelaksanaan GCG.
3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam
pengelolaan perusahaan.
4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang
konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan
sanksi (reward and punishment system).
5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua
karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct)
yang telah disepakati.

Asas Responsibilitas (Responsibility)

Prinsip dasar asas responsibilitas (responsibility) adalah bahwa perusahaan harus


mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap

18
Ibid.
19
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Op.Cit., hal 6.
10

masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka
panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. 20 Dan dalam konteks
ini KNKG (2006) 21 menegaskan beberapa hal sebagai berikut bahwa :

1) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan


kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan
perusahaan (by-laws).
2) Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan
membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

Asas Independensi (Independency)

Prinsip dasar asas independensi (independency) adalah untuk melancarkan pelaksanaan


asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.22 Dan
KNKG (2006) dalam konteks ini menekankan bahwa 23:

1) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak


manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan
(conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara obyektif.
2) Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai
dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi
dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.

Asas Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Prinsip dasar asas kewajaran dan kesetaraan (fairness) adalah bahwa dalam
melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan. 24 Dan dalam konteks ini KNKG (2006) menegaskan hal-hal sebagai berikut
bahwa : 25

1) Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk


memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta
membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup
kedudukan masing-masing.

20
Ibid.
21
Ibid.
22
Ibid.
23
Ibid.
24
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Op.Cit., hal 7.
25
Ibid.
11

2) Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku
kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.
3) Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan,
berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku,
agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.

ETIKA BISNIS DAN PEDOMAN PERILAKU

Prinsip Dasar

Pelaksanaan GCG dalam jangka panjang perlu didukung bukan hanya oleh perangkat keras
belaka, tetapi yang paling penting harus didukung oleh perilaku bisnis yang baik dan sesuai
dengan etika dan norma-norma bisnis yang baik. Dalam konteks ini pelaksanaan GCG
perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pedoman perilaku
yang dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan
nilai-nilai (values) dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan. 26
Prinsip-prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah: 27

1) Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan yang menggambarkan sikap


moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.
2) Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan harus
memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan semua
karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang berkesinambungan akan membentuk budaya
perusahaan yang merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.
3) Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan lebih
lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan.

Nilai-Nilai Perusahaan

KNKG (2006) menegaskan bahwa nilai-nilai perusahaan merupakan landasan moral


dalam mencapai visi dan misi perusahaan. Oleh karena itu, sebelum merumuskan nilai-nilai
perusahaan, perlu dirumuskan visi dan misi perusahaan. Walaupun nilai-nilai perusahaan
pada dasarnya universal, namun dalam merumuskannya perlu disesuaikan dengan sektor
usaha serta karakter dan letak geografis dari masing-masing perusahaan. Nilai-nilai
perusahaan yang universal antara lain adalah terpercaya, adil dan jujur. 28

Etika Bisnis

KNKG (2006) menyebutkan bahwa etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam
melaksanakan kegiatan usaha termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku kepentingan.

26
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Op.Cit., hal 8.
27
Ibid.
28
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Op.Cit., hal 8.
12

Penerapan nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis secara berkesinambungan mendukung


terciptanya budaya perusahaan. Setiap perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis
yang disepakati bersama dan dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku. 29

Pedoman Perilaku

Pedoman perilaku menurut KNKG (2006) merupakan penjabaran nilai-nilai perusahaan dan
etika bisnis dalam melaksanakan usaha sehingga dapat berfungsi menjadi panduan bagi
organ perusahaan dan semua karyawan preusan. Pedoman perilaku mencakup panduan
tentang benturan kepentingan, pemberian dan penerimaan hadiah dan donasi, kepatuhan
terhadap peraturan, kerahasiaan informasi, dan pelaporan terhadap perilaku yang tidak
etis.30

Organ Perusahaan

KNKG (2006) menyebutkan bahwa organ perusahaan, yang terdiri dari Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi, mempunyai peran penting dalam
pelaksanaan GCG secara efektif. Organ perusahaan harus menjalankan fungsinya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ mempunyai
independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya semata-mata untuk
kepentingan perusahaan. 31

Pernyataan tentang Penerapan Pedoman GCG

Menurut KNKG (2006), setiap perusahaan harus membuat pernyataan tentang kesesuaian
penerapan GCG dengan Pedoman GCG ini dalam laporan tahunannya. Pernyataan tersebut
harus disertai laporan tentang struktur dan mekanisme kerja organ perusahaan serta
informasi penting lain yang berkaitan dengan penerapan GCG. Dengan demikian,
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk regulator, dapat menilai
sejauh mana Pedoman GCG pada perusahaan tersebut telah diterapkan. 32

Lebih lanjut KNKG (2006) menegaskan beberapa hal berikut terkait dengan pernyataan
tentang penerapan GCG beserta laporannya : 33

a) Bahwa pernyataan tentang penerapan GCG beserta laporannya, merupakan bagian dari
laporan tahunan perusahaan. Pernyataan dan laporan tersebut dapat sekaligus
digunakan untuk memenuhi ketentuan pelaporan dari otoritas terkait.

29
Ibid.
30
Ibid.
31
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Op.Cit., hal 11.
32
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Op.Cit., hal 25.
33
Ibid.
13

b) Bahwa dalam hal belum seluruh aspek Pedoman GCG ini dapat dilaksanakan,
perusahaan harus mengungkapkan aspek yang belum dilaksanakan tersebut beserta
alasannya.
c) Bahwa perusahaan harus menyertakan laporan tentang struktur dan mekanisme kerja
organ perusahaan.
d) Bahwa perusahaan harus menyertakan informasi penting lainnya yang berkaitan dengan
penerapan GCG dan perlu diungkapkan dalam laporan penerapan GCG.

KNKG (2006) menyebutkan bahwa laporan tentang struktur dan mekanisme kerja organ
perusahaan meliputi: 34

a) Struktur dan mekanisme kerja Dewan Komisaris, yang antara lain mencakup:
1) Nama anggota Dewan Komisaris dengan menyebutkan statusnya yaitu Komisaris
Independen atau Komisaris bukan Independen;
2) Jumlah rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, serta jumlah kehadiran setiap
anggota Dewan Komisaris dalam rapat;
3) Mekanisme dan kriteria penilaian sendiri (self assessment) tentang kinerja masing-
masing para anggota Dewan Komisaris;
4) Penjelasan mengenai komite-komite penunjang Dewan Komisaris yang meliputi:
(a) nama anggota dari masing-masing komite;
(b) uraian mengenai fungsi dan mekanisme kerja dari setiap komite;
(c) jumlah rapat yang dilakukan oleh setiap komite serta jumlah kehadiran setiap
anggota; dan
(d) mekanisme dan kriteria penilaian kinerja komite.
b) Struktur dan mekanisme kerja Direksi, yang antara lain mencakup:
1) Nama anggota Direksi dengan jabatan dan fungsinya masing-masing;
2) Penjelasan ringkas mengenai mekanisme kerja Direksi, termasuk didalamnya
mekanisme pengambilan keputusan serta mekanisme pendelegasian wewenang;
3) Jumlah rapat yang dilakukan oleh Direksi, serta jumlah kehadiran setiap anggota
Direksi dalam rapat;
4) Mekanisme dan kriteria penilaian terhadap kinerja para anggota Direksi;
5) Pernyataan mengenai efektivitas pelaksanaan sistem pengendalian internal yang
meliputi pengendalian risiko serta sistem pengawasan dan audit internal.

Sedangkan informasi penting lainnya yang berkaitan dengan penerapan GCG dan perlu
diungkapkan dalam laporan penerapan GCG menurut KNKG (2006: 26) antara lain
mencakup: 35

a) Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan;


b) Pemegang saham pengendali;
c) Kebijakan dan jumlah remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi;
d) Transaksi dengan pihak yang memiliki benturan kepentingan;

34
Ibid.
35
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Op.Cit., hal 26.
14

e) Hasil penilaian penerapan GCG yang dilaporkan dalam RUPS tahunan; dan
f) Kejadian luar biasa yang telah dialami perusahaan dan dapat berpengaruh pada kinerja
perusahaan.

Pedoman Praktis Penerapan GCG

KNKG (2006) 36 menerbitkan pedoman praktis penerapan GCG. Disebutkan dalam


pedoman tersebut bahwa pelaksanaan GCG perlu dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan. Untuk itu diperlukan pedoman praktis yang dapat dijadikan acuan oleh
perusahaan dalam melaksanakan penerapan GCG. Dalam rangka penerapan GCG, masing-
masing perusahaan harus menyusun pedoman GCG perusahaan dengan mengacu pada
Pedoman GCG ini dan Pedoman Sektoral (bila ada). Pedoman GCG perusahaan tersebut
mencakup sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut: 37

a) Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan;


b) Kedudukan dan fungsi RUPS, Dewan Komisaris, Direksi, komite penunjang Dewan
Komisaris, dan pengawasan internal;
c) Kebijakan untuk memastikan terlaksananya fungsi setiap organ perusahaan secara
efektif;
d) Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas, pengendalian internal yang
efektif dan pelaporan keuangan yang benar;
e) Pedoman perilaku yang didasarkan pada nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis;
f) Sarana pengungkapan informasi untuk pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya; dan
g) Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan dalam rangka memenuhi
prinsip GCG.

Lebih jauh KNKG (2006) menekankan bahwa agar pelaksanaan GCG dapat berjalan
efektif, maka diperlukan proses keikutsertaan semua pihak dalam perusahaan. 38 Untuk itu
diperlukan tahapan sebagai berikut:

a) Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan GCG oleh


semua anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta Pemegang Saham Pengendali, dan
semua karyawan;
b) Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan
GCG dan tindakan korektif yang diperlukan;
c) Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG perusahaan;
d) Melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk rasa memiliki dari semua
pihak dalam perusahaan, serta pemahaman atas pelaksanaan pedoman GCG dalam
kegiatan sehari-hari; dan

36
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Op.Cit., hal 27.
37
Ibid.
38
Ibid.
15

e) Melakukan penilaian sendiri atau dengan menggunakan jasa pihak eksternal yang
independen untuk memastikan penerapan GCG secara berkesinambungan. Hasil
penilaian tersebut diungkapkan dalam laporan tahunan dan dilaporkan dalam RUPS
tahunan.

PENUTUP

Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu model pengelolaan yang
mengedepankan kemajuan dan kesinambungan perusahaan secara terpadu dan menyeluruh.
Tiga pilar penting merupakan kunci keberhasilan penerapan GCG dan TARIF merupakan
asas-asas GCG yang sangat krusial dan harus menjadi landasan tata kelola perusahaan
yang baik. Dan, pada akhirnya pelibatan semua pihak terkait dalam pengelolaan
perusahaan sesuai dengan pilar GCG harus berjalan seiring, terpadu dan menyeluruh,
sehingga keberlangsungan perusahaan dapat dicapai dengan optimal.

Referensi Terbatas
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Penerapan Tata
Kepemerintahan Yang Baik : Good Public Governance in Brief. Jakarta: Sekretariat
Pengembangan Kebijakan Nasional Tata Kepemerintahan yang Baik BAPPENAS,
2005.

Mahifal. 2008. Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate
Governance) pada Perusahaan Publik: Diteliti di PT. Telekomunikasi Indonesia,
Tbk, Kandatel Bogor. Tesis, tidak dipublikasikan. Program Pascasarjana Ilmu
Hukum, Universitas Pakuan Bogor.

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). Pedoman Umum Good Corporate


Governance Indonesia. Jakarta : Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006.

BIODATA

Mahifal, SH., MH adalah seorang pengajar tetap pada Universitas Pakuan Bogor. Penulis
dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 Mei 1975. Pada tahun 1998 penulis berhasil
memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) pada Universitas Pakuan Bogor, sedangkan gelar
Master Hukum (MH) juga diperoleh dari perguruan tinggi yang sama pada tahun 2008.

Anda mungkin juga menyukai