DOSEN PEMBINGBING :
Ai Enung Nurhidayah.S.Pd.,M.Pd.1
Disusun Oleh :
1. Diana RS Pamungkas
2. Femilia
3. Rahmat
4. Ramayanti
5. Resa
6. Tegar
7. Wulan
8. Zilan
9. Sahrul
10. Sarif
KATA PENGANTAR
Kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun
ini bisa memberikan banyak manfaat serta menambah pengetahuan terutama
dalam hal Konsep Tentang Tuhan dan Agama.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................ 2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang.......................................................................................... 4
1.2Rumusan masalahan.................................................................................6
BAB 2 PEMBAHASAN
3.1................................................................................................. KESIMPULAN
18
3.2................................................................................................. DAFTAR
PUSAKA..................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, Ihsan. Tiap-tiap
tingkatan memiliki rukun-rukun yang membangunnya.
Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, maka yang dimaksud Islam
adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang
dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun. Dan jika
keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan
hukumnya tersendiri.
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang
yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan
prilaku yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah da syariat Islam disebut Ihsan.
Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu
sistem yang lebih besar yang disebut akhlaqul karimah.
Dalam Islam, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah membentuk
“Insan Kamil”, yakni manusia paripurna yang memiliki kecerdasan intelektual
dan spiritual sekaligus. Tujuan seperti ini tidak mungkin bisa terwujud tanpa
adanya sistem dan proses pendidikan yang baik. Oleh karena itu, para pakar
pendidikan Islam kemudian mencoba merumuskan dan merancang bangunan
pemikiran kependidikan Islam yang diharapkan mampu menciptakan manusia-
manusia paripurna, yang akan mengemban tugas mensejahterakan dan
memakmurkan kehidupan dimuka bumi ini.
Pendidikan merupakan salah satu bidang studi Islam yang mendapat banyak
perhatiaan dari para ilmuan. Hal ini karena disamping perannya yang amat strategi
dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia, juga karena didalam
pendidikan Islam terdapat berbagai masalah yang kompleks dan memerlukan
penanganan segera. Bagi mereka yang akan terjun kedalam bidang pendidikan
Islam harus memiliki wawasan yang cukup tetang pendidikan Islam dan memiliki
kemampuaan untuk mengembangkannya sesuai dengan tuntunan zaman.
Bekenaan dengan itu, pada bab ini pembaca akan diajak memahami apa yang
dimaksud dengan pendidikan Islam serta berbagai masalah yang terkait
dengannya, dan mengetahui berbagai model yang dilakukan dalam penelitian
kependidikan Islam sebagai bahan perbandingan untuk melakukan pengembangan
konsep-konsep pendidikan Islam sesuai tuntutan zaman. Setiap proses yang
dilakukan dalam pendidikan harus dilakukan secara sadar dan Memiliki tujuan.
Dalam agama Islam,kitamengenalkonsep ImandanIhsan.Kedudukan Ihsan dalam
kehidupan merupakanhal yang penting. Kadangkala kita sebagai seorang muslim
yang sudah diberikan tuntunan masih saja melakukan hal-hal yang tidak baik. Ini
diakibatkan karena tingkat keimanan yang tidak stabil.Kita tahu bahwa Ihsan
merupakan realisasi dari Iman.
Oleh karena itu,kita harus mengetahui bagaimana kaitanya antara Islam, Iman,
dan Ihsan.Karena dari ketiga konsep diatas merupakan kunci untuk mencapai
suatu kehidupan yang bahagia
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Mengetahui iman?
1.2.2 Mengetahui islam?
1.2.3 Mengetahui ihsan?
BAB II
PEMBAHASAN
Iman Pengertian dasar dari istilah “iman” ialah “memberi ketenangan hati;
pembenaran hati”. Jadi makna iman secara umum mengandung pengertian
pembenaran hati yang dapat menggerakkan anggota badan memenuhi segala
konsekuensi dari apa yang dibenarkan oleh hati Iman sering juga dikenal dengan
istilah aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang
beriman mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak
lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan menjadi pegangan dan
pedoman hidup, mendarah daging dalam diri yang tidak dapat dipisahkan lagi dari
diri seorang mukmin. Bahkan seorang mukmin sanggup berkorban segalanya, harta
dan bahkan jiwa demi mempertahankan aqidahnya. Adapun pengertian iman secara
khusus sebagaimana yang tertera dalam hadis di atas ialah: keyakinan tentang
adanya Allah swt., malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang diturunkan-Nya,
Rasul-rasul utusan-Nya, dan yakin tentang kebenaran adanya hari kebangkitan dari
alam kubur.] Dalam hadis lain, yang senada dengan hadis di atas yang
diriwayatkan oleh (Kahmas dan Sulaiman al-Tamimi), selain menyebutkan kelima
hal di atas sebagai kriteria iman, terdapat tambahan satu kriteria yaitu: beriman
kepada qadha dan qadar Allah, yang baik maupun yang buruk
HR. Muslim iman ialah hendaknya kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya,
kitab-kitabNya, utusan-utusanNya, hari kemudian, dan hendaknya kamu beriman
dengan qada dan qadarNya ketentuan baik dan buruknya dari Allah ta’ala
Tidak beriman seorang hamba sehingga dia beriman dengan empat perkara:
iaitu menyaksikan bahawa tiada tuhan melainkan Allah dan bahawasanya aku
Rasulullah yang diutuskan dengan benar dan beriman dengan mati, dan beriman
dengan kebangkitan sesudah mati, dan beriman dengan qadar – takdir.
(HR. Tirmizi
Ada orang mengatakan, belum tentu setiap muslim pasti beriman (mukmin)
karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak meyakini dengan
keimanan yang sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan
anggota badannya.
Status orang seperti ini hanyalah muslim saja dan tidak tergolong mukmin dengan
iman yang sempurna. Setiap mukmin pasti muslim karena orang yang telah
beriman secara benar pasti akan merealisasikan iman dengan melaksanakan
amal-amal Islam secara benar pula, sebagaimana Allah Swt. telah berfirman,
“Orang-orang Arab Badui itu
mengatakan, “Kami telah beriman”. Katakanlah, “Kalian belumlah beriman, tetapi
hendaklah kalian mengatakan, „Kami telah berislam‟.” (QS Al-Hujuraat/49:14).
Masalah keimanan adalah masalah fundamental dalam Islam. Jangan sampai manusia
merasa sudah beriman, padahal imannya keliru karena tidak sejalan dengan kehendak
Allah. QS Saba`/34: 51-54 menggambarkan penyesalan manusia setelah kematiannya
karena ketika didunia ia memiliki keimanan yang keliru
Islam Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh para
pemeluknya melainkan kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan dalam Quran,
yaitu:
1.“Wa radhitu lakum al-Islama dinan” artinya “Dan Allah mengakui bagimu
Islam sebagai Agama”
2.“Inna’ ddina inda ilahi al Islam” artinya “Sesungguhnya agama disisi Allah
adalah Islam”.
[Berdasarkan 2 (dua) surat tersebut maka jelaslah bahwa nama Islam diberikan
oleh Allah sebagai sebuah nama agama dan bukan nama hasil ciptaan manusia
yang memeluk agama tersebut.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-
orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat- ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
Surat ali Imran 19
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak- lah akan
diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi
(surat Al- Imran:85).
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan tlah
Kucukupkan kpadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agama
bagimu.”(Q. S Al Maidahayat 3)
Melafazkan syahadah
Syahadah (Penyaksian tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu pesuruh
Allah) adalah pengucapan dua kalimah syahadah yang merupakan penyataan atau
ikrar misi dan visi hidup seorang Muslim. Syahadah adalah pengucapan lidah yang
melahirkan pengakuan hati dan keinginan jiwa terhadap ketuhanan dan
keesaan Allah serta kebenaran Rasul-Nya Muhammad s.a.w. sebagai utusan terakhir
yang membawa rahmat kepada keseluruhan alam.
Lafaz kalimah syahadah ini juga merupakan kunci atau syarat utama sesuatu
amalan atau ibadat itu diterima oleh Allah s.w.t. Di samping itu, lafaz kalimah
syahadah merupakan syarat untuk mendapatkan syafaat daripada Rasulullah s.a.w.
pada hari kiamat. Kalimah syahadah ini juga merupakan syarat perlindungan
harta, jiwa dan kehormatan manusia.
Manusia yang paling beruntung mendapatkan syafaatku pada hari kiamat adalah barang
siapa yang mengatakan ‘lailahailallah’ secara ikhlas dari hati dan jiwanya.
(HR. Bukhari)
Kemudian dia bertanya lagi: Maka sekarang khabarkanlah kepadaku darihal Ihsan.
Rasulullah s.a.w. menjawab: Ihsan ialah bahawa engkau menyembah Allah seolah-
olah engkau melihat-Nya, tetapi jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Ia
melihat engkau.
(HR. Muslim)
Ihsan adalah bahawa engkau menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, jika
kamu tidak dapat melihatnya, maka sesungguhnya dia sedang melihat kamu.
A.Menelusuri Konsep dan Urgensi Islam, Iman, dan Ihsan dalam Membentuk Insan
Kamil ( Manusia Sempurna )
2.5 Perbedaan Iman, Islam dan Ihsan Antara iman,islam dan ihsan di samping saling
berhubungan,juga terdapat perbedaan yang merupakan ciri di antara
ketiganya. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati. ¤Islam
adalah sikap aktif untuk berbuat/beramal. ¤ihsan merupakan perwujudan dari
iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan
islam itu sendiri
Menurut Ibn Araby, ada dua tingkatan menusia dalam mengimani Tuhan. Pertama,
tingkat insan kamil. Mereka mengimani Tuhan dengan cara penyaksian. Artinya, mereka
“ menyaksikan” Tuhan; mereka menyembah Tuhan yang disaksikannya. Kedua, manusia
beragama pada umumnya. Mereka mengimami Tuhan dengan cara mendefinisikan.
Artinya, mereka tidak menyaksikan Tuhan. Tetapi mereka mendefinisikan Tuhan.
Mereka mendefinisikan Tuhan berdasarkan sifat – sifat dan nama – nama
Tuhan. ( Asma’ul Husna )
Abdulkarim Al – Jilli membagi insan kamil atas tiga tingkatan.
2.7 Menanyakan Alasan Mengapa Iman, Islam, dan Ihsan Menjadi Persyaratan dalam
Membentuk Insan Kamil?
Apakah anda percaya akan adanya Allah ? Mereka semua memberikan jawaban
yang sama kami percaya akan adanya Allah, kami percaya akan adanya
malaikat – malaikatnya dan seterusnya. Kemudian jika ditanya lebih lanjut adakah
manusia yang tidak percaya akan adannya malaikat, dan adakah manusia yang
tidak percaya adanya tuhan, dan serterusnya. Hampir semua mahasiswa
menjawab tidak ada seorang manusiapun yang tidak percaya akan adanya Tuhan,
tidak ada seorang manusiapun yang tidak percaya akan adanya malaikat, dan
seterusnya. Semua manusia percaya adanya Tuhan, dan seterusnya.
Hanya saja mungkin di antara beberapa agama ada yang berbeda menamai Tuhan
dan malaikat. Orang Indonesia menyebutnya Tuhan, orang Arab menyebutnya
Rabb, orang Inggris menyebutnya God, orang Jawa dan orang Sunda menyebutnya
Pangeran atau Gusti Allah, orang Hindu Bali menyebutnya Sang Hyang Widi Wasa
(Yang Maha Esa), dan orang Yunani Kuno menyebutnya Hermeus. Untuk menyebut
malaikat pun berbeda- beda. Orang Islam, Kristen, dan Yahudi menyebutnya
malaikat (Angel). Akan tetapi, orang Hindu, Buddha, dan Konghucu
menyebutnya Dewa-Dewi.
Jika makna iman itu sekedar “percaya” berarti semua manusia di dunia ini
beriman, karena semua manusia percaya akan adanya Tuhan; semua manusia
percaya akan adanya malaikat, dan seterusnya. Jadi, tidak ada seorang manusia
punyang kafir
Ada orang mengatakan, belum tentu setiap muslim pasti beriman (mukmin)
karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak meyakini dengan
keimanan yang sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan
anggota badannya.
Status orang seperti ini hanyalah muslim saja dan tidak tergolong mukmin dengan
iman yang sempurna. Setiap mukmin pasti muslim karena orang yang telah
beriman secara benar pasti akan merealisasikan iman dengan melaksanakan
amal-amal Islam secara
benar pula, sebagaimana Allah Swt. telah berfirman, “Orang-orang Arab Badui itu
mengatakan, “Kami telah beriman”. Katakanlah, “Kalian belumlah beriman, tetapi
hendaklah kalian mengatakan, „Kami telah berislam‟.” (QS Al-Hujuraat/49:14).
Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum
beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke
dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan
mengurangi sedikitpun pahala amalanmu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha
Penyayang”.
2.8 Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis Tentang Iman, Islam, dan
Ihsan Sebagai Pilar Agama Islam dalam Membentuk Insan Kamil.
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Umar Bin Khatab r.a diatas kaum
muslimin menetapkan adanya tiga unsur penting dalam agama islam yakni, iman,
islam, dam ihsan sebagai kesatuan yang utuh.
Aqidah merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar islam dan akhlak
merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar ihsan.
Istilah Insan Kamil (manusia sempurna) pertama kali diperkenalkan oleh syekh
Ibn Araby ( abad ke – 14 ). Ia menyebutkan ada dua jenis manusia, yakni insan
kamil dan monster setengah manusia. Jadi, kata Ibn Araby, jika tidak menjadi
insan kamil, maka manusia menjadi monster setengah manusia. Insan kamil adalah
manusia yang telah menanggalkan kemonsteranya. Konsekuensinya, diluar
kedua jenis manusia ini da manusia yang sedang berproses menanggalkan
kemonsterannya dalam membentuk insan kamil.
secara umum, pembicaraan tentang konsep manusia selalu berkisar dalam dua dimensi,
yakni dimensi jasmani dan rohani, atau dimensi lahir dan batin.
Masalah keimanan adalah masalah fundamental dalam Islam. Jangan sampai manusia
merasa sudah beriman, padahal imannya keliru karena tidak sejalan dengan kehendak
Allah. QS Saba`/34: 51-54 menggambarkan penyesalan manusia setelah kematiannya
karena ketika didunia ia memiliki keimanan yang keliru
Insan kamil bukanlah manusia pada umumnya. Ibn Araby (Takeshita, 2005: 131)
menyebutkan adanya dua jenis manusia, yaitu insan kamil dan monster bertubuh
manusia. Maksudnya, jika tidak menjadi insan kamil, maka manusia akan menjadi
monster bertubuh manusia. Pandangan Araby ini mungkin didasarkan atas Al-
Quran yang memang memvonis manusia sebagai mankhluk yang rendah dan negatif,
yakni: memusuhi rasul, penantang agama yang paling keras, zalim dan bodoh
(tidak tahu agama yang benar), kikir dan melupakan Tuhan (tidak
menjalankan agama sebagaimana petunjuk Allah dan rasul-Nya, melainkan lebih
memperturutkan hawa nafsunya), suka berkeluh kesah dan banyak berdoa
(ingin segera dihilangkan kesusahannya), padahal manusia diciptakan oleh
Tuhan dalam bentuk dan struktur yang sebaikbaiknya (mempunyai potensi ber-
Tuhan dan taat beragama), tetapi faktor nafsu dan dunia menggelincirkannya ke
tempat yang serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dibandingkan dengan
binatang ternak sekalipun.
1. Jasad
2. Hati nurani
3. Roh
4. Sirr (rasa)
Untuk mencapai derajat insan kamil kita harus dapat menundukkan nafsu dan
syahwat hingga mencapai tangga nafsu muthama’inah.
Hal ini dapat dilihat pada QS Al Fajr/89;27-30
Yang artinya hai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhoinya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaku, masuklah
kedalam surgaku.
Ayat di atas dengan jelas menegaskan bahwa nafsu muthma’inah merupakan titik
berangkat untuk kembali kepada tuhan. Akan tetapi, dengan modal nafsu
muthama’inah pun masih di perintah lagi oleh allah untuk menaiki tangga
nafsu diatasnya. Menurut imam ghazali ada 7 macam nafsu sebagai proses taraqqi
(menaik) yaitu :
1. Nafsu ammarah
2. Nafsu lawwamah
3. Nafsu mulhimah
4. Nafsu muthma’inah
5. Nafsu radhiyah
6. Nafsu mardiyyah
7. Nafsu kamilah
1. Memulai sholat jika tuhan yang akan disembah itu sudah dapat dihadirkan
dalam hati, sehingga ia menyembah tuhan yang benar-benar tuhan.
4. Shollat yang telah didirikannya itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar
Insan kamil merupakan tipe manusia ideal yang dikehendaki oleh tuhan.
Hal ini disebabkan, jika tidak menjadi insan kamil maka manusia itu hanyalah
monster bertubuh manusia.
Dalam perspektif islam manusia memiliki 4 unsur yaitu : jasad, hati, roh dan
rasa. Yang berfungsi untuk menjalankan kehendak ilahi. Untuk mengkokohkan keimanan
akan menjadi manusia yang insan kamil maka kaimanan kita harus mencapai
tingkat yakin.
Maka kita harus mengidentifikasi yang mengacu pada rukun iman. Sedangkan untuk
dapat beribadah secara bersungguh-sungguh dan ikhlas, maka segala ibadah yang kita
lakukan mengacu pada rukun islam.
Kaum sufi memberikan tips untuk dapat menaiki tangga demi tangga, maka seseorang
yang berkehendak mencapai martabat insan kamil diharuskan melakukan riyadhah
(berlatih terus-menerus) untuk menapaki maqam demi maqam yang biasa
ditempuh oleh bangsa sufi dalam perjalanannya menuju tuhan. Maqam-maqam
yang dimaksud merupakan karakter-karakter inti yang memiliki 6 unsur :
1. Taubat.
2. Wara’.
3. Zuhud.
4. Faqir.
5. Sabar
6. Tawakkal.
2.11 Penutup
Iman, islam dan ihsan merupakan tiga rangkaian konsep agama islam yang sesuai
dengan dalil , Iman, Islam dan Ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya
menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan Iman.
Sebaliknya, Iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya,
kebermaknaan Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi
dengan Ihsan, sebab Ihsan merupakan perwujudan dari Iman dan Islam,yang
sekaligus merupakan cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri
1.Iman, islam dan ihsan merupakan tripologi agam islam diman sesuai dengan
hadits nabi diatas.
2. Iman, islam dan ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya
menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman.
Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam.
Selanjutnya, kebermaknaan
Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan
mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejatinya Allah (Tuhan) ada dalam diri kita, menuntun, dan memberi
petunjuk tanpa kita sadari. Karena Allah lebih dekat dari urat nadi manusia itu
sendiri. Terlepas dari berbagai Konsep Tuhan, Allah menegaskan didalam Al-
Qur'an bahwa ialah yang menciptakan langit dan bumi, menjadikan siang berganti
malam.
https://rizkiarahmayanti16.blogspot.com/2015/02/mengintegrasikan-iman-islam-dan-
ihsan.html
https://setyawandavid.blogspot.com/2018/10/mengintegrasikan-iman-islam-dan-
ihsan.html
https://cgeduntuksemua.blogspot.com/2012/04/makalah-iman-islam-dan-ihsan.html
https://ceritakuaja.wordpress.com/2013/05/25/makalah-hakikat-iman-islam-dan-ihsan/
https://alazabut.blogspot.com/2012/06/pengertian-tentang-iman-islam-dan-ihsan.html
https://serbamakalah.blogspot.com/2013/02/iman-islam-ihsan.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/Makkah_al-Mukarramah
https://pengajianislam.pressbooks.com/chapter/pengertian-islam-iman-dan-ihsan/
https://itla4islam.blogspot.com/2012/09/pengertian-ihsan_14.html