Anda di halaman 1dari 9

Review PP No 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. nomor 27 tahun 2012 mengatur tentang izin


lingkungan.
Isi dari Peraturan Pemerintah ini terdiri atas 9 bab pembahasan aturan :
Tabel 1. Bab yang terdapat pada PP 27 2012
BAB PEMBAHASAN
1 KETENTUAN UMUM (ps 1-2)
2 PENYUSUNAN AMDAL DAN UKL-UPL (ps 3-19)
3 PENILAIAN AMDAL DAN PEMERIKSAAN UKL-UPL (ps 20-41)
4 PERMOHONAN DAN PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN (ps 42-
53)
5 KOMISI PENILAI AMDAL (ps 54-63)
6 PEMBINAAN DAN EVALUASI KINERJA (ps 64-67)
7 PENDANAAN (ps 68-70)
8 SANKSI ADMINISTRATIF ( ps 71-72)
9 KETENTUAN PENUTUP (ps 73-75)

Hal-hal pokok yang diatur pada PP No 27 Tahun 2012 meliputi :

Penyusunan Dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

 Pedoman penyusunan dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) diatur dalam
Bab II dimulai dari Pasal 3 – Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan. Adapun mekanisme penyusunan dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) adalah sebagai berikut:
1. Dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) disusun oleh pemrakarsa,
dimana menurut Pasal 1 angka 12 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan bahwa yang dimaksud dengan pemrakarsa adalah setiap orang atau instansi
pemerintah yang bertanggung jawab atas suatu usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilaksanakan.
2. Lokasi rencana usaha atau kegiatan wajib sesuai dengan rencana tata ruang. Apabila
lokasi rencana usaha atau kegiatan tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dokumen
AMDAL tidak dapat dinilai dan wajib dikembaikan kepada pemrakarsa.
 Penyusunan dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) oleh pemrakarsa
yang menjadi satu kesatuan terdiri dari:
 Kerangka acuan,
 Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL), dan
 Rencana Pengelolaan Lingkungan – Rencana PEmantauan Lingkungan (RKL-RPL)

Metode Pendekatan Studi Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)


 Dalam rangka penyusunan Dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
pemrakarsa wajib menggunakan pendekatan studi sebagai berikut: (Pasal 8 PP No.27 Tahun
2012) yaitu:
Tabel 2. Tiga (3) pendekatan AMDAL

 Untuk pelaksanaan semua pendekatan studi sebagaimana tersebut di atas, pemrakarsa


mengikutsertakan masyarakat dengan kategori sebagai berikut:
1. Masyarakat yang terkena dampak.
2. Pemerhati lingkungan hidup.
3. Masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL.
 Pemrakarsa dalam rangka penyusunan Dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) dapat dilakukan sendiri atau meminta bantuan pihak lain, baik perorangan atau yang
tergabung dalam lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) yang memiliki sertifikasi.

 Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja pada instansi lingkungan hidup pusat, provinsi, atau
kabupaten/kota dilarang untuk menjadi penyususun Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), kecuali instansi tersebut bertindak sebagai pemrakarsa, hal ini diatur dalam Pasal 12
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

Pengecualian Kewajiban Menyusun Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)


 Kewajiban menyusun Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dikecualikan dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Lokasi rencana usaha atau kegiatannya berada dikawasan yang telah memiliki Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) kawasan, namun wajib menyusun UKL-UPL
berdasarkan  pada RKL-RPL kawasan atau berdasarkan pada rencana detil tata ruang
kabupaten/kota atau rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
2. Lokasi rencana usaha atau kegiatannya berada pada kabupaten/kota yang telah memiliki
rencana detil tata ruang kabupaten/kota atau rencana tata ruang kawasan strategis
kabupaten/kota, kewajiban yang sama juga berlaku sebagaimana disebutkan pada angka 1 di
atas.
3. Usaha atau kegiatannya dilakukan dalam rangka tanggap darurat bencana.

Penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan


(UKL-UPL)
 Penyusunan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-
UPL) diatur dalam Pasal 14 – Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, bagi kegiatan atau usaha yang tidak termasuk kriteria wajib AMDAL wajib
memiliki UKL-UPL.
 Secara garis besar ketentuan umum penyusunan UKL-UPL tidak jauh berbeda dengan
penyusunan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), hanya saja dokumen
yang  disusun oleh pemrakarsa pada tahap perencanaan melalui pengisian formulir Upaya
Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dengan format yang
ditentukan oleh menteri, dengan format dimaksud paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Identitas pemrakarsa.
2. Rencana usaha atau kegiatan.
3. Dampak lingkungan yang akan terjadi.
4. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
 Ketentuan yang mengharuskan pemrakarsa menyusun dokumen Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) sesuai dengan rencana tata ruang, berlaku juga pada dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL).

 Pemrakarsa hanya menyusun satu dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan


Lingkungan (UKL-UPL) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Usaha atau kegiatan yang direncanakan lebih dari satu usaha atau kegiatan dan
perencanaan serta pengelolaannya saling terkait dan berlokasi di dalam satu kesatuan
hamparan ekosistem.
2. Pembinaan atau pengawasan terhadap usaha atau kegiatan dilakukan oleh lebih dari satu
kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, satuan kerja pemerintah provinsi, atau
satuan kerja pemerintah kabupaten/kota.

Mekanisme penilaian Amdal


1) KA disusun oleh pemerakarsa sebelum penyusunan Andal dan RKL-RPL.
2) KA yang telah disusun, diajukan kepada: Gubernur melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal
provinsi, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi.
Bupati/walikota melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal Kabupaten/Kota.
3) Berdasarkan pengajuan, sekretaiat Komisi Penilai Amdal memberikan pernyataan tertulis
mengenai kelengkapan administrasi Kerangka Acuan.
4) KA yang telah dinyatakan lengkap secara administrasi, dinilai oleh Komisi Amdal.
5) Untuk melakukan penilaian, Komisi Penilai Amdal menugaskan Tim Teknis untuk menilai
Kerangka Acuan.
6) Tim Teknis dalam melakukan penilaian melibatkan, melibatkan Pemrakarsa untuk
menyepakati Kerangka Acuan.
7) Tim Teknis menyampaikan hasil penilaian Kerangka Acuan kepada Komisi Penilai Amdal.
8) Dalam hal hasil penilaian Tik Teknis menunjukkan bahwa KA perlu diperbaiki, Tim Teknis
menyampaikan dokumen tersebut kepada Komisi Penilai Amdal untuk dikembalikan kepada
Pemrakarsa.
9) Pemerakarsa menyampaikan kembali perbaikan Kerangka Acuan, kepada Komisi Penilai
Amdal.
10) Kerangka Acuan yang telah diperbaiki dinilai oleh Tim Teknis.
11)Tim Teknis menyampaikan hasil penilaian akhir Kerangka Acuan kepada Komisi Penilai
Amdal.
12) Jangka waktu penilaian dilakukan paling lama 30 (tiga puluh hari kerja) terhitung sejak KA
diterima dan dinyatakan lengkap secara administrasi.
13) Dalam hal penilaian Tim Teknis menyatakan KA dapat disepakati, Komisi Penilai Amdal
menerbitkan persetujuan KA.
14) KA tidak berlaku apabila: Perbaikan KA tidak disampaikan kembali oleh Pemerakarsa paling
lama 3 tahun terhitung sejak dikembalikan KA kepada Pemerakarsa oleh Komisi Penilai
Amdal; Pemerakarsa tidak menyusun Andal dan RKL-RPL dalam jangka waktu 3 tahun
terhitung sejak diterbitkannya persetujuan KA. Dalam hal KA tidak berlaku pemerakarsa
wajib mengajukan kembali KA sesuai ketentuan berlaku.

Penilaian Andal dan RKL-RPL


1) Pemerakarsa menyusun Andal, RKL-RPL berdasarkan: Kerangka Acuan yang telah
diterbitkan persetujuannya; atau Konsep Kerangka Acuan, dalam hal jangka waktu terlampui
dan Komisi Penilai Amdal belum menerbitkan persetujuan KA.
2) Andal dan RKL-RPL yang disusun diajukan kepada: Gubernur melalui sekretariat Komisi
Penilai Amdal provinsi, untuk KA yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi; atau
Bupati/walikota melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota, untuk KA yang
dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Kabupaten/Kota.
3) Berdasarkan pengajuan, sekretariat Komisi Penilai Amdal memberikan pernyataan tertulis
mengenai kelengkapan administrasi dokumen Andal dan RKL-RPL.
4) Komisi Penilai Amdal melakukan penilain Andal dan RKL-RPL sesuai dengan
kewenangannya.
5) Komisi penilai Amdal menugaskan tim teknis untuk menilai dokumen Andal dan RKL-RPL
yang telah dinyatakan lengkap secara administrasi oleh sekretariat Komisi Penilai Amdal.
6) Tim teknis menyampaikan hasil penilaian atas dokumen Andal dan RKL- RPL kepada Komisi
Penilai Amdal.
7) Komisi penilai Amdal, berdasarkan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL menyelenggarakan
rapat Komisi Penilai Amdal.
8) Komisi penilai Amdal menyampaikan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL kepada Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.
9) Rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL dapat berupa: Rekomendasi kelayakan
lingkungan; Rekomendasi ketidaklayakan lingkungan.
10) Rekomendasi ditetapkan berdasarkan pertimbangan: Perkiraan secara cermat mengenai
besaran dan sifat penting dari aspek biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang
dan kesehatan masyarakat pada tahap prokonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi
usaha dan/atau kegiatan; Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting
hipotetik sebagai sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi, sehingga
diketahui perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif.
11) Jangka waktu penilaian paling lama 75 (tujuh puluh lima) hari kerja, terhitung sejak dokumen
Amdal dan RKL-RPL dinyatakan lengkap. 1
12) Gubernur/Bupati/Walikota berdasarkan rekomendasi penilaian atau penilaian akhir dari
komisi penilai Amdal, menetapkan keputusan kelayakan lingkungan hidup. Jangka waktu
penetapan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rekomendasi hasil
penilaian atau penilaian akhir dari Komisi Penilai Amdal.
13) Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup, paling sedikit memuat: Dasar pertimbangan
dikeluarkannya penetapan; Pernyataan kelayakan lingkungan; Persyaratan dan kewajiban
pemrakars sesuai dengan RKL-RPL; dan Kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak terkait.
Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pemrakarsa wajib memiliki izin
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
harus mencantumkan jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Pemeriksaan UKL-UPL
1) Dokumen UKL-UPL yang telah diisi oleh pemerakarsa disampaikan kepada: Gubernur, untuk
usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di lebih dari 1 (satu) wilayah kabupaten/kota, di lintas
kabupaten/kota; atau di wilayah laut paling jauh 12 (duabelas) mil dari garis pantai ke arah
laut lepas dan /atau kearah perairan kepulauan. Bupati/walikota, untuk usaha dan/atau
kegiatan yang berlokasi pada (satu) wilayah kabupaten/kota dan wilayah laut paling jauh 1/3
dari wilayah laut kewenangan provinsi
2) Gubernur atau bupati/walikota melakukan pemeriksaan kelengkapan administrasi formulir
UKL-UPL.
3) Apabila hasil pemeriksaaan kelengkapan administrasi dokumen UKL- UPL dinyatakan tidak
lengkap, Gubernur atau bupati/walikota mengembalikan UKL-UPL kepada pemerakarsa
untuk dilengkapi.
4) Apabila hasil pemeriksaaan kelengkapan administrasi formulir UKL-UPL dinyatakan lengkap,
Gubernur atau Bupati/Walikota melakukan pemeriksaan UKL-UPL.
5) Pemeriksaaan dilakukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak formulir UKL-UPL
dinyatakan lengkap secara administrasi.
6) Berdasarkan pemeriksaan, gubernur, atau bupati/walikota menerbitkan rekomendasi UKL-
UPL.
7) Rekomendasi dapat berupa: Persetujuan; atau Penolakan.
8) Rekomendasi berupa persetujuan UKL-UPL, paling sedikit memuat: Dasar pertimbangan
dikeluarkannya persetujuan UKL_UPL; Pernyataan persetujuan UKL-UPL; Persyaratan dan
kewajiban pemerakarsa sesuai dengan nyang tercantum dalam UKL-UPL. Dalam hal usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pemrakarsa wajib memiliki izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Rekomendasi berupa penolakan UKL-UPL paling sedikit
memuat: dasar pertimbangan dan pernyataan penolakan UKL-UPL.
9) Pemeriksaan UKL-UPL dan penerbitan UKL-UPL dapat dilakukan oleh kepala instansi
lingkungan hidup provinsi atau kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota

Permohonan Dan Penerbitan Izin Lingkungan


 Setelah proses pemeriksaan dan penilaian telah selesai, maka permohonan dan penerbitan izin
usaha lingkungan dapat diajukan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Didalam permohonan izin lingkungan harus dilengkapi dengan:
1. dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL;
2. dokumen pendirian Usaha dan/atau Kegiatan; dan
3. profil Usaha dan/atau Kegiatan.
 pengumuman di lokasi Usaha dan/atau Kegiatan paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
dokumen Andal dan RKL-RPL yang diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi yang
dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota.

Komisi Penilai Amdal


 Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat terdiri atas:
a. Komisi Penilai Amdal Pusat, yaitu menilai dokumen Amdal untuk Usaha
dan/atau Kegiatan yang bersifat strategis nasiona dan/atau berlokasi di wilayah provinsi
b. Komisi Penilai Amdal provinsi, yaitu menilai dokumen Amdal untuk Usaha
dan/atau Kegiatan yang bersifat strategis provinsi
c. Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota. yaitu menilai dokumen Amdal untuk Usaha dan/atau
Kegiatan yang bersifat strategis Kabupaten

Pembinaan Dan Evaluasi Kinerja


 Pembinaan terhadap Penatalaksanaan Amdal dan UKL-UPL dilakukan baik dari Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota. Pembinaan tersebut meliputi :
 a. pendidikan dan pelatihan Amdal;
 b. bimbingan teknis UKL-UPL; dan
 c. penetapan norma, standar, prosedur, dan/atau
kriteria.

 Instansi lingkungan hidup Pusat melakukan evaluasi kinerja terhadap penatalaksanaan


dilakukan baik dari Provinsi, Kabupaten/Kota. Evaluasi kinerja tersebut meliputi :
a. pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan/atau
kriteria di bidang Amdal dan UKL-UPL;
b. kinerja Komisi Penilai Amdal provinsi dan kabupaten/kota; dan
c. kinerja pemeriksa UKL-UPL di instansi lingkungan hidup provinsi dan kabupaten/kota.

Pendanaan

 Dana kegiatan penilaian Amdal dilakukan oleh oleh komisi Penilai Amdal, tim teknis, dan
sekretariat Komisi Penilai Amdal. Sedangkan UKL-UPL dilakukan oleh instansi lingkungan
hidup pusat, provinsi, atau kabupaten/kota
 Jasa penilaian dokumen Amdal dan pemeriksaan UKLUPL yang dilakukan oleh Komisi Penilai
Amdal dan tim teknis dibebankan kepada Pemrakarsa sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Sanksi Administratif
Bagi Pemegang Izin Lingkungan/pemarakarsa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53 dikenakan sanksi administratif yang meliputi:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan Izin Lingkungan; atau
d. pencabutan Izin Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai