Pedoman penyusunan dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) diatur dalam
Bab II dimulai dari Pasal 3 – Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan. Adapun mekanisme penyusunan dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) adalah sebagai berikut:
1. Dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) disusun oleh pemrakarsa,
dimana menurut Pasal 1 angka 12 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan bahwa yang dimaksud dengan pemrakarsa adalah setiap orang atau instansi
pemerintah yang bertanggung jawab atas suatu usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilaksanakan.
2. Lokasi rencana usaha atau kegiatan wajib sesuai dengan rencana tata ruang. Apabila
lokasi rencana usaha atau kegiatan tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dokumen
AMDAL tidak dapat dinilai dan wajib dikembaikan kepada pemrakarsa.
Penyusunan dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) oleh pemrakarsa
yang menjadi satu kesatuan terdiri dari:
Kerangka acuan,
Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL), dan
Rencana Pengelolaan Lingkungan – Rencana PEmantauan Lingkungan (RKL-RPL)
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja pada instansi lingkungan hidup pusat, provinsi, atau
kabupaten/kota dilarang untuk menjadi penyususun Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), kecuali instansi tersebut bertindak sebagai pemrakarsa, hal ini diatur dalam Pasal 12
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Pemeriksaan UKL-UPL
1) Dokumen UKL-UPL yang telah diisi oleh pemerakarsa disampaikan kepada: Gubernur, untuk
usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di lebih dari 1 (satu) wilayah kabupaten/kota, di lintas
kabupaten/kota; atau di wilayah laut paling jauh 12 (duabelas) mil dari garis pantai ke arah
laut lepas dan /atau kearah perairan kepulauan. Bupati/walikota, untuk usaha dan/atau
kegiatan yang berlokasi pada (satu) wilayah kabupaten/kota dan wilayah laut paling jauh 1/3
dari wilayah laut kewenangan provinsi
2) Gubernur atau bupati/walikota melakukan pemeriksaan kelengkapan administrasi formulir
UKL-UPL.
3) Apabila hasil pemeriksaaan kelengkapan administrasi dokumen UKL- UPL dinyatakan tidak
lengkap, Gubernur atau bupati/walikota mengembalikan UKL-UPL kepada pemerakarsa
untuk dilengkapi.
4) Apabila hasil pemeriksaaan kelengkapan administrasi formulir UKL-UPL dinyatakan lengkap,
Gubernur atau Bupati/Walikota melakukan pemeriksaan UKL-UPL.
5) Pemeriksaaan dilakukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak formulir UKL-UPL
dinyatakan lengkap secara administrasi.
6) Berdasarkan pemeriksaan, gubernur, atau bupati/walikota menerbitkan rekomendasi UKL-
UPL.
7) Rekomendasi dapat berupa: Persetujuan; atau Penolakan.
8) Rekomendasi berupa persetujuan UKL-UPL, paling sedikit memuat: Dasar pertimbangan
dikeluarkannya persetujuan UKL_UPL; Pernyataan persetujuan UKL-UPL; Persyaratan dan
kewajiban pemerakarsa sesuai dengan nyang tercantum dalam UKL-UPL. Dalam hal usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pemrakarsa wajib memiliki izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Rekomendasi berupa penolakan UKL-UPL paling sedikit
memuat: dasar pertimbangan dan pernyataan penolakan UKL-UPL.
9) Pemeriksaan UKL-UPL dan penerbitan UKL-UPL dapat dilakukan oleh kepala instansi
lingkungan hidup provinsi atau kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota
Pendanaan
Dana kegiatan penilaian Amdal dilakukan oleh oleh komisi Penilai Amdal, tim teknis, dan
sekretariat Komisi Penilai Amdal. Sedangkan UKL-UPL dilakukan oleh instansi lingkungan
hidup pusat, provinsi, atau kabupaten/kota
Jasa penilaian dokumen Amdal dan pemeriksaan UKLUPL yang dilakukan oleh Komisi Penilai
Amdal dan tim teknis dibebankan kepada Pemrakarsa sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Sanksi Administratif
Bagi Pemegang Izin Lingkungan/pemarakarsa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53 dikenakan sanksi administratif yang meliputi:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan Izin Lingkungan; atau
d. pencabutan Izin Lingkungan.