Anda di halaman 1dari 5

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/350051980

Pendidikan Kesehatan Dan Pelatihan Deteksi Dini Penyakit Tuberkulosis Pada


Kader Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis

Article · October 2020


DOI: 10.29303/jurnalpepadu.v1i4.140

CITATIONS READS

0 50

6 authors, including:

Rika Hastuti Setyorini Eva Triani


University of Mataram 7 PUBLICATIONS   1 CITATION   
5 PUBLICATIONS   1 CITATION   
SEE PROFILE
SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Rika Hastuti Setyorini on 16 April 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal PEPADU e-ISSN: 2715-9574
Online http://http://jurnal.lppm.unram.ac.id/index.php/jurnalpepadu Vol. 1 No. 4, Oktober 2020

Pendidikan Kesehatan Dan Pelatihan Deteksi Dini Penyakit Tuberkulosis


Pada Kader Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Penularan Penyakit
Tuberkulosis

Rika Hastuti Setyorini*, Indana Eva Ajmala, Eva Triani, Ika Primayanti,
Eka Arie Yuliani, Ni Nyoman Geriputri
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Mataram, Indonesia

Kata Kunci: Abstrak: Penyakit tuberkulosis memberikan dampak baik secara fisik maupun
Pendidikan psikologis ,baik bagi penderitanya maupun keluarganya Pengendalian Tuberkulosis
kesehatan, (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda namun masih
tuberkulosis terbatas pada kelompok tertentu. Masyarakat perlu diberdayakan melalui pemberian
informasi yang memadai tentang Tuberkulosis, pentingnya upaya pencegahan dan
pengendalian TB sehingga diperlukan edukasi dan pemberdayaan masyarakat.
Program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
kader dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai
tuberkulosis dan pencegahannya serta meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
kader dalam deteksi dini tuberkulosis. Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan
dengan pendidikan kesehatan berupa ceramah serta pelatihan. Informasi yang
disampaikan diharapkan akan meningkatkan pengetahuan kader kesehatan tentang
tuberkulosis dalam pencegahan dan penemuan penyakit tuberkulosis. Hasil
pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan pencegahan dan deteksi dini
tuberkulosis menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan peserta mengenai
pencegahan tuberkulosis, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-
rata post test yaitu 84,5 dari nilai rata – rata pretest sebesar 79,75.
Korespondensi: rika.hastuti.s@unram.ac.id

PENDAHULUAN
Badan Kesehatan Dunia mendefinisikan Negara dengan beban tinggi (High Burden
Countries /HBC) untuk TBC berdasarkan 3 Indikator yaitu TBC, TBC/HIV, dan MDR-TBC.
Indonesia juga menduduki peringkat keempat tertinggi dalam kasus Multi Drug Resisten (MDR-
TB) dan menduduki peringkat kelima tertinggi dalam kasus TB dengan HIV. Hal ini dapat
diartikan TBC masih menjadi permasalahan besar di Indonesia. Meskipun demikian, selama 10
tahun terakhir angka notifikasi (CNR) dan cakupan pengobatan kasus TBC (CDR) cenderung
terdapat peningkatan yang signifikan. (Kemenkes, 2018)
Tuberculosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit tuberculosis berkembang pesat pada orang yang hidup dalam kemiskinan,
kelompok terpinggirkan, dan populasi rentan lainnya. Meskipun demikian TBC dapat menyerang
pada setiap orang (Kemenkes, 2018)

493
Jurnal PEPADU e-ISSN: 2715-9574
Online http://http://jurnal.lppm.unram.ac.id/index.php/jurnalpepadu Vol. 1 No. 4, Oktober 2020

Pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan


Belanda namun masih terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB
ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP-4). Sejak tahun 1969
pengendalian TB dilakukan secara nasional melalui Puskesmas. Pada tahun 1995, program
nasional pengendalian TB mulai menerapkan strategi pengobatan jangka pendek dengan
pengawasan langsung (Directly Observed Treatment Short –course, DOTS) yang dilaksanakan di
Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara Nasional di
seluruh Fasyankes terutama Puskesmas yang diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar
(Kemenkes, 2011).
Masyarakat dan pasien TB perlu diberdayakan melalui pemberian informasi yang memadai
tentang TB, pentingnya upaya pencegahan dan pengendalian TB sehingga diperlukan KIE dan
pemberdayaan masyarakat. Kader kesehatan yaitu anggota masyarakat yang bekerja secara
sukarela dalam membantu Penanggulangan Tuberkulosis sangatlah berperan penting dalam
pencegahan penularan TB Paru. Pemberdayaan masyarakat dan mobilisasi jejaring pasien TB
dapat meningkatkan kebutuhan akan pelayanan TB yang lebih baik serta menggali sumber daya
setempat lainnya dalam mendekatkan pelayanan TB ke masyarakat, melaksanakan pengendalian
TB di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat, serta mengoptimalkan efisiensi biaya
dalam konteks infrastruktur dan sumberdaya manusia yang terbatas (Kemenkes, 2011).
Alternatif program pemberantasan Tuberkulosis Paru adalah DOTS dengan active case
finding dengan melibatkan peran kader kesehatan. Kader kesehatan di masing – masing wilayah
diberikan pendidikan kesehatan mengenai TB paru yang selanjutnya secara aktif mencari,
memotivasi dan melakukan supervise terhadap pengawas menelan obat. Kader kesehatan dengan
pengetahuan yang ada diharapkan dapat mengenali tanda dan gejala dini dari TB paru untuk segera
diobati di unit pelayanan kesehatan terdekat. Kelebihan dari active case finding adalah dapat
menemukan secara tepat dan cepat penderita TB paru di masyarakat yang enggan berobat.
Sikap dan perilaku kader kesehatan sangat berpengaruh terhadap angka penemuan Tb paru.
Masih banyak kader kesehatan yang belum sadar bahwa tugas penemuan tersangka Tb merupakan
salah satu focus pengendalian penyakit menular. Manfaat dilakukan program pelatihan kader
kesehatan tentang deteksi dini tuberculosis paru adalah dapat meningkatkan kemampuan kader
dalam memberikan penyuluhan kesehatan tentang tuberkulosis.

METODE KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan diawali dengan pre test untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
dan sikap serta perilaku kader kesehatan mengenai penyakit tuberculosis dan bagaimana cara
melakukan penemuan kasus tuberkulosis di masyarakat. Kemudian dilakukan pendidikan
kesehatan dan pelatihan pencegahan penyakit Tuberkulosis. Diharapkan dengan pendidikan
kesehatan ini pengetahuan kader kesehatan tentang cara mencegah penyakit tuberkulosis akan
meningkat sehingga kader dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat serta dapat berperan
serta mengenali tanda dan gejala penyakit tuberkulosis yang ada di masyarakat. Setelah sesi
pelatihan selesai, masyarakat di berikan sejenis post test untuk lebih meyakinkan adanya

494
Jurnal PEPADU e-ISSN: 2715-9574
Online http://http://jurnal.lppm.unram.ac.id/index.php/jurnalpepadu Vol. 1 No. 4, Oktober 2020

peningkatan pengetahuan dan sikap kader kesehatan tentang pengenalan tanda dan gejala penyakit
tuberkulosis serta pencegahannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pendidikan kesehatan dan Pelatihan Kader ini dilaksanakan di wilayah Puskesmas Kediri
pada bulan Agustus 2019 dengan jumlah peserta sebanyak 20 orang. Hasil pre test pengetahuan
kader menunjukkan bahwa dari 20 pertanyaan diperoleh nilai rata – rata 79,75 dengan skor
minimal 60 dan skor maksimal 95. Sedangkan hasil post test pengetahuan kader menunjukkan
peningkatan nilai rata – rata yaitu 84,5 dengan skor minimal 75 dan skor maksimal 95.
Tabel 1.1 Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Penyakit Tuberkulosis
Kategori Penilaian
Pengetahuan
Baik Cukup Kurang Jumlah

Frek % Frek % Frek % Frek %

Pre Test 11 55 9 45 0 0 20 100

Post Test 18 90 2 10 0 0 20 100

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah pula untuk mendapatkan
informasi, hal tersebut terjadi karena pendidikan akan mempengaruhi proses belajar. Proses
pendidikan seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari penelitian maupun
media elektronik yang lain. Semakin banyak informasi yang diperoleh akan semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat. Hal ini juga berlaku terhadap pengetahuan kesehatan seseorang
(Notoatmojo, 2010)
Pengetahuan didapat dari hasil tahu setelah melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manuasia yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan peraba. Pengetahuan mengenai kesehatan mencakup apa yang
diketahui oleh seseorang terhadap cara – cara memelihara kesehatan. (Notoatmodjo, 2010)
Media promosi kesehatan merupakan alat bantu untuk menyampaikan pesan – pesan
kesehatan pada individu dan masyarakat. Media sebagai alat saluran kesehatan (channel) dapat
berfungsi meningkatkan pengetahuan kesehatan. Untuk membantu meningkatkan pengetahuan
kader tentang pencegahan dan deteksi dini penyakit tuberculosis, maka diperlukan suatu media
promosi berupa pembagian leaflet dan pemberian pendidikan kesehatan melalui ceramah oleh
pakar.
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor – faktor kesehatan melalui pembelajaran
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes, 2016)

495
Jurnal PEPADU e-ISSN: 2715-9574
Online http://http://jurnal.lppm.unram.ac.id/index.php/jurnalpepadu Vol. 1 No. 4, Oktober 2020

Gambar 1 Pengabdian

KESIMPULAN DAN SARAN


Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk pendidikan
kesehatan pencegahan penyakit tuberkulosis. Terdapat peningkatan pengetahuan kader setelah
dilakukan pendidikan kesehatan yang dapat diketahui dari hasil pre test dan pos test peserta.
Saran yang dapat kami sampaikan adalah agar kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
dapat ditindak lanjuti dengan kegiatan yang lebih luas jangkauan dan sasarannya serta peningkatan
media promosi kesehatan berupa penambahan poster dan leaflet tentang pencegahan penyakit
tuberkulosis.

DAFTAR PUSTAKA
Brooks, G.F., Carroll, K.C., Butel, J.S., Morse, S.A., dan Mietzner, T., 2010. Jawetz, Melnick, &
Adelberg’s Medical Microbiology. Ed 25. USA : McGraw-Hill Companies, 327-328
[Accessed April 25, 2018].
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat (2015) Profil Kesehata Kabupaten Lombok Barat
2015.Availableathttp://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2016
/5201_NTB_Kab_Lombok_Barat_2016.pdf [Accessed April 25, 2018].
Herchline, T.E., 2013. Tuberculosis. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/230802-overview [Accessed April 27, 2017].
Kementerian Kesehatan (2018) Infodatin Tuberkulosis 2018 Available at
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin%20tu
berkulosis%202018.pdf [Accessed September 11 , 2019]
Kemenkes (2016) Promosi Kesehatan. Jakarta : PPSDM Kemenkes Available at
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Promkes-
Komprehensif.pdf [Accessed September 11 , 2019]
Notoatmodjo, S. (2010) Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

496

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai