Yang bertanda tangan di bawah ini adalah guru Pembimbing SMK TARUNA
MANDIRI untuk Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) tahun ajaran 2013/2014 di
Bengkel SUZUKI (PT.Buanamobil Sentral Trada) menyetujui atau mengesahkan hasil
laporan Praktek Kerja Industri siswa kami yaitu :
Kepala
SMK TARUNA MANDIRI
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN
Telah Melaksanakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) Pada Bengkel SUZUKI
(PT.Buanamobil Sentral Trada) sejak Tanggal 1 April 2013 s/d 30 Juni 2013,dan
Pengesahan pembimbing terlampir.
Di Sahkan
Mekanik Kepala Bengkel
NAMA : Sudarsono
JABATAN : Mekanik
Telah Mengesahkan hasil laporan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) siswa tahun
ajaran 2012/2013 di bawah ini :
Nama : Ricci Octavian
Kelas : XII TKR 2
Nis :
Sekolah : SMK TARUNA MANDIRI
KATA PENGANTAR
Puji syukur, kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya Buku
Panduan Pelaksanaan Paktek Kerja Industri (Prakterin) dalam rangka Pendidikan Sistem
Ganda (PSG) SMK Taruna Pekanbaru.
Buku ini berisi penjelasan singkat sekitar pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakterin)
dalam rangka Sistem Ganda (PSG) dan jurnal atau laporan kegiaan harian siswa peserta
Prakterin.
Dengan diterbitkan buku ini diharapkan data membantu pihak-pihak terkait dalam
pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakterin) di SMK Taruna Pekanbaru sehingga
penyelenggaraanya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN SEKOLAH.........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN….............................................................
iii
HALAMAN BIMBINGAN LAPORAN.............................................................................
iv
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
v
DAFTAR
ISI........................................................................................................................ vi
DAFTAR
GAMBAR........................................................................................................... vii
DAFTAR
LAMPIRAN........................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
praktek.............................................................................................. 1
1.2 Tujuan pelaksanaan
praktek...................................................................................... 2
1.3 Waktu dan tempat pelaksanaaan
praktek.................................................................. 3
1.4 Kerangka laporan
praktek......................................................................................... 4
BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN
2.1 Sejarah
perusahaan.................................................................................................... 5
2.2 Struktur organisasi
perusahaan.................................................................................. 6
2.3 kepegawaian (menjelaskan tugas-tugas dan fungsi dari pada struktur
tersebut)....... 7
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Teori : -
Fungsi......................................................................................................... 8
- Prinsip
kerja................................................................................................ 9
- Data
teknis.................................................................................................. 10
3.2 Persiapan perbaikan : -
Alat..................................................................................... 11
-
Bahan.................................................................................. 12
3.3 Keselamatan
kerja..................................................................................................... 13
3.4 Overhoul : -
Bongkar................................................................................................ 14
-
Pemeriksaan/perbaikan......................................................................... 15
-
Pemasangan.......................................................................................... 16
-
Penyetelan............................................................................................. 17
-
Pengujian............................................................................................... 18
3.5 Trouble
shooting........................................................................................................ 19
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................
.. 20
4.2 Saran-
saran................................................................................................................. 21
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendidikan kejuruan bertujuan menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta
mengembangkan sikap professional, menyiapakan siswa agar mampu memliki karir,
mampu berkopetensi dan mampu mengembangkan diri, menyiapkan tenaga kerja
tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini
maupun masa yang akan datang, dan menyiapkan tamatannya agar menjadi warga
negara produktif, adaptif dan kreatif.
Upaya untuk menjamin bahwa angkata kerja pada masa mendatang adalah angkatan
kerja yang lebih bermutu dibandingkan dengan angkatan yang ada pada saat ini, salah
satunya melalui pengenalan dan penerapan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada
sekolah menengah kejuruan (SMK), yang telah dimulai sejak tahun pembelajaran
1993/1994 (Kurikulum edisi tahun 1994)
Penyelengaraan kurikulum dengan pola sistem ganda adalah pendidikan yang
dilaksanakan disekolah dan didunia usaha atau dunia industri (DUDI) sebagai
perwujudan keterlibatan masyarakat meningkatkan mutu pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan di dunia usaha atau dunia indusri dapat berupa Praktek Kerja
Industri (Prakterin) atau berupa pemegangan.
BAB II
DESKRIPSI PERUSAHAAN
Buanamobil Sentral Trada (SUZUKI) didirikan pada 1 Januari 2008 oleh Tenny
wibowo. Dan diresmikan tanggal 1 Juli 2008 dengan 3 orang mekanik yaitu
Deswandi,Dadang dan Hendra. Buanamobil Sentral Trada (SUZUKI) sekarang
dipimpin oleh bapak Arief dan Kepala Mekanik (Kepala Bengkel) dipimpin oleh Ronny
Gunawan.Buanamobil Sentral Trada (SUZUKI) sekarang sudah mempunyai 8 cabang
di Riau dan Buanamobil Sentral Trada berpusat di Jakarta dengan nama perusahaan
Buana Indomobil Trada.Sekarang Buanamobil Sentral Trada (SUZUKI) mempunyai 18
orang mekanik dan ±300 orang karyawan.
Sebagai manufaktur dari berbagai produk yang menekankan pada segi mobilitas, kami
juga menganggap posisi ini sebagai bagian dari tanggung jawab kami untuk membuat
mobil yang tidak hanya aman bagi para pengemudi, melainkan juga bagi seluruh
pemakai jalan. Kami telah berkomitmen untuk mempromosikan sistem mengemudi
yang lebih aman dan untuk membuat produk yang aman bagi semua orang.
Ronny Gunawan
Service Manager
Service Manager
• Membuat Rencana Kerja dan target bengkel untuk periode 1 tahun maupun detail per
bulan.
• Memonitor dan memvalidasi aktivitas harian & bulanan bengkel.
• Membuat program kerja dan menjalin kerjasama yang baik dengan pihak
terkait (asuransi, vendor ) untuk meningkatkan performa bengkel secara keseluruhan.
• Menjalin hubungan dan koordinasi yang baik dengan ATPM Suzuki.
• Menjalankan program dan ketentuan yang dibuat oleh ATPM secara konsisten.
• Menjalin kerjasama dengan Beres’S lain untuk pertukaran informasi yang bersifat teknis
maupun non -teknis.
• Membuat Field Technical Information Report ( FTIR ) untuk masalah teknis produk
sesuai ketentuan ATPM.
• Memonitoring dan menggerakan seluruh elemen bengkel agar melakukan kegiatan
service sesuai dengan SQS.
• Menjamin seluruh fasilitas & peralatan di area pelanggan dan area bengkel tersedia
dengan lengkap dan berfungsi dengan baik.
• Melakukan koordinasi dengan staf yang ada dibengkel untuk meningkatkan kerjasama
antar bagian dibengkel.
• Komunikasi intensif dengan ATPM, Pelanggan dan Beres’S lain.
• Kontrol dan koordinasi instensif dan detail proses internal di bengkel.
• Penanganan solusi yang cepat dan tepat untuk masalah teknis, produk dan pelayanan di
bengkel.
• Membuat FTIR
• Ide dan konsep program promosi bengkel.
• Monitor warranty claim.
• Penanggung jawab SQS.
Service Advisor (SA)
• Menangani dan memonitor proses dari reservasi hingga tindak lanjut pasca service pada
pelanggan.
• Melakukan proses penyambutan pelanggan, menganalisa pekerjaan, spare part’s,
membuat estimasi waktu dan biaya perbaikan pada pelanggan.
• Memastikan kondisi fisik kendaraan dengan melakukan pemeriksaan disekeliling area
bodi dan interior kendaraan dengan mengacu pada standar SQS.
• Memberi penjelasan kepada pelanggan mengenai pekerjaan yang akan dilakukan sesuai
dengan SQS.
• Memberi informasi terbaru kepada pelanggan dalam setiap proses pekerjaan ( Tracking )
minimal 2X setiap proses perbaikan.
• Menjamin kendaraan selesai dan siap pada waktu yang telah dijanjikan kepada
pelanggan.
• Melakukan koordinasi dengan Service Relation Officer untuk proses reservasi ( service
& booking ) dan tindak lanjut pasca service terkait dengan pelayanan.
• Melakukan koordinasi dengan Foreman dalam hal penanganan keluhan kendaraan
pelanggan.
• Menjamin kualitas perbaikan dan pencucian dengan baik.
• Melakukan interaksi dan komunikasi dengan baik dengan pelanggan untuk memasarkan
jasa yang ditawarkan bengkel, sesuai dengan ketentuan ATPM Suzuki.
• Sebagai “LINI DEPAN “ bengkel untuk memberikan penjelasan secara teknis dan dapat
diterima pelanggan dengan baik untuk semua masalah teknis produk dan pelayanan
bengkel.
• Melakukan tindak lanjut pasca service ( Service follow-up sesuai dengan ketentuan dari
ATPM Suzuki)
• Interaksi langsung dengan pelanggan.
• Monitoring proses reservasi sampai tindak lanjut pasca service.
• Penawaran jasa bengkel sesuai dengan aturan ATPM Suzuki.
• Rekomendasi perbaikan.
Admin Service
• Membuat laporan bulanan dan mengirimkannya ke ATPM Suzuki
• Menangani proses penagihan warranty claim ke ATPM Suzuki
• Menangani kegiatan administrasi bengkel
• Proses rekapitulasi dan penagihan warranty claim ke ATPM Suzuki
• Rekapitulasi laporan bulanan dalam bentuk / format elektronik
• Pekerjaan adminstratif lainnya
Foreman
• Membuat detail diagnosa dan instruksi pekerjaan untuk menangani masalah yang ada
pada kendaraan pelanggan
• Menangani dan memonitor proses pekerjaan kendaraan pelanggan sesuai dengan
ketentuan Service Quality Standard (SQS)
• Menganalisa dan memberikan persetujuan suku cadang sesuai dengan perbaikan
kendaraan di dalam Form Permintaan Suku Cadang dan memberikannya ke staff suku
cadang
• Memeriksa kondisi kendaraan setelah kendaraan selesai diperbaiki dan memastikan
semua pekerjaan telah selesai dikerjakan sesuai dengan SPK dan tidak terdapat masalah
pada kendaraan pelanggan
• Berdasarkan hasil pemeriksaan, memberikan saran perbaikan pada pelanggan yang
prosedurnya telah diatur dalam Servcie Quality Standard (SQS)
• Membantu Service Advisor menangani pelanggan terkait dengan masalah teknis
• Memimpin 1 atau lebih group atau kelompok teknisi
• Berkoordinasi secara continue dengan service advisor
• Melakukan pemeriksaan akhir kendaraan (Final Check)
• Test jalan pada kendaraan untuk masalah – masalah tertentu .
Teknisi
• Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan surat perintah kerja dan sesuai dengan intruksi
dari Foreman
• Memasangkan fender cover standar Suzuki dengan ketentuan service quality standard
(SQS) untuk melindungi agar kendaraan pelanggan tidak rusak / tergores
• Memastikan kendaraan diserahkan pada proses berikutnya dalam keadaan bersih dan
rapih serta memasukan suku cadang bekas ke dalam kantong suku cadang
• Berkoordinasi dengan Foreman untuk menganalisa pekerjaan tambahan selama proses
• Melakukan perbaikan kendaraan sesuai dengan prosedur yang benar
Driver
• Memindahkan kendaraan pelanggan ke stall pemeriksaan awal dan memindahkan
kendaraan pelanggan dari stall pemeriksaan akhir ke area cuci kemudian ke area
penyerahan kendaraan
• Pengaturan kendaraan
Kasir
• Melakukan proses tagihan servis kepada pelanggan
• Menerima pembayaran dari pelanggan
• Proses pembayaran harian
• Metode pembayaran : tunai, kredit, dan elektronik
BAB III
BALANCING DAN SPOORING
BALANCING
Pengertian : Untuk mengetahui Getaran pada Ban sehingga dapat diketahui seberapa
besar getaran atau goyangan pada Ban dan dapat diketahui Ban itu layak di pakai atau
tidak.
Balancing bisa diartikan, menimbang sisi-sisi ban dan pelek untuk mencapai bobot
seimbang. Manfaatnya, menghindari getaran pada lingkar kemudi saat mobil berjalan,
baik pada kecepatan rendah maupun tinggi. Gunanya untuk mengecek putaran atau
getaran yang ditimbulkan di setiap putaran roda. Berat semua pelek harus sama, jika tak
sama bisa menimbulkan getaran pada kemudi.
Roda adalah salah satu komponen kendaraan yang menopang berat kendaraan.
Roda terdiri dari ban dan pelek. Ban juga mengikuti perubahan arah gerak kendaraan
mengikuti putaran roda kemudi. Selain itu ban juga berfungsi meredam getaran dari
jalan. Keausan ban sangat dipengaruhi oleh fungsi dari suspensi, steering dan
penyetelan front wheel alignment. Sehingga ban dan pelek menjadi komponen yang
mempunyai fungsi vital dalam kendaraan.
Kondisi ban juga sangat mempengaruhi kenyamanan dan safety pengendara. Ban
dan pelek akan mengalami perubahan kualitas dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan medan dan cara penggunaan kendaraan. Roda dan ban harus balance (seimbang)
agar tidak terjadi getaran. Saat roda berputar, terjadi gaya sentrifugal pada tiap bagian
roda dan ban dimana sejumlah gaya tertarik keluar dari ban. Gaya ini semakin menguat
saat rotasi roda semakin cepat. Jika massa sudah merata ke seluruh roda dan ban (tidak
ada titik berat), gaya akan seimbang maka gaya sentrifugal tidak akan memiliki efek
hambatan. Jika ban memiliki titik berat maka ban akan tidak seimbang (unbalance)
dimana gaya sentrifugal lebih besar pada salah satu titik ban yang akan menarik gaya
yang kuat saat ban berputar. Ini akan membuat roda dan ban bergerak ke atas dan ke
bawah atau dari sisi satu ke sisi yang lainnya (oblak). Sehingga pengendara akan
merasakan goncangan atau getaran akibat roda yang tidak balance.
Teknisnya adalah sebagai berikut :
Gaya Sentrifugal
Kenapa beratnya harus seimbang? Karena pada saat ban berputar, akan terjadi gaya
sentrifugal yang merata. Namun bila ada salah satu roda yang titik beratnya berbeda,
maka gaya sentrifugal akan cenderung ke arah titik yang lebih berat. Sehingga akan
menimbulkan getaran yang pada akhirnya membuat tidak nyaman. Selain itu akan
memperpendek usia komponen suspensi seperti ball joint, sokbreker, tie rod dan
bushing-bushing akibat adanya getaran tersebut.
Timah Balanced
Pada proses balancing, untuk memperoleh berat seimbang dipergunakan timah khusus
yang ditempelkan pada velg untuk menambah berat yang kurang (supaya seimbang).
Beratnya berbeda-beda, tidak bisa ditentukan berapa banyak timah yang diperlukan
untuk menyeimbangkan satu velg, baik sisi kiri maupun sisi kanan.
KETERANGAN :
Balancing di lakukan apabila setir atau kemudi mobil bergetar
Balancing di lakukan lebih dahulu sebelum spooring dilakukan
PENGECEKAN :
-Lepaskan dop keildi velg dan di tempat yang benar
-Periksa roda satu persatu,Apakah roda bisa di balance atau tidak
-Pasang roda pada alat balance dan putar dengan tangan
-Bila roda kurang bulat atau goyang kekiri atau kekanan di sarankan untuk
tidak di balance (Laporkan ke pemiliknya)
-Beri tanda pada ban dan velg dengan kapur (A.Bagus B.Cukup C.Kurang)
SEBELUM DI BALANCE
Agar ban duduk dengan sempurna di rim,isi angin s/d 30 psi
Lepaskan batu-batu atau kotoran pada ban dan timah pada ban
Lihat atau cari data velg (lebar lingkaran) bila tidak ada ukur dengan alat
Sesuaikan dengan velg ke mesin balance
PADA SAAT BALANCE
Lakukan balance
Amplas atau bersihkan bagian velg yang ada di tempat dengan timah
Kerok atau ratakan timah agar rem menempel dengan kuat
SESUDAH DI BALANCE
Kencangkan valve core atau isi pentil
Kurangi tekanan angin sesuai standar
Pilih ban bagus A dan pasang di depan
Kencangkan mur roda dengan tangan terlebih dahulu
Keterangan : Jika kecepatan kurang dari 100 km/jam = Balance
Jika kecepatan lebih dari 100 km/jam =Finish Balance
KERUSAKAN
Terjadi karena jalan yang tidak bagus atau tidak rata sehingga mengakibatkan getaran
pada stir kendaraan, mengakibatkan tidak seimbangnya pada roda dan perlu di balance.
CARA AGAR RODA TIDAK GOYANG
Roda di beri timah sesuai dengan goyangnya ban pada mesin balance sehingga ban atau
roda tidak goyang atau bergetar pada stir lagi.
-Pemasangan Timah Jepit
TIMAH TEMPEL
Timah tempel biasa di gunakan untuk velg racing saja,timah di tempelkan pada velg
luar dan dalam sesuai dengan ukuran goyangan roda pada mesin balance.
TIMAH JEPIT
Timah jepit di gunakan untuk velg standar saja,timah di jepit pada velg sesuai dengan
ukuran goyangan pada mesin balance.
Meskipun timah balance tempel bisa dipasang pada semua velg, tapi dianjurkan jangan
dilakukan. Karena akan mempengaruhi tingkat akurasinya. Sebaiknya pakai timah yang
sesuai dengan tipe velg.
BERAT TIMAH
5,10,15,20,25................(KELIPATAN
5)
Standard Operational Balancing
Berikut langkah – langkah penyetelan Balancing dengan computer ( John Beam ):
Keselamatan kerja
Bekerja sesuai dengan petunjuk kerja/jobsheet
Gunakan pakaian kerja / wearpack
Gunakan alat sesuai fungsi dan kapasitasnya
Konsentrasi pada pekerjaan
Langkah Kerja
Keterangan : Tekanan ban standar dapat diperiksa pada Label Sertifikasi yang bisa
ditemukan di belakang pintu sisi pengemudi atau pada pilar.
Nilai standar ini juga dapat dilihat di buku Pedoman Pemilik atau Pedoman Servis.
Periksa dan setel tekanan udara saat ban dalam keadaan dingin.
Penting : Tekanan Ban pada kendaraan jenis Ertiga adalah
Ban Depan = 30 psi
Ban Belakang = 35 psi
4. Setelah pemeriksaan selesai, balance roda dapat dilakukan.
5. Set roda
Lepas semua beban yang telah terpasang pada roda.
Sambil memperhatikan pemusatan roda dan poros balance, kencangkan adaptor dengan
kokoh agar tidak lepas.
6. Input data roda
Baca lebar lingkar dan diameter lingkar dari tulisan di roda dan masukkan data tersebut
ke dalam balance.
Ukur dan masukkan jarak dengan pengukur balance.
7. Ukur keseimbangan
Tutup penutup ban dan ukur keseimbangan.
Perhatian:
Serpihan logam atau batu dapat beterbangan selama pengukuran, oleh karena itu
turunkan penutup.
8. Setel keseimbangan
Pasang beban pada posisi IN dan OUT yang ditunjukkan oleh balance.
Menggunakan tang pemukul, kencangkan beban pada roda.
Perhatian:
Pilih beban yang sesuai dengan tipe roda.
9. Periksa kembali keseimbangan dan setel sehingga hasil yang keluar pada alat balance
roda menjadi 0 gram.
10. Lakukan langkah kerja 3 sampai langkah kerja 9 pada roda yang akan dibalance
berikutnya
SPOORING
Spooring adalah meluruskan roda antara depan dan belakang kedudukan roda
sesuai dengan spesifikasi dari tipe mobil. Dengan kata lain, spooring adalah
menyelaraskan kedudukan tiap roda depan anatara roda kiri dan roda kanan
( penyelarasan FWA ). Efek yang ditimbulkan dari penyetelan front wheel alignment
dapat dianalisa dengan adanya pengamatan serta pengujian. Kekurangan dari penyetelan
front wheel alignment ini terdetksi dari percobaan tes jalan lurus, jalan berbelok, saat
posisi kembali dari perlakuan berbelok, keausan bagian – bagian ban yang mendapat
traksi pada bidang jalan serta seberapa factor keselamatan dari pengemudi.
Kenyamanan berkendara merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dimiliki
sebuah kendaraaan. Karena berhubungan dengan keamanan atau safety untuk
pengendara, penumpang, kendaraan itu sendiri ataupun terhadap kendaraan lain, dan
terbentuknya keadaan regulasi lalu lintas yang baik. Salah satu faktor yang sangat
berperan adalah kondisi steering/kemudi kendaraan. Kemudi berfungsi sebagai pengatur
arah kendaraan yang dilakukan oleh driver, sehingga kondisi kemudi mempengaruhi
driver dalam rangka mengontrol laju kendaraan itu sendiri. Kondisi kemudi yang
kurang baik akan mengakibatkan ketidaknyamanan bai driver, sehingga cepat lelah dan
lebih besar lagi berdampak pada terjadinya kecelakaan
Aspek pengamatan dari pengujian tersebut meliputi camber, caster, toe angle, dan
kingpin inclination. Pengamatan secara visual dapat terdeteksi dengan adanya pola pada
keausan ban.
Langkah Kerja
I. Lakukan pemeriksaan, baik secara visual maupun dengan tes jalan kendaraan
II. Posisikan mobil pada ruang spooring dengan kedua roda depan berada tepat di atas tapak
spooring agar roda depan dapat berbelok dengan mudah saat penyetelan.
III. Ukur tekanan seluruh ban mobil ( untuk mobil jenis ERTIGA yang diperiksa adalah ban
depan : 30 psi, ban belakang : 35 psi )
IV. Pastikan system suspensi mobil dalam keadaan stabil
V. Pasang rem tangan
VI. Hidupkan computer spooring dan Masuk ke menu spooring lalu ikuti langkah
selanjutnya
Masuk ke menu Spooring
Pilih “begin new alignment”
Pilih “front ( steering may not be level)”
Pilih jenis kendaraan yang akan dispooring
Komputer masuk ke menu runout compensation
VII. Pasang head sensor pada roda lalu ikuti perintah pada layar computer sampai
muncul gambar penyetelan pada layar yang menandakan penyetelan telah dapat
dimulai.
POSISI HEAD SENSOR YANG BENAR
Komputer masuk ke menu Front Wheel setting
VIII. Periksa jenis kesalahan sudut roda yang ditunjukkan pada layar
IX. Kendorkan baut pengikat tie rod untuk mempermudah penyetelan
X. Lakukan penyetelan pada tie rod, camber dan caster sampai computer
menunjukkan bahwa sudut – sudut FWA telah memenuhi toleransi ( ditandai dengan
berubahnya warna pada layar sudut dari merah ke hijau )
XI. Setelah semua penyetelan selesai dilaksanakan terhadap FWA, pastikan baut –
baut pengikat dikunci rapat kembali
XII. Lepaskan head sensor dari roda kendaraan;
XIII. Tekan tombol F6 pada keyboard computer spooring untuk keluar dari menu
spooring;
XIV. Lakukan check and recheck terhadap kondisi kendaraan pasca spooring;
XV. Lakukan pengujian jalan kendaraan untuk memastikan bahwa kendaraan sudah
tidak mengalami gangguan lagi seperti saat sebelum dilaksanakannya spooring.
XVI. Rapikan peralatan setelah spooring selesai dilaksanakan.
Wheel Alignment adalah Sudut sudut tertentu yang sesuai dengan persyaratan tertentu
pada roda yang Terpasang pada Suspensi dan Chassis.
Hal tersebut Sangat berpengaruh Terhadap Kenyamanan dan kestabilan berkendaraan.
Karena itu penting untuk selalu melakukan pemeriksaan Wheel Alignment secara
berkala Agar kendaraan tersebut tetap nyaman dikendarai.
Artinya kendaraan akan mudah di kemudikan dan lebih stabil Apabila roda roda
tersebut di setel Secara tepat dan sesuai dengan ketentuan (Spesifikasi kendaraan).
Kelurusan dari roda-roda depan, adapun faktor-faktornya dari pada Front Wheel
Aligment (FWA) tersebut adalah: -Camber
-Caster
-King pin Inclination
-Toe-in
-Toe-out
-Turning-radius
Bahkan bila ada satu dari elemen ini tidak benar, maka akan terjadi problem-problem
berikut:
Bagian depan roda kendaraan dipasang dengan bagian atas miring keluar atau ke dalam.
Ini disebut "camber" diukur dengan derajat kemiringan dari garis vertikal. Bila sisi atas
roda miring keluar, maka disebut dengan "camber positif". Sebaliknya, kemiringan ke
dalam disebut "camber negatif".
Pada mobil-mobil seri awal, roda mendapat camber positif untuk menambah ketahanan
poros depan, dan untuk membuat ban bersentuhan dengan permukaan jalan pada sudut
yang benar untuk mencegah ban aus yang tidak sama pada jalan dimana pusat jalan
lebih tinggi dari batas jalan.
Pada mobil-mobil modern, suspensi dan poros lebih kuat daripada waktu yang lalu dan
permukaan jalan lebih datar, sehingga kebutuhan akan camber positif berkurang.
Akibatnya, ban disesuaikan lebih ke zero camber (dan ada beberapa kendaraan yang
benar-benar zero camber). Bahkan, camber negatif sekarang lebih umum digunakan
pada mobil penumpang untuk menambah performa menikung.
PETUNJUK SERVIS:
Bila roda mendapat camber positif atau negatif yang berlebihan, maka akan terjadi ban
aus yang tidak rata.
Bila roda mendapat camber negatif yang berlebihan, ban aus lebih cepat pada sisi
dalam;
bila roda mendapat camber positif yang berlebihan, ban aus lebih cepat pada sisi luar.
1. Umum
Wheel alignment terdiri dari beberapa item seperti camber, caster, steering axis
inclination, dll., dan tiap item saling berhubungan erat dengan item-item lainnya. Saat
memeriksa dan memperbaiki, sangatlah penting untuk mempertimbangkan semua item
dan bagaimana beberapa item itu berhubungan satu sama lain.
Bila beban vertikal diberikan kepada ban yang mempunyai camber, suatu gaya
dihasilkan di arah horisontal. Gaya ini disebut "camber thrust" dan bekerja pada bagian
dalam kendaraan untuk camber negatif dan bagian luar kendaraan untuk camber positif.
Saat menikung, karena kendaraan condong keluar, camber ban menjadi lebih
positif, camber thrust ke arah dalam dari kendaraan dikurangi, dan gaya menikung
berkurang.
Camber negatif menekan camber positif ban saat menikung dan membantu menjaga
gaya menikung yang cukup.
Camber Saat Menikung
Saat kendaraan menikung, camber thrust pada ban bagian luar berfungsi untuk
mengurangi gaya menikung karena kenaikan camber positif. Gaya sentrifugal
memiringkan kendaraan yang sedang menikung akibat kerja dari pegas suspensi,
sehingga mengubah camber.
PETUNJUK:
Menikung selalu diikuti oleh gaya sentrifugal, dimana ban memaksa kendaraan
membelok lebih lebar dari yang diinginkan oleh pengemudi kecuali kendaraan dapat
memberikan gaya perlawanan yang cukup -yaitu, gaya sentripetal- untuk
menyeimbangkan ini. Gaya sentripetal dihasilkan oleh deformasi dan selip sisi dari alur
ban yang terjadi karena friksi antara ban dan permukaan jalan. Ini disebut cornering
force (gaya menikung).
Camber Nol dan Camber Positif
Camber nol
Alasan utama menggunakan camber nol (zero camber) adalah untuk mencegah aus ban
yang tidak sama. Bila roda diberikan camber positif atau negatif, kemiringan relatif ban
ke permukaan jalan menghasilkan perbedaan radius putar ban bagian dalam dan luar
saat ban berputar, sehingga ban menjadi aus tidak rata. Camber nol mencegah hal ini.
Camber positif
Fungsi dari camber positif adalah sebagai berikut:
Reduksi dari beban vertikal
Dalam kasus camber nol, beban pada as diberikan ke arah F’.
Beban F' yang diberikan pada as berubah ke beban F yang diberikan pada arah spindle
joint (penghubung as) dengan menyertakan camber positif.
Karenanya, beban momen yang diberikan ke as dan steering knuckle berkurang.
Pencegahan dari slip-off roda
Beban F atas roda dapat dibagi menjadi F1 dan F2.
F2 adalah gaya untuk arah dari spindle axis (poros as) dan akan mendorong roda ke
dalam.
Gaya ini mencegah roda meleset/tergelincir dari as-nya.
B. CASTER
SUDUT CASTER
Sudut Caster adalah antara kangpin dengan garis vertikal yang di lihat dari samping
kendaraan. Caster ada yang positif(+) dan ada juga negatif(-).
Fungsi utama dari caster adalah mengembalikan roda depan ke posisi lurus. Jika simbol
”T” digunakan untuk mengidentifikasikan titik dimana garis perpanjangan bagian
tengah kingpin bertemu dengan permukaan jalan. ”T” berada didepan garis tengah ban
pada permukaan jalan. Titik perpotongan yang sama dapat dihasilkan dari kingpin
vertical jika posisinya dipindahkan ke depan tanpa menyediakan sudut inklinasi.
-penyetelan camber melalui baut dudukan knucle.
dengan caster positif titik pusat permulaan singgung ban dengan jalan berbeda di
belakang titik potog perpanjangan sumbu king pin dengan jalan. Oleh karena roda akan
tertarik sehingga secara otomatis roda-roda depan akan lurus ke depan, selain dari pada
itu kemudi akan di kembalikan pada posisi lurus kembali, ini yang di maksud dengan
caster efect.Caster pada sepeda dan rol piono.
Bila roll piono di dorong searah tanda panah maka roll tersebut dapat bergerak lurus ke
depan karena titik singgung roll berada di titik potong king pin dengan permukaan jalan.
Jarak di antara ke dua titik ini di sebut lead atau trail oleh karena terdapat jarak
tersebutmaka akan timbul caster efect dan bila jarak tersebut bertanbah besar maka
ncaster efecnya bertambah besar pula.
Dalam hal ini titik pusat persinggungan sumbu frok(sumbu garpu depan) dengan jalan.
Oleh karena itu si pengendara dapat mengendarai kendaraannya lurus ke depan dengan
melepas tangan sebab caster akan msenjaga roda tetap lurus ke depan. Caster yang
dipasangkan pada mobil sama seperti sepeda tetapi ada pengecualiannya bahwa
kingpannya berfungsi sebagai garpu pada sepeda.
Ada juga kingpin jenis balljoint tetapi casternya sama saja, besar sudut caster kira-kira
1’-3’. Caster dapat mengembalikan kemudi pada posisi roda depan lurus kembali.
Apabila casternya bertambah besar maka akan terjadi hal yang berlawanan yaitu
pengemudi harus mengeluarkan tenaga yang besar ketika membelokkan kemudi.
Caster dan Caster trail
Caster adalah kemiringan ke depan atau ke belakang dari poros steering. Caster diukur
dalam derajat dari poros steering ke posisi vertikal seperti yang terlihat dari samping
kendaraan.
Kemiringan ke belakang dari garis vertikal disebut dengan "caster positif", sedangkan
kemiringan ke depan disebut dengan "caster negatif".
Jarak persimpangan garis tengah poros steering dengan tanah, terhadap titik pusat ban
ke daerah kontak dengan tanah disebut caster trail.
Sudut caster mempengaruhi kestabilan jalan-lurus dan caster trail mempengaruhi
pengembalian roda setelah membelok.
PETUNJUK SERVIS:
Bila roda diberikan caster positif yang berlebihan, kestabilan jalan-lurus dapat
diperbaiki, tapi menjadi sulit membelok.
K
estabilan Jalan-lurus dan Pengembalian Roda
Geometri Nachlauf dan Vorlauf
Secara umum, sudut caster harus ditambah untuk menambah caster trail. Namun,
bahkan bila sudut caster tetap sama, caster trail dapat diset seperti yang diinginkan
dengan membuat offset sumbu steering ke depan atau belakang dari pusat roda.
Geometri Nachlauf mampu membuat caster trail bertambah dengan
membuat steering axis offset ke depan dari pusat roda.
Geometri Vorlauf mampu membuat caster trail berkurang dengan
membuat offset sumbu steering ke belakang dari pusat roda.
Pada kendaraan yang sebenarnya, bermacam setting dibuat oleh geometri Nachlauf dan
Vorlauf supaya dapat menyesuaikan dengan karakteristik kendaraan.
Poros yang digunakan roda berbelok ke kiri dan ke kanan saat roda itu berputar, disebut
dengan "steering axis". Poros ini ditemukan dengan menggambar garis imajiner antara
bagian atas mounting atas peredam kejut dan ball joint lower arm suspensi (untuk
suspensi tipe strut).
Garis ini dimiringkan ke dalam bila dilihat dari depan kendaraan dan disebut dengan
"steering axis inclination" (S.A.I) atau "kingpin angle". Sudut ini diukur dalam derajat.
Sebagai tambahan, jarak "L" dari persimpangan dari steering axis dengan tanah ke jarak
persimpangan garis pusat roda dengan tanah disebut "offset", "kingpin offset" atau
"scrub radius".
Fungsi dari Kemiringan Steering Axis
PETUNJUK:
Pada mobil dengan mesin depan penggerak roda depan, offset biasanya ditetapkan kecil
(nol atau negatif) untuk menghindari perambatan guncangan ban ke roda kemudi yang
terjadi saat pengereman atau karena gangguan jalan, dan untuk meminimalkan momen
yang dihasilkan di sekitar steering axis oleh gaya gerak saat mulai berjalan yang cepat
atau akselerasi.
PETUNJUK SERVIS:
Bila terdapat perbedaan antara sudut pengemudian pada sisi kiri dan kanan, maka akan
ada pula perbedaan antara momen yang terjadi di sekitar steering axis pada sisi kiri dan
kanan saat pengereman dan tenaga pengereman akan menjadi lebih besar pada sisi
dengan sudut steering yang lebih kecil. Selain itu, perbedaan apapun antara offset kiri
dan kanan akan menghasilkan perbedaan tenaga reaksi gerak (torsi kemudi) pada sisi
kiri dan kanan. Dalam kasus apapun, gaya itu akan mencoba membelokkan kendaraan.
C. KING PIN INCLITION
Kingpin inclination adalah kemiringan ke dalam sumbu roda terhadap garis vertikal saat
dilihat dari depan kendaraan. Fungsi utama kingpin inclination adalah membawa titik
tengah ban bertemu dengan garis perpanjangan kingpin centre seperti efek dari camber.
Dengan kingpin inclination roda tidak perlu camber yang terlalu besar. Sudut kingpin
inclination dikombinasikan dengan sudut caster menghasilkan efek pengembalian
steering wheel ke posisi lurus sedangkan sudut camber memungkinkan berbelok lembut.
Bagian atas kin pin(gareis yang melalui ball joint bawah) di miringkan ke arah
dalam,besar sudut king pin ini 70’.Roda depan berputar di sekitar kingpin kemudi di
putarkan bila kingpin tidak ada, karena adanya tahanan jalan kemudi akan menjadi tidak
stabil.
Dengan adanya kingpin inklination bersama sama dengan adanya camber, maka jarak E
(off set) akan menjadi sangat kecil dan kemudi akan menjadi stabil, karena roda-roda
berputar di sekitarnya kingpin,khususnya ketika kendaraan sedang berhenti maka gaya
untuk memutar kemudi akan lebih kecil.juga karena adanya kingpin,roda-roda akan
mengangkat poros ketika kemudi putar sehingga roda-roda akan kembali ke poisi lurus
kembali. Karena berat kendaraan yang menekan poros roda seolah-olah ada gaya yang
tersimpan.
D. Sudut toe (toe-angle, toe-in dan toe-out)
Toe adalah kemiringan roda depan dan belakang bila dilihat dari atas kendaraan. Sudut
pemasangan roda disebut sudut toe .
Toe Angle Saat roda depan dilihat dari atas, bagian depan roda lebih kecil dibandingkan
bagian belakang roda. Masuknya roda depan disebut dengan toe in dan perbedaan antara
jarak “A” dan “B” adalah nilai aktual dari toe in.
- sudut CA adalah toe out.sedangkan sudut CB adalah toe in
Nilai dari toe in dapat diatur dengan menyetel panjang tie rod. Dengan toe in roda
berusaha tergulir kedalam. Dengan camber, roda depan miring keluar saat dilihat dari
atas sehingga roda berusaha tergulir keluar. Akan tetapi, titik pusat dimana ban tergulir
keluar dipindahkan ke depan dengan adanya sudut toe in pada roda depan sehingga roda
dapat bergulir dengan lurus.
Salah satu fungsi dari toe in adalah untuk mengimbangi efek miring keluarnya
roda depan (camber), sehingga roda depan dapat bergulir dengan lurus. Untuk alasan
ini, jumlah toe in harus ditentukan dengan hati-hati dengan memperhatikan sudut
camber.
Karena sudut camber bervariasi dengan sudut caster, toe in harus disetel setelah
penyetelan sudut camber dan caster. Saat kendaraan berjalan lurus, roda depan
cenderung bergulir keluar, tetapi kecenderungan ini diatasi oleh toe in, dan tie rod bebas
dari regangan yang berlebihan.
Sedangkan toe out adalah bagian roda depan bagian depan yang lebih lebar dibanding
dengan roda depan bagian belakang bial dilihat dari atas kendaraan.
Bila roda depan kita lihat dari atas sebenarnya tidak sejajar tetapi ada selisih jarak antara
proyeksi belakang dan depan,di mana:
A = jarak roda bagian depan
B = jarak roda depan bagian belakang
Jadi, A < B
Bila B lebih besar dari A disebut Toe-out, akibat roda depan di beri camber maka roda
berusaha menggelinding keluar tetapi karena roda depan besar cambernya sama maka
roda depan akan lurus kedepan hanya akan menjadi slip sehingga ban cepat aus dan juga
kemudi tidak stabil.untuk menjegah hal terebut maka di perlukan Toe-in,besarnya Tor-
in kira-kira 2-5 mm.Dengan adanya Toe-in roda akan berusaha meluncur ke arah dalam
sepanjang garis titik C. Jadi Toe-in ini dimaksudkan untuk melawan gaya dari camber
roll sehingga roda akan bergerak ke posisi lurus tanpa slip.
Untuk penyetelan roda depan harus di lakukan dengan menggunakan alat-alat pengetes.
Pada model suspensi indevent besarnya Toe-in di stel oleh tri rod kiri dan
kanan,sedangkan besar sudut caster dan camber di stel dengan menambah atau
mengurangi jumlah shim yang di sisipkan pada upper arm dan rangka.
Pada model suspensi tetap(satu poros)Toe-in di stel dengan mengubah tri rod yang
panjang dan besar caster dapat di stel dengan menyisipkan besi tirus antara pegas daun
dan rumah poros.
PETUNJUK SERVIS:
Bila toe-in berlebihan, maka gaya selip bagian sisi menyebabkan aus ban yang tidak
seimbang. Bila toe-out lebih besar, maka akan sulit untuk menjaga kestabilan jalan di
jalan lurus.
PETUNJUK:
Selip samping adalah jarak total selip dari ban kiri dan kanan ke sisi samping saat
kendaraan sedang berjalan.
Pada kedua kasus toe-in dan camber negatif, selip samping terjadi ke arah luar.
Dengan memberikan sudut belok kanan dan kiri yang berbeda akan mensinkronkan titik
pusat putaran untuk keempat rodanya dan dapat meningkatkan stabilitas pengendaraan
saat membelok.
Sebagai contoh, pada tipe sistem steering dimana tie rod berada di belakang as,
bila knuckle arm kanan dan kiri dinaikkan supaya sejajar dengan garis tengah
kendaraan, sudut steering kiri dan kanan akan sama (α = β). Tiap roda akan berbelok
pada titik usat yang berbeda (O1 dan O2) bahkan bila roda tersebut mempunyai radius
yang sama (r1 = r2), akan terjadi selip samping pada salah satu ban.
Tetapi, bila knuckle arm miring dari garis tengah kendaraan, karena roda kiri dan kanan
mempunyai sudut belok yang berbeda (α < β), mereka dapat diset untuk menikung
dengan radius putar yang berbeda (r1 > r2) dan kira-kira pada titik pusat yang sama (O),
sehingga dapat diperoleh sudut kemudi yang benar.
Ditetapkan oleh standar keamanan bahwa turning radius dari kendaraan diukur dengan
membuat kedua belokan kiri dan kanan harus 12 meter atau kurang. Turning radius
diukur dengan metode berikut. Saat menggunakan turning radius gauge, steering angle
diukur dengan kendaraan dalam kondisi kosong.
Jika turning radius gauge tidak tersedia, methode berikut dapat digunakan untuk
mengukur turning radius. Dengan steering wheel diputar sampai mengunci, buat
belokan pada kecepatan rendah dan kemudian ukur jarak antara titik tengah dan
lingkaran terluar yang dibuat oleh ban
Seperti pada faktor-faktor front whell aligment, turning radius juga sebagai salah satu
bagian yang penting terutama bila ukuran bannya besar dan bila kecepatan kendaraan
bertambah.
Besarnya turning radius di ukur dengan jalan menempatkan roda-roda depan diatas trun
tebel dengan jalan memutar kemudi ke kiri dan ke kanan,besar sudut belok kemudi
dibaca ketika roda di putar ke arah dalam dan roda yang satu lagi membuat sudut 20º
(sudut roda sebelah dalam ini harus lebih besar dari 20˚).besarnya sudut ini tergantung
dari kendaraan yang kita ukur, whell base (jarak roda depan dan belakang ) dan tread
(jarak antara kedua kingpin)
Kesalahan pada turning radius di sebabkan kebengkokkan pada lengan-lengan kemudi.
Benkoknya lengan kemudi dapat di ketahui dari keadaan ban yang cepat aus, kemudi
agak sukar di belokkan dan tidak stabil.
PETUNJUK SERVIS:
Bila radius putar tidak sesuai, sisi dalam atau luar ban akan selip ke samping saat
menikung dan mobil tidak mungkin berbelok dengan halus. Ini juga akan menghasilkan
aus yang tidak rata pada sisi ban yang mengalami selip.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Prakterin atau Praktek Kerja Industri adalah sekolah yang wajib dijalani oleh siswa
Teknik Mesin, tujuannya adalah untuk memperoleh pengalaman secara langsung di
dunia kerja dan industry
2. Prakterin atau Praktek Kerja Industri yang dijalani oleh penyusun dilaksanakan di
bengkel SUZUKI (PT.Buanamobil Sentral Trada) yang berlokasi di Jl. Soekarno-Hatta
No.74 Pekanbaru. Perusahaan ini sendiri merupakan sebuah bengkel yang bergerak di
bidang jasa perbaikan / servis serta penjualan suku cadang kendaraan ringan
3. Kegiatan yang dilaporkan dalam pelaksanaan Prakterin atau Praktek Kerja Industri
ini adalah Spooring dan Balancing, yang mana servis ini merupakan kegiatan yang
paling sering penyusun laksanakan. Selain itu, mangingat peralatan paling lengkap yang
dimiliki oleh bengkel SUZUKI (PT.Buanamobil Sentral Trada) adalah perlatan
Spoorinig dan Balancing
4. Spooring adalah servis yang bertujuan untuk menyelaraskan kembali keadaan roda
depan antar roda kanan dan roda kiri. Proses pengerjaan spooring meliputi :
a. Penyetelan camber
b. Penyetelan caster
c. Penyetelan Toe Angle
d. Turning-radius
e. King pin Inclination
B. Saran
1. siswa seharusnya lebih mampu dalam beradaptasi pada industri, sehingga pihak
industri tidak segan dan ragu untuk membagi ilmu dan pengalaman mereka dalam
bidang pengelolaan perusahaan
2. Pimpinan bengkel sebaiknya lebih memperhatikan lagi masalah manajemen
perusahaan, karena selama melaksanakan Prakterin atau Praktek Kerja Industri,
penyusun melihat kurang baiknya penerapan manajemen perusahaan di bengkel
3. Karyawan bengkel diharapkan agar lebih memperbaiki kualitas kerja, tidak terlalu
berpatokan pada gaji dan peralatan bengkel yang ada. Karena dengan kualitas kerja
yang baik, maka dengan sendirinya apa – apa yang diharapkan akan dapat terpenuhi
kemudian
4. Mekanik sebaiknya lebih memperhatikan lagi prosedur keselamatan dan kesehatan
kerja selama melaksanakan servis