PENDAHULUAN
Saat ini, kekerasan terhadap anak tidak hanya di kota besar saja seperti
Jakarta, Bandung, Bali, dan kota ± kota besar saja yang terekspos media.
Namun belakangan ini ramai diperbincangkan kekerasan anak yang
terjadi di pelosok negeri ini, seperti Wonogiri. Dua kasus yang sangat
menyita perhatian publik adalah kasus seorang anak berusia di bawah
lima tahun (balita) berinisial Sy (4) warga Slogohimo, Kabupaten
Wonogiri, diduga menjadi korban penganiayaan. Bocah itu mengalami
luka lebam di mukanya. Muncul dugaan pelaku penganiayaan adalah
ibu kandung Sy, berinisial Sry (35) (Solopos.com, Rabu 2/9/2015). Kasus
penganiayaan itu terbongkar ketika ada salah satu tetangga yang datang
ke rumah korban. Warga curiga karena mata korban yang sedang tidur
kondisinya lebam dan bengkak. Setelah ditanyakan kepada ibu
kandungnya, dijelaskan bahwa anak tersebut jatuh. Tapi warga tidak
percaya dan melaporkannya kepada kepala desa setempat. Laporan itu
pun dilanjutkan ke Polsek Slogohimo, yang kemudian dilimpahkan ke
Polres Wonogiri. Belakangan, diketahui perempuan itu sering
menganiaya anak mungilnya itu.
Tujuan Makalah
Kajian Pustaka
1. Konsep Keluarga
Hildred Geertz (1985) menjelasakan bahwa secara universal keluarga
merupakan jembatan antara individu dan budayanya, nilai-nilai
kemasyarakatan umum tertentu yang tersebar memberikan pembenaran
serta makna bagi lembaga kekeluargaan dan berlaku pula sebagai
petunjuk normative untuk tenggang ± menenggang di antara para anggota
keluarga setiap hari juga di lingkungan sosial sekitarnya. Jadi secara
umum menurut Geertz bahwa keluarga merupakan miniatur suatu
masyarakat, karena semua norma ± norma, maupun aturan dalam
bertingkah laku serta nilai ± nilai dalam keluarga tersebut dapat
diterapkan dalam masyarakat secara umum.
Pelajaran penting yang harus dikuasai oleh anak sebagai bagian dari
pertumbuhannya ialah bagaimana dan bilamana harus bertindak-tanduk
dengan tata karma. Yang menjadi komponen dalam “hormat” dalam
masyarakat jawa adalah wedi, isin, dan sungkan. Wedi berarti takut, isin
dapat diartikan sebagai malu, enggan ataupun canggung.
Berkenaan dengan ini, aspek kualitatif dari tindakan ini dianggap lebih
penting untuk diketahui daripada aspek kuantitatifnya, karena tindak
kekerasan ini memberikan akibat serius terhadap kualitas kehidupan
manusia (Sumjati, 2001:29). Selain itu, berbagai penelitian mengenai
kekerasan terhadap anak ternyata sangat jarang yang memberikan
perhatian pada bentuk ± bentuk kekerasannya sendiri. Oleh karena itu,
pembicaraan kali ini akan lebih difokuskan pada bentuk ± bentuk
kekerasan yang dialami oleh anak ± anak di Indonesia dalam proses
sosialisasi mereka. Sebagai gejala sosial budaya, tindak kekerasan
terhadap anak tidak muncul begitu saja dalam situasi yang kosong atau
netral. Ada kondisi ± kondisi budaya tertentu dalam masyarakat, yakni
berbagai pandangan, nilai dan norma sosial, yang seolah memudahkan
terjadinya atau mendorong dilakukannya tindak kekerasan terhadap anak
tersebut. Hal inilah yang dimaksud dengan latar belakang budaya
terjadinya kekerasan terhadap anak.
METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Selain alasan gengsi dalam masyarakat, bayak alasan lain orangtua dalam
memilih sekolah bagi anaknya. Misalnya karena alasan ekonomi,
khawatir akan pengaruh buruk lingkungan, bahkan ada yang ikut ± ikutan
tren saja. Kita ambil contoh orangtua yang memilih memasukkan
anaknya ke pondok pesantren. Salah satu alasan mereka memilih
memasukkan anaknya ke pondok pesantren dengan alasan khawatir
dengan pergaulan di lingkungan tempat mereka tinggal.
Akibat yang muncul pada anak yang dipaksa oleh orangtuanya untuk
bersekolah sesuai pilihan orangtuanya adalah anak tidak mampu
mengikuti peajaran dengan baik karena adanya rasa paksaan dari
orangtuanya, karena memiliki prestasi yang kurang baik di sekolah, maka
anak menjadi sosok yang minder dan kurang percaya diri.
PEMBAHASAN
Sebagai suatu kasus yang tergolong tabu dan disadari melanggar batas ±
batas etika, kesus ± kasus kekerasan terhadap anak dalam keluarga jarang
terekspos keluar. Hanya kasus ± kasus kekerasan berat yang seringkali
muncul ke ruang publik, seperti pembunihan ataupun pemerkosaan.
Kalaupun kemudian diketahui umum biasanya berkat peran dan
keterlibatan media massa atau karena kejadian yang menghebohkan.
Sebagai contoh seorang ayah atau ibu yang memukul kepala anaknya atau
menghajar keras anaknya sekalipun, sepanjang apa yang mereka lakukan
tidak sampai menimbulkan luka fisik yang serius atau kematian, maka
kejadian itu akan lewat dan menguap begitu saja. Kesulitan dalam
mengungkapkan kasus kekerasan terhadap anak bisa disebabkan oleh
faktor internal maupun eksternak (Suharto dalam Huraerah, 2012: 60).
Yang dimaksud faktor internal adalah faktor dari korbannya itu sendiri
yang menolak melaporkan ke masyarakat, sedangkan faktor eksternal
adalah faktor dari masyarakat yang menganggap biasa suatu kekerasan
terhadap anak dalam keluarga.
Selain itu ada dua faktor lain yang menyebabkan kasus kekerasan
terhadap anak dalam keluarga sulit diungkap ke ruang publik, yaitu tidak
adanya kontrol sosial terhadap terjadinya kasus atau tindakan kekerasan
terhadap anak dalam keluarga dan penolakan dari korban/anggota lain
dalam keluarga sendiri untuk melaporkan ke ranah publik/masyarakat.
MAKALAH : II
Atas dasar Konvensi dan upaya bersama semua negara dan wilayah, PBB
mengajak seluruh pihak untuk promosikan dan merayakan hak
anak di Hari Anak Sedunia. PBB juga meminta untuk terus membangun
lingkungan yang ramah bagi anak-anak di dunia melalui dialog dan aksi.
Sementara itu, di Indonesia peringatan hari anak yang kemudian disebut
Hari Anak Nasional selalu diperingati setiap tanggal 23 Juli.
Hari Anak Nasional berawal dari gagasan Presiden ke-2 RI, Soeharto,
yang memandang bahwa anak-anak merupakan sebuah aset kemajuan
bangsa.
Perlindungan anak terkait erat dengan lima pilar yakni, orang tua,
keluarga, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah dan negara.
Kelimanya memiliki keterkaitan satu sama lain sebagai penyelenggara
perlindungan anak. Perlindungan Anak tersebut adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan anak mengupayakan agar
setiap hak anak tidak dirugikan. Perlindungan anak bersifat melengkapi
hak-hak lainnya menjamin bahwa anak-anak akan menerima apa yang
mereka butuhkan agar mereka dapat bertahan hidup, berkembang dan
tumbuh. Akan tetapi pada kenyataannva kondisi anak-anak di Indonesia
masih sangat memprihatinkan terutama yang menyangkut masalah
pekerja anak, anak jalanan, dan anak-anak korban kekerasan seksual,
eksploitasi seksual, dan eksploitasi seksual komersial. Dalam Undang-
Undang Perlindungan Anak pelanggaran terhadap perlindungan hak-hak
anak, selain merupakan pelanggaran hak-hak asasi manusia juga
penghalang yang sangat besar bagi kelangsungan hidup dan
perkembangan anak.
Konvensi hak Anak secara khusus mengatur segala sesuatu tentang hak
anak. Konvensi Hak Anak tersebut mulai beriaku pada tanggai 2
September 1990 melalui revolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tertanggal 20 Nopember 1989 dan sesuai dengan ketentuan konvensi
PasaI 49 ayat (1). Dalam konvensi ini anak adalah pemegang hak-hak
dasar dan kebebasan sekaligus sebagai pihak yang menerima
perlindungan khusus.
Konvensi Hak Anak ini juga lahir dari suatu kesadaran bahwa anak sesuai
dengan kodratnya adalah rentan, tergantung. lugu, dan memiliki
kebutuhan-kebutuhan khusus. Oleh karena itu pula anak memerlukan
perawatan dan perlindungan yang khusus, baik fisik maupun mental.
Indonesia pada tahun 1990 telah meratifikasi Konvensi hak Anak tersebut
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tertanggal 25
Agustus 1990. sesuai dengan ketentuan konvensi Pasal 49 ayat (2), maka
Konvensi hak Anak dinyatakan berlaku di Indonesia sejak tanggaI 5
Oktober 1990. Sebagai konsekuensinya "seharusnya" Pemerintah
Indonesia berkewajiban untuk semaksimal mungkin berupaya memenuhi
hak- hak anak di Indonesia.
Perlindungan anak terkait erat dengan lima pilar yakni, orang tua,
keluarga, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah dan negara.
Kelimanya memiliki keterkaitan satu sama lain sebagai penyelenggara
perlindungan anak. Dalam bentuknya yang paling sederhana,
perlindungan anak mengupayakan agar setiap hak anak tidak dirugikan.
Perlindungan anak bersifat melengkapi hak-hak lainnya menjamin bahwa
anak-anak akan menerima apa yang mereka butuhkan agar mereka dapat
bertahan hidup, berkembang dan tumbuh. Akan tetapi pada kenyataannva
kondisi anak-anak di Indonesia masih sangat memprihatinkan terutama
yang menyangkut masalah pekerja anak, anak jalanan, dan anak-anak
korban kekerasan seksual, eksploitasi seksual, dan eksploitasi
seksual komersial.
Anak dalam pengertian yang umum mendapat perhatian tidak saja dalam
ilmu pengetahuan, tetapi dapat diperhatikan dari sisi pandang
sentralistis kehidupan, seperti agama, hukum dan sosiologis yang
menjadikan anak semakin rasional dan aktual dalam lingkungan
sosial.1
Negara sebagai organisasi tertinggi dan terkuat juga memiliki andil yang
besar dalam melindungi hak-hak anak yang diwujudkan dengan
mengeluarkan peraturan- peraturan tentang pemberian perlindungan
terhadap anak sehingga ada jaminan hukum bagi kegiatan perlindungan
anak yang nantinya berdampak pada kelangsungan kegiatan perlindungan
anak dan mencegah penyelewengan dalam pelaksanaan perlindungan
anak. Tindakan perlindungan terhadap anak yang dilaksanakan oleh
pemerintah merupakan bagian dari tujuan negara yaitu untuk
melindungi bangsa dan negara serta demi kesejahteraan umum.
Orang tua memang memiliki andil yang lebih besar dalam melindungi
anak karena mereka adalah bagian dari keluarga inti sehingga setiap
kebutuhan anak baik jasmani atau rohani haruslah mereka cukupi, namun
masyarakat juga turut berperan serta dalam melindungi hak anak. Peran
serta masyarakat dapat diwujudkan dengan tetap menjaga hak-hak
anak ketika mereka berada diluar lingkungan rumah sehingga mereka
tetap akan merasa nyaman berada diluar rumah.
1. Hak hidup, Ini berlaku sejak anak itu masih dalam kandungan,
seperti memberikan gisi dan rangsangan-rangsangan ketika anak
masih balam kandungan, dengan periksa kandungan, dan lain- lain.
Pelanggaranya seperti aborsi, atau melakukan hal-hal yang
membahayakan terhadap janin dalam kandungan.
2. Hak tumbuh kembang, anak harus diberikan kesempatan sebaik-
baiknya untuk tumbuh dan berkembang, seperti dipelihara dengan
baik, ji ka sakit diobati atau dibawa kedokter, diberi ASI,di
imunissasi. Di bawa ke Posyandu.selain itu secara Psikis juga
diperhatikan, seperti memberikan rasa aman dan rasa nyaman,
membuat lingkungan kondusif, menjauhkan anak dari hal-hal yang
berbahaya, tidak memberikan makanan yang berbahaya bagi
perkembanganya, dipaudkan, diajari bahasa, dan pola asuh yang
memanusiakan anak.
3. Hak perlindungan, Anak ini harus dilindungi dari situasi-
situasi darurat, menerapkan tentang perlindungan hukum, dan dari
apapun yang berkaitan dengan masa depan si anak.
4. Hak Partisipasi, anak dalam keluarga harus dibiasakan diajak bicara
apalagi yang terkait dengan kebutuhan-kebutuhannyaatau hal-hal
yang diinginkan. Contoh ingin sekolah dimana dan jika orgtua
menginginkan yang lain maka dicarikan titik temu. Seperti beli baju
warna apa, diajak bicara. Apa yang dipilihkan orang dewasa itu
belum tentu terbaik bagi si anak, sehingga anak juga diperlakukan
sebagai insan yang dimanusiakan.
MAKALAH III
1.3 Tujuan Kegiatan
PELAKSANAAN KEGIATAN
1.3 Jenis Kegiatan
No Jam Kegiatan
1. 07.00 – 07.30 RegistrasiPeserta
2. 07.30 – 08.00 SenamPagi (PanitiadanPeserta)
Pembukaan dan Sambutan
1. Dosen Pembina Mata Kuliah
3. 08.00 – 08.30
2. KetuaPanitia
3. Kaprodi PLS
4. 08.30 – 10.00 Lomba Mewarnai (Finger Painting)
5. 10.00 – 10.15 Pengumuman Pemenang
6. 10.15 – Selesai Penutup
2.3 Kepanitiaan (Terlampir)
2.4 Persiapan dan Rencana Kegiatan
Tahap persiapan sudah dimulai sejak awal perkuliahan dengan
merapatkan susunan kepanitiaan dan konsep acara yang akan
dilaksanakan. Susunan kepanitiaan diambil dari seluruh mahasiswa yang
menempuh mata kuliah Managemen Lembaga PAUD yakni 29 orang.
Dari 29 orang mahasiswa seluruhnya dijadikan sebagai panitia dan seksi-
seksinya. Setelah kepanitiaan terbentuk kami melakukan pembagian tugas
sesuai sie masing-masing dan tugas individu yakni mencari sponsor.
Dalam kepanitiaan saya menjabat sebagai sekretaris 2 mendampingi
sekretaris 1. Dalam awal persiapan, sebagai sekretaris selain
mendampingi kegiatan ketua juga mengerjakan segala hal yang berkaitan
dengan administrasi. Melakukan pencatatan segala keputusan yang telah
ditetapkan oleh ketua panitia dari hasil musyawarah.
Musyawarah dilakukan setiap perkuliahan dan sesudah perkuliahan. Dari
hasil musyawarah diperoleh keputusan yakni kami akan
menyelenggarakan kegiatan lomba mewarnai. Setelah kegiatan lomba
ditetapkan, sekretaris mengurusi surat-surat dan proposal yang
dibutuhkan untuk perizinan maupun sponsor.
2.6 Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 2 Mei 2020 bertepatan
dengan Hari Pendidikan Nasional. Kegiatan lomba ini diikuti oleh 37
PAUD dengan jumlah peserta 149 peserta. Pukul 6.30WIB para panitia
telah berkumpul dan melakukan persiapan sebelum acara dimulai.
Sebagai sekretaris saya dan rekan saya telah menyiapkan buku tamu,
sertifikat dan nomor pserta serta voucher yang akan diberikan pada
peserta lomba pada saat registrasi di tempat yang telah disediakan.
Sebelum peserta menempati area lomba, para pendamping melakukan
registrasi dan mengisi absen terlebih dahulu. Setelah acara lomba usai,
sertifikat dibagikan kepada masing-masing pendamping.
2.8 Hasil kegiatan
1. MAKALAH IV
2.
3. Lomba Kreasi Anak 'Menumbuhkan kreatifitas dan Pola Pikir
Anak dalam Memperingati hari Anak Internasional 2020'
Lomba Kreasi Anak
‘Menumbuhkan kreatifitas dan Pola Pikir Anak dalam
Memperingati hari Anak Internasional 2020’
Mewarnai Untuk Play Group / TK dan menggambar
Untuk SD
Pendaftaran Batas Akhir 17 Desember 2020
Biaya Pendaftaran 5.000
Menulis Cerita Untuk SD
Pendaftaran Batas Akhir 17 desember 2020
Biaya Pendaftaran 2.000
Waktu dan Tempat Minggu, 18 Desember 2020
Pukul 08.00 WIB – Selesai
@ Gembira Loka Zoo gARUT
Info Yuyus Susilawati.
MAKALAH V
1. Kostum
2. Penyesuaian gerakan dengan musik yang
mengiringi
3. Kekompakkan antar anggota.
4. Kelincahan, kenyamanan, keluwesan.
5. Ekspresi
6. Keragaman gerakan.
MAKALAH VI
Cerita itu sendiri berawal dari niat Timun Suri yang pergi ke belakang
rumah. Bersama temantemannya, Timun Suri kemudian bermain
permainan tradisional yang selama berhari-hari tidak mereka lakukan
karena hujan.
Dalam adegan itu mereka seolah menyentil bahaya akan media sosial
yang melanda remaja saat ini, seperti Facebook, WhatsApp, Instagram,
dan tiktok.
Konflik sendiri bermula dari munculnya tiga raksasa. Salah satu raksasa
kehilangan kekuatannya karena sudah tua dan lemah. Untuk itu Buto Ijo
harus memakan seorang wanita cantik agar kembali muda.
Raksasa
Karena sedih, buto itu meminta untuk dihibur sebagai penggantinya tidak
makan Timun Biru dan tobat makan manusia. Dari situlah raksasa
berhenti memakan manusia dan menjadi teman dari para timun tersebut.
“Pentas tersebut sengaja digelar untuk mematangkan penampilan serta
mental anak-anak jelang pementasan Gerakan Seniman Masuk Sekolah
(GSMS) yang dipresentasikan November mendatang,” ujarnya.
Selain dari pentas teater acara tersebut juga dimeriahkan oleh penampilan
berbagai ekstrakurikuler yang ada, seperti rebana, tari jaranan, perkusi,
pembacaan puisi siswa dan guru, bercerita, serta penampilan pencak silat.
MAKALAH VII
Tujuan dari kegiatan penyuluhan ini adalah agar para peserta didik
memperoleh pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi mereka dan
cara penggunaan media sosial secara online dengan bijak. Kegiatan ini
dilakukan agar peserta didik dalam hal ini usia remaja mendekati dewasa
memperoleh pengetahuan dan landasan karakter tanggung jawab pada
dirinya sendiri agar remaja dapat membentengi dirinya melalui
pengetahuan yang telah diberikan secara tuntas dan membangun
kepercayaan diri melalui materi pembangunan karakter pada peserta
didik. Dalam melakukan kegiatan pengabdian masyarakat pengabdi
melakukan pendekatan atau metode pengabdian yakni berupa penyuluhan
dengan kegiatan pemaparan materi, pemberian angket dan diskusi
interaktif antara pengabdi dengan peserta didik. Dari hasil kegiatan
pengabdian masyarakat yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
para peserta pengabdi memperoleh pengetahuan baru mengenai kesehatan
reproduksi dan upaya pencegahan kekerasan seksual di media sosial
secara online dan bagi pengabdi memperoleh pengetahuan dan
pengalaman baru bagaimana cara melakukan pendekatan pendidikan
karakter pada usia remaja pada zaman globalisasi.
Tekhnologi terus berkembang setiap hari, setiap bulan dan setiap tahun
sehingga banyak inovasi-inosvasi yang bermunculan di segala bidang.
Misalkan di bidang kesehatan adanya tangan cyber atau tangan robot
dipergunakan bagi pasien yang telah kehilangan tangan sehingga pasien
tersebut dapat melakukan aktivitasnya lagi ataupun kecanggihan
teknologi komunikasi dimana masyarakat tidak perlu repot lagi
berkomunikasi kepada sanak saudara yang jauh tempatnya untuk
mengucapkan selamat lebaran atau natalan. Kemudahan tekhnologi
disegala bidang memberikan banyak pengaruh bagi masyarakat, yakni
dampak positif teknologi yaitu dari masyarakat tradisional menjadi
masyarakat modern sedangkan dampak negatif, misalkan tekhnologi
membuat masyarakat menjadi malas, komunikasi biasanya dua arah, tatap
muka dan berkumpul dengan teman, orang tua dan saudara adanya
tekhnologi menyebabkan sudah tidak ada lagi untuk berkumpul dan
berkomunikasi hanya sebatas pesan dan video saja.
Hal tersebut sudah sangat meng- khawatirkan sehingga perlu peran serta
seluruh unit pendidikan seperti kedua orang tua mengawasi
kegiatan remaja dalam keluarga, pembinaan karakter di sekolah serta
masyarakat sebagai unit besar pelindung remaja agar terhindar dari
kejahatan seksual melalui media online. Peran serta pemerintah juga
sangat diharapkan karena pemerintah sebagai pengawas dan pemberi
kebijakan juga harus mengambil tindakan untuk pencegahan terhadap
maraknya wabah tindak kejahatan seksual yang dilakukan secara online.
Peran sekolah dalam pencegahan tindak kekerasan seksual melalui
pembinaan dan penyuluhan perlu dilakukan dikarenakan remaja harus
diberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai dampak yang akan
terjadi apabila mereka melakukan tindak kekerasan seksual secara
online baik melalui pesan pembulian, pesan menghina secara genetik dan
lain sebaginya. Pembinaan dan pelayanan dalam pembelajaran dalam
kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) Nurul Hikmah Jonggol,
Bogor-Jawa Barat tahun ajaran 2016/2017 alam membangun
pendidikan berkarakter baru dilakukan pada saat Masa Orentasi Peserta
didik (MOPD) saja berupa pendidikan karakter agama dan profil sekolah.
D. PENUTUP
Dari hasil pengabdian yang telah dilakukan oleh pengabdi dapat disim-
pulkan sebagai berikut: 1) Pendidikan karakter pada lingkungan sekolah
perlu dilakukan terutama dalam penanaman dasar karakter yakni sikap
untuk bertanggung jawab pada diri sendiri sangatlah diperlukan. 2)
Merubah paradigma pendidikan seksual dima- syarakat berupa ketabuan
menjadi pen- didikan seksual yang membangun karakter tanggung jawab
pada remaja. 3) Kegiatan penanaman karakter berupa membangun
pendidikan karakter dengan kegiatan sejenis perlu dilakukan untuk
menciptakan remaja generasi globalisasi bertanggung jawab dan taat
beraga.
MAKALAH VIII
1. PENDAHULUAN
2. METODE PELAKSANAAN.
Memberikan Sosialisasi
serta penyuluhan tentang
1. Senin, 07.30 – bahaya Narkoba kepada M.I. Al-Amin 2 jam 45
09.15 siswa-siswi MI Al-Amin M menit
Muneng Kelas 5. 2 jam 45
TOTAL KEGIATAN menit
4. KESIMPULAN