Anda di halaman 1dari 3

NAMA: HARDIANSYAH MAULANA

NIM: 202100147
PRODI: PERBANKAN SYARIAH

FAKTOR FUNDAMENTAL DAN PEMBEDA DALAM TEORI EKONOMI SYARIAH


DENGAN PRAKTEK EKONOMI KONVENSIONAL

Penggunaan istilah “ekonomi” dalam percakapan sehari-hari sebenarnya memiliki makna yang
ambigu. Ketika kita mengucapkan kata ini, kemungkinan kita sedang merujuk pada salah satu
dari dua konsep berikut : perekonomian atau ilmu ekonomi. Dalam bahasa Inggris, secara
berturut-turut padanan istilah-istilah tersebut adalah ekonomi dan ekonomi. Perekonomian
adalah fenomena riil yang berkaitan dengan kegiatan manusia mengalokasikan sumberdaya
dalam memenuhi kebutuhannya, sementara ilmu ekonomi adalah studi bagaimana manusia
mengalokasikan sumber daya untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, secara
sederhana dapat dikatakan bahwa perekonomian adalah tentang apa yang terjadi, dan ilmu
ekonomi adalah bidang ilmu yang mempelajari hal tersebut. Ekonomi yang dimaksud dalam
pembahasan kali ini adalah ilmu ekonomi (atau diistilahkan pula sebagai ekonomika).

Untuk membedakan ilmu ekonomi Islam dengan ilmu ekonomi konvensional, tentu perlu
diperjelas terlebih dahulu dengan apa yang dimaksud dengan ilmu ekonomi islam dan ilmu
ekonomi konvensional.

Ilmu ekonomi konvensional:


Sebenarnya istilah ilmu ekonomi konvensional secara istilah tidak merujuk pada ilmu ekonomi
tertentu, konvensional secara bahasa berarti berdasarkan kesepakatan umum. Pembubuhan kata
konvensional yang biasanya digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu hal merupakan
kelaziman atau praktik yang dominan. Dalam diskursus ilmu Ekonomi, Istilah Terdapat Yang
LEBIH Sering digunakan untuk review merujuk Hal Penyanyi Yaitu ekonomi utama (ilmu
Ekonomi Arus Utama). Realitanya pun mainstream ekonomidiisi oleh pemikiran yang sangat
beragam, meski didominasi oleh pemikiran mazhab neoklasik. Salah satu definisi yang sangat
terkenal tentang ilmu ekonomi datang dari pemikir mazhab ini, yaitu Lionel Robbins (1935). Ia
mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai “ ilmu yang mempelajari perilaku manusia sebagai
hubungan antara tujuan dan sarana langka yang memiliki kegunaan alternatif ” (ilmu
pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia sebagai sebuah hubungan antara tujuan-tujuan
dan cara-cara yang memiliki penggunaan alternatif). Ends dalam definisi ini dapat dipahami
sebagai memenuhi kebutuhan dan sarana sebagai cara-cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Ekonomi Islam:
Telah banyak pemikiran serta ekonom muslim yang mengajukan definisi ilmu ekonomi islam,
dan sejauh ini dapat dikatakan tidak ada definisi tunggal yang disepakati. Beberapa definisi
tersebut antara lain disampaikan oleh Hasanuz Zaman (1984), bahwa ilmu ekonomi Islam adalah
“pengetahuan dan aplikasi dari perintah-perintah serta aturan syariah yang mencegah
ketidakadilan dalam pemerolehan dan pembagian sumber daya dengan tujuan memenuhi
kebutuhan manusia dan memungkinkan diantara manusia untuk melaksanakan kewajibannya
pada Allah dan masyarakat”, kemudian oleh Muhammad Arif (1985), yang mendefinisikannya
sebagai “studi terhadap perilaku muslim dalam mengelola sumber daya, yang mana merupakan
amanah, untuk mencapai falah”. Akram Khan (1984) menambahkan bahwa ilmu ekonomi Islam
adalah “studi mengenai falah (kesejahteraan) manusia yang dicapai melalui pengorganisasian
sumber daya di dunia dengan dasar kooperasi dan partisipasi”.

Dari penjelasan tersebut, kita dapat ketiganya memiliki kesamaan bahwa ilmu ekonomi Islam
membahas mengenai pengelolaan sumber daya, namun ada beberapa poin penting yang menjadi
pembeda ilmu ekonomi Islam dengan ilmu ekonomi konvensional. Pada definisi Hasanuz
Zaman, terlihat bahwa ilmu ekonomi Islam mengambil rujukan dari aturan-aturan syariat
(Islam). Definisi Muhammad Arif berfokus pada perilaku muslim, yang dalam keadaan ideal
tentu saja sesuai dengan syariat Islam. Sementara itu, Akram Khan menggunakan konsep falah
yang merupakan bagian dari ajaran Islam. Dari sini kita dapat menarik benang merah bahwa
ilmu ekonomi Islam mengambil aspek ideal atau aspek normatif (apa yang seharusnya)
berdasarkan ajaran-ajaran Islam.

Selain perbedaan aspek normatif, ada perbedaan lebih mendasar antara ilmu ekonomi Islam dan
ilmu ekonomi konvensional. Choudury (1990) menjelaskan bahwa ilmu ekonomi Islam memiliki
fondasi yang berbeda dengan paradigma barat, karena ilmu ekonomi Islam berlandaskan pada
worldview tauhid, sementara paradigma barat memisahkan agama dengan sains (dualisme).
Susamto (2018) secara lebih jelas memaparkan bahwa ilmu ekonomi Islam “secara ontologi
tidak memisahkan permasalahan duniawi dengan permasalahan ukhrawi” dan “secara
epistemologi tidak membatasi pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui indera dan rasio
(akal)”.

Berdasarkan hal tersebut, ilmu ekonomi Islam bukan sedekar ilmu ekonomi konvensional yang
aspek normatifnya diganti dengan ajaran-ajaran Islam, tetapi lebih jauh dari itu, ilmu ekonomi
Islam memandang apa yang ada dan yang terjadi sebagai sebuah fenomena di dunia yang tunduk
pada sunatullah , serta menempatkannya dalam kacamata tauhid. Hal ini tentu saja berbeda
dengan ilmu ekonomi konvensional, yang meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit,
mendasarkan dirinya pada filsafat materialisme, yaitu bahwa segala yang ada adalah dunia
materi atau kebendaan.

Anda mungkin juga menyukai