Anda di halaman 1dari 10

NAMA : Muhammad Musleh

NIM : 202100152
Prodi : Perbankan Syariah

1. BI Checking
BI checking adalah momok yang paling menakutkan bagi debitur
perbankan. Ini karena bank akan cenderung akan menolak pengajuan kredit
yang diajukan debitur jika memiliki catatan riwayat kredit yang buruk.
BI checking sendiri dulunya merupakan salah satu layanan informasi riwayat
kredit dalam Sistem Informasi Debitur (SID), di mana informasi kredit
nasabah tersebut saling dipertukarkan antar-bank dan lembaga keuangan.
Informasi yang dipertukarkan dalam SID antara lain identitas debitur,
agunan, pemilik dan pengurus (badan usaha) yang jadi debitur, jumlah
pembiayaan yang diterima, dan riwayat pembayaran cicilan kredit, dan
kredit macet.
Perlu diketahui bahwa skor kredit dalam BI checking terdiri dari angka 1
hingga 5 dengan penjelasan sebagai berikut: Skor 1: kredit lancar dengan
tunggakan 0 hari. Skor 2: kredit dalam perhatian khusus dengan tunggakan
1-90 hari. Skor 3: kredit tidak lancar dengan tunggakan 91-120 hari.
BI checking adalah suatu fasilitas yang diijinkan kepada Bank untuk melihat
apakah calon debiturnya tersebut bersih dan tidak masuk dalam daftar
kredit macet atau sebaliknya sehingga masuk dalam daftar black list.
Fasilitas BI checking tersebut berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Bank
Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 Tentang Sistem Informasi Debitur.
Perlindungan terhadap nasabah debitur suatu bank yang diatur dalam
Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No.
7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Bank Indonesia No.
5/21/PBI/2003 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia
No. 3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Knows
Your Customers Principle), Peraturan Bank Indonesia No. 9/14/PBI/2007
tentang Sistem Informasi Debitur, Peraturan OJK Nomor:01/POJK.07/2013
tentang Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan. Bank atau pegawai bank
harus bertanggung jawab apabila melakukan kelalaian dalam hal pelaporan
sebagaimana diatur dalam Sistem Informasi Debitur hingga menimbulkan
kerugian pada nasabahnya. Bentuk tanggung jawab tersebut dengan
pemberian ganti rugi karena selain telah memberikan informasi yang tidak
benar sehingga nasabah tersebut dirugikan karena tidak dapat meminjam
kredit dari bank lain hal ini juga merupakan pencemaran nama baik.
Sebagaimana dikutip dari laman resmi BI, BI Checking atau IDI Historis
menyimpan identitas debitur, pemilik dan pengurus, fasilitas penyediaan
dana atau pembiayaan yang diterima, agunan, penjamin, dan kolektibilitas.
Contoh di antaranya antara lain Kredit Tanpa Agunan (KTA), Kredit
Kendaraan Bermotor (KKB), kartu kredit, khususnya Kredit Pemilikan Rumah
(KPR).

2. SIUP / SITU

Surat Izin Usaha Perdagangan, yang biasa disebut SIUP, adalah Surat Izin untuk
dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan.
Surat Izin Tempat Usaha atau disingkat SITU adalah surat resmi yang
dikeluarkan oleh badan atau lembaga hukum setempat. Fungsi surat ini adalah
untuk memperoleh izin atas pendirian suatu tempat usaha, perusahaan, atau
perkantoran. Tujuannya agar terhindar dari gangguan pihak lain yang dapat
menimbulkan kerugian.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan RI No.46/2009, SIUP diwajibkan
bagi setiap usaha dengan kekayaan bersih di atas Rp 50 juta (tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha).
Menjadikan dasar pertimbangan dibuatnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2014 tentang Perdagangan (UU Perdagangan) sebagai salah satu upaya Negara
untuk melindungi aktifitas Perdagangan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
Tentang Perdagangan mengamanatkan bahwa untuk dapat melakukan
perdagangan maka setiap perusahaan wajib.
Kegunaan kepemilikan Surat Izin Usaha Perdagangan adalah sebagai berikut:
Sebagai alat pengesahan yang di berikan oleh pemerintah, sehingga dalam
kegiatan usaha tidak terjadi masalah perizinan. Dengan memiliki Surat Izin
Usaha Perdagangan dapat memperlancar perdagangan ekspor dan impor.
SIUP sebagai surat izin perdagangan dan usaha diberikan oleh pejabat
pemerintah kepada pelaku usaha sebagai bukti pengesahan bahwa suatu
usaha yang sedang dijalankan adalah sah dan legal serta sudah diakui oleh
pemerintah.

1. SIUP Mikro. SIUP mikro adalah SIUP yang diberikan kepada pemilik badan
usaha yang memiliki modal atau kekayaan dengan netto lebih dari Rp50 juta
dan maksimal Rp 500juta.

2. SIUP Kecil.
3. SIUP Menengah.
4. SIUP Besar.

SIUP ini diterbitkan berdasarkan domisili usaha. SIUP ini penting dimiliki agar
pemilik usaha memiliki bukti pengesahan dari pemerintah. Sebab SIUP juga
punya peran penting dalam memajukan usaha, terutama saat Anda ingin
melakukan pinjaman uang kepada pihak bank.

Formulir Permohonan Bermaterai Rp.6.000,- (Unduh disini), disertai dengan


Jumlah Aktiva dan Jumlah Modal, Surat Pernyataan Pencegahan Gangguan dan
Pencemaran Link, Surat Pernyataan Penyanding khusus permohonan baru, dan
Denah Lokasi.
Salinan KTP / Keterangan Domisili / Surat Keterangan Kewarganegaraan (bagi
WNA)
Salinan NPWP Perusahaan
Salinan IMB
Status penguasaan atas tanah (SHM/Sewa/Jual Beli)
Salinan Akte Pendirian Perusahaan (bagi yg berbadan hukum) yang disahkan
Menkumham (untuk PT) atau Akte Notaris yang telah didaftarkan di Pengadilan
Negeri (CV,Fa)
Rekomendasi AMDAL atau UKL/UPL dari instansi teknis bagi usaha dan atau
kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan
Surat Pendaftaran Penanaman Modal/Persetujuan Prinsip dari Badan
Koordinasi Penanaman Modal (bila pemanfaatan fasilitas PMA dan PMDN)
Persetujuan Prinsip Mendirikan Tempat usaha untuk usaha dibidang
kepariwisataan
Surat Kuasa bermaterai Rp.6000 (Bila diurus orang lain)
Pas Photo Berwarna 3 x 4 sebanyak 4 lembar
MAP Snecter plastik berwarna Orange
Melampirkan Izin Prinsip Usaha dari BKPM (khusus untuk PMA)

Tujuan dikeluarkannya surat ijin usaha adalah agar usahanya mendapatkan


legalisasi dari Pemerintah (Dinas Perindustrian) sehingga tidak banyak
mendapatkan masalah di kemudian hari.
Surat Izin Tempat Usaha atau disingkat SITU adalah surat resmi yang
dikeluarkan oleh badan atau lembaga hukum setempat. Fungsi surat ini adalah
untuk memperoleh izin atas pendirian suatu tempat usaha, perusahaan, atau
perkantoran. Tujuannya agar terhindar dari gangguan pihak lain yang dapat
menimbulkan kerugian.

Izin usaha penting dan wajib dimiliki pengusaha sebab merupakan wujud
perlindungan hukum, penegakan aturan, memudahkan mengembangkan
usaha.
3. NPWP

Nomor Pokok Wajib Pajak biasa disingkat dengan NPWP adalah


nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal
diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.

fotokopi Kartu NPWP suami;


fotokopi Kartu Keluarga; dan.
fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat
pernyataan menghendaki melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakan terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suami.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU


Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Keputusan Ditjen Pajak Nomor KEP-535/PJ/2000 tentang Tempat Lain Sebagai
Tempat Terutangnya Pajak Bagi Pengusaha Kena Pajak.

Selain sebagai identitas Wajib Pajak, NPWP memiliki fungsi untuk menjaga
ketertiban dan ketaatan pembayaran pajak serta pengawasan administrasi
perpajakan Wajib Pajak. Karena semua dokumen tentang perpajakkan memiliki
keterkaitan dengan nomor NPWP. Setiap wajib pajak hanya diberikan satu
NPWP saja.

Karena kini NPWP digunakan sebagai syarat administrasi perpajakan juga


pelayanan umum. Dengan NPWP Anda akan mendapatkan kemudahan dalam
mengurus administrasi perpajakan. Misalnya seperti pengajuan pengurangan
pembayaran pajak dan permohonan restitusi.
Karena kini NPWP digunakan sebagai syarat administrasi perpajakan juga
pelayanan umum. Dengan NPWP Anda akan mendapatkan kemudahan dalam
mengurus administrasi perpajakan. Misalnya seperti pengajuan pengurangan
pembayaran pajak dan permohonan restitusi.

Ada dua jenis NPWP, NPWP Pribadi dan NPWP Badan. NPWP Pribadi adalah
NPWP yang diberikan kepada setiap individu yang punya penghasilan.
Sedangkan NPWP Badan diberikan kepada badan usaha atau perusahaan yang
punya penghasilan.

Selain sebagai identitas Wajib Pajak, NPWP memiliki fungsi untuk menjaga
ketertiban dan ketaatan pembayaran pajak serta pengawasan administrasi
perpajakan Wajib Pajak.

4. TAKSASI JAMINAN
Taksasi jaminan adalah nilai perkiraan yang diberikan untuk nilai property yang
akan dijaminkan. Setelah penilaian dan penetapan terhadap nilai taksasi, bank
menentukan nilai plafon kredit untuk nasabah.
SHHL Masengi · 2018 — penetapan nilai taksasi objek jaminan kredit. Penilaian
jaminan kredit oleh bank dilakukan Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 7, Himpunan
Peraturan Perundang-undangan.
Jaminan atau agunan kredit merupakan hak dan kekuasaan terhadap barang
jaminan yang diserahkan oleh nasabah kepada pemberi kredit (dalam hal ini
perusahaan pembiayaan), untuk menjamin pelunasan utangnya apabila
pinjaman yang telah diterima tidak dapat dilunasi sesuai waktu yang telah
disepakati dalam perjanjian kredit.
5. PERBEDAAN NILAI PASAR DAN NILAI LIKUIDASI
Nilai Pasar (Market Value): estimasi sejumlah uang yang dapat diperoleh dari
hasil penukaran suatu aset atau liabilitas pada tanggal penilaian, antara
pembeli yang berminat membeli dengan penjual yang berminat menjual,
dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan secara
layak, di mana kedua pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman
yang dimilikinya, kehati-hatian, dan tanpa paksaan.

Likuidasi (Liquidation Value): Sejumlah uang yang mungkin diterima dari


penjualan suatu aset dalam jangka waktu yang relatif pendek untuk dapat
memenuhi jangka waktu pemasaran dalam definisi Nilai Pasar. Pada beberapa
situasi, Nilai Likuidasi dapat melibatkan penjual yang tidak berminat menjual,
dan pembeli yang membeli dengan mengetahui situasi yang tidak
menguntungkan penjual.

6. REAPPRAISAL
Reappraisal adalah penilaian kembali.
mengidentifikasi apa yang diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan
(tujuan dan tanggung jawab posisi) menilai kinerja karyawan terhadap sasaran
posisi. meningkatkan kinerja karyawan.

Pasal 40

(1) Hasil Penilaian dituangkan dalam laporan penilaian.


(2) Laporan penilaian sekurang-kurangnya memuat:

a.uraian objek Penilaian;


b.tujuan penilaian;

c.tanggal survei lapangan;

d.tanggal penilaian;

e.hasil analisis data;

f.pendekatan penilaian; dan

g.kesimpulan nilai.

Pasal 41

(1) Laporan penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ditandatangani


oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) anggota Tim Penilai Internal.

(2) Anggota Tim Penilai Internal yang menandatangani laporan penilaian


bertanggung jawab sepenuhnya atas laporan penilaian yang dibuatnya.

(3) Dalam hal anggota Tim Penilai Internal tidak bersedia menandatangani
laporan penilaian, harus memberikan alasan secara tertulis.

(4) Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilampirkan dalam laporan
penilaian.

Pasal 42
(1) Laporan penilaian yang dibuat oleh Tim Penilai Internal dan Kantor
Pelayanan dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan Barang
Milik Negara dikaji ulang oleh Penilai Internal dari Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal.

(2) Laporan penilaian yang dibuat oleh Tim Penilai Internal dari Kantor
Wilayah dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan Barang
Milik Negara dikaji ulang oleh Penilai Internal dari Kantor Pusat
Direktorat Jenderal.

(3) Laporan penilaian yang dibuat oleh Penilai Eksternal dalam rangka
pemanfaatan atau pemindahtanganan Barang Milik Negara dikaji ulang
terlebih dahulu oleh Penilai internal dari Kantor Pusat Direktorat
Jenderal sebelum digunakan oleh Pengguna Barang.

Pasal 43

Dalam hal berdasarkan hasil pengkajian ulang sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 42 ayat (3) ditemukan adanya kesalahan prosedur penilaian, dan/atau
kesalahan penggunaan metode penilaian, Kantor Pusat Direktorat Jenderal
mengembalikan laporan penilaian kepada pemberi tugas.

Pasal 44

(1) Laporan penilaian berlaku paling lama 6(enam) bulan sejak tanggal
penilaiannya.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikecualikan untuk
penilaian Barang Milik Negara dalam rangka penyusunan neraca
pemerintah pusat, laporan penilaian berlaku sampai dengan dilakukan
penilaian ulang.
Pasal 45

(1) Direktur Jenderal dapat memperpanjang atau memperpendek masa


berlaku laporan penilaian yang dibuat oleh Tim Penilai Internal dari
Kantor Pusat Direktorat Jenderal dan Penilai Eksternal.

(2) Kepala Kankor Wilayah dapat memperpanjang atau memperpendek


masa berlaku laporan penilaian yang dibuat oleh Tim Penilai Internal dari
Kantor Wilayah.

(3) Kepala Kantor Pelayanan dapat memperpanjang atau memperpendek


masa berlaku laporan penilaian yang dibuat oleh Tim Penilai Internal dari
Kantor Pelayanan.

Pasal 46

(1) Masa berlaku laporan penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45


dapat diperpanjang paling lama 6(enam) bulan, dalam hal berdasarkan
hasil survei lapangan, belum terdapat perubahan yang berarti terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai; atau

(2) Masa berlaku laporan Penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45


dapat diperpendek kurang dari 6(enam) bulan, dalam hal berdasarkan
hasil survei lapangan, terdapat perubahan yang berarti terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi nilai.

Anda mungkin juga menyukai