Anda di halaman 1dari 10

Teori Akuntansi 2015

BAB 6

KONSEP KEWAJIBAN

Oleh: Ridho Dharul Fadli – F0312102

KONSEP KEWAJIBAN

Kewajiban merupakan salah satu elemen penting dalam neraca yang akan menghasilkan
informasi semantik jika dihubungkan dengan elemen-elemen laporan keuangan lainnya.

Pengertian Kewajiban

Menurut SFAC No. 3 kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomis yang terjadi di masa
yang akan datang yang timbul dari kegiatan masa lalu entitas ketika terjadi transfer aktiva atau
ketika entitas menerima jasa dari entitas lain. FASB mendefinisikan kewajiban sebagai
pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan
sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau menyediakan/menyerahkan jasa
kepada kesatuan lain di masa datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu). Sedangkan
menurut IASC, kewajiban adalah utang saat ini yang timbul dari kejadian perusahaan di masa
lalu yang diharapkan hasilnya menjadi aliran keluar sumber daya manfaat ekonomi.

Karakteristik Dasar Kewajiban

a. Suatu objek harus memuat tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan entitas
bisnis untuk melunasi, menunaikan, atau melaksanakan tanggung jawab tersebut dengan
cara mengorbankan manfaat ekonomisnya di masa depan untuk dapat dikategorikan
sebagai kewajiban. Karakteristik ini ditambahkan oleh (de Quidt, Fetzer et al. 2015) yang
menyatakan bahwa kewajiban terjadi akibat hubungan antara dua pihak atau lebih.
b. Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang harus
timbul akibat keharusan sekarang. Makna dari sekarang disini adalah waktu, yaitu tanggal
pelaporan keberadaanya. Beberapa keharusan yang tercakup dalam pengertian kewajiban
ini adalah keharusan kontraktual, keharusan konstruktif, keharusan demi keadilan, dan

1
Teori Akuntansi 2015

keharusan bergantung atau bersyarat. Meskipun secara definisi keharusan-keharusan ini


menimbulkan kewajiban, namun tidak semua kewajiban diakui dalam akuntansi.
c. Kewajiban juga timbul akibat kejadian masa lalu. Kewajiban yang berasal dari kegiatan
konstruktif harus diakui saat ini untuk menjadi dasar pembayaran kewajiban tersebut di
masa depan.
d. Nilai jatuh tempo telah ditentukan melalui estimasi atas kewajiban, yang didasarkan pada
jumlah kewajiban dan jangka waktu pelunasan kewajiban.

Karakteristik Pendukung Kewajiban

Karakteristik pendukung kewajiban lainnya adalah:

- Keharusan untuk membayar dalam bentuk kas.

- Identitas terbayar jelas.

- Berkekuatan hukum

Pengakuan, Pengukuran, dan Penilaian Kewajiban

Konsep pengakuan, pengukuran dan penilaian kewajiban pada dasarnya sama dengan konsep
aset, yaitu melalui tiga tahapan perlakuan: penangguhan, penelusuran, dan pelunasan.

1. Pengakuan

Kam (1990) dalam (Suwardjono 2005) memberikan empat kaidah pengakuan untuk
menunjukkan pengakuan kewajiban yaitu :

 Adanya dasar hukum. Keberadaan dasar hukum maksudnya terdapat dasar hukum
yang meyakinkan untuk mengakui adanya kewajiban. Dalam hal ini, adanya faktur
pembelian dapat menjadi dasar hukum yang meyakinkan untuk mengakui
kewajiban.
 Keterterapan konsep dasar konservatisme. Keterterapan konsep dasar
konservatisme maksudnya disini berkaitan dengan keterandalan. Dalam konsep

2
Teori Akuntansi 2015

konversatisme kerugian dapat segera diakui, sedangkan untung tidak. Contohnya


kewajiban jaminan suku cadang sudah dapat diakui, meskipun belum terjadi.
 Ketertentuan substansi ekonomik transaksi. Ketertentuan substansi ekonomik
transaksi berkaitan dengan relevansi informasi. Utang sewa guna dapat diakui
pada saat transaksi meskipun tidak ada transfer hak milik.
 Keterukuran nilai kewajiban. Keterukuran nilai kewajiban maksudnya adalah
kewajiban tersebut datang secara pasti dan nilai rupiahnya dapat diukur.

Kewajiban mengandung arti kemungkinan terjadinya pengorbanan sumber ekonomik


masa depan sejumlah nilai pokok yang harus dilunasi (Caddy 2000). Hendriksen dan Van Breda
(1991) dalam (Suwardjono 2005) menunjukkan waktu pengakuan kewajiban yaitu:

 Pada saat penandatanganan kontrak, atau ketika hak dan kewajiban telah
mengikat.

 Bersamaan dengan pengakuan biaya apabila barang dan jasa yang menjadi
penyebab timbulnya biaya kewajiban, sebelumnya belum dicatat sebagai asset.

 Bersamaan dengan pengakuan aset.

 Pada akhir perioda karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian.

Pengakuan Kewajiban menurut FASB dicontohkan pada keadaan-keadaan


kebergantungan rugi (loss contingencies) yang berpotensi memicu pengakuan kewajiban, yaitu:

a. Ketertagihan piutang usaha.

b. Keharusan berkaitan dengan jaminan produk dan kerusakan produk.

c. Risiko rugi atau kerusakan properitas (fasilitas) kesatuan usaha akibat kebakaran,
ledakan, dan bahaya lainnya

d. Ancaman pengambilalihan aset oleh pemerintah.

3
Teori Akuntansi 2015

e. Persengketaan yang memberatkan atau menunggu keputusan.

f. Klaim atau pungutan yang telah diajukan/dikenakan atau yang mungkin (possible)
terjadi.

g. Risiko rugi akibat bencana yang ditanggung oleh perusahaan asuransi kerugian
dan kecelakaan dan perusahaan reasuransi.

h. Jaminan atas utang pihak lain.

i. Perjanjian untuk membeli kembali piutang atau aset yang terkait yang telah dijual.

2. Pengukuran

Menurut (Suwardjono 2005) dan didukung oleh (Gillman and Hogan 1999) menyatakan
bahwa pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat terjadinya
adalah penghargaan sepakatan (measured considerations) dalam transaksi tersebut dan bukan
jumlah rupiah pengorbanan ekonomis di masa depan. Penghargaan ini berlaku untuk kewajiban
jangka panjang. Kos penundaan dianggap tidak cukup material sehingga jumlah rupiah kewajiban
yang diakui akan sama dengan jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik (kas) masa depan
untuk kewajiban jangka pendek. Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksikan nilai
setara tunai atau nilai sekarang (current value) kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan
sumber ekonomik seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadinya. Berikut ini adalah hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengukuran:

Kewajiban dalam pembelian kredit

Dalam pembelian aset, pengukuran yang objektif adalah kos tunai atau kos tunai implisit.
Kewajiban juga harus diukur sesuai dengan aset.

Diskon atau premium utang obligasi

Untuk suatu kontrak dengan pokok pinjaman dan bunga periodik, pengukuran yang tepat
adalah kos tunai implisit.

4
Teori Akuntansi 2015

Diskon obligasi

Diskon obligasi dilaporkan sebagai pengurang nilai nominal dalam obligasi di neraca.

Premium obligasi

Premium obligasi sendiri apabila belum diamortisasi merupakan utang.

Kewajiban moneter dan nonmoneter

Kewajiban sendiri dapat bersifat moneter maupun nonmoneter:

a. Kewajiban moneter
Kewajiban moneter merupakan kewajiban yang pengorbanan sumber ekonomik masa
datangnya berupa kas dengan jumlah rupiah dan saat yang pasti.
b. Kewajiban nonmoneter
Kewajiban nonmoneter adalah kewajiban untuk menyediakan barang dan jasa dengan
jumlah dan saat yang cukup pasti yang biasanya timbul karena penerimaan pembayaran di
muka untuk barang dan jasa tersebut.

3. Penilaian

Penilaian mengacu pada penilaian keharusan sekarang pada antara terjadinya kewajiban
sampai dilunasinya kewajiban setiap saat. Sehingga semakin dekat dengan masa jatuh tempo
kewajiban tersebut akan semakin mendekati dengan nilai nominalnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penilaian merupakan nilai manfaat ekonomis yang harus dikorbankan untuk
melunasi kewajiban tersebut yang timbul pada masa lalu.

Pelunasan

Pelunasan dapat diartikan sebagai tindakan suatu entitas bisnis dalam memenuhi suatu
kewajiban agar terbebas dari kewajiban tersebut. FASB memberikan kriteria agar dikatan suatu
kewajiban sudah hilang dalam SFAC no. 76 (prg. 3):

1. Debitor membayar/melunasi kreditor dan bebas dari semua keharusan yang berkaitan
dengan utang.

5
Teori Akuntansi 2015

2. Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang utama
baik oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor dan dapat dipastikan bahwa debitor
tidak akan diharuskan melakukan pembayaran di masa datang yang berkaitan dengn utang
dengan penjaminan dalam bentuk apapun.
3. Debitur menaruh kas atau aset lainnya yang tidak dapat ditarik kembali dalam suatu
perwalian yang semata-mata digunakan untuk pelunasan pembayaran bunga serta pokok
suatu pinjaman tertentu dan sangat kecil kemungkinan bagi debitor untuk diharuskan lagi
melakukan pembayaran di masa yang akan datangyang berkaitan dengna pinjaman
tersebut.

Tetapi kemudian FASB menghapus ketentuan ketiga dan merevisi ketentuan kedua melalui SFAS
No. 125:

1. Debitor membayar kreditor dan terbebaskan dari keharusan melekat pada kewajiban.
Membayar kreditor mencakupi penyerahan kas, aset finansial lain, barang atau ajsa atau
penebusan sekuritas utang oleh debitor untuk menghapus utang atau untuk menahannya
sebagai utang obligasi terasuri.
2. Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statsnya sebagai penggung utang ytama baik
oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor.

Transfer aset finansial

Terdapat masalah apabila transefer aset finansial menimbulkan keterlibatan berlanjut.


Kewajiban tidak akan lenyap dan akan ada kewajiban baru. Contohnya seperti janji untuk
membrli kembali. Masalah yang timbul adalah hal ini diakui sebagai penjualan aset atau sebagai
jaminan pinjaman. Secara umum, transfer aset tersebut diakui sebagai penjualan apabila
pentransfer aset tersebut menerima aset lain sebagai penghargaan terhadap aset tersebut.

Pelunasan sebelum jatuh tempo

Dalam pelunasan sebelum jatuh tempo, utang tersebut harus dilunasi dengan harga
pasarnya sehingga terdapat selisih antara nilai bawaan dan nilai penebusan. Selisih tersebut
mempengaruhi ekuitas pemegang saham sesuai dengan APBO No. 4 (prg. 20):

6
Teori Akuntansi 2015

“Selisih harga antara harga penrikan (pemerolehan) kembali dan nilai bawaan neto utang yang
dilunasi harus diakui pada periode penarikan dan dilaporan dalam statement laba-rugi sebagai
untung atau rugi dan dipisahkan dengan pos untung atau rugi lainnya ... untung dan rugi tidak
selayaknya diamortisasi untuk periode-periode yang akan datang.”

APB dan FASB menentukan bahwa untuk pelunasan dengan atau tanpa pendanaan
sebenarnya sama. Terdapat tiga alternatif dalam menentukan selisih, yaitu:

1. Selisih diamortisasi selama sisa umur semula utang yang ditarik kembali
2. Selisih diamortisasi selama umur utang baru diterbitkan
3. Selisih diakui pada saat penarikan dan dilaporkan dalam statement laba-rugi tahun
bersangkutan.

Utang terkonversi

Terdapat utang yang terkonversi atau konvertibel. Utang tersebut dapat menjadi ekuitas
sewaktu-waktu selama masih berlaku. Hendriksen dan van Breda menyatakan bahwa obligasi
terkonversi memiliki karateristik sebgai berikut:

1. Tingkat bunga nominal jauh dibawah tingkat bunga pasar untuk obligasi biasa yang
setara.
2. Harga konversi yang ditetapkan lebih tinggi dari harga pasar saham biasa
3. Harga konversi tidak pernah menurun selama masa hak konversi kecuali karena
penyesuaian diperlukan akibat pengambilan hak yang melekat pada saham biasa seperti
dalam hal terjadi pemecahan saham atau dividen saham.

Terdapat masalah dimana apakah saat pengakuan harga penerbitan obligasi harus dipecah
menjadi porsi yang memperesentasi utang obligasi dan porsi yang mempresentasi hak konversi
atau harga penerbitan tidak dipecah dan utang terkonversi dianggap sebagai utang semata-mata.

Argumen pendukung bahwa utang mengandung sifat uatng dan ekuitas:

1. Hak konversi mempunyai nilai ekonomik sehingga tidak berbeda dengan hak opsi dan
waran.

7
Teori Akuntansi 2015

2. Pada saat penerbitan hak konversi atau nilai utang obligasi biasa dapat diukur secara
cukup andal sehingga tidak ada kesulitan teknis untuk mengimplementasikan pemisahan
tersebut.
3. Tujuan penerbitan utang terkonversi yang sebenarnya dalah pendanaan dengan ekuitas.

Argumen pendukung semata-mata utang:

1. Utang obligasi terkonversi merupakan sekuritas hibrida sehingga harus dipandang sebagai
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
2. Penilaian hak konversi akan bersifat subjektif karena ketidakterpisahkan kedua
komponen.

APB sendiri menyatakan bahwa porsi niali sekuritas yang melekat pada hak beli harus
diperlakukan sebagai modal setoran dan nilainya ditentukan atas dasar nilai wajar relatif dari
keuda sekuritas.

Pembebasan substantif

Bila debitor di amsa yang akan datang tidak perlu membayar utang, maka secar subtantif
debitor sudah bebas dari kewajiban. Hal ini termasuk apabila perusahaan sudah membentuk dana
pelunsan utang obligasi. Debitor tidak menyerahkan kendali atas manfaat aset karena manfaat
asettersebut masih melekat pada debitor meskipun debitur telah mengakui sementara itu kreditor
juga tidak mengakuinya sebagaia set sehingga praktis aset tersebut masih dikuasai debitor.

4. Penyajian

Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca atas dasar urutan dari yang paling likuid
seperti pada penyajian aset. PSAK No. 1 (pasal 39) menegaskan bahwa layaknya aset lancar
yang disajikan menurut likuiditas, sementara kewajiban disajikan menurut urutan masa jatuh
temponya. Secara klasifikasi, kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada
kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengguna laporan keuangan
untuk mengevaluasi likuiditas kewajiban perusahaan. Dari segi urutan perlindungan dan jaminan
(sequence of protection), utang yang dijamin pada umumnya disajikan lebih dahulu untuk

8
Teori Akuntansi 2015

menunjukkan bahwa dalam hal terjadi likuidasi utang ini harus dibayar lebih dahulu. Dan juga
dari sudut urutan perlindungan, kewajiban disajikan lebih dahulu daripada ekuitas.

PSAK No. 1 juga menyatakan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria
sebagai kewajiban jangka pendek harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Suatu
kewajiban diklasifikasikan sebagai suatu kewajiban jangka pendek jika diperkirakan akan
diselesaikan dalam jangka waktu satu siklus operasi perusahaan atau jatuh tempo dalam jangka
waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.

Menurut PSAK No.1 (prg. 44), kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar
apabial:

1. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan
2. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca

Sedangkan dalam paragraf 47 kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan


sebagai kewajiban jangka panjang walaupun akan jatuh tempo dalam 12 bulan apabial:

1. Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan
2. Perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan pendanaan jangka
panjang
3. Maksud tersebut pada nomor 2 didukung dengan perjanjian pembiayaan kembali atau
penjadwalan kembali pembayaran yang resmi disepakati sebelum laporan keuangan
disetujui

9
Teori Akuntansi 2015

DAFTAR PUSTAKA

Caddy, I. (2000). "Intellectual capital: recognizing both assets and liabilities." Journal of Intellectual
Capital 1(2): 125-146.

de Quidt, J., et al. (2015). "Group lending without joint liability." Journal of Development Economics(0).

Gillman, M. and J. Hogan (1999). "Extending corporate liability in New Zealand." International Journal of
Social Economics 26(4): 487-500.

Suwardjono (2005). Teori Akuntansi. Yogyakarta, BPFE Yogyakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai