A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkanoleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering
ini adalah kulminasi penyakitserebrovaskuler selama beberapa tahun
(Smeltzer and Bare, 2019).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian,
dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredarana darah otak
non traumatik. (Arif Mansjoer, 2016)
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplay darah kebagian
otak, sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama
beberapa tahun (Brunner and Suddarth).
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal
maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak.
Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah
otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya
mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu.
Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel
saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala
stroke (Junaidi, 2011).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah
sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes
ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib,
2019).
2. Etiologi
3. Manifestasi Klinik
Peningkatan
tekanan sistemik
Gangguan perfusi
jaringan serebral
Aneurisma / APM
Vasospasme Arteri
serebral
Perdarahan
Arakhnoid/ventrikel
Iskemik/infark
otak
Deficit neurologi
Hematoma serebral
Penekanan saluran
pernafasan Deficit perawatan Hambatan
diri Mobilitas fisik
Area Gocca
Kerusakan fungsi N
VII dan N XII
Hambatan
komunikasi verbal
Risiko jatuh
5. Komplikasi
Komplikasi stroke hemoragik meliputi ( Smeltzer & Bare,2019) :
1. Hipoksia Serebral.
2. Penurunan Darah Serebral.
3. Luasnya Area Cedera.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk
mencari sumber perdarahan seperti aneurism atau malformasi
vaskular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah padacairan
lumbal menunjukkan adanya hemoragi padasubarakhnoid atau
perdarahan pada intrakranial.
c. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya secara pasti.
d. MRI (Magnetic 8maging ,esonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan
besar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik
7. Penatalaksanaan
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :
1. Posisikan kepala dan badan atas 20 – 30o, posisi miring jika muntah
dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila
perlu diberikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital usahakan stabil
4. Bedrest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Kandung kemih yang penuh kosongkan, bila perlu lakukan
katerisasi
7. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan
hindari penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
8. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi atau suction berlebih yang
dapat meningkatkan TIK
9. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik, jika
kesadaran menurun atau gangguan menelan sebaiknya dipasang
NGT.
Penatalaksanaan medis secara spesifik berupa :
1. Mengobati penyebabnya,
2. Neuroprotektor
3. Tindakan pembedahan
4. Menurunkan TIK yang tinggi
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Asmadi (2018:167) pengkajian merupakan tahap awal dari
proses keperawatan. Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis
guna menentukan status kesehatan klien saat ini.
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no
registrasi, diagnose medis, dan tanggal medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu
saat ini. Menurut (Arif Muttaqin, 2011:110) keluhan utama yang
lazim didapatkan adalah nyeri pada pinggang. Untuk lebih
komprehensifnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan
pendekatan PQRST.
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan di bagi menjadi 3 yaitu :
a) Riwayat penyakit sekarang
Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan
faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai
kapan timbul sampai di bawa ke RS.
b) Riwayat penyakit dahulu.
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam
ginjal. Menurut Kartika S. W. (2016:137) kaji adanya riwayat
batu saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit bedah usus
halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme,
penggunaan antibiotika, anti hipertensi, natrium, bikarbonat,
alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin D.
c) Riwayat penyakit keluarga.
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat
keturunan dari orang tua.
d. Riwayat Psikososial
Bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan
bagaimana perawat secara umum. Menurut Arif Muttaqin
(2017:112) pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa
dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi
yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku pasien.
Perawat mengumpulkan pemerikasaan awal pasien tentang
kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat
perlunya pengkajian psikososialspiritual yang seksama.
Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai
penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien
perawatan dan tata laksana hidup sehat.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan
menurun karena adanya luka pada ginjal.
Kaji adanya mual dan muntah, nyeri tekan abdomen, diit
tinggi purin, kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan
pemasukan cairan, terjadi abdominal, penurunan bising usus
(Kartika S. W., 2013:187).
c. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik
gangguan karena adanya luka pada ginjal.
d. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal
biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau
batu ginjal dalam saluran kemih, BAK normal.
e. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau
terganggu karena adanya penyakitnya.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang
akan dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi.
g. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang
dideritanya selama di rumah sakit.
h. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih
dapat melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang
berhubungan dengan produksi sexual.
i. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar
tetap baik tidak ada gangguan.
j. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu
melakukan hal yang positif jika stress muncul.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di
derita ada obat dan dapat sembuh.
Pemeriksaan Fisik
Menurut Arif Muttaqin (2011:113) pada pemeriksaan fokus
didapatkan adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik.
Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat dingin, dan lemah.
a. Inspeksi
Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya
hematuri, retensi urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik
menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah.
b. Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada
beberapa kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat
hidronefrosis.
c. Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan
memberikan ketokan pada sudut kostovertebral dan
didapatkan respon nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan
aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan intra cranial.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
d. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran.
Tindakan Perencanaan
5. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi
pasien
7. Libatkan keluarga
dalam membatu
pasien mobilisasi.
Pelaksanaan
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah
disusun pada uraian rencana keperawatan.
Evaluasi
Evaluasi tindakan disesuaikan dengan kriteria hasil pada tujuan
di rencana tindakan.
DAFTAR PUSTAKA