Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkanoleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering
ini adalah kulminasi penyakitserebrovaskuler selama beberapa tahun
(Smeltzer and Bare, 2019).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian,
dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredarana darah otak
non traumatik. (Arif Mansjoer, 2016)
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplay darah kebagian
otak, sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama
beberapa tahun (Brunner and Suddarth).
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal
maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak.
Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah
otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya
mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu.
Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel
saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala
stroke (Junaidi, 2011).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah
sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes
ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib,
2019).
2. Etiologi

Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran


atau pecahnya pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah
menggenangi atau menutupi ruang - ruang jaringan sel otak. Adanya
darah yang mengenangi atau menutupi ruang - ruang jaringan sel otak
akan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan
kerusakan fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak
sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral hemorage) atau
dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak
(subarachnoid hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan
fatal bahkan sampai pada kematian. Stroke hemoragik pada umumnya
terjadi pada lanjut usia, karena penyumbatan terjadi pada dinding
pembuluh darah yang sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang
sudah rapuh ini, disebabkan karena faktor usia (degeneratif), akan
tetapi bisa juga disebabkan karena faktor keturunan (genetik).
Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan karena mengerasnya
dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau arteriosklerosis
akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan darah
tinggi.
Stroke hemoragik dapat terjadi apabila lesi vaskular
intraseberum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam
ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian
dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan subaraknoid
(PSA) adalah aneurisma sakular (Berry) dan malformasi arteriovena
(MAV). Selain lesi vaskular anatomik, penyebab stroke hemoragik
adalah hipertensi, gangguan perdarahan, pemberian antikoagulan yang
terlalu agresif (terutama pada klien berusia lanjut), dan pemakaian
anfetamin dan kokain intranasal karena zat-zat ini dapat menyebabkan
hipertensi berat dan perdarahan intraserebrum atau subaraknoid. (Price
& Wilson, 2015).
Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah :
1. Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan
arteriovenosa.
2. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh
seperti payudara, kulit, dan tiroid.
3. Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid
dalam dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi
stroke lebih besar.
4. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).

3. Manifestasi Klinik

Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi


pendarahan dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya
muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas.
Manifestasi klinis stroke menurut Smeltzer & Bare (2002),
antara lain: defisit lapang pandang, defisit motorik, defisit sensorik,
defisit verbal, defisit kognitif dan defisit emosional.
1. Defisit Lapang Pandangan
a. Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan
penglihatan
b. Kesulitan menilai jarak
c. Diplopia
2. Defisit Motorik
a. Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang
sama).
b. Hemiplegi (Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang
sama).
c. Ataksia (Berjalan tidak mantap, dan tidak mampu menyatukan
kaki.
d. Disartria (Kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang
sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
e. Disfagia (Kesulitan dalam menelan)
3. Defisit Sensorik : kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
4. Defisit Verbal
a. Afasia ekspresif (Tidak mampu membentuk kata yang dapat
dipahami)
b. Afasia reseptif (Tidak mampu memahami kata yang
dibicarakan)
c. Afasia global (kombinal baik afasia reseptif dan ekspresif)
5. Defisit Kognitif
a. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
b. Penurunan lapang perhatian
c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
d. Perubahan penilaian
6. Defisit Emosional
a. Kehilangan kontrol diri
b. Labilitas emosional
c. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres
d. Depresi
e. Menarik diri
f. Rasa takut, bermusuhan dan marah
g. Perasaan isolasi
4. Patofisiologi

Tahapan patofisologi terjadinya stroke adalah kerusakan


pembuluh darah otak, pembuluh darah tidak mampu mengalirkan
darah atau pembuluh darah pecah dan bagian otak yang memperoleh
darah dari pembuluh yang rusak tadi fungsinya menjadi terganggu
hingga timbul gejala-gejala stroke.
Tahapan tersebut tidak terjadi dalam waktu singkat.Pada tahap
pertama dimana dinding pembuluh darah yang mengalirkan darah ke
otak mula-mula terkena berupa aterosklerosis pada pembuluh-
pembuluh yang kecil. Penebalan dinding pembuluh darah ini terjadi
berangsung-angsur dan diakibatkan oleh hipertensi, DM, peninggian
kadar asam urat atau lemak dalam darah, perokok berat dll.
Proses penebalan timbul berangsur-angsur dalam waktu
beberapa tahun atau akhirnya suatu saat terjadi sumbatan dimana
aliran darah yang terjadi cukup ditolerir oleh otak. Akhirnya karena
sempitnya lumen pembuluh darah tersebut tidak cukup lagi memberi
darah pada pembuluh darah otak ini menyebabkan kerapuhan dan
pembuluh darah menjadi pecah dan timbul perdarahan. Pada saat
dimana pembuluh darah tersebut pecah atau tersumbat hingga aliran
darah tidak cukup lagi memberi darah lalu timbul gejala-gejala
neurologik berupa kelumpuhan, tidak bisa bicara atau pingsan,
diplopia secara mendadak. Sumbatan pembuluh darah otak dapat juga
terjadi akibat adanya bekuan-bekuan darah dari luar otak (jantung atau
pembuluh besar tubuh) atau dari pembuluh darah leher (karotis) yang
terlepas dari dinding pembuluh tersebut dan terbawa ke otak lalu
menyumbat. Karena fungsi otak bermacam-macam, maka gejala
stroke juga timbul tergantung pada daerah mana otak yang terganggu.
Penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah secara mendadak dapat
menimbulkan gejala dan tanda-tanda neurologik yang memiliki sifat,
mendadak, tidak ada gejala-gejala dini atau gejala peningkatan dan
timbulnya iskemi atau kerusakan otak,gejala neurologik yang timbul
selalau terjadi pada satu sisi badan, gejala-gejala klinik yang timbul
mencapai maksimum beberapa jam setelah serangan . Umumnya
kurang dari 24 jam, jadi misalnya pagi hari serangan stroke timbul
berupa kelemahan pada badan sebelah kanan kemudian berangsur-
angsur menjadi lumpuh sama sekali.
Perdarahan pada stroke hemoragik biasanya terjadi pada
intraserebral dan subarachnoid. Perdarahan intraserebral biasanya
timbul karena pecahnya mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat
hipertensi maligna. Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena
hipertensi ini mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi
dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah
putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan
cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur
dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis
fibrinoid.
Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah
disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke
ruang subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan
oleh rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous
malformation (AVM).
Pathway Stroke hemoragik:

Peningkatan
tekanan sistemik
Gangguan perfusi
jaringan serebral
Aneurisma / APM
Vasospasme Arteri
serebral
Perdarahan
Arakhnoid/ventrikel
Iskemik/infark
otak

Deficit neurologi
Hematoma serebral

Hemisfer Kanan Hemisfer Kiri


Peningkatan
TIK/herniasis
serebral Hemiparase/plegi Hemiparase/plegi
kiri kanan
Penurunan Kesadaran

Penekanan saluran
pernafasan Deficit perawatan Hambatan
diri Mobilitas fisik

Area Gocca

Kerusakan fungsi N
VII dan N XII

Hambatan
komunikasi verbal

Risiko jatuh
5. Komplikasi
Komplikasi stroke hemoragik meliputi ( Smeltzer & Bare,2019) :
1. Hipoksia Serebral.
2. Penurunan Darah Serebral.
3. Luasnya Area Cedera.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan  untuk
mencari sumber  perdarahan  seperti  aneurism  atau malformasi
vaskular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah padacairan
lumbal menunjukkan adanya hemoragi padasubarakhnoid atau
perdarahan pada intrakranial.
c. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya secara pasti.
d. MRI (Magnetic 8maging ,esonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan
besar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik
7. Penatalaksanaan
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :
1. Posisikan kepala dan badan atas 20 – 30o, posisi miring jika muntah
dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila
perlu diberikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital usahakan stabil
4. Bedrest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Kandung kemih yang penuh kosongkan, bila perlu lakukan
katerisasi
7. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan
hindari penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
8. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi atau suction berlebih yang
dapat meningkatkan TIK
9. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik, jika
kesadaran menurun atau gangguan menelan sebaiknya dipasang
NGT.
Penatalaksanaan medis secara spesifik berupa :
1. Mengobati penyebabnya,
2. Neuroprotektor
3. Tindakan pembedahan
4. Menurunkan TIK yang tinggi
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Asmadi (2018:167) pengkajian merupakan tahap awal dari
proses keperawatan. Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis
guna menentukan status kesehatan klien saat ini.
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no
registrasi, diagnose medis, dan tanggal medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu
saat ini. Menurut (Arif Muttaqin, 2011:110) keluhan utama yang
lazim didapatkan adalah nyeri pada pinggang. Untuk lebih
komprehensifnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan
pendekatan PQRST.
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan di bagi menjadi 3 yaitu :
a) Riwayat penyakit sekarang
Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan
faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai
kapan timbul sampai di bawa ke RS.
b) Riwayat penyakit dahulu.
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam
ginjal. Menurut Kartika S. W. (2016:137) kaji adanya riwayat
batu saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit bedah usus
halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme,
penggunaan antibiotika, anti hipertensi, natrium, bikarbonat,
alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin D.
c) Riwayat penyakit keluarga.
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat
keturunan dari orang tua.
d. Riwayat Psikososial
Bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan
bagaimana perawat secara umum. Menurut Arif Muttaqin
(2017:112) pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa
dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi
yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku pasien.
Perawat mengumpulkan pemerikasaan awal pasien tentang
kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat
perlunya pengkajian psikososialspiritual yang seksama.
 Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai
penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien
perawatan dan tata laksana hidup sehat.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan
menurun karena adanya luka pada ginjal.
Kaji adanya mual dan muntah, nyeri tekan abdomen, diit
tinggi purin, kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan
pemasukan cairan, terjadi abdominal, penurunan bising usus
(Kartika S. W., 2013:187).
c. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik
gangguan karena adanya luka pada ginjal.
d. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal
biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau
batu ginjal dalam saluran kemih, BAK normal.
e. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau
terganggu karena adanya penyakitnya.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang
akan dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi.
g. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang
dideritanya selama di rumah sakit.
h. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih
dapat melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang
berhubungan dengan produksi sexual.
i. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar
tetap baik tidak ada gangguan.
j. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu
melakukan hal yang positif jika stress muncul.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di
derita ada obat dan dapat sembuh.
 Pemeriksaan Fisik
Menurut Arif Muttaqin (2011:113) pada pemeriksaan fokus
didapatkan adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik.
Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat dingin, dan lemah.
a. Inspeksi
Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya
hematuri, retensi urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik
menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah.
b. Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada
beberapa kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat
hidronefrosis.
c. Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan
memberikan ketokan pada sudut kostovertebral dan
didapatkan respon nyeri.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan
aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan intra cranial.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
d. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran.

 Tindakan Perencanaan

N Diagnosa NOC NIC


O
1. Gangguan perfusi NOC : NIC :
jaringan cerebral
1. Circulation status Peripheral Sensation
berhubungan
2. Tissue Prefusion : cerebral Management
dengan gangguan
Kriteria Hasil : (Manajemen sensasi
aliran darah
perifer)
sekunder akibat 1. mendemonstrasikan status
peningkatan sirkulasi yang ditandai 1. Monitor adanya
tekanan intracranial dengan : daerah tertentu yang
a. Tekanan systole hanya peka terhadap
dandiastole dalam panas/dingin/tajam/tu
rentang yang mpul
diharapkan 2. Monitor adanya
b. Tidak ada paretese
ortostatikhipertensi 3. Instruksikan keluarga
c. Tidak ada tanda tanda untuk mengobservasi
peningkatan tekanan kulit jika ada lsi atau
intrakranial (tidak lebih laserasi
dari 15 mmHg) 4. Gunakan sarun tangan
2. mendemonstrasikan untuk proteksi
kemampuan kognitif yang 5. Batasi gerakan pada
ditandai dengan: kepala, leher dan
a. berkomunikasi dengan punggung
jelas dan sesuai dengan 6. Monitor kemampuan
kemampuan BAB
b. menunjukkan 7. Kolaborasi pemberian
perhatian, konsentrasi analgetik
dan orientasi 8. Monitor adanya
c. memproses informasi tromboplebitis
d. membuat keputusan 9. Diskusikan menganai
dengan benar penyebab perubahan
e. menunjukkan fungsi sensasi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter
2. Hambatan NOC : NIC :
mobilitas fisik 1. Joint Movement : Exercise therapy :
berhubungan Active ambulation
dengan kerusakan 2. Mobility Level 1. Monitoring vital sign
neuromuscular 3. Self care : ADLs sebelm/sesudah
4. Transfer performance latihan dan lihat
Kriteria hasil: respon pasien saat
1. Klien meningkat latihan
dalam aktivitas fisik 2. Konsultasikan dengan
2. Mengerti tujuan dari terapi fisik tentang
peningkatan mobilitas rencana ambulasi
3. Memverbalisasikan sesuai dengan
perasaan dalam kebutuhan
meningkatkan 3. Bantu klien untuk
kekuatan dan menggunakan tongkat
kemampuan berpindah saat berjalan dan
4. Memperagakan cegah terhadap cedera
penggunaan alat Bantu 4. Ajarkan pasien atau
untuk mobilisasi tenaga kesehatan lain
(walker) tentang teknik
ambulasi
5. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
6. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan
ADLs
1. Berikan alat Bantu
jika klien
memerlukan.
2. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan

3. Defisit perawatan NOC NIC


diri berhubungan 1. Kaji kemampuan dan 1. Membantu dalam
dengan kerusakan tingkat kekurangan mengantisipasi
neuromuscular, untuk melakukan pemenuhan
penurunan kebutuhan sehari-hari kebutuhan secara
kekuatan dan 2. Berikan umpan bali individual
ketahanan, yang positif untuk 2. Meningkatkan
kehilangan setiap usaha yang perasaan makna diri
control / koordinasi dilakukan 3. mengkaji
otot 3. Identifikasi kebiasaan perkembangan
defekasi sebelumnya program latihan dan
dan kembalikan pada membantu dalam
kebiasaan pola normal pencegahan konstipasi
tersebut dan sembelit
4. Kolaborasi pemberian 4. Mungkin dibutuhkan
obat suppositoria dan pada awal untuk
pelunak feses membantu
menciptakan /
merangsang fungsi
defekasi teratur
4. Risiko jatuh NOC NIC
berhubungan 1. Trauma Risk For Fall Prevention
dengan penurunan 2. Injury Risk for 1. Mengidentifikasi
kesadaran. Kriteria Hasil : faktor resiko pasien
1. Keseimbangan terjadinya jatuh
2. Gerakan terkoordinasi :
2. kaji kemampuan
kemampuan otot untuk mobilitas pasien
bekerja sama secara
3. Monitor tanda – tanda
volunteer untuk melakukan
vital
geraka yang bertujuan
3. Prilaku pencegahan jatuh 4. Bantu pasien dalam
4. Tidak ada kejadian jatuh berjalan atau
mobilisasi

5. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi
pasien

6. Berikan alat Bantu


jika diperlukan

7. Libatkan keluarga
dalam membatu
pasien mobilisasi.

 Pelaksanaan
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah
disusun pada uraian rencana keperawatan.

 Evaluasi
Evaluasi tindakan disesuaikan dengan kriteria hasil pada tujuan
di rencana tindakan.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2019. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung


dan Stroke. Penerbit Dianloko, Yogyakarta
Brunner & Suddart. 2019. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 3
Jakarta : EGC
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Junaidi, I. 2017. Stroke Waspadai Ancamannya. Penerbit Andi, Yogyakarta
Marilynn, E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran. EGC
NANDA Internasional. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.EGC
Nanda Nic-Noc.2018.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda,Jilid 1.Jakarta:MediaActionPublishing
Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic. Diakses padatanggal  8 Oktober  2016.
http://nursingbegin.com/askep-stoke-hemoragik.
Konsep Teori Stroke Hemoragik. Diakses pada tanggal 8 oktober 2016.
http://diglib.unimus.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai